PRINSIP KERJA KAMERA DIGITAL ABSTRAK
Kata kunci
: Kamera Digital
Kamera digital adalah salah satu alat perekam gambar yang sangat revolusioner dari segi cetak maupun teknik fotografi karena kamera digital bekerja tanpa menggunakan film. Sipemotret dapat dengan mudah menangkap suatu objek tanpa harus susah-susah membidiknya melalui jendela pandang karena sebagian besar memang tidak memilikinya. Sebagai gantinya, kamera digital menggunakan sebuah layar LCD yang terpasang dibelakang kamera. Kelebihan dari kamera digital adalah hasil pemotretan dapat langsung dilihat pada layar monitor yang terletak dibagian belakang kamera. Jika gambar yang diambil tidak sesuai dengan yang dinginkan, bisa langsung dihapus. Kamera digital juga dilengkapi dengan fasilitas zoom yaitu pengaturan perbesaran objek yang akan diambil tanpa harus mendekatkan kamera ke objek, serta pengaturan gelap lampu blitz. Kemampuan kamera digital diukur dalam megapixel, yaitu kemampuan kamera untuk menangkap objek. Makin besar angka, berarti kualitas gambar yang dihasilkan makin tajam. Prinsip kerja kamera digital adalah kamera menangkap gambar dari obyek untuk selanjutnya dibiaskan melalui lensa kepada sensor CCD (Charge Couple Device) atau CMOS (Complemenary Metal Oxide Semiconductor) yang hasilnya kemudian direkam dalam format digital kedalam media simpan digital berupa memory card. Proses penangkapan gambar pada kamera digital dilakukan oleh dua jenis perangkat yang memiliki cara kerja yang berbeda, yaitu CCD dan CMOS.
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................................ i ABSTRAK ............................................................................................................ ii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................3 1.3 Tujuan Pembahasan .....................................................................................3 1.4 Manfaat Pembahasan ...................................................................................3 1.5 Pembatasan Masalah ....................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Cahaya ........................................................................................5 2.1.1
Sifat-sifat Cahaya .............................................................................6
2.1.2
Pembiasan Cahaya ...........................................................................6
2.1.3
Hukum Pembiasan Cahaya ..............................................................6
2.2 Lensa ............................................................................................................7 2.2.1
Bentuk dan Sifat Lensa Cembung (Positif) ......................................8
2.2.2
Kekuatan Lensa ................................................................................9
2.2.3
Perbesaran Bayangan .......................................................................9 `
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Kamera .....................................................................................10 3.2 Sejarah Kamera ..........................................................................................11 3.3 Jenis-jenis Kamera Digital .........................................................................13
3.3.1
Kamera Analog (Kamera Manual) .................................................13
3.3.2
Kamera Digital ..............................................................................13
3.4 Konsep Kamera Digital ..............................................................................14 3.4.1
Media Penyimpanan Foto ..............................................................15
3.4.2
Megapixel Kamera Digital .............................................................16
3.4.3
Perbedaan CCD dan CMOS ...........................................................16
3.5 Komponen Kamera Digital ........................................................................17 3.5.1
Lensa .............................................................................................17
3.5.2
Perangkat Pembidik .......................................................................20
