WNPG XI BIDANG 5
PERAN EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PANGAN DALAM PENURUNAN STUNTING
Prof. Dr. Aman Wirakartakusumah Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Jakarta, 3 Juli 2018
1
OUTLINE MAKALAH
A
D
PERAN EKONOMI DALAM PENURUNAN STUNTING
B
PERAN SOSIAL BUDAYA DALAM PENURUNAN STUNTING
C
POSISI TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PANGAN DALAM PENURUNAN STUNTING
REKOMENDASI
2
A. PERAN EKONOMI DALAM PENURUNAN STUNTING
3
Dampak Ekonomi dari Stunting
Potensi kerugian ekonomi setiap tahunnya: 2-3% dari GDP
Rp
Jika PDB Indonesia Rp 13.000 Triliun Potensi Kerugian Rp 260-390 Triliun/tahun
The Worldbank, 2016
Potensi keuntungan ekonomi dari investasi penurunan stunting di Indonesia:
48 kali lipat
Hoddinott, et al, 2013 International Food Policy Research Institute 4
Prevalensi Stunting pada Balita menurut Kuintil Stunting terjadi pada laki-laki dan perempuan, baik dari keluarga miskin maupun kaya, di desa maupun di kota
Prevalensi Stunting pada Balita menurut Karakteristik 60.0 48.4
50.0 40.0
38.1
42.1 36.2
32.5
42.4
38.5 32.3
30.0
29.0
20.0
10.0 0.0 Laki-Laki Perempuan
Jenis Kelamin
Perkotaan Perdesaan
Tempat Tinggal
Terbawah Menengah Menengah Menengah bawah atas
Teratas
Kuintil indeks kepemilikan
Sumber: Riskesdas 2013
• •
Stunting pada keluarga termiskin mengindikasikan keterbatasan akses terhadap gizi yang cukup Stunting pada keluarga menengah ke atas mengindikasikan bahwa terdapat faktor di luar kemiskinan yang menyebabkan stunting, seperti pola asuh yang tidak benar
5
Korelasi antara Kemiskinan dengan Status Gizi Bukti empiris Rendahnya Status Pendidikan & Tingginya Ukuran Rumah Tangga Rendahnya Kemampuan Kognitif
Rendahnya Asupan Pangan Sehat dan Bergizi
Rendahnya Pendapatan
Latent Poverty
Rendahnya Akses Pangan dan Gizi
Sumber: Erdawitha dan Hafiszha (2017)
Pengeluaran Meningkat
Kemiskinan Meningkat 6
Korelasi yang Kuat antara Undernourisment dan Pendapatan Bukti empiris
• Disparitas undernourishment yang cukup besar antar kelompok pendapatan i.e rumah tangga berpendapatan rendah dengan rumah tangga pendapatan atas. • Disparitas undernourishment antar provinsi. Prevalensi yang tinggi di propinsi miskin dan relatif rendah di propinsi yang kaya. Gambaran yang sama terjadi antar Kabupaten, contoh kesenjangan nutrisi di Propinsi Banten (Lebak vs Tangerang) dan Jawa Barat (Kabupaten Pantai Utara dengan Pantai Selatan
7
Chronic Poverty dipengaruhi oleh banyak faktor – gizi dan nutrisi hanya salah satu faktor
Skills : dipengaruhi oleh gizi dan pendidikan
Sumber: Vakis, Rigolini dan Luccetti (2016) 8
B. PERAN SOSIAL BUDAYA DALAM PENURUNAN STUNTING
10
Gizi sepanjang siklus hidup manusia (Sumber : Endang Achadi modifikasi dari ACC/SCN, 2002) IMR, perkembangan mentalterhambat , risiko penyakit kronis pada usia dewasa
USIA LANJUT KURANG GIZI
BBLR Pelayanan Kesehatan kurang memadai Konsumsi tidak seimbang
Proses Pertumbuhan lambat lamba , ASI eksklusif kurang , t MP-ASI tidak benar
Tumbuh kembang terhambat
BALITA KEP
Gizi janin tidak baik
Konsumsi gizi tidak cukup , pola asuh kurang
WUS KEK BUMIL KEK (KENAIKAN BB RENDAH) MMR
Kurang makan , sering terkena infeksi , pelayanan kesehatan kurang , pola asuh tidak memadai
Pelayanan kesehatan tidak memadai
Konsumsi Kurang
REMAJA & USIA SEKOLAH GANGGUAN PERTUMBUHAN & KOGNITIF Produktivitas fisik berkurang/rendah
11
Dimensi Sosial Budaya Konsep inti pembangunan manusia: 1) Keberlangsungan (sustenance) Kemampuan memenuhi kebutuhan dasar 2) Martabat (self-esteem) Menjadi manusia yang utuh, memiliki harga diri dan rasa hormat kepada diri sendiri 3) Kebebasan (freedom from servitude) Kebebasan dalam arti memiliki pilihan, tidak terpinggirkan atau dibatasi dalam menuju pembangunan Sumber: Todaro dan Smith (2006)
