Review Proposal Jolly Gara Sirait _ Heri Wibowo (revised-jumlah Sampel).docx

  • Uploaded by: Jolly Gara Sirait
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Review Proposal Jolly Gara Sirait _ Heri Wibowo (revised-jumlah Sampel).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,351
  • Pages: 29
PROPOSAL PENELITIAN MODUL RISET FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PAPUA Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat -

LEMBAR UTAMA -

Judul Penelitian Perbandingan Pengetahuan Dan Perilaku Cuci Tangan Pada Anak Sd Di Daerah Pedesaan Dan Perkotaan Di Wilayah Kabupaten/Kota Sorong Tahun 2019

-

Nama Peneliti Nama: Jolly Gara Sirait

-

NIM: 201470018

Pembimbing Penelitian Pembimbing I Nama

: dr. Ari Prayitno, Sp.A.(K)

Departemen

: Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Pembimbing II Nama -

-

: dr. Soraya Pasulu, Sp.A

Kata Kunci Tingkat Pengetahuan

Anak SD

Tingkat Perilaku

Kabupaten/Kota Sorong

Jangka Waktu Penelitian (Bulan) 1 Februari 2019 hingga 9 Maret 2019 (1 Bulan)

-

Dana Penelitian Penelitian ini membutuhkan dana sebagai penunjang agar penelitian ini berjalan sesuai rencana sebesar ± Rp 1.400.000 Keseluruhan rincian dana dapat dilihat pada tabel bagian Rincian Anggaran.

-

LEMBAR PERNYATAAN DAN PENGESAHAN -

Pernyataan Peneliti Dengan ini kami menyatakan: Penelitian dengan judul seperti tertera pada lembar utama merupakan penelitian asli bukan plagiat. Kami sepakat untuk melakukan penelitian dengan judul seperti tertera pada lembar utama penelitian. Peneliti

Tanda Tangan

Jolly Gara Sirait

-

Tanggal 18 Desember 2018

Pengesahan Ketua Penanggung Jawab Modul Riset dan Pembimbing yang Bertanggung Jawab Nama penanggung jawab modul riset

Tanda Tangan

dr. Ardi Findyartini, PhD

Nama pembimbing

dr. Ari Prayitno, Sp.A.(K)

dr. Soraya Pasulu, Sp.A

Tanda Tangan

LEMBAR URAIAN PENELITIAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci tangan merupakan perilaku sehat yang paling sederhana sebagai upaya untuk mencegah penularan penyakit akibat mikroorganisme patogen. Cuci tangan dengan benar dilakukan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir saat sebelum menyiapkan makanan, setiap kali tangan kotor, dan setelah buang air besar atau kecil. Cuci tangan yang benar dapat mengurangi hampir setengah kasus kejadian diare dan seperempat kasus infeksi saluran pernapasan.1 Anak pada usia Sekolah Dasar merupakan kelompok usia yang rentan terhadap masalah kesehatan. Di saat yang bersamaan anak usia Sekolah Dasar juga merupakan usia yang sangat mudah dilakukan pembimbingan terhadap kebiasaan – kebiasaan yang baik termasuk perilaku cuci tangan yang benar.1 Menurut data dari WHO, secara global terdapat hampir 1,7 miliar kasus diare yang terjadi pada anak di setiap tahun dan menjadi penyebab kematian sekitar 525.000 anak balita setiap tahunnya.2

Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa

prevalensi diare nasional adalah sebesar 6,8%. Prevalensi diare untuk anak dalam kelompok umur 5 – 14 tahun mencapai 9%. Sementara itu untuk wilayah Papua Barat pada tahun 2013, prevalensi diare sebesar 3% dan meningkat pada tahun 2018 menjadi 7,3%.3 Di tahun yang sama juga terdapat 208 kasus diare di RSUD Sorong.4 Menurut Riskesdas 2018 persentase perilaku cuci tangan yang benar secara nasional yaitu sebesar 49,8%.3 Untuk wilayah Papua Barat, pada tahun 2013 persentase perilaku cuci tangan anak usia ≥ 10 tahun adalah sebesar 57% dan mengalami penurunan pada tahun 2018 menjadi sebesar 43%. Hal ini menunjukkan masih kurangnya kesadaran pada anak untuk menjaga cuci tangannya di Papua Barat.3 Penelitian yang dilakukan oleh Rosyidah AN pada anak SDN Ciputat 02 menemukan bahwa ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan dengan diare.5 Penelitian selanjutnya oleh Madyasari FF di wilayah Sumatera Utara menunjukkan terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan antara anak SD daerah pedesaan dan perkotaan di daerah tersebut, dimana tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan pada anak SD perkotaan lebih baik dari anak SD pedesaan.6 Berdasarkan data – data, ada dua fakta yang ditemukan, yaitu menurunnya kebiasaan cuci tangan dan meningkatnya kejadian diare. Selain itu juga terdapat perbedaan tingkat perilaku cuci tangan antara anak SD di daerah perkotaan dan

pedesaan pada anak sekolah dasar (SD) di wilayah bagian barat Indonesia. Sampai saat ini belum ada data mengenai tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan di wilayah Indonesia bagian timur dengan tingkat pengetahuan dan kebiasaan yang mungkin lebih rendah, khususnya di daerah papua, dan lebih khusus lagi di Kabupaten/Kota Sorong, sementara di saat yang bersamaan kasus diare di wilayah Sorong masih cukup tinggi. Oleh karena itu untuk mengetahui perbandingan pengetahuan dan perilaku cuci tangan pada anak SD daerah kota dan desa di wilayah kota/kabupaten Sorong diperlukan penelitian khusus mengenai hal ini. 1.1.1

Identifikasi Masalah

a) Tingkat kejadian diare di wilayah Sorong masih cukup tinggi. b) Belum ada data mengenai tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan pada anak SD di daerah perkotaan dan pedesaan di wilayah kota/kabupaten Sorong. c) Belum diketahuinya perbandingan pengetahuan dan perilaku cuci tangan antara anak SD di daerah pedesaan dan perkotaan di wilayah kota/kabupaten Sorong. 1.1.2

Pertanyaan Penelitian Bagaimana perbandingan tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan antara anak SD di daerah pedesaan dan perkotaan di wilayah kota/kabupaten Sorong?