3.6 Setting Kamera Digital ...............................................................................22 3.7 Prinsip Kerja Kamera .................................................................................26 3.8 Prinsip Kerja Kamera Digital .....................................................................28
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ................................................................................................30 4.2 Saran ...........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................31
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah Kamera merupakan salah satu penemuan penting yang dicapai umat manusia. Lewat jepretan dan bidikan kamera, manusia bisa merekam dan mengabadikan beragam bentuk gambar mulai dari sel manusia hingga galaksi di luar angkasa. Jauh sebelum masyarakat Barat menemukannya, prinsip-prinsip dasar pembuatan kamera telah dicetuskan seorang sarjana Muslim sekitar 1.000 tahun silam. Peletak prinsip kerja kamera itu adalah seorang saintis legendaris Muslim bernama Ibnu Al-Haitham. Pada akhir abad ke-10 M, Al-Haitham berhasil menemukan sebuah kamera obscura. Itulah salah satu karya Al-Haitham yang paling menumental. Penemuan yang sangat inspiratif itu berhasil dilakukan Al-Haithan bersama Kamaluddin al-Farisi. Keduanya berhasil meneliti dan merekam fenomena kamera obscura. Penemuan itu berawal ketika keduanya mempelajari gerhana matahari. Untuk mempelajari fenomena gerhana, Al-Haitham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan melalui permukaan datar. Berabad – abad yang lalu orang telah mengetahui bahwa kalau cahaya lurus dari sebuah lobang kecil kedalam sebuah ruangan yang gelap maka pada dinding dihadapannya kelihatan bayangan dari apa yang ada dimuka lubang itu. Hanya dalam keadaan terbalik, yang di atas ke bawah dan sebaliknya. Ruangan seperti itu disebut “
Kamera Obscura “ yang artinya tidak lain dari pada kamar gelap. Dari perkataan kamera obscura itulah lahir perkataan kamera, nama yang diberikan untuk alat pemotret. Inilah yang mula – mula disebut Kamera Obscura ( kamera = kamar, Obscura = gelap ), yaitu sebuah ruangan yang gelap dengan lubang kecil pada salah satu dindingnya. Kajian ilmu optik berupa kamera obscura itulah yang mendasari kinerja kamera yang saat ini digunakan umat manusia. Oleh kamus Webster, fenomena ini secara harfiah diartikan sebagai “ruang gelap”. Biasanya bentuknya berupa kertas kardus dengan lubang kecil untuk masuknya cahaya. Teori yang dipecahkan AlHaitham itu telah mengilhami penemuan film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton. Perkembangan
kamera
di
masa
kini,
sungguh
sangat
luar
biasa
pertumbuhannya. Hampir di setiap manusia, tidak lepas dari keberadaan kamera. Dapat dikatakan bahwa kamera kini telah menjadi kebutuhan pokok. Bagaimana tidak, hampir di setiap handphone yang dimiliki sebagian besar masyarakat ada fasilitas kameranya. Kamera sekarang banyak macam jenis, salah satunya kamera yang sekarang ini sering dipakai yaitu kamera digital. Kamera digital adalah salah satu alat perekam gambar yang sangat revolusioner dari segi teknologi cetak maupun teknik fotografi. Keberadaan kamera digital sangat membantu bagi seorang yang ingin bereksperimen untuk menghasilkan efek-efek fotografi selain efek yang dihasilkan oleh kamera efek-efek khusus dapat dibantu dengan mengolah gambar di komputer. Berdasarkan uraian di atas, maka timbul permasalahan bagaimanakah prinsip kerja dari kamera digital ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penulis melakukan pembahasan yang berjudul “Prinsip Kerja kamera digital”.
1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah Bagaimana prinsip kerja kamera digital ?
1.3 Tujuan pembahasan Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui prinsip kerja kamera digital.
1.4 Manfaat pembahasan Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan pembahasan, maka manfaat dari penulisan makalah ini adalah: 1. Manfaat Teoretis Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber acuan dan referensi bagi penulis berikutnya. 2. Manfaat Praktis a) Bagi Guru Bahan masukan bagi guru-guru fisika.
b) Bagi Mahasiswa Sebagai informasi dan bahan acuan bagi pembaca, terutama mahasiswa bidang fisika.
c) Bagi Penulis Menambah wawasan dan pengalaman berfikir penulis tentang prinsip kerja kamera digital.
