Rasm.docx

  • Uploaded by: Nisrina Syifa Syawalda
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rasm.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,175
  • Pages: 10
RASMUL AL-QUR’AN

DISUSUN OLEH : 1. M.ALFI AZRI : 0404183127 2. INAYAH : 0404183107 DOSEN PENGAMPU : Drs.H.SYUKRI, M.ag 195711141996031001

FAKULTAS USHULUDDIN T.A 2018/2019

KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan. Pada kesempatan kali ini kami menyusun makalah untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah ilmu Al-Quran dengan judul "Rasm Al-Qur’an” yang menjelaskan sedikit tentang proses penyebaran dan penyempurnaan Al-Quran sejak zaman Utsman Bin Affan hingga sekarang. Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat bagi kita semua dan bagi kami khususnya selaku penyusun makalah,menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pak dosen agar kami bisa menjadi lebih baik untuk ke depannya. Aamiin.

PENYUSUN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................i DAFTAR ISI ....................................................................ii BAB I PENDAHULUAN ................................................ 1 A. LATAR BELAKANG............................................. 1 B. RUMUSAN MASALAH ........................................ 1 C. TUJUAN.................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN ................................................. 2 A. PENGERTIAN ........................................................ 2 B. HUKUM DAN KEDUDUKAN ............................ 3 C. SUSUNAN AYAT DAN SURAT .......................... 4 D. PERBEDAAN PARA ULAMA ............................. 5 E. PENYEMPURNAAN RASM UTSMANI ............. 6 BAB III PENUTUP .......................................................... 7 KESIMPULAN ................................................................ 8 DAFTAR PUSTAKA....................................................... 9

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Al-Quran diturunkan secara bertahap. Setiap kali ada ayat turun, Rasulullah SAW segera menyampaikannya kepada umat, dan memerintahkan untuk menulisnya. Diantara sahabat, ada yang langsung menghafal ayat al-Qur'an setiap kali turun. Ada pula yang hanya menulisnya, dan Rasulullah menuntun penulisan itu sesuai dengan urutan surat dan ayat. Ketika Rasulullah SAW wafat, Al-Qur'an tidak terkumpul dalam satu buku (mushaf), melainkan tersimpan dalam dada para sahabat, terukir diatas lembar-lembar para penulis wahyu. Pada saat itu para penghafal al-Qur'an sangat banyak, dan ada yang hafal secara keseluruhan. Ketika Abu Bakar khalifah pertama memberantas kaum murtadin dan pendukung nabi palsu; Musailamah, banyak dari penghafal al-Qur'an gugur sebagai Syahid, hingga Abu Bakar khawatir hal ini akan mengakibatkan lenyapnya al-Qur'an dari muka bumi. B. RUMUSAN MASALAH 1. Menjelaskan pengertian rasm alquran 2. Menjelaskan hukum dan rasm Al-Qur’an 3. Menjelaskan susunan ayat dan surat 4. Menjelaskan perbedaan ulama tentang kedudukan rasm utsmani 5. Menjelaskan penyempurnaan rasm utsmani C. TUJUAN Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan semua mahasiswa pada umumnya mampu memahami tentang rasm al-quran.

