Restrukturisasi Bisnis Listrik Di Amerika

  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Restrukturisasi Bisnis Listrik Di Amerika as PDF for free.

More details

  • Words: 1,600
  • Pages: 4
INDUSTRI KETENAGALISTRIKAN AMERIKA SERIKAT SETELAH 20 TAHUN RESTRUKTURISASI Translate dari paper: Severin Borenstein dan James Bushneill 

 

   

I.

II.

Sebelum 1990an, Pelanggan listrik amerika dilayani oleh monopoli perusahaan utilitas yang menangani pembangkitan, transmisi, lokal distribusi dan penagihan/pembayaran. Regulator menentukan harga listrik retail melalui “ Cost as Service Regulation” Di tahun 1990an, model monopoli terdisrupsi di banyak Negara dengan istilah “restrukturisasi listrik” yang memungkinkan: o Non-utility generator menjual listrik ke utilitas o Sebagai Penyedia Layanan Retail- membeli listrik dari pembangkit dan menjual ke end user Menurut Borenstein dan Busneill bahwa motivasi politik terbesar untuk resustrukturisasi adalah pengalihan sewa (rent Shifting) bukan perbaikan effisiensi. Restrukturisasi kemudian berhasil sebagai dampai kekecewaan akibat janji pengurangan harga akibat transfer sewa yang tidak berjalan Faktor eksternal mendorong perubahan tingkat listrik seperti kemajuan teknologi dan fluktuasi harga gas alam Borenstein dan Busneill juga berpendapat bahwa dinamika serupa terjadi saat ini (panel surya contohnya) yang tetap mahal dari sudut pandang masyarakat tetapi ekonomis karena transfer sewa yang dimungkinkan Pendahuluan Di pertengahan tahun 1990an, sebagian besar pelanggan listrik Amerika Serikat (US) dilayani oleh monopoli perusahaan Utilitas (IOU), yang mensuplai dari pembangkitan, transmisi, distribusi lokal, dan Penagihan/pembayaran. IOU diatur secara ketat oleh komisi layanan publik tingkat negara bagian yang diatur dalam Peraturan Biaya layanan (Cost of Service Regulation). Antara tahun 1995-2002 terjadi restrukturisasi kelistrikan di US dengan tujuan mengubah iklim kompetisi disana. Restrukturisasi ini mengantarkan industri menjadi less-regulated dan didasarkan struktur pasar. Kebijakan lanjutannya adalah fokus pada isu perbaikan lingkungan. Dasar pemikiran utama dari paper ini adalah restrukturisasi dalam industri listrik selama dua dekade terakhir telah didorong terutama mengejar Quasi-rent, bukan pada peningkatan effisiensi. Strategi ini memunculkan hubungan antara average cost dan marginal cost produksi. Dimana average cost adalah basis penentuan harga dibawah regulasi sedangkan marginal cost adalah basis penentuan harga kompetitif pasar. Fakta yang terjadi adalah iklim kompetisi telah memperbaiki efisiensi pembangkitan dan memperbaiki koordinasi operasi jaringan yang dulunya terpisah tidak saling berhubungan. Dan dampak terbesar akibat dari perubahan harga gas dan perubahan teknologi baru. Penulis paper berpendapat bahwa banyak insentif yang sama yang menciptakan momentum politik untuk restrukturisasi 20 tahun yang lalu masih ada di industry. Salah satu fokus yang terjadi saat ini adalah “distributed generation”. Teori Dan Implementasi Resutrukturisasi Ketenagalistrikan Di luar amerika, definisi restrukturisasi kelistrikan adalah pelepasan saham pemerintah dari perusahaan penyedia listrik sedangkan di amerika, dari awal pemerintah tidak punya saham mayoritas disana, tetapi peran pemerintah adalah