1.5 Pembatasan masalah Ada bermacam-macam kamera seperti kamera obscura, kamera saku, kamera Polaroid, kamera film. Pada kesempatan kali ini, penulis hanya membahas mengenai kamera digital, terutama pada prinsip kerjanya. Untuk mempermudah dan menghindari kekeliruan agar sampai pada tujuan yang ingin dicapai, maka penulis membatasi masalah hanya pada prinsip kerja kamera digital.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian cahaya Cahaya merupakan sejenis energi berbentuk gelombang dan membantu untuk melihat. Cahaya juga merupakan dasar ukuran meter dimana 1 meter bersamaan dengan jarak dilalui cahaya melalui vakum pada 1/299.792.458 detik. Kecepatan cahaya adalah 299.792.458 meter per detik. Cahaya diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan sumber cahaya utama adalah berasal dari matahari. Tumbuhan hijau memerlukan cahaya dalam proses fotosintesa untuk membuat makanan. Berdasarkan teori emisi Newton dalam Kertiasa (1994:180) mengatakan, “Sumber cahaya memancarkan partikel-partikel yang sangat kecil dan ringan kesegala arah dengan kecepatan yang sangat besar”. Menurut Abu Ali Hasan dalam Lamhot (2009:1), “mengembangkan teori yang menjelaskan penglihatan, menggunakan geometri dan anatomi. Teori itu menyatakan bahwa setiap titik pada daerah yang tersinari cahaya, mengeluarkan sinar cahaya kesegala arah, namun hanya satu sinar dari setiap titik yang masuk ke mata secara tegak lurus yang dapat dilihat. Cahaya lain yang mengenai mata tidak secara tegak lurus tidak dapat dilihat”. Lebih lanjut Albert dalam Sutrisno (1996:181) mengatakan, “cahaya memiliki sifat sebagai partikel dan juga bersifat sebagai gelombang elektromagnetik yang disebut sifat dualisme dari gelombang dan partikel”. Berdasarkan kutipan di atas maka dapat dikatakan bahwa cahaya adalah energi berbentuk Gelombang elektromagnetik dan juga memiliki sifat sebagai partikel yang dapat memancarkan kesegala arah dengan kecepatan yang sangat besar.
2.1.1
Sifat-sifat cahaya Adapun sifat-sifat cahaya yaitu: dapat mengalami pemantulan (refleksi), dapat
mengalami pembiasan (refraksi), dapat mengalami pelenturan (difraksi), dapat
dijumlahkan (interferensi), dapat diuraikan (dispersi), dapat diserap arah getarnya (polarisasi), dan bersifat sebagai gelombang dan partikel 2.1.2
Pembiasan cahaya Diudara cahaya merambat dengan kecepatan 300.000 km/s. Ketika berkas
cahaya melalui kaca, kecepatannya berkurang menjadi 200.000 km/s. Pada saat kecepatannya berkurang atau bertambah, berkas cahaya akan membelok. Pembelokan atau perubahan arah cahaya ketika memasuki kaca atau benda bening lainnya disebut pembiasan cahaya (refraksi). Pembiasaan cahaya terjadi karena dalam zat antara (medium) yang berbeda, besarnya cepat rambat cahaya juga berbeda.z 2.1.3
Hukum pembiasan cahaya
Gambar 2.1 peristiwa pembiasan untuk sinar dari udara ke air Pada Gambar di atas dapat dilihat sinar yang merambat dari udara keair. Sudut 𝜃1 adalah sudut datang, dan sudut 𝜃2 adalah sudut bias. Sebagian berkas cahaya juga dipantulkan oleh air dengan sudut pantul 𝜃𝑟 . Tetapi dalam bahasan ini peristiwa pemantulan diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa :
1.
Sinar datang dari medium (zat optik) yang kurang rapat kemedium yang lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal.
2.
Sinar datang dari medium yang lebih rapat ke medium yang kurang rapat dibiaskan menjauhi garis normal.
3.
Sinar datang yang tegak lurus bidang batas tidak dibiaskan melainkan diteruskan. Hukum pembiasan cahaya didapatkan dengan percobaan oleh Willebord snell
(1591-1626) dan diturunkan dengan menggunakan teori korpuskuler cahaya oleh Rene Descartes (1596-1650). Persamaan dalam bentuk matematika adalah :
𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2
(Marthen Kanginan, 2006 : 153)
Keterangan : 𝑛1 =hanya bergantung pada medium 1 𝑛2 =hanya bergantung pada medium 2. n= konstanta indeks bias medium.
2.2 Lensa Lensa adalah benda bening yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat membiaskan atau meneruskan hampir semua cahaya yang melaluinya. Ada dua jenis lensa yaitu lensa cembung atau lensa positif dan lensa cekung atau lensa negative. 2.2.1
Bentuk dan sifat lensa cembung (positif) Lensa cembung adalah lensa yang yang bagian tengahnya lebih tebal dari
bagian tepinya. Lensa cembung terdiri dari 3 macam yaitu: 1) Lensa bikonveks (cembung ganda) yaitu lensa kedua permukaannya cembung.