BAB II

PEMBAHASAN A. PENGERTIAN RASM AL-QUR’AN Yang dimaksud dengan Rasm Al-Qur’an atau Rasm Utsmani atau Rasm Utsman adalah tata cara menuliskan Al-Qur’an yang ditetapkan pada masa khlalifah bin Affan. Istilah rasm dalam Islam Al-Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an. Istilah Rasm Ustman lahir bersamaan dengan lahirnya Mus bin zubair, Said bin Al-Ash, dan Abdurrahman bin Al-harits. Mushaf Utsman ditulis dengan kaidah tertentu. Para ulama meringkas kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu :[1] 1. Al-Hadz (membuang, menghilangkan, atau meniadakan huruf). Contoh, menghilangkan huruf alif pada ya’nida’, dari ha tanbih, pada lafaz jalalah. 2. Al-Jiyadah (penambahan), seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mampunyai hukum jama’ dan menambah huruf setelah hamzah marsumah (hamzah yang terletak diatas tulisan wawu. 3. Al-Hazmah, salah satu kaidahnya berbunyui bahwa apabila hamzah berharakat sukun, ditulis dengan huruf berharakat yang sebelumnya, contoh I’dzan ( ) dan U’tumin ( ). 4. Badal (pergantian), seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan. 5. Washal dan fashl (penyambungan dan pemisahan), seperti kata kul yang diringi kata ma ditulis dengan disambung. 6. Kata yang dapat dibaca dua bunyi. Penulisan kata yang dapat dibaca dua bunyi disesuaikan dengan salah satu bunyi. Didalam mushaf Utsmani, penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif (yakni dibaca dua alif), boleh juga dengan hanya menurut buyi harakat (yakni dibaca satu alif). B. HUKUM DAN KEDUDUKAN RASM AL-QUR’AN Kedudukan rams Ustman dipersilahkan para ulama, apakah pola penulisan tersebut merupakan petunjuk Nabi (tawqifi) atau hanya ijtihad para sahabat. Jumbur ulama berpendapat bahwa pola rams Utsmani bersifat dengan alasan bahwa para penulis wahyu adalah sahabat-sahabat yang ditunjuk dan dipercayai Nabi saw. Pola penulisan tersebut bukan merupakan ijtihad para sahabat Nabi, dan para sahabat tidak mungkin melakukan kesepakatan (ijma) dalam hal-hal yang bertentangan dengan kehendak dan restu Nabi. Sekelompok ulama berpendapat lain, bahwa pola penulisan didalam rams Ustmani tidak bersifat taufiqi, tetapi hanya ijtihad para sahabat. Tidak pernah ditemukan riyawat Nabi mengenai ketentuan pola penulisan wahyu. Bahkan sebuah riwayat Nabi mengenai ketentuan pola penulisan wahyu. Bahkan sebuah riwayat dikutip oleh Rajab Farjani : “Sesungguhnya Rasulullah saw, memerintahkan menulis Al-Qur’an, tetapi tidak memberikan petunjuk teknis penulisannya, dan tidak pula melarang menulisnya dengan pola-pola tertentu. [2] Beberapa orang memperhatikan sikap yang berlebihan dengan menyatakan pendapat, bahwa Rasm Qur’ani itu adalah tauqifi, yang metode penulisannya diletakkan

sendiri oleh Rasulullah Saw. Mereka mengaitkan Rasm Qur’ani itu kepada beliau, padahal beliau adalah seorang Nabi yang tak kenal baca tulis. Mereka mengatakan bahwa Nabi pernah berkata kepada Muawiyah, salah seorang petugas pencatat wahyu : “Ambillah tinta, tulislah huruf” dengan qalam (pena), rentangkan huruf “baa”, bedakan huruf “siin”, jangan merapatkan lubang huruf “miim”, tulis lafadz “Allah” yang baik, panjangkan lafadz “Ar-Rahman”, dan tulislah lafadz “Ar-Rahim” yang indah kemudian letakkan qalam-mu pada telinga kiri, ia akan selalu mengingat Engkau. Ibnu Mubarak termasuk orang yang paling bersemangat mempertahankan pendapat seperti itu. Dalam bukunya yang berjudul Al-Ibrizt ia mencatat apa yang dikatakan oleh gurunya; Abdul Aziz Ad-Dabbagh, yang mengatakan sebagai berikut : “Tidak seujung rambut pun dari huruf Qur’ani yang ditulis oleh seorang sahabat Nabi atau lainnya. Rasm Qur’ani adalah tauqif dari Nabi (yakni atas dasar petunjuk dan tuntunan langsung dari Rasulullah SAW). Beliaulah yang menyuruh mereka (para sahabat) menulis rasm qur’ani itu dalam bentuk yang kita kenal, termasuk tambahan huruf alif dan pengurangannya, untuk kepentingan rahasia yang tidak dapat dijangkau akal fikiran, yaitu rahasia yang dikhususkan Allah bagi kitab-kitab suci lainnya”.[3] Lagi pula, seandainya itu petunjuk Nabi, rasm itu akan disebut rasm Nabawi, bukannya rasm ‘Utsmani. Belum lagi ummi Nabi diartikan sebagai buta huruf, yang berarti tidak mungkin petunjuk teknis datang dari Nabi. Tidak pernah ditemukan suatu riwayat, baik dari Nabi maupun sahabat bahwa pola penulisan Al Qur’an itu berasal dari Nabi. Dengan demikian, kewajiban mengikuti pola penulisan Al Qur’an versi Mushaf ‘Utsmani diperselisihkan para ulama. Ada yang mengatakan wajib, dengan alasan bahwa pola tersebut merupakan petunjuk Nabi (tauqifi). Pola itu harus dipertahankan walaupun beberapa di antaranya menyalahi kaidah penulisan yang telah dibakukan. Bahkan Imam Ahmad ibn Hanbal dan Imam Malik berpendapat haram hukumnya menulis Al Qur’an menyalahi rasm ‘Utsmani. Bagaimanpun, pola tersebut sudah merupakan kesepakatan ulama mayoritas (jumhur ulama). Ulama yang tidak mengakui rasm ‘Utsmani sebagai rasm tauqifi, berpendapat bahwa tidak ada masalah jika Al Qur’an ditulis dengan pola penulisan standar (rasm imla’i). Soal pola penulisan diserahkan kepada pembaca. Kalau pembaca lebih mudah dengan rasm imla’i, ia dapat menulisnya dengan pola tersebut, karena pola penulisan itu hanya simbol pembacaan, dan tidak mempengaruhi makna Al Qur’an. C. SUSUNAN AYAT DAN SURAT Para ulama berbeda pendapat mengenai penulisan urutan ayat-ayat dan surat-surat dalam Al-Quran. Ada yang mengatakan bahwa penulisan urutan ayat dan surat dalam Al-Quran bersifat taufiqi seperti yang telah dikutip oleh sebagian besar ulama. Diantara mereka yang menganut paham taufiqi yaitu As-Suyuthi.Az-Zarkasyi dan Abu Jafar. Zaid Bin Tsabit berkata: “kami menulis Al-Quran dari Riqa’, yakni mengumpulkannya dan menertibkanya” Dari perkataan Zaid Bin Tsabit tersebut dapat dipahami bahwa sahabat Rasulullah yang bernama Riqa’ telah menulis Al-Quran dari Rasulullah tetapi masih belum tersatukan