1|Page

yang mengatur pasar grosir melalui Komisi Federal Pengaturan Energi (FERC). Proses restrukturisaasi di US fokus pada pembangkitan, transmisi, dan retail. A. Reformasi Akses Transmisi Restrukturisasi transmisi melalui 2 jalan yaitu Jalur regulasi untuk memaksa Perusahaan monopoli Transmisi agar membuka akses ke pihak ketiga, dan Jalur Institusional, mendorong terciptanya Operator sistem independent (ISO) dan selanjutnya Organisasi Transmisi regional (RTO). ISO diatur sebagai peusahaan nirlaba dan diatur oleh FERC, tidak memiliki asset pembangkit atau konsumen retail sehingga tidak memihak dan selama hasilnya tidak mengganggu keandalan. Adanya ISO/RTO mendorong terjadinya koordinasi antar transmisi yang dahulu terpisah sehingga semakin meningkatkan effisiensi. B. Restrukturisasi Kepemilikan Pembangkitan Restrukturisasi kepemilikan dan remunerasi asset pembangkit. Perubahan dari status perusahaan utilitas menjadi status Independent Power producer (IPP). Dimana assetnya dialihkan dari model regulasi biaya layanan yang didasarkan pada biaya produksi rata-rata menjadi model harga berbasis pasar untuk output yang dihasilkan. Perusahaan IOU dipaksa untuk melepaskan saham pembangkit dan pembangkitan baru tidak dijamin dengan pengembalian positif. Tetapi justru dari tahun 1997 hingga 2002 terjadi peningkatan jumlah IPP. Data pada figure 2 menunjukkan bahwa terjadi keragaman tiap negara bagian terkait kepemilikan IPP dimana ada yang resistant dan ada yang mengikuti tergantung dari hasil harga akhir di pasar secara ekonomis. Dipaksanya IOU melepas pembangkitan menjadikan pembangkit sebagai “ stranded Asset” dan mekanisme umum untuk merecovery asset tersebut pada periode transisi dimasukkan ke komponen harga retail. C. Restrukturisasi dan Reformasi Layanan Ritel ungkapan yang sering dikaitkan dengan restrukturisasi retail seperti “customer choose” atau “freedom to choose”. Dimana sebelumnya pelanggan tidak punya pilihan, hanya ke perusahaan monopoli penyedia listrik (IOU), dengan adanya restrukturisasi ini pelanggan diberikan akses ke penyedia retail energy baru. Penyedia baru ini bisa dari pembangkit sendiri atau grosir listrik yang di jual ke end user. Restrukturisasi dimulai 20 tahun yang lalu, harga retail menyimpang jauh dari struktur ideal yang efisien. Namun konfigurasi teknologi dan pasar menyisakan ruang peluang inovasi. Teknologi pengukuran yang kian canggih menjadikan tarif dapat divariasikan khususnya untuk komersial dan industry dan munculnya Time of Use (TOU) pricing Jalan lainnya adalah differensiasi terkait keandalan (reliability). Dengan adanya penjual retail listrik diharapkan dari sisi keandalan juga terjadi persaingan. III.

Kinerja Pasar Listrik Sejak Restrukturisasi Dimulai A. Pasar Grosir Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa restrukturisasi listrik di amerika ditandai dengan terbentuknya RTO/ISO. Dan data menunjukkan bahwa pada rentang 1998 hingga 2012 terdapat beberapa fakta yang muncul seperti:  Terdapat lonjakan harga periode 2000-2001 di pasar California, yang diakibatkan dari minimnya persaingan yang diakibatkan kombinasi pengetatan kapasitas dan tidak adanya kontrak baru

2|Page



Di pasar lain, sebagian besar pasar wholesale listrik didominasi oleh harga gas. Selama tahun 2006-2008 harga gas melonjak hingga diatas $11/MMBTU sehingga menaikkan biaya pembangkitan dan harga pasar listrik. Hal itu berakibat dahulu 1990an banyak PLTU dianggap sebagai stranded asset menjadi sangat menguntungkan karena rendahnya biaya operasi dan harga pasar listrik yang menguntungkan.

B. Restrukturisasi dan Operasi Pabrik Restrukturisasi operasional pembangkit yang paling jelas terlihat di pembangkit Nuklir, dimana sebagian besar pembangkit nuklir didivestasikan dari dari perusahaan utilitas menjadi non utilitas. Sedangkan dari sisi operasi masih belum didapatkan bukti yang jelas terkait peningkatan operasional baik dari sisi pengelolaan bahan bakar maupun produktifitas pegawai. C. Restrukturisasi dan Harga Eceran Berdasarkan data di paper table 1 menunjukkan bahwa dari tahun 1998-2007 perbandingan antara harga rata-rata listrik di daerah yang restrukturisasi dan nonrestrukturisasi cenderung lebih tinggi daerah yang malah di restrukturisasi. Baru kemudian sebaliknya untuk tahun 2007 hingga 2012. Artinya sebenarnya jika dihubungkan dengan tujuan awal yang menginginkan effisiensi dan ujungnya penurunan harga justru malah tidak tercapai dengan adanya restrukturisasi ini. Kemudian setelah tahun 2007 ke 2012 baru mulai ada penurunan untuk wilayah yang restrukturisasi.  Restrukturisasi pembangkit (merchant generation) tidak terlalu berpengaruh terhadap harga retail  Harga natural gas sangat berpengaruh terhadap wilayah yang di restrukturisasi maupun non-restrukturisasi  Efek kenaikan harga natural gas sangat signifikan pada wilayah yang di restrukturisasi Tahun 1990an perusahaan monopoli listrik didorong untuk restrukturisasi dengan motivasi harga jual yang rendah. Dan akhirnya mereka menjadi market based pricing tetapi akibatnya menjadi lebih terekspos dengan harga natural gas. Sedangkan harga natural gas lambat laun makin meningkat dan puncaknya tahun 2007. Ketika harga gas meningkat, asset yang dahulu dilepas karena stranded asset malah menjadi sangat berharga karena memiliki operation costnya rendah. D. Evolusi Struktur Harga Ritel Evolusi harga retail listrik berkembang ketika teknologi semakin berkembang. Khususnya stand meter listrik yang dapat mendapat mendeksi waktu pemakaian. Artinya harga retail listrik dapat dibedakan berdasarkan waktu tertentu tiap harinya. Jika jam sibuk harga listrik tentu lebih tinggi jika dibandingkan harga dimana pemakaian minim misalnya malam hari. Harga retail ini secara prinsip dapat diterapkan disetiap jenis pelangan. Tetapi hingga saat ini mayoritas baru bisa diterapkan dipelanggan komersial atau industry. Sedangkan di residensial masih banyak belum diterapkan terkait dynamic pricing. IV.

