Proposal Wd. Jumiati Ramadhan.docx

  • Uploaded by: Fijai Ode
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal Wd. Jumiati Ramadhan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,308
  • Pages: 14
PROPOSAL PERAN MEDIA SOSIAL MENDORONG PROSES TRANSISI DEMOKRASI MESIR

OLEH: WA ODE JUMIATI RAMADHAN C1A4 15 O49

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2018

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya media sosial merupakan perkembangan mutakhir dari teknologiteknologi baru yang berbasis internet, yang memudahkan semua orang untuk dapat berkomunikasi, berpartisipasi, saling berbagi dan membentuk sebuah jaringan secara online, sehingga dapat menyebar luaskan konten mereka sendiri. media sosial adalah situs yang menjadi tempat untuk berkomunikasi antara individu yang asatu dengan individu lainya yang terhubung dalam suatu jaringan yang disebut dengan media sosial. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa media sosial merupakan salah satu bentuk perkembangan dari adanya internet. Melalui media sosial, seseorang dapat saling terhubung dengan setiap orang yang tergabung dalam media sosial yang sama untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Media sosial memiliki sifat yang lebih interaktif apabila dibandingkan dengan bentuk media tradisional seperti radio, maupun televisi. Melalui media sosial, kita dapat secara langsung berinteraksi dengan orang lain, baik melalui komentar dalam media sosial maupun dengan sekedar memberikan like pada setiap postingan seseorang.1 Seperti yang kita ketahui di era modern seperti saat ini jaringan teknologi sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat di seluruh dunia termaksud di negara mesir di mana media social di jadikan sebagai alat komunikasi tanpa batas oleh masyarakat setempat, hal ini dikarenakan media social merupakan alat komunikasi yang jangkauanya sangat luas, bebas dan cepat. Sebagian besar masyarakat mesir menggunakan media social sebagai alat komunikasi untuk menyalurkan aspirasi dan pendapat msyarakat. Fenomena media sosial telah menciptakan suasana baru dalam arus informasi kepada masyarakat luas. Media sosial telah membuat siapa saja yang ingin membuat berita, dapat membuat berita sesuai dengan keinginan pembuatnya. Hal tersebut dibuktikan ketika terjadi konflik di negara – negara Timur Tengah khususnya di 1 Yeni Yen Pangesti, 2017. Dampak Media Sosial. FKIP UMP,

Mesir, media sosial telah menjadi “media” bagi masyarakat untuk beraspirasi seperti para demonstran untuk menunjukkan bagaimana masalah konflik yang telah dilakukan oleh pihak pemerintah yang sedang mempertahankan kekuasaannya. Pada kasus gejolak dan konflik yang terjadi di negara mesir, telah muncul sebuah pola yang sangat menarik untuk diteliti mengenai bagaimana media sosial, yang dimiliki oleh para warga negara di negara Mesir yang digunakan untuk membangun sebuah gerakan sosial, serta digunakan untuk menarik perhatian, simpati, dan empati dari masyarakat di dalam negeri, maupun masyarakat dunia.2 pergeseran era informasi dimana sebelumnya, mayarakat memperoleh informasi dari surat kabar, maupun berita elektronik yang di produksi oleh sebuah kantor berita, mengalami proses editing dan proses sensor, dan dikerjakan oleh seseorang yang ahli di bidang jurnalistik, namun di masa sekarang ini masyarakat lebih memilih melihat informasi tersebut melalui media masa atau media social seperti facebook, Instagram, twiter dan lain sebagainya yang berkaitan dengan media social sehingga sat ini biasa di katakan sebagai era media sosial dimana masyarakat memperoleh informasi dari sesama masyarakat yang bebas untuk menyuarakan isu, kabar berita sesuai dengan apa yang dialaminya tanpa sensor, editing, dan hanya didasarkan pada sudut pandangnya saja. Seperti yang di ketahui berita delapan tahun yang lalu telah terjadi konflik besar besaran di mesir di mana masyarakat menyuarakan suaranya agar Presiden Hosni Mobarak segera mundur dari jabatannya. Kelompok ini merupakan salah satu gerakan sosial yang didasarkan pada agama islam, yang banyak mempengaruhi beberapa peristiwa di Mesir, bahkan di negara lain. Kekacauan yang terjadi di Mesir berlangsung selama kurang lebih 2 bulan hingga Hosni Mubarak turun dari jabatannya. Sejak awal Januari 2011 sejumlah aktivis sudah melakukan aksi di Kairo menuntut adanya perubahan mengenai tingginya angka pengangguran, dan korupsi Tidak disangka ternyata aksi terebut telah menyebar di beberapa kota lain dan skala nya bertambah besar.3 2 Social Media Resources, diakses dari http://www.iaee.com/resources/social_media_resources pada tanggal 08 Januari 2013 3 Timeline: Egypt's revolution A chronicle of the revolution that ended the three-decade-long presidency of Hosni Mubarak. Diakses dari