1.2 Hipotesis Pengetahuan dan perilaku cuci tangan anak SD di daerah perkotaan lebih baik dibanding daerah pedesaan.

1.3 Tujuan 1.3.1

Tujuan Umum: Meningkatkan pengetahuan dan perilaku cuci tangan yang benar pada anak SD di desa dan kota.

1.3.2

Tujuan Khusus: a) Diketahuinya sebaran subjek berdasarkan karakteristik sosiodemografi dan sumber informasi. b) Diketahuinya tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan anak SD pada daerah pedesaan dan perkotaan di wilayah Sorong. c) Diketahuinya perbedaan tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan anak SD pada daerah pedesaan dan perkotaan di wilayah Sorong.

1.4 Manfaat a. Masyarakat 1. Hasil penelitian dapat menjadi referensi untuk memberikan informasi bagi masyarakat mengenai perbedaan tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan anak SD pada daerah pedesaan dan perkotaan di wilayah kota/kabupaten Sorong. 2. Agar masyarakat menyadari pentingnya pengetahuan yang baik mengenai perilaku cuci tangan yang benar. b. Manfaat untuk Pemerintah Daerah Kota Sorong dan Provinsi Papua Barat Diperoleh data mengenai tingkat pengetahuan tentang perilaku cuci tangan yang benar pada anak SD untuk dapat digunakan dalam peningkatan kegiatan promosi cuci tangan yang benar c. Institusi pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengetahuan dan perilaku cuci tangan pada anak SD. d. Manfaat untuk peneliti: 1. Meningkatkan

pengetahuan

dan

menambah

pengalaman

di

bidang

kesehatan. 2. Sebagai sarana belajar untuk meningkatkan keterampilan di bidang penelitian kesehatan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare Diare adalah defekasi atau buang air besar dengan konsistensi tinja encer atau cair lebih dari 3 kali per hari dan tinja tersebut dapat/tanpa disertai lendir atau darah. Tinja tersebut dapat mengandung air lebih banyak dari biasanya (lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam). Diare pada anak paling sering disebabkan oleh infeksi mikroorganisme patogen. Patogen penyebab diare yang paling sering menginfeksi anak di negara berkembang seperti Indonesia yaitu Rotavirus, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter jejuni, G. lamblia, dan Cryptosporidium. Patogen – patogen ini dapat masuk secara foodborne sebagai akibat dari kurangnya perhatian orang tua terhadap higienitas makanan dan minuman anak, maupun tangan yang kotor akibat perilaku cuci tangan yang kurang baik.7 Penelitian yang dilakukan oleh Rosyidah AN pada anak SDN Ciputat 02 menemukan bahwa ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan dengan diare.5 Berdasarkan studi sistematis yang dilakukan oleh Ejemot RI dkk pada 11 kelompok sekolah

dasar

dengan

melibatkan

50.044

anak,

ditemukan

penurunan

insidensi/kejadian diare sebesar 31% pada kelompok yang telah mendapat pelatihan mengenai cara mencuci tangan yang benar.8 Hal ini menunjukkan bahwa cuci tangan dengan benar merupakan suatu langkah paling murah, mudah, dan efektif dalam menghindarkan seorang anak dari resiko terkena diare dan masalah – masalah kesehatan yang dapat timbul akibat kondisi ini.9 2.2 Pengetahuan dan Perilaku Cuci Tangan 2.2.1

Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui

indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dsb). Pengetahuan dimiliki oleh seseorang untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Untuk mengetahui sesuatu, seseorang perlu melalui suatu proses belajar agar mendapatkan sekumpulan informasi. Umumnya proses belajar menggunakan indera penglihatan dan pendengaran. Proses belajar dapat berupa suatu pengalaman maupun proses belajar dalam pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan formal diperoleh seseorang melalui pembelajaran di sekolah, sementara pendidikan non-formal didapatkan seseorang dari pembelajaran yang dilakukan oleh orang tuanya di rumah. Selain diajarkan orang tua, seorang anak juga akan belajar dari orang tua dengan cara meniru apa yang dilakukan oleh orang tua di rumah.10

2.2.2

Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:10,11 i.

Pendidikan Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengubah sikap dan tata laku

seseorang menjadi ke arah yang lebih baik dan lebih dewasa melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah seseorang untuk menerima informasi dan pada akhirnya pengetahuan yang dimiliki juga semakin luas. Orang dengan tingkat pendidikan rendah tidak sertamerta memiliki pengetahuan yang rendah atau sedikit juga karena pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal, tetapi dapat juga diperoleh melalu pendidikan non-formal. ii.