Faktor-faktor integral dalam pembangunan manusia mencakup: 4) Sustainability-keberlangsungan
1) Equity-kesetaraan Kesempatan yang untuk semua orang
sama
2) Empowerment-pemberdayaan Kebebasan setiap orang untuk dapat memengaruhi keputusan atau kebijakan yang memengaruhi hajat hidup mereka 3) Cooperation-kerja sama Partisipasi dan rasa memiliki dalam masyarakat dan kelompok sebagai alat untuk memperkaya hidup dan sumber kehidupan sosial yang berarti bagi individu Sumber: UNDP
Memenuhi kebutuhan saat ini tanpa merusak kemampuan untuk memenuhi kebutuhan generasi mendatang 5) Security - jaminan Dapat memanfaatkan kesempatan yang diciptakan oleh pembangunan dengan rasa percaya dan rasa aman 6) Productivity-produktivitas Produktivitas masyarakat dalam proses menghasilkan pendapatan dan melakukan pekerjaan yang bermanfaat
12
Dimensi Sosial Budaya Budaya Erat kaitannya dengan perilaku masyarakat
Pengetahuan & Perilaku Masyarakat
Membangun Nilai & Sistem
Sebagai hasil terbentuknya kebudayaan yang ada di masyarakat
Perwujudan kolektif dari kebudayaan yang ada di masyarakat
Pemilihan Pangan & Pola Konsumsi Dipengaruhi oleh perilaku kesehatan dan ketersediaan sumber pangan
Derajat Kesehatan Masyarakat
Kualitas Kehidupan Masyarakat
Dapat dipengaruhi oleh local wisdom
Dipengaruhi oleh intervensi spesifik dan sensitif
13
REMAJA PEREMPUAN PERNIKAHAN ANAK/DINI - Pergaulan bebas muda mudi dipengaruhi rendahnya pengawasan ortu, teknologi informasi (internet, medsos) - Ekonomi: orangtua menerima mahar, berbagi/melepas tanggung jawab kepada suami - Malu sebagai perawan tua - Hukum adat (Gubalan di Mesuji-Lampung) yang membolehkan perkawinan remaja/anak dg alasan norma agama dan adat - Hamil usia muda: BBLR, pola asuh anak, pengetahuan gizi rendah - Kebutuhan gizi remaja kurang diperhatikan 14
Ibu Hamil & Antenatal Care Indikator Kepercayaan/religi
Struktur Sosial Ekonomi Psikologi
• • • •
Realita Bidan hanya sebagai penolong persalinan Dukun dipercaya terkait ritual & tradisi Merawat ibu dan bayi sesuai tradisi & kekeluargaan Banyak kepercayaan berupa pantangan dan anjuran perilaku & makanan
• Dukun sebagai toma yang diakui kedudukan dan perannya di masyarakat • Dirawat keluarga & dukun lebih murah • Keluarga lebih tenang karena percaya kepada dukun untuk merawat bayi • Pengasuhan anak oleh ibu/nenek/keluarga besar 15
Kehamilan & Persalinan •
Menyembunyikan kehamilan berakibat tidak ANC adanya budaya malu dan ada juga kepercayaan agar tidak diganggu setan
•
Mempercayakan perawatan kehamilan, persalinan dan nifas dengan dukun kampung adanya hubungan keluarga, rasa nyaman, kebiasaan dan biaya lebih murah
•
Ibu diasingkan saat persalinan (Muyu) atau tanpa bantuan penolong persalinan (Baduy)
•
Pantangan makanan tertentu bagi ibu hamil seperti ibu hamil tidak boleh makan makanan yang manis, makanan yang bersantan, makan jenis ikan tertentu (etnis Asmat/makassar). Ibu hamil tidak boleh makan makanan yang enak seperti daging dan sayur (etnis Buru di Maluku)
Sando atauDukun Bersalin di Bima
16
Pantangan makanan pada Ibu Hamil & Nifas HAMIL
HAMIL
HAMIL
- Sembunyikan kehamilan
- Pantangan makan sayur,
- Sembunyikan kehamilan
- Ibu diasingkan saat
- Pantangan makan ikan
ikan & daging segar
- Pantangan makan sayur, ikan & daging segar
bersalin & nifas - Pantangan daging, buah pisang dan ikan
NIFAS Larangan makan daging, ikan
PERSALINAN & NIFAS
NIFAS -Hanya makan jagung bose -Ibu & bayi menlakukan ritual “Sei”
POLA MAKAN PADA BAYI & BALITA Bayi diberi madu, kopi, teh, pisang dll.