Aksi tersebut semakin berlarut dan berubah menjadi pergolakan yang mengerikan dimana militer negara mesir telah menggunakan senjata -senjata untuk meredam aksi demonstran tersebut sehingga menyebabkan ratusan orang menjadi korban dan ribuan mengalami luka – luka dalam pergolakan dan kekacauan yang terjadi. Sehingga di dalam ke kacauan ini, jaringan internet untuk mengakses mengalami gangguan. Gangguan tersebut banyak dipercaya sebagai upaya dari pemerintah untuk meredam aksi para demonstran yang terus melaporkan kejadian secara langsung di akun media sosialnya masing – masing. Semakin sering demonstran melaporkan kejadian tersebut ternyata, telah menghasilkan sebuah efek domino dimana masyarakat di kota lain juga melakukan aksi di daerahnya masing masing untuk menuntut Presiden Hosni Mubarak agar turun dari jabatannya.4 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada proposal ini adalah sebagai berikut: 1. Apa peran media social mendorong proses transisi demokrasi Mesir? 2. Bagaimna bentuk media social mendorong proses transisi demokrasi Mesir? 1.3 Tujuan dan manfaat 1.3.1 Tujuan Adapun tujuan penulisan pada proposal ini dapat di lihat sebagai berikut: 1. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memahami peran media social terhadap proses demokrasi masyarakat Mesir. 2. Menjelaskan peranan media sosial dalam membentuk opini public yang berpengaruh pada proses demokratisasi masyarakat Mesir. 3. Memperoleh pengetahuan tentang berakhirnya gejolak konflik akibat peran media social.

http://www.aljazeera.com/news/middleeast/2011/01/201112515334871490.html pada tanggal 15 Januari 2014 4 Ibid

4. Untuk menggambarkan bagaimana bentuk media social terhadap proses demokrasi masyarakat Mesir. 1.3.2

Manfaat

Adapun manfaat penulisan pada proposal ini dapat di lihat sebagai berikut: 1. Penelitian ini juga diharapkan menjadi salah satu syarat akademis dan tugas akhir mahasiswa/i dalam rangka mengkaji dan memahami peran media social terhadap gejolak demokratisasi yang terjadi di Mesir. 2. Mengajak pembaca untuk mengetahui bagaimna peran media social terhadap proses demokrasi masyarakat Mesir. 3. Karya ini diharapkan dapat menjadi masukan dan data studi mengenai Kajian Politik Timur Tengah. Khususnya pada penelitian ini mengenai peran media social terhadap proses demokratisasi masyarakat mesir. 4. Penulis juga berharap dari sisi pragmatis agar penelitian ini dapat dijadikan sebagaibahan informasi dan masukan bagi pembuat kebijakan, terutama Pemerintah Indonesia dalam membuat kebijakan terhadap negara-negara di Timur tengah dalam masalah demokrasi. 1.4 Tinjauan Pustaka Secara umum dalam penelitian ini ada beberapa literatur yang dijadikan peneliti sebagai acuan dalam penulisan proposal. Sehingga proposal ini bertujuan menemukan sisi lain dari penelitian-penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sedang penulis kerjakan. Berikut ada beberapa penelitian yang sangat berkesinambungan dengan penelitian penulis, diantaranya. Dalam skripsi yang di tulis oleh Nitta Yuni Mardi Anti yang berjudul “gejolak politik di mesir: studi kasus peran sosial media pada tumbangnya rezim husni Mubarak” dalam penelitianya secara khusus membahas membahas mengenai peran sosial media dalam demokratisasi yang terjadi di Mesir, khususnya pada tumbangnya rezim Husni Mubarak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran sosial media dalam membentuk opini publik dan pada gilirannya berpengaruh pada tumbangnya