Informasi dari media massa Informasi

dari

media

massa

biasanya

ditujukan

untuk

menjangkau

masyarakat yang luas. Informasi dari media massa dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact). Karena pengaruh yang diberikan hanya bersifat jangka pendek, maka informasi dari media massa perlu pengulangan sehingga dapat menjadi pengetahuan yang bersifat jangka panjang. iii.

Sosial, budaya, dan ekonomi Kebiasaan yang terdapat dalam suatu kebudayaan dapat mempengaruhi

pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. Kebiasaan yang dilakukan ini biasanya dilakukan oleh seseorang tanpa penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap

pengetahuan.

Namun,

status

ekonomi

menentukan

kemampuan

seseorang untuk menyediakan atau mendapatkan fasilitas yang menunjang untuk memperoleh sumber informasi. Semakin maju keadaan sosial, budaya, dan ekonomi di wilayah setempat, maka semakin baik juga pengetahuan seseorang terhadap perilaku kesehatan yang baik dan benar. iv.

Lingkungan Lingkungan adalah tempat seseorang berada, baik lingkungan fisik, biologis,

maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Seseorang yang berada di dalam lingkungan yang sehat atau lingkungan dengan perilaku kesehatan yang baik, cenderung memiliki pengetahuan dan perilaku kesehatan yang baik juga.

v.

Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

orang lain yang akan memperluas pengetahuan. Umumnya pengalaman memiliki hubungan dengan usia.

vi.

Usia Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang terhadap suatu

pengetahuan. Semakin bertambah usia seseorang maka semakin berkembang juga daya tangkapnya, sehingga pengetahuan yang diterima makin banyak juga. Semakin tua seseorang maka semakin bijaksana juga orang tersebut karena sudah melalui banyak penerimaan informasi melalui pekerjaan yang dilakukan atau pengalaman hidup. Namun untuk orang yang berusia lanjut cenderung mengalami kesulitan untuk menerima pengetahuan baru karena telah mengalami kemunduran fisik dan daya ingat.

2.2.3

Pengukuran Tingkat Pengetahuan Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau menggunakan kuesioner yang menanyakan tentang pengetahuan dari responden. Selanjutnya hasil wawancara dapat dibuat dalam bentuk penilaian dan dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu baik dan kurang. Dalam penelitian kesehatan, membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kategori tingkat pengetahuan pada masyarakat umum dan kategori tingkat pengetahuan pada petugas kesehatan.10 Kategori tingkat pengetahuan pada masyarakat umum:10 i.

Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 50%.

ii.

Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya ≤ 50%. Kategori tingkat pengetahuan pada petugas kesehatan:10

2.2.4

i.

Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 75%.

ii.

Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya ≤ 75%. Definisi Perilaku Perilaku merupakan reaksi atau respons yang dilakukan oleh seseorang

terhadap suatu stimulus. Perilaku manusia adalah semua kegiatan / aktivitas manusia, baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati. Berdasarkan reaksi atau respons yang dilakukan terhadap stimulus, perilaku dapat dibedakan menjadi :10 i.

Perilaku tertutup (covert behaviour) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tertutup, yang hanya terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap.

ii.

Perilaku terbuka (overt behaviour) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata. Karena respons berupa tindakan nyata, maka perilaku terbuka dapat diamati oleh orang lain.

2.2.5

Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan merupakan respon terhadap stimulus yang memiliki

kaitan dengan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan. Respon terhadap stimulus dapat bersifat aktif atau pasif. Respon pasif berupa pengetahuan, persepsi, dan sikap, sedangkan respon aktif berupa suatu tindakan nyata yang berhubungan dengan kesehatan, misalnya pergi ke dokter ketika sakit, dan cuci tangan sebelum makan.10 2.2.6

Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan Perilaku Kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu:11 i. Faktor predisposisi Faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan kepercayaan ii. Faktor enabling Tersedia dan terjangkaunya fasilitas kesehatan iii. Faktor reinforcing Dukungan dan sikap dari petugas yang melayani di bidang kesehatan

Selain dipengaruhi oleh ketiga faktor di atas, perilaku kesehatan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat seseorang berada, yang dibagi menjadi :11 a. Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga meliputi kebiasaan – kebiasaan yang ada dalam keluarga jika dihadapkan kepada suatu masalah kesehatan b. Lingkungan Terbatas Yang termasuk dalam lingkungan terbatas yaitu tradisi, adat-istiadat, dan kepercayaan suatu kelompok masyarakat dalam menghadapi suatu masalah kesehatan c. Lingkungan Umum Lingkungan umum terdiri atas kebijakan – kebijakan pemerintah dibidang kesehatan, undang – undang kesehatan, dan program – program kesehatan. 2.2.7

Definisi Cuci Tangan Yang Benar Cuci tangan yang benar merupakan suatu tindakan sanitasi yang dilakukan

dengan cara membersihkan tangan serta jari dengan digosok serta menggunakan air mengalir dan sabun yang bertujuan untuk mencegah penyebaran kuman. Sabun yang digunakan dalam mencuci tangan dapat menggunakan sabun (mandi) biasa atau sabun antiseptik. Sabun antiseptik seringkali dianjurkan dalam kegiatan cuci tangan yang benar. Fungsi busa sabun adalah untuk mengangkat kotoran dan kuman yang ada di tangan, sedangkan air yang mengalir berfungsi untuk

menghilangkan busa sabun yang mengandung kuman dan kotoran dari permukaan tangan.9 Tangan merupakan bagian tubuh manusia yang paling sering melakukan kontak, sehingga tangan juga menjadi media yang membawa kuman berpindah dari satu orang ke orang lainnya. Cara perpindahan kuman melalui tangan dapat melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Kontak langsung yaitu ketika tangan menyentuh sumber penyebaran kuman secara langsung dan kemudian tangan menyebarkan kuman ke diri sendiri atau melalui kontak langsung ke orang lain. Kontak tidak langsung yaitu perpindahan kuman melalui tangan yang terdapat kuman dan menyentuh permukaan benda lain, misalnya gelas, sendok, dan handuk.9