Anak pendek tidak masalah asal kuat
Susu formula dianggap lebih baik
Kurus karena dihisap roh jahat
Kolustrum dibuang
Kolustrum dibuang
Kolostrum dibuang Pemberian makanan tambahan sebelum waktunya Beli makanan / jajan untuk mknan balita
Bayi baru lahir diberi daging kelapa muda, campuran pisang dan nasi Kolostrum dibuang
Bayi baru lahir diberi madu dan telor ayam kampung
Kolustrum dibuang
Banyak anak banyak rejeki Bayi 1 bln makan nasi, mie instant Kolustrum dibuang
Balita diberi kopi, teh
Perlunya menampilkan informasi dengan sederhana, menarik, dan mudah dimengerti (salient)
Dapat diterapkan pada: • Menjawab kesenjangan informasi tentang ASI eksklusif dan sanitasi dan mencuci tangan
20
Indonesia dapat memanfaatkan media sosial untuk mendorong perilaku sehat melalui messenger yang tepat Pengguna Twitter* 1. 2. 3. 4. 5.
USA BRASIL JEPANG INGGRIS INDONESIA
*pada tahun 2014
143 000 000 41 000 000 34 000 000 32 000 000 29 000 000
Orang Indonesia menyebarkan 400 hingga 500 juta tweet per hari
Dukungan selebriti memungkinkan penyebaran informasi “Stunting Goodwill Ambassador”
Pengguna Twitter dari Jakarta mengepos 2,4% dari tweet dunia, lebih banyak dari kota manapun
Kampanye online yang didukung selebriti tentang imunisasi mempengaruhi pemahaman dan perilaku secara marginal 21
C. POSISI TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PANGAN DALAM PENURUNAN STUNTING
22
Peran Teknologi Pangan dalam Pencegahan & Penurunan Stunting • Penanganan, proses, pengemasan, penyimpanan, dan distribusi yang tepat perlu menjadi perhatian untuk menghasilkan pangan yang aman, dan bergizi untuk pencegahan stunting di Indonesia • Pengolahan beras di Indonesia harus diperhatikan untuk menghasilkan beras bergizi • Diversifikasi perlu didukung dengan pengembangan teknologi yang tepat untuk produk lokal yang berdaya guna
23
PASCAPANEN
BAHAN PANGAN
PROPER: ➢ HANDLING ➢ PROCESSING ➢ PACKAGING ➢ STORAGE AND ➢ DISTRIBUTION
Menunjang Gizi Seimbang
Sortasi Penanganan
PENCUCIAN PEMOTONGAN BLANSIR
Proses/Pen golahan
STORAGE/ DISTRIBUTION AND SHIPING
PRODUK/ PACKAGING
PENYAJIAN DAN KONSUMSI
24
PELAJARAN: Pengolahan Beras di Indonesia
Has close relationship with the condition of rice process technology in Indonesia
Reformation Era New-Orde Era
Freedom Era 1965-1985 Conventional Technology Before Freedom Era RPT
1945-1965 Traditional Technology
1985-2005 Modern Technology
2005-2025 Advanced Technology
?