rezim Husni Mubarak pada tahun 2011. Penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data-data dan informasi dari sejumlah literature yang relevan dengan pokok permasalahan objek penelitian berupa buku, jurnal, artikel, dan surat kabar, serta melakukan wawancara kepada beberapa pengamat politik Timur Tengah. Pada penelitian ini, penulis menggunakan teori gerakan sosial untuk menjelaskan pelembagaan gerakan sosial di Mesir serta mengetahui siapa actor dibalik tumbangnya rezim Husni Mubarak; kemudian melalui pendekatan demokratisasi untuk menjelaskan kondisi politik dan pergolakan politik yang terjadi di Mesir, dan beberapa tahapan menuju ke arah demokratis dalam pergantian rezim, serta yang terakhir adalah peran sosial media untuk menjelaskan keterlibatannya dalam proses demokratisasi. Hasil temuan dari penelitian ini menemukan bahwa peran sosial media sangat berpengaruh dalam tumbangnya rezim Husni Mubarak di Mesir. Hal ini terlihat, pada masa rezim Mubarak berkuasa selama 30 tahun telah mengunci ruang-ruang kebebasan untuk rakyatnya. Hampir seluruh sektor publik diawasi dan dikontrol penuh oleh rezim. Media-media konvensional (televisi, surat kabar, radio) juga mendapat intervensi penuh dari pemerintah, maka hanya ada satu ruang yang tidak bisa di sensor oleh pemerintah, yaitu sosial media. Kondisi yang terjadi di Mesir pada saat itu menjadi lebih cepat bergerak melalui pemberitaan di sosial media. Sehingga penekanan pada rezim terusterusan terjadi. Sosial media membentuk, membingkai, serta menangkap peluang politik di Mesir. Tanpa kehadiran aktif di sosial media, gagasan politik tidak akan mendapat dukungan secara luas. Media-media besar seperti Facebook, Twitter, dan Youtube memiliki pengaruh besar terhadap tumbangnya rezim Husni Mubarak pada tahun 2011. Hal ini di pertegas empat kerangka teoretis yaitu: pertama, gerakan sosial; kedua, pengertian demokratisasi; ketiga, transisi demokratisasi; keempat, sosial media, dari keempat teori ini saling bekaitan dimuai dari gerakan social yang di maksud dari teori ini adalah di mana gerakan oknum – oknum atau sekelompok organisasi yang secara bebas mengeluarkan aspirasinya untuk menumbangkan rezim Husni Mubarak. Demokrtis yaitu kesatuan paket atau perangkat sistem pemerintahan yang meliputi kebebasan individu (sebagai prinsip utama yang mendasar), pemilihan umum,

pembagian kekuasaan, multipartai, partisipasi masyarakat, kompetisi yang sehat dan adil, kompromi yang terjamin, penegakan hukum yang adil, kebebasan pers, dan adanya transparansi serta pertanggungjawaban dari pemerintah.dan transisi demokratisasi Transisi demokrasi berarti fase peralihan atau perubahan dari suatu fase tertentu ke fase yang lain yang tak sama dengan fase pertama. Kongkritnya, transisi demokrasi diartikan sebagai fasse peralihan rezim politik dari tipe otorier menuju rezim politik pasca otoriter, sedangkan social media adalah alat untuk komunikasi seprti facebook, Instagram, dan twiter. Bertolak belakang dengan skripsi sebelumnya, skripsi ini memnfaatkan media social dengan baik seperti skripsi yang di tulis oleh Tara Rasasti yang berjudul “Fungsi Media Sosial Facebook dan Twitter Dalam Mendorong Proses Transisi Menuju Masyarakat Demokratis Di Tunisia dan Mesir” dalam penelitianya membahas Dengan adanya teknologi ini tercipta banyak sekali bentuk inovasi baru di dalam dunia internasional dan secara cepat dunia akan terbentuk sebagai global village. Global Village adalah keadaan yang tercipta saat seluruh individu terhubung dengan mudah satu sama lain tanpa memandang adanya batas Negara, seakan seluruh masyarakat ada di dalam suatu desa yang besar tanpa batas untuk melakukan komunikasi Secara tidak langsung, Negara dan seluruh elemennya diwajibkan untuk mampu beradaptasi dengan pergerakan teknologi yang kian cepat. Adanya ketidakseimbangan dalam pergerakan teknologi dan kemampuan dari actor untuk memanfaatkan pergerakan tersebut akan menciptakan suatu keadaan renggang, yang berpengaruh buruk bagi jalannya suatu sistem. Fenomena hubungan internasional saat ini berorientasi pada revolusi digital. Penggunaan teknologi dapat membawa suatu perubahan besar bila digunakan secara efektif. Salah satu situasi internasional yang berhasil melibatkan peran teknologi dengan pemanfaatan yang efektif sehingga membawa perubahan besar adalah Arab Spring. Arab Spring merupakan suatuperistiwa internasional dimana terjadi kebangkitan dunia Arab yang lahir di Timur Tengah. Timur Tengah terkenal sebagai wilayah yang kaya dengan hasil minyak sehingga dapat dianggap pula sebagai pemasok minyak