2.2.8

Saat Yang Tepat Untuk Cuci Tangan Menjaga tangan untuk tetap bersih melalui cuci tangan yang benar adalah

langkah paling sederhana namun sangat efektif dalam menghindarkan diri dari penyebaran kuman penyebab penyakit. Terdapat beberapa waktu yang tepat untuk melakukan cuci tangan yang benar, yaitu: 9  Sebelum dan sesudah menyiapkan makanan  Sebelum dan sesudah makan  Sebelum dan sesudah menyentuh orang yang sedang sakit  Sebelum dan sesudah mengobati luka  Setelah menggunakan tangan ketika batuk atau bersin  Setelah menggunakan toilet  Setelah menyentuh hewan  Setelah menyentuh tempat sampah 2.2.9

Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Cuci Tangan Yang Benar Selain Diare Dengan tidak melakukan cuci tangan yang benar, maka seseorang dapat

menginfeksi dirinya sendiri maupun orang lain. Infeksi dapat terjadi ketika tangan yang terkontaminasi oleh kuman menyentuh daerah seperti hidung, maupun mulut secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh perilaku cuci tangan yang buruk yaitu: 9 i.

Infeksi Saluran Pernapasan Infeksi saluran pernapasan merupakan penyebab kematian utama pada anak – anak balita. Dengan mencuci tangan yang benar, maka dapat mengurangi angka infeksi saluran pernapasan dalam dua langkah, yaitu menyingkirkan kuman penyebab penyakit pernapasan dan juga kuman enteric yang selain dapat menyebabkan diare, dapat juga menyebabkan infeksi di saluran

pernapasan. Dengan cuci tangan yang benar, maka dapat menurunkan tingkat infeksi hingga 25%. Penelitian lain di Pakistan menunjukkan bahwa cuci tangan yang benar dapat menurunkan tingkat infeksi pneumonia pada anak balita sebesar 50%. ii.

Infeksi Cacing, Mata, Dan Penyakit Kulit Di Indonesia penyakit kecacingan tidak hanya terjadi di pedesaan, namun juga di perkotaan. Prevalensi kejadian kecacingan di semua umur sebesar 40% - 60%, sedangkan untuk anak SD sebesar 60% - 80%. Telur cacing bisa menempel pada tangan yang sehabis menyentuh tanah. Jika tangan yang telah menyentuh tanah tidak dicuci dengan benar, telur dari cacing dapat masuk ke mulut dan tertelan ketika seseorang makan. Infeksi cacing yang kronik dapat menyebabkan anemia, yang jika terjadi pada anak dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu cuci tangan dengan benar juga dapat mengurangi kejadian infeksi bakteri, virus, atau jamur pada kulit dan mencegah trakoma pada mata.

2.2.10

Langkah Mencuci Tangan Yang Benar

Langkah mencuci tangan dengan benar menurut WHO dapat dilihat dalam tabel berikut:12

Basahi

kedua

tangan

dengan

air

secukupnya

di

mengalir

Tuangkan

sabun

telapak tangan

Gosok dan ratakan sabun di kedua telapak tangan

Gosok bagian punggung tangan dan sela – sela jari tangan kiri dengan menggunakan

tangan

kanan,

kemudian ulangi langkah yang sama dengan menggunakan tangan kiri

Gosok kedua telapak tangan dan lanjutkan dengan menggosok sela – sela jari

Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi jari tangan kanan dan kiri saling mengunci

Gosok

ibu

jari

dengan

cara

menggenggam ibu jari sambil memutar secara bergantian

Gosok telapak tangan kiri dengan cara meletakkan ujung jari tangan kanan ke telapak tangan kiri dengan gerakan memutar

Bilas tangan dengan air mengalir hingga tidak ada lagi busa sabun yang tersisa

Keringkan tangan dengan handuk atau tissue hingga kering

Untuk

menutup

keran

sebaiknya

gunakan tissue atau handuk yang tadi sudah digunakan untuk mengeringkan tangan

2.3 Karakteristik Wilayah Perkotaan Dan Wilayah Pedesaan a. Perkotaan Karakteristik yang menentukan suatu daerah dapat disebut sebagai kota yaitu suatu permukiman yang cukup besar, padat dan permanen, yang dihuni oleh penduduk dengan kehidupan sosial yang heterogen. Dari segi ekonomi kota merupakan suatu tempat yang kegiatan ekonominya tidak bersifat agraris, melainkan industri, perdagangan, dan jasa. Kota juga merupakan suatu daerah yang biasanya menjadi pusat pemerintahan suatu wilayah.13 b. Pedesaan Karakteristik yang menentukan suatu daerah dapat disebut sebagai desa yaitu suatu daerah tempat tinggal penduduk yang memiliki letak jauh dari kota, adanya homogenitas pada penduduk desa dalam hal mata pencaharian yaitu mayoritas agraris, kesamaan nilai kebudayaan maupun tingkah laku, dan hubungan antar penduduk yang cenderung lebih akrab dan gotong royong dibandingkan dengan masyarakat perkotaan.13