20 Tahun Berikutnya Setelah 20 tahun restrukturisasi tersebut di bidang pembangkitan , transmisi dan retail. Saat ini evolusi berlanjut di bidang teknologi yang lebih fokus pada lingkungan yang mendisrupsi industry saat ini. Dan kos untuk lingkungan tentunya menjadi struktur penentuan harga listrik.

3|Page

Kemudian didukung oleh berbagai regulasi yang berkembang terkait pelestarian lingkungan dan terus berkembangnya renewable energy yang trennya terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal-hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap energy mix khususnya di amerika. A. Pengelolaan Sumber Daya Generasi Intermiten Kemudian belakangan berkembangnya solar PV juga mulai merubah kebiasaan pemakaian listrik di ameria. Khususnya di Negara bagian California dimana proyeksi beban hariannya membentuk Grafik bebek (duck chart) dimana siang hari beban penggunaan listrik dari jaringan yang semakin menurun karena pemakain Solar PV yang meningkat dan beban naik kembali menjelang malam hingga pagi dan turun lagi paginya membentuk Duct Chart. Tantangan lainnya adalah adanya subsidi untuk renewable energy yang membuat harganya semakin murah tetapi disisi lain akan menggerus nilai keekonomisan dari pembangkit dengan bahan bakar konvensional. Hal ini tentunya akan menimbulkan volatilitas permintaan yang tidak dapat diperkirakan. Cara selanjutnya untuk memastikan pembangunan pembangkit adalah dengan skema Take or Pay. Skema ini untuk menjamin investor mendapatkan pengembalian yang realistis dari nilai investasiny. B. Kebijakan Menuju Distributed Generation Kebijakan tentang Distributed generation, banyak kalangan memprediksi trendnya menjadi “ Death Spiral” ketika sudah semakin banyaknya pelanggan yang menggunakannya. Hal ini terjadi karena perusahaan penyedia listrik cenderung akan menaikkan harga listriknya sebagai pengembalian atas biaya investasinya tetapi disisi lain dipaksa untuk membuat Solar PV semakin ekonomis yang jika semakin besar pelanggannya akan menggerus pendapatan di listrik konvensional. Hal ini seperti terjadi pada saat awal dorongan untuk restrukturisasi di tahun 1990an. V.

Kesimpulan Restrukturisasi listrik di amerika telah berlangsung sejak 1990an yang dahulu mengadopsi pasar monopoli menjadi industry berbasir pasar. Hal ini berdampak cukup dramatis di pelaku industry di US yang awalnya memiliki fasilitas pembangkit, transmisi, distribusi, dan penagihan kemudian didirong mendivestasikan fasilitasnya untuk masuk industry berbasis pasar yang cukup rentan terekspose harga natural gas. Kemudian harga natural gas yang semakin meningkat, pelaku usaha menjadi cukup menyesal melepas fasilitas pembagkitannya yang awal restrukturisasi menjadi stranded Asset kemudian menjadi bernilai kembali. Hingga tahun 2007 harga gas mulai turun kembali, akan tetapi jaman sudah berubah dimana iklim kea rah fokus lingkungan semakin tinggi dan pasar menuju Distributed generation (DG) Saat DG mulai berkembang mulai kembali terjadi dilema, disisi lain didorong untuk mengekonomiskan DG tetapi jika semakin besar malah mengurangi pendapatannya dari penjualan listrik konvensional. Oleh karena itu dibutuhkan pengaturan/regulasi agar pelaku industri listrik dan masyarakat sama-sama diuntungkan.

4|Page

Related Documents