terbesar dunia. Arab sendiri bila diartikan secara literal bermakna sebagai bentuk pemberontakan yang dimulai dari Tunisia pada bulan Desember tahun 2010. Pemberontakan dimulai dari Masyarakat yang menginginkan mundurnya Presiden Tunisia yang menjabat melalui kudeta yaitu Zine El Abidin Ben Ali yang sudah menjabat sejak 7 November 1987 sampai dengan 14 Januari 2011. Terjadinya

gerakan

masyarakat

yang

menginginkan

kejatuhan

rezim

pemerintahan Tunisia saat itu adalah adanya aksi pembakaran diri seorang pedagang kaki lima di Tunisia yang merasa tidak puas atas berjalannya sistem pemerintahan Ben Ali. Situasi tersebut tersebar lewat media sosial dan menarik empati juga menyulut emosi masyarakat Tunisia. Mereka kemudian melakukan gelombang aksi turun ke jalan dalam skala besar dan juga demonstrasi karena ketidakpuasan yang mendalam dan kemarahan mereka yang tidak dapat dibendung lagi akan kepemimpinan Ben Ali, membuat Ben Ali diturunkan secara paksa oleh rakyat Tunisia. Konflik internal yang terjadi di Tunisia inilah yang menjadi bibit dari fenomena Arab Spring. Hal ini di pertegas dengan menggunakan teori New Media dan didukung dengan konsep dari Social Networking Site penulis menemukan bahwa media sosial Facebook dan Twitter merupakan salah satu faktor pendorong masyarakat kelas menengah Tunisia dan Mesir dalam merencanakan gerakan sosial untuk mencapai tujuan sebuah negara demokrasi. Berbeda dengan skripsi sebelumya di dalam buku ini membahas tentang bahwa pada dasarnya media social itu berpengaruh negative terhadap si pengguna medi social seperti dalam buku yang di tulis oleh Ibnu Hamad yang berjudul Konstruksi Realita Politik dalam Media Massa (Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap beritaberita politik) di tuliskan bahwa secara global berita politik selalu dimulai dengan peristiwa politik, baik yang menyangkut organisasi maupun actor politik. Dan konstruksi dari realitas politik ini dibuat hingga membentuk sebuah citra tertentu, yang dari citra tersebut bergantung pada faktor sistem media yang berlaku. Itu karena salah satunya adalah peranan media sosial yang begitu kental dalam pembuatan citra dan dampak yang disebabkan oleh perbuatan media tersebut, dampaknya adalah citra di

masyarakat. Sehingga bisa dikategorikan disini bahwa media sosial terutama, dapat membangkitkan opini masyarakat luas terhadap suatu hal. Sementara dalam jurnal ini media social berperan baik di kalangan pengguna media social seperti yang di tulis Mansur Juned dalam jurnalnya yang berjudul kekuatan politik media social, uji kasus pada revolusi mesir 2011. Berbicara tentang media social Teknologi digital seperti internet telah memberi ruang bebas bagi siapapun untuk berekspresi, tak terkecuali di Timur Tengah. Masyarakat Timur Tengah tidak hanya membahas isu-isu lokal tentang kehidupan sehari-hari, tetapi sudah masuk ke ranah politik dan perubahan. Adanya internet di Timur Tengah adalah berkah tersendiri dalam memasuki era revolusi informasi dan teknologi. Dengan kata lain, pengguna internet di Timur Tengah telah mendapatkan komunikasi dan kapasitas teknis untuk menggunakan jaringan social untuk memobilisasi, dampak nyata yang tidak akan dirasakan selama bertahun-tahun, bahkan mungkin beberapa decade. Mesir adalah salah satu negara di Timur Tengah yang memanfaatkan media social sebagai bagian dari revolusi menuju negara demokrasi. Tidak disangka bahwa media social menjadi salah satu variabel signifikan dalam memulai revolusi politik di Mesir. Media social ini menjadi suatu kekuatan tersendiri bahkan tidak ada satu negara dan pemerintah pun yang bias membatasi dan menutup kekuatan media sosial internet. Dalam jurnal ini menuliskan tentang peringatan bahwasanya Cyber-realis tidak setuju dengan gagasan determinisme teknologi. Bagi mereka, internet adalah media netral terbaik pada rezim otoriter yang bisa digunakan untuk memperoleh keinginan penguasa. Mereka tidak menampik bahwa internet akan mengubah kondisi sosial suatu masyarakat menembus arah perubahan yang kontekstual. Oleh sebab itu, internet justru harus menguatkan status quo dengan penggunaan yang sangat hati-hati. Dalam jurnal ini membhas pula tentang rezim Husni Mubarak sama hlnya dengan skrisi yang pertama. Lalu jurnal ini di perkuat dengan teori Social Media, Revolution, Cyber-Optimis, CyberRealis. Sama halnya dengan jurnal di atas skripsi ini membahas tentang media social berdampak positif di kalangan masyarakat atau beberapa negara seperti yang di tulis