2.4 Kerangka Teori

Pengetahuan Cuci Tangan   

Perilaku Cuci Tangan  

Pengertian cuci tangan yang benar Efek perilaku cuci tangan yang buruk Langkah cuci tangan yang benar

Langkah Cuci Tangan Saat yang tepat untuk cuci tangan

Dampak Perilaku Cuci Tangan Yang Buruk   

Diare Infeksi saluran napas Infeksi cacing

Faktor yang mempengaruhi perilaku cuci tangan   

Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan Cuci Tangan    

Pendidikan Informasi dari media massa Sosial, budaya, dan ekonomi Pendidikan dalam keluarga



Fasilitas cuci tangan Lingkungan Kebiasaan dalam keluarga Peraturan

2.5 Kerangka Konsep 

Pendidikan dalam keluarga Informasi dari berbagai media



Karakteristik Subjek:

Pengetahuan cuci tangan

Lokasi SD : Desa / Kota Cuci tangan benar Kelas: 4,5,6

Pemahaman Perilaku cuci tangan

 

Keterangan :

Kebiasaan dalam keluarga Peraturan di sekolah

Ruang lingkup penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang (cross sectional) untuk melihat perbandingan tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan pada murid SD di daerah perkotaan dan pedesaan di wilayah Kota/Kabupaten Sorong. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di SD INPRES REMU 17 Kota Sorong dan SD INPRES 26 Klamono. Pengumpulan data akan dilakukan mulai dari bulan 1 Februari 2019 hingga 9 Maret 2019. 3.3 Populasi dan Subjek Penelitan 3.3.1

Populasi Target Murid SD di daerah pedesaan dan perkotaan.

3.3.2

Populasi Terjangkau Murid SD kelas 4 hingga kelas 6, di SD INPRES 17 REMU Kota Sorong dan SD INPRES 26 Klamono.

3.3.3

Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah populasi terjangkau yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1

Kriteria Inklusi a) Murid kelas 4, 5, dan 6 di SD INPRES 17 REMU Kota Sorong dan SD INPRES 26 Klamono. b) Murid

yang

orang

tuanya

telah

setuju

mengikuti

penelitian

dan

menandatangani informed consent. 3.4.2

Kriteria Eksklusi Murid yang tidak hadir pada saat pengambilan data

3.4.3

Kriteria Drop-Out Murid yang tidak mengisi data secara lengkap

3.5 Besar Sampel Untuk uji hipotesis dipilih uji 1 arah. Rumus yang digunakan yaitu pada uji perbedaan 2 proporsi: A.

Besar sampel untuk komponen pengetahuan 𝒏𝟏 = 𝒏𝟐 = 𝒏𝟏 = 𝒏𝟐 =

(𝒁𝜶 √𝟐𝑷𝑸 + 𝒁𝜷 √𝑷𝟏 𝑸𝟏 + 𝑷𝟐 𝑸𝟐 )𝟐 (𝑷𝟏 − 𝑷𝟐 )𝟐

(𝟏,𝟔𝟒√𝟐𝒙𝟎,𝟒𝟓𝒙𝟎,𝟓𝟓+𝟏,𝟔𝟒√𝟎,𝟔𝟎𝒙𝟎,𝟒𝟎+𝟎,𝟑𝟎𝒙𝟎,𝟕𝟎)𝟐 (𝟎,𝟔𝟎− 𝟎,𝟑𝟎 )𝟐

Keterangan:

= 56 Murid/sekolah



Zα = 1,645; Zβ = 1,645;



P2 = 0,30; P1 = 0,60; Nilai P2 diperoleh dari hasil penelitian komponen pengetahuan yang telah dilakukan pada murid dari SD Negeri

067264

Desa

Marelan

di

wilayah

Sumatera

Utara.6

Sedangkan, nilai P1 diperoleh dari hasil asumsi peneliti dengan syarat selisih antara kedua nilai tersebut tidak terlalu ekstrim (0,30). 

P = ½ (P1+P2) = ½ (0,60+0,30) = ½ (0,9) = 0,45 ; Q = 1-P = 1- 0,45= 0,55



B.

Q1 = 1-P1 = 1- 0,60= 0,4; Q2 = 1-P2 = 1- 0,3= 0,7

Besar sampel untuk komponen perilaku 𝒏𝟏 = 𝒏𝟐 = 𝒏𝟏 = 𝒏𝟐 =

(𝒁𝜶 √𝟐𝑷𝑸 + 𝒁𝜷 √𝑷𝟏 𝑸𝟏 + 𝑷𝟐 𝑸𝟐 )𝟐 (𝑷𝟏 − 𝑷𝟐 )𝟐

(𝟏,𝟔𝟒√𝟐𝒙𝟎,𝟓𝒙𝟎,𝟓+𝟏,𝟔𝟒√𝟎,𝟔𝟓𝒙𝟎,𝟑𝟓+𝟎,𝟑𝟓𝒙𝟎,𝟔𝟓)𝟐 (𝟎,𝟔𝟓− 𝟎,𝟑𝟓 )𝟐

= 57 Murid/sekolah

Keterangan: 

Zα = 1,645; Zβ = 1,645;



P2 = 0,35; P1 = 0,65; Nilai P2 diperoleh dari hasil penelitian komponen perilaku yang telah dilakukan pada murid dari SD Negeri 067264 Desa Marelan di wilayah Sumatera Utara.6 Sedangkan, nilai P1 diperoleh dari hasil asumsi peneliti dengan syarat selisih antara kedua nilai tersebut tidak terlalu ekstrim (0,30).