Self-sufficient for Rice 25
Perlunya Pengembangan Teknologi untuk Menghindari Kehilangan Zat Gizi pada Beras PENGGILINGAN LEBIH DARI 80 %
ZAT GIZI BERAS
UNIT (SATUAN)
Karbohidrat Persent
BERAS PK 64-73
TINGGAL KARBOHIDRAT, ProteinZAT GIZIPersent 5,8-7,7 LAINNYA HILANG
Kulit ari
Lembaga
BERAS GILING 77-89 2,0-2,8
Lipid
Persent
1,5-2,3
0,3-0,8
Mineral
Persent
2,9-5,2
0,3-0,8
Fibre
Persent
7,2-9,4
0,2-0,5
Vitamin B1
g/g
2,6-3,3
0,3-1,1
1
2
3 26
Polished Rice
Brown Rice
Colored Rice
Polished Rice (70%)
White (Colored) Rice
27
Pengaruh/Peranan Industri terhadap Perbaikan Gizi PERBAIKAN GIZI
LINGKUNGAN SOSIAL dan EKONOMI yang KONDUSIF Peningkatan gaya hidup sehat (khususnya yang berhubungan dengan pola makan) Peningkatan Mutu Asupan (diet) Keamanan & Gizi/ Mutu
INISIATIF LANGSUNG (melalui peningkatan “nilai makanan” yang diproduksi)
INISIATIF TIDAK LANGSUNG (melalui program pelabelan yang bertanggung jawab, iklan & pendidikan)
INISIATIF CSR (kemitraan dengan masyarakat dalam meningkatkan keamanan)
Pengaruh/Peranan Industri terhadap Perbaikan Gizi
28
Pengaruh/Peranan Industri terhadap Perbaikan Gizi … (2) PERBAIKAN GIZI
LINGKUNGAN SOSIAL dan EKONOMI yang KONDUSIF Peningkatan gaya hidup sehat (khususnya yang berhubungan dengan pola makan) Peningkatan Mutu Asupan (diet) Keamanan & Gizi/ Mutu
INISIATIF LANGSUNG (melalui peningkatan “nilai makanan” yang diproduksi)
INISIATIF TIDAK LANGSUNG (melalui program pelabelan yang bertanggung jawab, iklan & pendidikan)
INISIATIF CSR (kemitraan dengan masyarakat dalam meningkatkan keamanan)
Pengaruh/Peranan Industri terhadap Perbaikan Gizi
• Perlunya dukungan masyarakat dan Pemerintah dalam: 1. Menciptakan permintaan untuk diet sehat 2. Insentif bisnis untuk memenuhi permintaan itu 3. Prakarsa Pemerintah lain untuk menciptakan lingkungan untuk memungkinkan
29
Pengaruh/Peranan Perdagangan Dunia terhadap Perbaikan Gizi
30
Pengaruh/Peranan Perdagangan Dunia terhadap Perbaikan Gizi … (4)
• Specific trade concerns referencing Codex Standards raised from 2012 to 2016 (Source: WTO Secretariat)
33
Pengaruh/Peranan Perdagangan Dunia terhadap Perbaikan Gizi … (2) Tantangan • Standar keamanan pangan internasional yang semakin ketat • Membatasi akses pasar • Dapat menyebabkan kerugian ekspor/ penghasilan secara signifikan
Peluang • Diplomasi keamanan pangan • Memastikan: a. Perlindungan kesehatan publik, dan b. Perdagangan internasional yang adil • SDM diplomat keamanan pangan tangguh • Penyediaan dan pengelolaan data ilmiah 34
Ensuring Food SECURITY for reducing STUNTING
Complexity of a food system
…Innovation through PROCESSING 2
1 …when the supply is SUFFICIENT Source: https://doi.org/10.1016/j.tifs.2017.08.014
35
Let’s think about our INDONESIA!
COMBATTING STUNTING
HYGIENE AND SANITATION
Logic model showing direct linkages between stunting risk factors, intervention and mortality/disability
NUTRITION & FOOD SECURITY Blue, or purple (new) are risk factors, orange or yellow (new) are interventions, green are consequences of stunting.