sehingga Zaid mengumpulkan dan menyusunnya menjadi satu. Ini menunjukkan bahwa Al-Quran telah disusun oleh Rasulullah sendiri yang mana Rasulullah mendapat bimbingan dari malaikat jibril. Pendapat lain mengatakan bahwa penulisan urutan ayat dan surat dalam Al-Quran adalah hasil ijtihad para sahabat,mereka menggunakan dalil hadist riwayat muslim dari Hudzaifah yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW membaca surat Al-Baqarah pada rakaat pertama lalu membaca surah Al-imran pada rakaat kedua. Ini menunjukkan bahwa urutan Al-Quran adalah surat Al-Baqarah lalu surat Al-Imran. D. PERBEDAAN ULAMA TENTANG KEDUDUKAN RASM UTSMANI Mushaf-mushaf yang dikirim Utsman ke seluruh penjuru negeri yang disebut sebagai rasm utsmani, adalah mushaf yang wajib diikuti berdasar kesepakatan para ulama, meskipun kita tidak begitu mengerti apa hikmah dibalik perbedaan metode penulisan Rasm Utsmani dengan kaidah-kaidah penulisan dalam bahasa Arab. Hukum wajib ini bukan tanpa alasan. Menurut sebagian ulama rasm utsmani telah disepaki oleh 12000 sahabat. Kesepakatan ini menjadikan sebuah kewajiban bagi kita untuk ittiba'. Rasulullah SAW memerintahkan kita berpegang teguh terhadap sunnah beliau dan sunnah-sunnah khulafa'ur rasyidin. Imam Al-Baihaqi dalam kitab haditsnya "Syu'bul Iman", mengatakan bahwa hendaknya kita membaca dan menulis Al-Qur'an sesuai dengan apa yang telah ditulis para sahabat. Karena mereka lebih banyak ilmunya, lebih benar hati dan lisannya, dan lebih besar amanahnya. Syeikh Abduraahman bin Al-Qadli al-Magrabi mengatakan bahwa hukum menulis al-Qur'an tidak sesuai dengan rasm utsmani adalah haram. Alasan yang dijadikan dalil memperbolehkan penulisan Al-Qur'an yang tidak sesuai dengan rasm utsmani berupa ketidak mengertian kalangan awam atas rasm utsmani dan akan mengakibatkan mereka keliru dalam membaca al-Qur'an dan alasan-alasan yang lain, adalah alasan yang tidak dapat diterima karena ini bertentangan dengan apa yang telah disepakati oleh sebagian besar sahabat dan para ulama sesudahnya. Jika ditanya, mengapa kita tidak memakai mushaf Abu Bakar saja, padahal mushaf tersebut ada sebelum mushaf utsman? Jawabannya adalah bahwa mushaf Abu Bakar mengumpulkan ketujuh wajah qira'ah di mana di dalam penulisannya mengakibatkan adanya perbedaan antar satu qira'ah dengan qari'ah yang lain, untuk menghindari kerancuan. Lagi pula mushaf Abu Bakar telah sirna karena ikut tercuci saat Hafshah binti Umar ummul mukminin meninggal. Sedangkan mushaf utsman dinukil dari mushaf Abu Bakar yang hanya menuliskan satu qiraah yakni qiraah dengan dialek bahasa bangsa Quraisy. E. PENYEMPURNAAN RASM UTSMANI Bangsa Arab telah mengenal tulisan sejak zaman dahulu kala. Tidak heran mereka bisa membaca dan menulis. Tetapi setelah agama islam menyebar ke berbagai belahan dunia