P = ½ (P1+P2) = ½ (0,65+0,35) = ½ (1) = 0,5 ; Q = 1-P = 1- 0,5= 0,5



Q1 = 1-P1 = 1- 0,65= 0,35; Q2 = 1-P2 = 1- 0,35= 0,65

Berdasarkan hasil di atas didapatkan jumlah sampel untuk setiap kelompok di daerah perkotaan dan di pedesaan sebesar 57 murid/kelompok. Jumlah tersebut memenuhi syarat jumlah sampel untuk uji Chi-Square (minimal 20 sampel untuk tiap kelompok).14 Maka total jumlah subjek yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 114 murid yang terdiri dari : 

Kelompok SD Perkotaan sebanyak 57 murid



Kelompok SD Pedesaan sebanyak 57 murid

3.6 Teknik Sampling Consecutive sampling

3.7 Cara Kerja Pengambilan data dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi SD Inpres 17 Kota Sorong dan SD Inpres 26 Klamono. Awal pengambilan data dilakukan dengan meminta persetujuan dari orang tua murid subjek penelitan dengan menjelaskan penelitian kepada responden dan orang tua murid, memberi kesempatan kepada mereka untuk bertanya sejelas-jelasnya dan kemudian mempertimbangkan apakah bersedia atau tidak anaknya mengikuti penelitian ini. Dan bila bersedia maka orang tua tersebut diminta untuk menandatangani Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian atau Informed Consent. Kemudian dilanjutkan dengan pengisian kuesioner berupa identitas responden dan pertanyaan terkait pengetahuan dan perilaku cuci tangan. Instrumen dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner yang dibagikan kepada responden dan pengisiannya dipimpin oleh peneliti. Setiap responden diharuskan menjawab 20 pertanyaan yang terdapat di dalam kuesioner. Pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner berupa pertanyaan – pertanyaan tertutup yang bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai pengetahuan dan perilaku dari responden penelitian. Bila ada hal yang belum jelas, maka peneliti akan membantu menjelaskan maksud pertanyaan dalam kuesioner. Lembar kuesioner yang sudah terisi dikumpulkan untuk dibuat analisis. 3.8 Identifikasi variabel a) Variabel bebas : Lokasi SD tempat murid bersekolah b) Variabel tergantung : Tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan c) Variabel perancu : Fasilitas, tata – tertib di sekolah, dan ajaran orang tua di rumah 3.9 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional

Cara ukur Kuesioner

Alat ukur

Hasil Ukur

Tingkat

Pengetahuan

Kuesioner yang Terdapat 13

Pengeta

cuci

tangan disebarkan

huan

yang

dinilai kemudian

Cuci

berdasarkan

responden

Kuesioner yang

Tangan

kuesioner

mengisi

digunakan

Poin 1-13

sendiri

adalah

Jawaban :

terdiri dari 13 pertanyaan dengan pertanyaan.

penilaian:

kuesioner yang Ya : 1 pernah

Tidak : 0

digunakan sebelumnya dan dilakukan validitas

Pengetahuan baik:

telah 50 – 100% uji (Jawaban benar 7 dan – 13)

Skala Ukur Ordinal

reliabilitas dengan

nilai Pengetahuan

Alpha

rendah:

Cronbach 83,8%. Perilaku

Tingkat

Cuci

Perilaku

Tangan

tangan

Kuesioner cuci disebarkan yang kemudian

<50% (Jawaban

6

benar <7)

Kuesioner yang Terdiri terdiri

dari

7

pertanyaan.

dari

7 Ordinal

pertanyaan Poin 14-19

dinilai

responden

Kuesioner yang Jawaban :

menggunakan

mengisi

digunakan

Ya: 2

kuesioner

sendiri

adalah

Tidak : 0

kuesioner yang Poin 20 pernah

Jawaban :

digunakan

A:2

sebelumnya

B:0

dan dilakukan validitas

telah uji Perilaku baik: dan 50 – 100%

reliabilitas dengan

(Jawaban benar 8 nilai

– 14)

Alpha Cronbach

Perilaku kurang:

83,8%.6

<50% (Jawaban

benar

<8) Lokasi

Lokasi

SD Kuesioner

SD

berdasarkan

disebarkan

letak

kemudian

1. SD Desa

Nominal

2. SD Kota

(Perkotaan dan responden Pedesaan)

mengisi sendiri

Kelas

Kuesioner disebarkan kemudian responden mengisi sendiri

Kelas 4,5, dan 6

Ordinal

Jenis

Jenis Kelamin Kuesioner

Laki – Laki

Kelamin

Responden

Perempuan

disebarkan

Nominal

kemudian responden mengisi sendiri Usia

Waktu

lama Kuesioner

hidup

disebarkan

responden

kemudian

terhitung

Numerik

dari responden

hari lahir

mengisi sendiri

3.10 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Pada penelitian ini digunakan kuesioner pengetahuan dan perilaku dari penelitian Mayasari FF 2012 dengan Cronbach’s Alpha 83,8%.6