Source: DOI: 10.1002/14651858.CD011695
36
Food Security: Combating STUNTING
Access (Akses)
PHYSICAL & ECONOMIC AL driver
Availability (Ketersediaan)
Safety (Aman)
FOOD SECURITY
Nutrition (Bernutrisi)
Healthy & Active Life
QUALITY driver PRODUCTIVITY
37
Combating undernutrition through CURRENT/EMERGING TECHNOLOGIES
2
Innovation through PROCESSING
Food Fortifications Definition of food fortification: the nutrient added and the food chosen as a carrier have met certain criteria, so that the fortified product will become a good source of the nutrient for a targeted population. Nutrients added for food fortification may or may not have been present in the food carrier originally.
38
Combating undernutrition through CURRENT/EMERGING TECHNOLOGIES
2
Innovation through PROCESSING
Food Fortifications Vitamin A supplementation Can be a high-dose vitamin A capsule Vitamin A-rich fortified palm oil developed in cooperation with the private sector. Only 61percent of children aged 6 to 59 months received vitamin A supplements in 2012 which was well below the 2012 target of 80 percent.
Controllingiodine deficiency disorder (IDD) The consumption of iodized salt is regulated nationally For about and 77.1 percent of households consumed salt with sufficient iodine (Riskesdas, 2013) which is well below the universal salt iodization target of 90 percent. Another 14.8 percent have consumed salt without sufficient iodine content and 8.1 percent consumed salt without any iodine The province with the lowest consumption of iodised salt was Aceh (45.7 percent).
Micronutrients Fortification of Flour with Fe and Zn 39
Turning “Social
Business for Nutrition Improvement” Example of Partnership in Transfer of Technology
Production-driven local resources
Traceability Current and emergingtechnologies
INNOVATIONS
Product ✓ Accessible/Affordable ✓ Acceptable ✓ Aspirational/Nutritional Delivery system
Small-scale food enterprises
Loss minimization
TECHNOLOGICAL TRANSFER
PARTNERSHIPS
Well-developed industries
Loss minimization
Traceability Current and emergingtechnologies
INNOVATIONS
Product ✓ Accessible/Affordable ✓ Acceptable ✓ Aspirational/Nutritional Delivery system
Government/authorizing bodies Academicians Aid agencies International agencies 40
HAMBATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI dan INDUSTRI • Belum maksimalnya pemanfaatan sumber pangan pokok alternatif potensial pengganti atau pendamping beras seperti: jagung, sagu, singkong, ubi jalar, sukun, uwi-uwian, sorghum, talas, labu parang, pisang, jawawut, jali-jali dsb • Lemahnya insentif untuk pengembangan pangan local non-beras dengan nilai ekonomi yang belum jelas sehingga kurang menarik minat petani untuk mengembangkan secara ekstensif • Adanya anggapan inferioritas terhadap pangan non-beras seperti jagung, sorghum, dan umbi-umbian’ dimana berkurang tingkat konsumsinya seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat. • Kebanyakan komoditas pangan non beras tidak siap dikonsumsi secara langsung. Sebagian besar bahan pangan yang potensial tersedia dalam bentuk utuh/segar dengan jumlah relative kecil 41
HAMBATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI dan INDUSTRI • Infrastruktur penunjang baik pada industri hulu maupun hilir masih kurang seperti fasilitas penyimpanan dan pergudangan, sarana pengolahan, sarana transportasi jalan, angkutan untuk memudahkan distribusi pangan antarwilayah • Komoditas non-beras belum diproduksi secara luas, bersifat local atau sporadis, dan tidak tersedia dalam jumlah yang secara ekonomis layak untuk dibangun satu industry • Harga jual menjadi lebih mahal misal tepung sukun dan tepung ubi lebih mahal dari tepung terigu. • Belum ada standar mutu dan keamanan pangan untuk ingridient yang terbuat dari sumber pangan local non-beras • Terbatasnya menu-menu pilihan dengan bahan baku beragam dan masih langkanya resto/catering yang secara khusus menyediakan menu non beras seperti: kapurung, sempolet, papeda, bubur ose, nasi singkong, mie glosor, tiwul menyebabkan masyarakat sulit untuk beralih 42
HAMBATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI dan INDUSTRI • Komoditas beras dianggap merupakan komoditas dengan teknologi yang sudah tersedia di masyarakat dari pemanenan sampai pengolahan jadi nasi atau hidangan lainnya tapi tidak demikian untuk komoditas non-beras • Bahan baku pangan non-beras belum banyak dimanfaatkan dengan produksi menyebar dan jumlahnya sedikit-sedikit sehingga menjadi masalah dalam penyediaan dalam jumlah yang mencukupi sesuai dengan kapasitas produksi dari mesin yang digunakan • Belum fokusnya penelitian dalam mengembangkan teknologi dan inovasi untuk penanganan pasca panen, pengolahan dan pembuatan ingridien pangan local seperti pembuatan aneka tepung • Kualitas SDM terutama pada industri lokal masih rendah 43
D. REKOMENDASI
44
Perbaikan Gizi untuk Memutuskan Rantai Kemiskinan • Indonesia harus menetapkan target yang terukur dalam memperbaiki status nutrisi keluarga Indonesia dengan fokus pada stunting • Strategi yang ditempuh : integrated approach antara smart agriculture led , social protection serta targeted nutrition intervention) • Smart agriculture led – pendekatan kesejahteraan dengan menekankan peningkatan produktivitas dan high value added crops. – Pendekatan supply chain dalam mengidentifikasi fokus produksi akan memperkuat ketahanan pangan. • Social protection : memperbaiki program raskin menuju cash transfer. • Selected nutrition intervention : spatial approach dan enhanced PKH. • Last but not least: Effective social campaign STUNTING GOODWILL AMBASSADOR 45
Mengubah Perilaku Kesehatan adalah Kunci untuk Mengatasi Stunting Informasi: malnutrisi kronis tidak terlihat; orang tua mungkin tidak sadar akan pengaruh perilaku mereka terhadap perkembangan anak (mis. tentang pentingnya berbicara ke bayi)
Praktik nutrisi (ASI eksklusif, beragam pangan – jumlah kelompok makanan, makanan hewani)
Keyakinan dasar tentang peran orangtua: orangtua mungkin tidak sadar akan peran mereka sebagai pendidik atau tidak merasa dapat membuat keputusan
Praktik higenis
Norma sosial: misalnya tentang BAB terbuka, atau norma setempat mengenai ciri-ciri anak yang ‘sehat’
Perilaku Individu Praktik pengasuhan (pemberian makan responsif, pengasuhan responsif, stimulasi verbal, kegiatan/ bahan permainan)
Banyak faktor yang menghambat perilaku kunci, antara lain informasi, keyakinan, dan norma
46
Revitalisasi Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan Lokal • Peningkatan SDM di bidang Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan • Peningkatan produksi bahan baku lokal agar memenuhi kebutuhan industri. • Memberdayakan Riset dan Inovasi serta pemberdayaan antara PT dengan Pemda dan Dunia Usaha Dunia Industri dan CSOs • Penyediaan sarana dan prasarana untuk mengurangi kehilangan pasca panen: – Cold chain untuk produk hortikultura, hasil ternak dan ikan – Gudang kering semacam silo untuk produk biji-bijian – Sistem logistik pangan 47
Revitalisasi Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan Lokal
• Mendorong terbangunnya industri pengolahan yang menghasilkan pangan yang bisa berperan sebagai pangan pokok (seperti mie atau pasta) dengan dasar bahan baku lokal: Mie instant, bihun instan, sempolet, kapurung, tiwul, dll • Menciptakan image dan membangun trust akan produk pangan lokal – Public campaign akan pentingnya mengkonsumsi pangan lokal – Public campaign untuk sosialisasi keunggulan pangan lokal – Private Public Partnership mendukung industri pangan lokal pada skala UMKM
• Membangun nasionalisme dan kedaulatan pangan rakyat Indonesia 48
Revitalisasi Industri Pasca Panen dan Pengolahan Pangan Lokal
• Pembinaan Penerapan standar keamanan pangan dan mutu internasional pada industri pangan lokal terutama yang masih bersifat UMKM
• Pemberian kemudahan dalam perizinan untuk pendirian industri pasca panen dan pengolahan pangan berbasis bahan lokal • Pembuatan PERDA yang mewajibkan pasar modern dan minimarket memasarkan produk pangan berbahan bahan baku lokal dari petani setempat. • Menyediakan insentif untuk Riset dan Inovasi bagi pengembangan teknologi pengembangan pangan lokal 49
50