Review Film Soe Hok Gie.docx

  • Uploaded by: Salwa Aoliya
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Review Film Soe Hok Gie.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 827
  • Pages: 2
REVIEW FILM SOE HOK GIE Film yang disutadarai oleh Riri Riza ini menceritakan tentang sosok Soe Hok Gie, seorang pemuda Indonesia keturunan Cina yang tumbuh dalam pergolakan yang ada di Indonesia pada akhir tahun 1950 dan awal tahun 1960 dan merekamnya dengan catatan harian. Film ini adalah ingerpretasi pembuatan film atas kehidupannya. Soe Hok Gie lahir pada 17 Desember 1942, ketika perang sedang berkecamuk di Pasifik. Di durasi awal film sudah menyisipkan kutipan gambaran Indonesia pada masa itu yang berbunyi “Indonesia di akhir 1950 dan di awal 1960 adalah sebuah Negara yang terjebak di antara Perang Dingin. Apakah Indonesia di bawah pimpinan presiden seumur hidup Soekarno akan mengikuti ideology komunis, adalah pertanyaan bagi semua orang. Seluruh unsur masyarakat terpolitisasi dan seluruh faksi dalam masyarakat, termasuk mahasiswa Indonesia, aktif terlibat dalam permainan politik yang kemudian ikut menentukkan masa depan bangsa ini.” Dimulai pada tahun 1956, film ini menyebut peristiwa Cikini yang terjadi. Kabar beredar melalui radio. Saat itu, 20 orang tergabung dalam komplotan yang melakukan kegiatan terror dan bom Cikini telah diamankan. Soe Hok Gie merupakan sosok yang berpikir kritis, hingga pada suatu waktu, ia berdebat dengan gurunya tentang masalah materi pembelajaran. Soe hok gie tetap pada pendiriannya, hingga akhirnya ia harus mendapatkan ketidakadilan nilai dari guru tersebut karena dianggap menentang pendapat guru. Ketidakadilan ini berlanjut sampai akhirnya Gie sempat tidak naik kelas, keadaan itu yang membuat Gie membenci sekolah itu bahkan benci kepada gurunya, sehingga ia memutuskan untuk pindah sekolah ke sekolah swasta, disinilah Gie mendapatkan satu kepercayaan karena di sekolah inilah ia mendapat perhatian, guru-guru yang mengajar selalu dapat melihat sifat Gie sebagai suatu kelebihannya. Ia merasa nyaman bersekolah di tempat ini. Gie melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, ia masuk ke Universitas Indonesia dengan jurusan Sastra karena gie menganggap bahwa dirinya senang menulis. Di Universitas Indonesia ia sangat aktif sampai akhirnya ia menjadi bagian dari ormawa. Lalu ia mendapat pekerjaan di sebuah surat kabar, disinilah awal mula sosok Gie dikenal. Kritik-kritik pedasnya tentang bangsa Indonesia membuat banyak orang yang membaca surat kabar hanya untuk sekedar mencari tahu siapa sebenarnya yang berani menulis kritik-kritik pedas tersebut. Gie menjalani masa remaja dan masa kuliahnya di bawah rezim pelopor kemerdekaan Indonesia Bung Karno, yang ditandai dengan konflik antara militer dengan PKI. Gie dan temantemannya bersikeras bahwa mereka tidak memihak golongan manapun. Meskipun Gie menghormati Soekarno sebagai founding father negara Indonesia, Gie begitu kontra dengan pemerintahan Soekarno yang dinilai menyebabkan hak rakyat yang miskin terinjak-injak. Gie tahu banyak tentang ketidakadilan sosial, penyalahgunaan kedaulatan, dan korupsi di bawah pemerintahan Soekarno, dengan tegas ia bersuara menulis kritikan-kritikan yang tajam di media. Soe juga sangat membenci bagaimana banyak mahasiswa berkedudukan senat mengeluarkan janjijanji manisnya yang hanya omong kosong belaka yang mengedoki usaha mereka memperalat situasi politik untuk memperoleh keuntungan pribadi. Penentangan ini memenangkan banyak simpati bagi Gie, tetapi juga memprovokasikan banyak musuh. Banyak group intern berusaha