3.11 Rencana Pengolahan dan Analisis Data Semua data hasil pengisian kuesioner yang telah diisi oleh responden selanjutnya akan diberikan scoring. Data yang telah diberikan scoring selanjutnya dimasukkan ke dalam program SPSS, dilakukan pembersihan data dan selanjutnya akan dilakukan analisis univariat untuk setiap variabel. Selanjutnya variabel yang diteliti akan dilakukan uji hipotesis bivariat dengan menggunakan chi-square. Program SPSS yang digunakan yaitu SPSS versi 20. 3.12 Etik Penelitian Penelitian dilakukan dengan didahului oleh pembuatan proposal dan dikirimkan kepada Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Perijinan lokasi penelitian akan dikirimkan kepada SD INPRES 17 REMU Kota Sorong dan SD INPRES 26 Klamono. Pengambilan data akan dilakukan setelah mendapat perijinan dari komite etik dan perijinan lokasi. Pengambilan data berupa pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden. Pengisian kuesioner dilakukan dengan persetujuan dari orang tua responden. Responden dan orang tuanya terlebih dahulu diberikan penjelasan secara lisan dan tertulis oleh peneliti tentang penelitian yang akan dilakukan. Kerahasiaan data dari setiap responden dijamin oleh peneliti.

DAFTAR PUSTAKA 1.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), Perilaku Sederhana yang Berdampak Luar Biasa [Internet]. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jendral Kementerian Kesehatan RI; 15 Oktober 2012 [disitasi 28 Nov 2018]. Diambil dari: http://www.depkes.go.id/development/site/jkn/index.php?cid=2086&id=cucitangan-pakai-sabun-(ctps)-perilaku-sederhana-yang-berdampak-luar-biasasanitasi-penting-karena-.html.

2.

World Health Organization. Diarrhoeal disease. [internet]. 2 Mei 2017 [disitasi 4 Des 2018]. Diambil dari: http://www.who.int/news-room/factsheets/detail/diarrhoeal-disease.

3.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan - Kementerian Kesehatan RI. Hasil utama riskesdas 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2018. hal 21-31.

4.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sorong. Kabupaten sorong dalam angka. Sorong: BPS Kabupaten Sorong; 2018. hal 87-8.

5.

Rosyidah AN. Hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada murid di sekolah dasar negeri Ciputat 02. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah. 2014.

6.

Mayasari FF. Perbedaan perilaku cuci tangan antara anak SD perkotaan dengan anak SD pedesaan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2012.

7.

Fauci AS, Longo DL, Kasper DL. Harrison's principles of internal medicine. Edisi ke - 19. New York: McGraw-Hill; 2012. hal 265 – 6.

8.

Ejemot RI, Ehiri JE, Meremikwu MM, Critchley JA. Hand washing for preventing diarrhoea – systematic review. The Cochrane Library [internet]. 3 Sep 2015 [disitasi 13 Des 2018];(9):225. Diambil dari: https://www.cochranelibrary.com/cdsr/doi/10.1002/14651858.CD004265.pub3/ep df/full.

9.

Kementerian Kesehatan RI. Infodatin pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI – perilaku mencuci tangan pakai sabun di Indonesia. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI; 2018. hal 1- 8 . Diambil dari: http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=15021800006.

10. Budiman, Riyanto A. Kapita selekta kuesioner pengetahuan dan sikap dalam penelitian kesehatan. Edisi ke – 1. Jakarta: Salemba Medika; 2013. hal 3 – 8. 11. Wawan A, Dewi M. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia. Edisi ke -1. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011. hal 58 – 66. 12. World Health Organization. Hand Hygiene: why, how & when? [internet]. Geneva : World Health Organizaton; 2 Agu 2009 [ disitasi 7 Des 2018]. hal 405 – 20 .

Diambil dari: http://www.who.int/gpsc/5may/Hand_Hygiene_Why_How_and_When_Brochure. pdf. 13. Badan Pusat Statistik. Klasifikasi perkotaan dan pedesaan di indonesia [internet]. Jakarta: Badan Pusat Statistik; 12 Jul 2010 [disitasi 10 Des 2018]. hal 13-5.

Diambil

dari:

https://sirusa.bps.go.id/webadmin/doc/MFD_2010_Buku_1.pdf. 14. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar – dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke – 5. Jakarta: Sagung Seto; 2014. hal 343.

LAMPIRAN 1. Tabel Hasil Penelitian a. Karakteristik Demografi Responden Perkotaan Jumlah

Persentase

Pedesaan Jumlah

Persentase

Kota dan Desa Jumlah

Persentase

Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan Kelas 

4



5



6

b. Pengetahuan Pengetahuan Baik Jumlah

Persentase

Pengetahuan Rendah Jumlah

Persentase

SD Kota SD Desa c. Perilaku Perilaku Baik Jumlah

Persentase

Perilaku Rendah Jumlah

Persentase

SD Kota SD Desa d. Rata – rata penilaian tingkat pengetahuan Jumlah Murid

Rata - rata

Jumlah Murid

Rata - rata

SD Kota SD Desa e. Rata – rata penilaian tingkat perilaku

SD Kota SD Desa

2. Jadwal Penelitian

November Pembuatan proposal Pengumpulan proposal Uji Etik Pengumpulan data Pengolahan data Analisis data Menulis laporan

Desember Januari

Februari

Maret

Juli

3. a. Lembar Penjelasan Penelitian Tanggal: __/__/2019

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent)