Nurul Dewi Utari dalam skripsinya yang berjudul “Peran Media Sosial Dalam Membantu Revolusi Di Negara - Negara Timur Tengah” tulisan ini akan mengangkat mengenai bagaimana media - media sosial seperti twitter, facebook dan twitter telah berkembang dan menjadi alat bagi para demonstran dan aktivis di berbagai negara di Timur - Tengah untuk melancarkan proses demokratisasi yang sedang diupayakan. Selain itu tulisan ini akan memaparkan mengenai teori social network yang menyatakan bahwa adanya media sosial akan menciptakan komunitas yang utopis. Tulisan ini menjadi penting dan menarik dikarenakan adanya teori social network tersebut yang tidak sesuai jika digunakan untuk mengkaji kasus pergolakan yang terjadi di negara - negara Timur Tengah. Adanya media social justru memberikan warna baru, dan varian baru dalam perpolitikan dunia, digunakan untuk tujuan politik tertentu, dan menjadi senjata nonkonvensional. Dalam skripsi ini membahas beberapa negara yakni Mesir yang terletak di Afrika Utara merupakan negara dengan mayoritas muslim, dan memiliki tingkat kemakmuran yang cukup baik dikarenakan adanya terusan Suez dan sungai Nil. Dengan bentuk Republik, seharusnya Mesir dapat dikatakan sebagai negara yang demokratis. Namun apa yang direncanakan tidak sesuai dengan kenyataan ketika para penguasa negara terus ingin melanggengkan kekuasaan negaranya. Selama lebih dari 30 tahun Presiden Hosni Mubarak telah memerintah Mesir dan selama itu pula warga negara mesir tidak melakukan pemberontakan apapun, atau walaupun terdapat pemberontakan bukan merupakan pemberontakan yang berarti bagi pemerintah dan militer Mesir. Libya, salah satu negara timur tengah yang juga berlokasi di Afrika Utara yang juga memiliki pemerintahan yang otoriter, dan memiliki pemimpin negara yang memimpin Libya selama lebih dari 40 tahun, Moammar Khadafi. Selama 40 tahun lebih Moammar Khadafi memimpin Libya, Khadafi memiliki kekayaan yang sangat melimpah sehingga terdapat golongan masyarakat tertentu yang melihat ketidakadilan yang sangat melukai rakyat Libya. Hingga akhirnya pada tahun 2011 terjadilah pergolakan di negara – negara Arab termasuk juga Libya, yang mengalami efek domino dari apa yang terjadi di Mesir.