2) Lensa plankonveks (cembung datar) yaitu lensa yang permukaannya satu cembung dan yang lain datar. 3) Lensa konkaf konveks (meniscus cembung / cembung cekung) yaitu lensa yang permukaannya satu cembung yang lainnya cekung.
Gambar 2.2 jenis-jenis lensa cembung Lensa cembung juga memiliki sifat mengumpulkan cahaya atau konvergen
Gambar 2.3 lensa cembung bersifat konvergen Berdasarkan uraian diatas penulis hanya membahas lensa cembung karena pada kamera digital hanya menggunakan lensa cembung. 2.2.2
Kekuatan lensa Kekuatan lensa adalah kemampuan suatu lensa untuk memusatkan
mengumpulkan atau menyebarkan berkas sinar yang diterimanya. Besarnya daya (P) lensa berkebalikan dengan jarak titik apinya (focus). Semakin kecil focus semakin besar daya lensanya. Rumusnya adalah :
P=
1 𝐹
Keterangan : P=daya lensa, satuaannya dioptri F=jarak titik api, satuannya meter (m) 2.2.3
Perbesaran bayangan Perbesaran bayangan adalah perbandingan antara besar bayangan dan benda.
Persamaan untuk menentukan perbesaran bayangan untuk lensa sama dengan persamaan untuk cermin cekung adalah : ℎ′
−𝑠′
ℎ
𝑠
M= =|
|
(Marthen Kanginan, 2006 : 159)
Keterangan : S= jarak benda 𝑠 ′ = jarak bayangan H= tinggi benda ℎ′ =tinggi bayangan M= perbesaran
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian kamera Kamera merupakan seperangkat perlengkapan yang memiliki fungsi untuk mengabadikan suatu objek menjadi sebuah gambar yang merupakan hasil proyeksi
pada sistem lensa. Untuk yang pertama kalinya kamera disebut juga dengan kamera obscura. Kata ini berasal dari bahasa latin yang artinya “ ruang gelap”. Kamera obscura adalah sebuah alat yang terdiri dari ruang gelap atau kotak, yang bisa memantulkan cahaya dengan menggunakan dua buah lensa konveks, setelah itu menempatkan gambar objek eksternal itu pada sebuah kertas/film. Penempatan film tersebut ada pada pusat fokus dari lensa. Kamera Digital merupakan kamera yang dapat bekerja tanpa menggunakan film. Si pemotret dapat dengan mudah menangkap suatu objek tanpa harus susah-susah membidiknya melalui jendela pandang karena kamera digital sebagian besar memang tidak memilikinya. Sebagai gantinya, kamera digital menggunakan sebuah layar LCD yang terpasang di belakang kamera. Lebar layar LCD pada setiap kamera digital berbeda-beda.
3.2 Sejarah Kamera Seorang ilmuwan muslim yang bernama Alhazen untuk pertama kalinya menemukan kamera obscura. Alhazen menerbitkan sebuah buku yang berjudul Books of Optics (1015-1021) yang menjelaskan tentang kamera obscura. Lain lagi dengan ilmuwan yang berasal dari Inggris pada tahun 1660-an yang bernama Robert Boyle dan asistennya Robert Hooke yang menemukan portable camera obscura. Johan Zahn merupakan orang pertama kalinya menemukan kamera yang cukup praktis dan kecil untuk dapat digunakan dalam bidang fotografi pada tahun 1685. Kamera fotografi banyak menerapkan prinsip model Zahn, dimana sistemnya selalu menggunakan slide tambahan yang digunakan untuk memfokuskan objek. Sistem
tersebut adalah dengan cara memberikan tambahan pada sebuah plat yang sensitif terdapat didepan lensa kamera tersebut setiap sebelum melakukan pengambilan sebuah gambar.