Orang-orang islam banyak yang tidak faham tentang tulisan-tulisan yang ada pada mushaf Utsmani pada waktu itu. Tulisan Arab belum memiliki tanda baca seperti titik dan syakal seperti sekarang ini, karena tulisan Arab didasarkan pada watak orang-orang Arab yang masih murni, sehingga tidak memerlukan titik dan syakal. Hal ini membingungkan penganut agama islam di beberapa daerah yang bahasa ibu mereka bukan bahasa Arab,mengetahui pentingnya menyamakan tulisan pada mushaf Utsmani para ulama berpikir keras bagaimana supaya orang-orang islam non-Arab bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar. para ulama berpendapat bahwa Abu Aswad Ad-Duali lah peletak pertama dasar-dasar kaidah bahasa Arab atas permintaan Ali bin Abi Thalib.perbaikan dan penyempurnaan rasm Utsmani berjalan secara bertahahap pada mulanya syakal berupa titik: fathah berupa satu titik diatas awal huruf, dammah berupa satu titik diatas akhir huruf dan kasrah berupa satu titik di bawah awal huruf. kemudian terjadi perubahan penentuan harkat yang berasal dari huruf, dan itulah yang dilakukan oleh al-khalil,perubahan itu ialah fathah adalah dengan tanda sempang di atas huruf, kasrah berupa tanda sempang di bawah huruf, dammah dengan wawu kecil diatas huruf dan tanwin dengan tambahan tanda serupa pada mulanya, para ulama tidak menyukai usaha perbaikan tersebut karena khawatir akan terjadi penambahan dalam Al-Quran. ibnu masud pernah berkata, “Bersihkanlah Al-Qur’an dan jangan kau dan jangan kau campuradukkan dengan apapun.” Kemudian akhirnya hal itu sampai kepada hukum boleh (jaiz) dan bahkan dianjurkan. An-Nawawi berkata, “pemberian titik dan penyakalan mushaf itu dianjurkan (mustahab), karena ia dapat menjaga mushaf dari kesalahan dan penyimpangan. perhatian untuk menyempurnakan rasm mushaf kini telah mencapai puncaknya dalam bentuk tulisan arab (al-khattul)arabiy sebagaimana yang kita ketahui dan kita baca setiap hari.

BAB III

PENUTUP KESIMPULAN Yang dimaksud dengan Rasm Al-Qur’an atau Rasm Utsmani atau Rasm Utsman adalah tata cara menuliskan Al-Qur’an yang ditetapkan pada masa khlalifah bin Affan. Istilah rasm dalam Islam Al-Qur’an diartikan sebagai pola penulisan al-Qur’an yang digunakan Ustman bin Affan dan sahabat-sahabatnya ketika menulis dan membukukan Al-Qur’an. Kedudukan rasm Ustman dipersilahkan para ulama, apakah pola penulisan tersebut merupakan petunjuk Nabi (tawqifi) atau hanya ijtihad para sahabat. Jumbur ulama berpendapat bahwa pola rams Utsmani bersifat dengan alasan bahwa para penulis wahyu adalah sahabat-sahabat yang ditunjuk dan dipercayai Nabi saw. Pola penulisan tersebut bukan merupakan ijtihad para sahabat Nabi, dan para sahabat tidak mungkin melakukan kesepakatan (ijma) dalam hal-hal yang bertentangan dengan kehendak dan restu Nabi Pada mulanya mushaf para sahabat berbeda antara satu dengan lainnya. Mereka mencatat wahyu Al Qur’an tanpa pola penulisan standar. Karena umumnya dimaksudkan hanya untuk kebutuhan pribadi, tidak direncanakan akan diwariskan kepada generasi sesudahnya. Di antara mereka ada yang menyelipkan catatan-catatan tambahan dari penjelasan Nabi, ada lagi yang menambahkan simbol-simbol tertentu dan tulisannya yang hanya diketahui oleh penulisnya. Syeikh Abduraahman bin Al-Qadli al-Magrabi mengatakan bahwa hukum menulis alQur'an tidak sesuai dengan rasm utsmani adalah haram. Alasan yang dijadikan dalil memperbolehkan penulisan Al-Qur'an yang tidak sesuai dengan rasm utsmani berupa ketidak mengertian kalangan awam atas rasm utsmani dan akan mengakibatkan mereka keliru dalam membaca al-Qur'an dan alasan-alasan yang lain, adalah alasan yang tidak dapat diterima karena ini bertentangan dengan apa yang telah disepakati oleh sebagian besar sahabat dan para ulama sesudahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. M. Qhuraish Shihab, Membumikan Al-Quran: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan masyarakat, Penerbit Mizan, Bandung 1994. Prof. Dr. H. Rachmat Syafe’i, M.A. Pengantar Ilmu Tafsir, Penerbit Pustaka Setia, Bandung februari 2006. Drs. Abu Anwar, M.Ag, Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, Penerbit Amzah, Oktober 2005. Al-Quran, Microsoft Word Office 2007.

More Documents from "Nisrina Syifa Syawalda"