Suriah Meskipun belum berhasil melakukan revolusi di negaranya, namun pergolakan dan kekacauan yang bertujuan untuk meruntuhkan Rezim Presiden Bazar Al- Assad sudah cukup menarik perhatian dunia. Efek domino pun terjadi setelah kedua negara Mesir dan Libya berhasil melakukan revolusi di negara masing - masing. Pemberitaan mengenai kekacauan di Suriah sudah sangat jelas tersorot dan mendapat perhatian masyarakat internasional tentang bagaimana kemewahan yang dimiliki penguasanya. Namun hingga saat ini Presiden Bazar Al-Assad tetap bertahan menggunakan seluruh kekuatan militer untuk melawan demonstran dan kelompok aktivis yang menentang pemerintah. Di perkuat dengan teori dari ketiga kasus di negara tersebut sudah dapat terlihat dengan jelas bahwa internet merupakan sesuatu yang penting bagi para aktivis dan demonstran untuk di gunakan sebagai media komunikasi maupun membangun gerakan sosial. Berdasarkan teori yang telah dipaparkan pada latar belakang, media sosial telah hadir di dalam setiap aspek manusia. Manusia telah berkomunikasi satu sama lain dan telah membuat jaringan, dan ketika terdapat media sosial, jaringan akan lebih cepat terbentuk dan informasi pun akan lebih mudah untuk disebarkan kepada sesama anggota. Media – media sosial yang paling sering digunakan pada saat pergolakan di Mesir, Libya dan Suriah adalah Twitter, Facebook dan Youtube. Menurut penulis bahwa tidak bisa dipungkiri disini peran media social memberi kesan baik atau tidak baik karena bisa jadi malah menjatuhkan suatu Negara dengan berbagai beritanya yang dianggap selalu negative dan bahkan bisa kontras dengan apa yang terjadi sebenarnya. Namun disisi lain peran media social juga berdampak positif terhadap masyarakat Mesir dimana media social membawa proses transisi menuju masyarakat demokrasi Mesir yang dimana masyarakat sebelumnya tidak biasa mengeluarkan pendapatnya secara bebas, namun dengan adanya media social itu bisa terwujud. Jadi, penulis menyimpulkan media social membawa pengaruh positif dan pengaruh negative terhadap negara yang ada di seluruh dunia, terutama bagi negara Timur Tengah yang khususnya Negara Mesir.

1.5 Kerangka Teori Adapun kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Teori Jaringan Sosial (Social Network Theory) Tumbuhnya jaringan social, sangat mempengaruhi pertumbuhan social masyarakat terutama pengguna media social itu sendiri. Sesuai dengan perkembangan jaman bahwa aktifitas apapun di sekitar kita pasti ditunjang oleh teknologi-teknologi informasi yang dapat menghubungkan kita dengan masyarakat sekitar kita. Jaringan social yang dibentuk dalam masyarakat ini juga bisa mendukung aktifitas ekonomi para pengguna teknologi jejaring social, karena dari hal itu bisa mendapatkan jaringan kerja yang cukup luas, dimana hal tersebut mendukung aktifitas ekonomi para pengguna jejaring social. Tetapi yang dibahas disini bukan dari segi atau aspek perekonomian para pengguna jejaring social, yang lebih ditekankan disini adalah dari jaringan social ini dapat membentuk aktifitas social yang cukup luas antar wilayah sehingga perkembangan informasi yang didapat juga cukup banyak.5 2. Teori Kebebasan atau demokrasi Kebebasan atau demoktrasisasi adalah suatu bentuk perubahan baik atau buruk yang berlaku secara cepat atau perlahan kearah demokrasi. Demokratisasi dapat juga disebut sebagai masa transisi dari pemerintahan yang non-demokrasi ke bentuk lain dari adanya pembagian kekuasaan dan akuntabilitas antara pemerintahan dan publik di dalam suatu rezim yang baru. Demokratisasi ini menjadi tuntutan global yang tidak bisa dihentikan. Demokrasi sendiri menurut pengertiannya ialah pemerintahan oleh rakyat.6 3. Teori Uses and Gratification 5 Kraus, Sidney and Davis, Dennis, The Effest of Mass Communication on Political Behaviour, The Pennsylvania State University Press, 1978, Bab 6 Hal. 209 6 Bassiouni, Cherif. 1998. Democracy: Its Principles and Achievement, Toward a Universal Declaration on the Basic Principles of Democracy: From Principles to Realisation. Hal 6. Inter-Parliamentary Union, Geneva

Pengguna (Uses) isi media untuk mendapatkan pemenuhan (Gratification) atas kebutuhan seseorang atau Uses and Gratification salah satu teori dan pendekatan yang sering digunakan dalam komunikasi. Teori dan pendekatan ini tidak mencakup atau mewakili keseluruhan proses komunikasi karena sebagian besar pelaku audience hanya dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan (interest) mereka sebagai suatu fenomena mengenai proses penerimaan (pesan media). Pendekatan Uses and Gratification ditujukan untuk menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau agregasi individu.7

1.6 Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh penulis adalah telaah pustaka (library research), yaitu pengumpulan data dengan menelaah sejumlah literatur baik berupa buku-buku, jurnal, dokumen, surat kabar, makalah dan artikel yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dan kemudian menganalisanya.

7http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68241/Chapter%20II.pdf? sequence=4&isAllowed=y

Related Documents

Wd
May 2020 16
Wd
December 2019 15
Wd 1 Tb Userguide
November 2019 11
Sunclayplant2(08) Wd 090507
November 2019 1
Sending Attachement Email Wd
November 2019 17

More Documents from ""