Pada tahun 1826, Joseph Nicepore Niepce telah berhasil menciptakan sebuah kamera dan mempublikasikan gambar dari bayangan yang dihasilkan kameranya. Gambar tersebut dikenal sebagai foto pertama yaitu gambaran kabur atap-atap rumah pada sebuah lempengan campuran timah. Joseph Nicepore Niepce bekerjasama dengan Louis Daguerre yang mana Louis juga mempublikasikan temuannya berupa gambar yang dihasilkan dari bayangan sebuah jalan di Paris pada sebuah pelat tembaga yang berlapis perak. Pada tahun 1833 Niepce meninggal, meskipun demikian Daguerre tetap melanjutkan percobaannya. Sehingga menjelang tahun 1837 ia telah berhasil mengembangkan sebuah sistem praktis fotografi yang disebut daguerreotype. Pemerintah Perancis menghadiahkan pensiun seumur hidup kepada Daguerre dan keluarga Niepce atas temuannya. Dan telah diberitahukan kepada publik pada tahun 1839. Pada saat itu Louis Daguerre menjadi seorang pahlawan atas pengumuman dan penemuannya yang menimbulkan kegemparan penduduk sehingga membuat dia
ditaburi berbagai macam penghormatan serta penghargaan. Karena metode Daguerreotype cepat berkembang banyak khalayak ramai yang menggunakannya. Pada tahun 1851 ia meninggal di kota asalnya dekat Paris. Perkembangan teknologi kamera semakin berkembang pesat seiring dengan berjalannya waktu. Banyak pihak yang merasakan fungsi dan kebutuhan penggunaannya. Kamera bukan sekedar untuk menangkap objek yang semata-mata berfungsi sebagai kenangkenangan, tetapi juga digunakan untuk menangkap objek yang bergerak. Bahkan berbagai bidang, seperti pada bidang sinematografi, pendidikan, kedokteran dan bahkan sampai pada bidang sistem pertahanan dan keamanan terkena dampak dari perkembangan kamera. Sehingga tidak terlepas dari penggunaan teknologi kamera ini.
3.3 Jenis-jenis Kamera Digital 3.3.1
Kamera analog Kamera analog adalah salah satu kategori kamera yang dalam tehnik
pengambilan gambarnya, masih menggunakan film seluloid. Film seluloid ini mempunyai tiga buah elemen dasar, yaitu elemen optikal yang berupa berbagai macam lensa, elemen kimia berupa film seluloid itu sendiri, serta elemen mekanik yang berupa badan dari kamera itu sendiri. Di dalam kehidupan masyarakat, kamera analog ini biasanya lebih akrab dengan sebutan kamera film. Hal ini disebabkan karena penggunaan film pada kamera tersebut, sebagai media perekam atau penyimpanannya. Film tersebut juga biasa dikenal dengan sebutan klise atau negatif. 3.3.2
Kamera digital
Kamera ini adalah jenis kamera paling mutakhir dan masih digunakan sebagai ujung tombak dalam hal fotografi. Keutamaan dari kamera ini adalah adanya memory penyimpanan dalam bentuk digital yang terbuat dari unsur kimia. Data digital mudah dipindahkan dan bisa memuat banyak foto. Cara kerja kamera ini ada pada CCD yang menyerap cahaya dari objek yang dibidik. Disini cahaya diubah menjadi titik-titik yang jumlahnya mencapai ribuan, bahkan jutaan. Titik itu kemudian membentuk suatu foto. Jika titik yang didapat banyak dan rapat, maka gambar akan bagus dan padat, begitu juga sebalinya. Jumlah titik ini ditentukan oleh resolusi kamera. Kamera jenis ini merupakan kamera yang dapat bekerja tanpa menggunakan film. Si pemotret dapat dengan mudah menangkap suatu objek tanpa harus susah-susah membidiknya melalui jendela pandang karena kamera digital sebagian besar memang tidak memilikinya. Sebagai gantinya, kamera digital menggunakan sebuah layar LCD yang terpasang di belakang kamera. Lebar layar LCD pada setiap kamera digital berbeda-beda. Sebagai media penyimpanan, kamera digital menggunakan internal memory ataupun external memory yang menggunakan memory card.
3.4 Konsep Kamera Digital
Kamera Analog
Kamera Digital
Sumber: https://www.google.co.id/ mudol makalah kamera.
