Puisi C. H. Yurma

  • Uploaded by: Chairan Hafzan Yurma
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Puisi C. H. Yurma as PDF for free.

More details

  • Words: 324
  • Pages: 5
PUISI C. H. YURMA

(Mahasiswa Universitas Andalas Padang. Bergiat dan menetap di Rumah Kreatif Kandangpadati)

KUDA PERANG pandai berlari kencang tapi takdirnya hanya untuk ditunggangi menapak tanah getar yang ditabuh lelarian peraup darah yang tak kasat menjelma hitam sampai menghitam panjang dan jauh sebab ditunggangi nasib bebas telah terlupa bahkan padang luas dikemas tertata pada bentang baju zirah si penunggang 2009

PERHELATAN YANG HILANG menyanjung ke pucuk gonjong dada langit terpaut ujung runcing di lantai sehamparan duduk seseorang dari masa lalu bersila menghalau gerak rayap menjemput titah terserak tuah tak pernah rumpang untuk ditanam pada yang mendengar lalu siapa yang memilih tetap di halaman menyambut tetamu yang membungkus sejarah ke dalam dangkalnya cekungan carano dan orang pencari tak sampai-sampai menemukan puncak perhelatan 2009

KAPAL BELIA (aku) pernah kutatap matamu mengikuti ke mana arah pandangnya laut menyambut dan senja begitu tenang tapi aku takut pada lupa hingga tak lagi kenal maut di pucuk karang jika tiba-tiba hendak kucoba memukat tubuhmu sebab aku kapal belia kadang candu dimabuk ombak maka kuputuskan sebuah cara seperti melontar doa-doa ke liang awan kelak hujan atau kemarau akan menyudahinya 2008

KALAU KAU SEPI kalau kau rasa sepi ketuklah pintu karibku yang tak pernah terkunci tapi harus pula kau kenal bunyi denting palu mengadu tulang bunyi deru darah memantik api dari hati sebab kalau siap nanti kutikam kau jika sepi kembali kau beri 2008

MEMASUKI PUISI o pengembara, kini syair berharap kau pulang pada puisi malam bertarik-balas memuja dendam di sini tuhan tak lagi memetakan makna suatu tanda bagi arah serta keraguan para peziarah yang tak pernah meninggalkan jejak menutup “amin” liang yang bukan lagi petang tubir pasir renggang ke tepian bebatang ombak tegar lalu telungkup kuyup sebelum angin lebih lengang di akhir tikungan aku menanya aksara pagi tentang jauh hujan berkabar doa meski harus hilang baris demi baris kita jelmakan esok yang barangkali tak lagi datang serta penadah mantra bersama kasib laron bertandang ini waktu pada ruang yang hilang 2006

Related Documents

Puisi C. H. Yurma
April 2020 10
C. H
November 2019 35
C&h
November 2019 36
Puisi
April 2020 38
Puisi
May 2020 37
Puisi
July 2020 30

More Documents from ""

Puisi C. H. Yurma
April 2020 10