Problematika yang Terjadi pada Museum Oleh : Ashri Nooraida Permana DIIP-B | 210210120065 Fakultas Ilmu Komunikasi | Universitas Padjadjaran
Dalam pandangan masyarakat pada umumnya, citra museum masih dianggap membosankan dan tidak menyenangkan. Apresiasi masyarakat kepada museum masih kurang. Padahal jika ditelaah lebih dalam, museum cukup signifikan dalam pengembangan wawasan dan pengetahuan. Bila mendengar kata museum, pasti akan langsung tertanam pada pikiran masyarakat bahwa museum itu sebuah gedung kuno yang berisi benda-benda budaya, kumuh, dan angker. Hal stereotif seperti ini terjadi karena makna dari museum yang sebenarnya hanya populer diantara para pelestari, arkeolog, murid-murid sekolah, mahasiswa, peneliti, dan kalangan akademik lainnya. Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. ICOM di dalam Code of Ethics for Museums menetapkan definisi museum baru sebagai berikut: “A museum is a non-profit making permanent institution in the service of society and of its development, open to the public, which acquires, conserves, researches, communicates and exhibits, for purposes of study, education and enjoyment, the tangible and intangible evidence of people and their environment.”
Namun, tampaknya museum-museum milik negara masih memerlukan waktu cukup lama untuk dapat mengubah dirinya ke arah museum baru. Di dalam museum baru seperti yang telah didefinisikan diatas, dikembangkan konsep informasi dan komunikasi dari koleksi yang sudah diberi interpretasi menjadi ciri utamanya (Mensch, 2003; Dean, 1994). Apa yang sekarang kita lihat di sebagian besar Museum adalah sebuah gedung pameran yang tidak dapat memberikan pengetahuan sesuai dengan keinginan pengunjung. Di Bandung terdapat beberapa museum yakni Museum Geologi, Museum Konferensi Asia Afrika, Museum Mandala Wangsit Siliwangi, Museum Pos Indonesia, dan Museum Sribaduga. Kondisi ideal dari sebuah Museum adalah, dimana para pengunjung dapat menyerap ilmu-ilmu yang terdapat di dalam Museum. Berikut adalah contoh dari beberapa permasalahan yang terjadi pada Museum:
a. Pengunjung hanya senang melihat-lihat saja tanpa memahami makna dari benda bersejarah yang ada di Museum. b. Seringkali pengunjung merasa bosan untuk mengunjungi Museum. c. Pengunjung lupa akan ilmu yang ada didalam museum setelah keluar dari museum Poin-poin diatas telah menyebutkan persoalan yang berasal dari pengunjung. Selain itu, masih ada persoalan lainnya yang terjadi didalam Museum, seperti penempatan staff yang tidak sesuai dengan kriteria dan latar belakang pendidikannya. Persoalannya disini, lulusan arkeologi tidak seluruhnya menjadi arkeolog yang bekerja di instansi arkeologi. Salah satu penyebabnya adalah kesempatan untuk menjadi pegawai arkeologi sangat sedikit, dan sebaliknya terdapat banyak bidang perhatian yang lebih menarik bagi lulusan arkeologi di luar dunia arkeolog. Sehingga yang menjadi staff yang bekerja dalam museum, rata-rata tidak memiliki latar belakang yang sesuai. Penulis pernah melakukan kunjungan ke perpustakaan Museum Geologi Bandung pada Oktober 2012, dan mewawancarai staff yang bekerja disitu. Ternyata memang benar, staff-staff pengurus yang bekerja disana tidak ada latar belakang yang sesuai, hanya berlatar belakang SMA. Hal ini sangat berpengaruh terhadap jalannya kinerja museum tersebut. Selain faktor latar belakang pendidikan staff Museum, terdapat satu masalah lagi yang kerapkali terjadi pada Museum, yakni pencurian benda-benda Museum. Pada tahun 2010 Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta mengalami pencurian 75 koleksi Museum.1 Ini seharusnya tidak terjadi jika pembangunan Museum sudah distandarisasi dan pengamanan benda koleksi berjalan secara maksimal. Kejanggalan yang ditemukan pada kasus ini adalah, CCTV dan alarm yang ada di Museum tersebut sudah lama tidak aktif. Padahal salah satu prasarat museum itu adalah masalah pengamanan yang baik. Kasus yang sama terjadi pada Museum Gajah Jakarta, yang terjadi pada September lalu. 4 koleksi emas peninggalan abad 10 Masehi telah hilang dicuri.2 Keempat benda artefak yang hilang itu yaitu lempeng naga mendekam berinskipsi, emas bulan sabit beraksara, wadah
1 2
Sumber: http://joemarbun.wordpress.com/tag/museum-sonobudoyo/ Sumber: http://www.setkab.go.id/berita-10455-amankan-museum-kemdikbud-akan-gunakan-polisi-khususcagar-budaya.html
bertutup yang terbuat dari perak dan emas, dan wadah bertutup yang berdiameter 6,5 cm dan tinggi 6,5 cm. Melihat dari persoalan-persoalan yang kerapkali terjadi pada Museum tersebut diatas, perlu untuk dilakukannya upaya peningkatan kualitas Museum baik itu dari sisi pelayanan maupun pengamanannya. Berikut adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkannya: a. Pengadaan pemandu (guide) agar pengunjung dapat mencerna dan mengetahui sejarah yang terkandung dalam benda-benda koleksi museum. b. Perekrutan staff yang memiliki latar belakang yang sesuai, dan terus memperbaharuinya dengan memberi pelatihan-pelatihan khusus mengenai pengetahuan cagar budaya. c. Meningkatkan sistem keamanan. Petugas keamanan di museum haruslah seseorang yang memiliki kemampuan pengamanan sekaliguas pengetahuan tentang cagar budaya. Oleh karena itu perlu untuk memperbaharui petugas keamanan menjadi polisi khusus cagar budaya. d. Membenahi lagi tata kelola Museum, seperti mengoptimalkan lagi kinerja kamera CCTV dan alarm.
Sumber Referensi Humas Kemdikbud. “Amankan Museum, Kemdikbud Akan Gunakan Polisi Khusus Cagar Budaya” http://www.setkab.go.id/berita-10455-amankan-museum-kemdikbud-akan-gunakan-polisikhusus-cagar-budaya.html (diakses pada 21 Oktober 2013) Marbun, Jhohannes. “Pengungkapan Kasus Sonobudoyo Tak Jelas” http://joemarbun.wordpress.com/tag/museum-sonobudoyo/ (diakses pada 21 Oktober 2013) Marbun, Jhohannes. “Polisi Janji Sikat Pencuri Museum Sonobudoyo Yogya” http://joemarbun.wordpress.com/tag/museum-sonobudoyo/ (diakses pada 21 Oktober 2013) Ramelan, W. Djuwita. “Permasalahan Pengelolaan Cagar Budaya dan Kajian Manajemen Sumber Daya Arkeologi” http://iaaipusat.wordpress.com/2012/04/14/permasalahan-pengelolaan-cagar-budaya-dankajian-manajemen-sumber-daya-arkeologi/ (diakses pada 21 Oktober 2013) http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/539/jbptunikompp-gdl-iisirmanim-26914-3-unikom_i-1.pdf (diakses pada 21 Oktober 2013)