Kepada Yth. Responden Dengan Hormat, Saya mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Papua, bermaksud untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Perbandingan Pengetahuan Dan Perilaku Cuci Tangan Pada Anak Sd Di Daerah Pedesaan Dan Perkotaan Di Wilayah Kabupaten/Kota Sorong Tahun 2019”. Sehubungan dengan kegiatan penelitian ini, Saya akan meminta kesediaan anak Bapak/Ibu untuk menjawab beberapa pertanyaan yang tidak memakan waktu lebih dari lima belas menit. Adapun segala informasi yang anak Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan dalam penelitian ini. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk memberikan izin kepada anak Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian

ini

bersifat

sukarela

dan

tidak

akan

memberikan

dampak

yang

membahayakan. Bila Bapak/Ibu bersedia mengikutsertakan anak Bapak/Ibu dalam penelitian ini, maka kami mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar pertanyaan ini dengan menandatangani lembar persetujuan dibawah ini. Dalam hal ini jika masih ada hal yang belum jelas, Bapak/Ibu dapat menanyakannya kembali kepada Jolly Gara Sirait (HP: 0853-1202-7294). Bila Bapak/Ibu menolak ikut dalam penelitian ini, tidak akan ada dampak negatif apapun terhadap Bapak/Ibu. Demikian informasi ini Saya sampaikan kepada Bapak/Ibu. Atas perhatian dan waktu yang telah diluangkan untuk menerima kedatangan kami, diucapkan terima kasih.

Peneliti Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Papua

3. b. Lembar Persetujuan LEMBAR PERSETUJUAN “Informed Consent”

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

:………………………………………………………………

Umur

:………………………………………………………………

Pekerjaan

:………………………………………………………………

Alamat

:………………………………………………………………

No.telepon

:………………………………………………………………

Nama anak

:………………………………………………………………

TTL anak

:………………………………………………………………

Telah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta memahaminya. Dengan penuh

kesadaran

dan

tanpa

paksaan

saya

menyatakan

BERSEDIA/TIDAK

BERSEDIA*untuk berpartisipasi dalam penelitian yang berjudul “Perbandingan pengetahuan dan perilaku cuci tangan pada anak sd di daerah pedesaan dan perkotaan di wilayah kabupaten/kota sorong tahun 2019”. Sorong, …… Februari 2019

Yang membuat pernyataan,

*coret yang tidak sesuai

(……………………………….)

4. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU CUCI TANGAN ANTARA ANAK SD PERKOTAAN DENGAN SD PEDESAAN

Nama Responden

:

Alamat

:

Umur

:

Jenis kelamin

:

Kelas :

1. Laki-laki

2. Perempuan

1. Kelas 4 2. Kelas 5 3. Kelas 6

Pengetahuan dan Perilaku Anak tentang Cuci Tangan Pilihlah Jawaban yang menurut anda benar dan sesuai dengan memberikan tanda (X) Silang 1. Apakah adik mengetahui pengertian dari cuci tangan ? A.

Ya

B.

Tidak

2. Apakah adik mengetahui kalau cuci tangan itu merupakan program pemerintah? A.

Ya

B.

Tidak

3. Menurut adik penting atau tidak cuci tangan itu ? A.

Ya

B.

Tidak

4. Apakah di rumah orangtua ada mengajarkan pada adik mencuci tangan? A.

Ya

B.

Tidak

5. Ketika dilakukan program cuci tangan di sekolah apakah adik suka dengan kegiatan tersebut ? A.

Ya

B.

Tidak

6. Di sekolah disediain tempat untuk cuci tangan ? A.

Ya

B.

Tidak

7. Apakah adik masih ingat bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar? A.

Ya

B.

Tidak

8. Apakah adik bisa menirukan cara mencuci tangan yang baik dan benar itu ? A.

Ya

B.

Tidak

9. Apakah adik tahu kalau cuci tangan itu bisa mencegah kita terkena diare ? A.

Ya

B.

Tidak

10. Apakah adik tahu kalau cuci tangan itu bisa mencegah kita terkena flu? A.

Ya

B.

Tidak

11. Apakah adik tahu kalau cuci tangan itu bisa mencegah kita terkena kecacingan? A.

Ya

B.

Tidak

12. Apakah adik tahu kalau cuci tangan itu bisa mencegah kita terkena infeksi saluran pernapasan? A.

Ya

B.

Tidak

13. Apakah adik tahu kalau cuci tangan itu bisa mencegah kita terkena infeksi kulit? A.

Ya

B.

Tidak

14. Setelah diberikan pengajaran cuci tangan, apakah adik masih melakukannya setiap hari ? A.

Ya

B.

Tidak

15. Apakah adik selalu mencuci tangan sebelum atau setelah makan? A.

Ya

B.

Tidak

16. Apakah adik selalu mencuci tangan setelah buang air kecil atau besar? A.

Ya

B.

Tidak

17. Apakah adik selalu mencuci tangan setiap selesai bermain ? A.

Ya

B.

Tidak

18. Apakah adik selalu mencuci tangan setelah memegang hewan ? A.

Ya

B.

Tidak

19. Apakah adik ada mengingatkan orang lain untuk mencuci tangan ? A.

Ya

B.

Tidak

20. Menurut adik mencuci tangan yang benar itu bagaimana ? A.

Dengan air saja

B.

Dengan air mengalir dan sabun

5. Rincian Anggaran Perencanaan biaya penelitian sesuai tahapan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut. Rancangan Biaya Penelitian No.

Kebutuhan

Jumlah

Persiapan pengambilan data 1

2

-

Administrasi

Rp

200.000

-

Kuesioner

Rp

200.000

Rp

500.000

Pengambilan data -

Souvenir

3

Penyusunan dan penggandaan laporan

Rp

300.000

4

Biaya lain-lain

Rp

200.000

Rp

1.400.000

Total biaya Terbilang : Satu Juta Empat Ratus Ribu Rupiah

Related Documents


More Documents from ""