melobi Soe untuk mendukung kampanyenya, sementara musuh-musuh Hok Gie bersemangat menggunakan setiap kesempatan untuk mengintimidasi dirinya. Pada tanggal 30 September 1965, terjadi penculikan jendral-jendral angkatan darat. Sejak saat itu ketegangan semakin meningkat. Hingga akhirnya harga-harga melambung tinggi. Dalam pandangan Gie, ini sesungguhnya adalah taktik pemerintah untuk mengalihkan perhatian rakyat. Mahasiswa UI saat itu bersatu, mereka berusaha meminta hak-hak rakyat dengan cara berdemo secara besar-besaran. Mahasiswa ini mengajukan tiga tuntutan kepada pemerintah yang dikenal sebagi tritura. Tuntutan mahasiswa ini hingga Februari 1966 belum terpenuhi, bahkan Presiden sendiri saat itu menegaskan bahwa tidak akan ada pembubaran PKI. Mahasiswa berdemo lagi. Keadaan di masyarakat semakin kacau. Baru pada tanggal 11 Maret 1966, Supersemar dikeluarkan dan seolah menjadi jawaban atas keadaan saat itu. Soekarno menyerahkan mandatnya kepada panglima angkatan darat Soeharto. Saat itulah sesungguhnya militer yang sebelumnya bersitegang dengan PKI mendapat kekuasaan. Sampai pada akhirnya para anggota PKI pun diburu, ditangkap, disiksa dan dibantai. Gie yang bukan tidak pro atau kontra ke pihak manapun merasa tersinggung rasa sosialnya untuk menulis kesewenang-wenangan dan kebiadaban orde baru. Tan Tjin Han, teman kecil Hok Gie, sudah lama mengagumi keuletan dan keberanian Soe Hok Gie. Namun dirinya sendiri tidak memiliki semangat pejuang yang sama. Setelah waktu memisahkan mereka, ,mereka dipertemukan kembali meski hanya sebentar. Gie menemukan bahwa Tan telah terlibat PKI tetapi tidak tahu konsekuensi apa yang sebenarnya menantinya. Hok Gie mendesak Tan untuk menanggalkan segala ikatan dengan PKI dan bersembunyi, tetapi Tan tidak menerima desakan tersebut. Dalan film ini selanjutnya memaparkan keberanian untuk terus mengkritik hingga sampai padasatu titik Gie merasa lelah dan terus mendapat reaksi keras dari orang-orang yang merasa terusik atas ulah Gie. Sampai pada suatu hari semua teman-teman yang dulu bersama dengan dia memperjuangkan pendapatnya, kini meninggalkan dia. Gie yang merasa tertekan dan kesepian pada akhirnya menuju ke puncak Gunung Semeru. Namun ternyata hari itu adalah hari terakhir dalam hidupnya. Gie meninggal di Gunung Semeru dalam kesedihan dan kesepian akibat gas beracun.. Gie merubah pandangan banyak orang bahwa kita sebagai masyarakat Indonesia sudah sepantasnya ikut serta dalam membangun dan menjaga Indonesia dari golongan-golongan yang tidak bertanggung jawab. Gie mengajarkan kepada pemuda-pemudi Indonesia bahwa kebebasan berpendapat adalah kewajiban banyak orang.

Related Documents

Review Film Soe Hok Gie.docx
November 2019 14
Soe Hok Gie
June 2020 22
Hok
May 2020 9
Hok Kotha
November 2019 14
A Film Review
April 2020 10
Hok (2)
May 2020 8

More Documents from "andres"

Review Film Soe Hok Gie.docx
November 2019 14
Konsep Tugas Akhir Pkn.docx
November 2019 12
Beras 2019.docx
April 2020 12
Doc2.docx
December 2019 20
Status Kesehatan.docx
December 2019 13