Bagi seorang pemula menggunakan kamera analog sering menemukan kendala baik dalam proses pemotretan maupun dari kualitas foto yang dihasilkan. Misalnya : gambar yang kurang sempurna, kesulitan dalam menentukan fokus suatu objek, serta gambar objek yang tak langsung terlihat seperti hasil foto yang sebenarnya. Belum lagi proses pencetakan yang memerlukan ruang gelap dan hasil foto yang tidak bisa diperbaiki/diedit.
3.4.1
Media Penyimpanan foto
Sumber: https://www.google.co.id/ mudol makalah kamera. Kamera analog (kamera biasa) menggunakan lensa untuk mentransfer hasil foto ke dalam negative film dari cahaya yang ditangkap. Negative film ini merupakan media penyimpannya, dan sangat sensitif terhadap cahaya.
Sumber: https://www.google.co.id/ mudol makalah kamera. Pada kamera digital perekam gambar menggunakan sensor CCD (Charge Coupled Device) atau CMOS (Complemetary Metal Oxidane Silicon) yang kemudian hasilnya direkam dalam format digital ke dalam media penyimpanan digital semacam Compact Flash, Secure Digital, Memory Stick, dsb. Karena hasil disimpan dalam format digital akan memudahkan untuk ditransfer ke pengolah foto digital semacam komputer, untuk keperluan editing berupa perubahan pada warna, ketajaman, kecerahan dan latar belakang objek. 3.4.2
Megapixel kamera digital
Sumber: https://www.google.co.id/ mudol makalah kamera. Kamera digital saat ini sudah memiliki sensor penangkap gambar CCD lebih dari jutaan pixel. Semakin banyak pixel yang bisa ditangkap akan semakin detail dan semakin halus gambar yang dihasilkan. Misalnya : untuk memotret gambar ukuran pos card ,cukup gunakan kamera digital dengan kapasitas sensor Mega pixel. Kamera dengan kapasitas sensor 1 Mega Pixel ini juga masih mencukupi untuk keperluan gambar di website. Akan tetapi untuk keperluan gambar yang jauh lebih detail maka diperlukan kamera dengan kapasitas sensor 2 Mega Pixel atau lebih. Bagi fotografer profesional kini sudah terskamera berkapasitas 5-10 Mega pixel. 3.4.3
Perbedaan CCD dan CMOS
CCD
CMOS
Sumber: https://www.google.co.id/ mudol makalah kamera. CMOS memiliki keunggulan dimana ongkos produksi murah sehingga harga kamera lebih terjangkau. Sedangkan CCD memiliki keunggulan dimana sensor lebih peka terhadap cahaya sehingga pada kondisi redup (sore/malam) tanpa bantuan lampu blitz / Flash masih bisa menangkap objek dengan baik, sedangkan pada CMOS hasil perekaman objek sangat buram.
3.5 Komponen kamera digital
Sumber: http//2.bp.blongspot.com
3.5.1
Lensa Lensa adalah media penyaring pertama pada saat memindai gambar untuk
disimpan. Lensa kamera saat ini didiesain menggunakan komputer untuk meningkatkan akurasi. Untuk menambah ketajaman lensa, pada lensa ini dilapisi cairan kimia tertentu. Berikut ini beberapa jenis lensa yang digunakan pada kamera digital SLR: a. Lensa standar Lensa standar adalah lensa yang menjadi komponen standar kamera. Ukurannya 50 mm. Karakter lensa ini adalah memberikan bidikan natural. Lensa ini cocok untuk pemotretan jarak sedang. b. Lensa Wide Angle (sudut Lebar)
Sumber: http//2.bp.blongspot.com
Lensa wide angle adalah lensa yang digunakan untuk menangkap objek yang luas dalam medan bidik yang terbatas. Karakter lensa ini adalah dapat membuat objek lebih kecil dari pada ukuran sebenarnya. Ukuran lensa ini beragam, antara lain : 17 mm, 24 mm, 28 mm, dan 35 mm. Disamping itu ada juga lensa wide angle dengan diameter 14 mm, 15 mm, dan 16 mm. Lensa lensa ini disebut fish eye lens. c. Lensa Tele
Sumber: http//2.bp.blongspot.com
Lensa tele merupakan kebalikan dari lensa wide angle. Lensa tele berfungsi untuk mendekatkan objek, namun mempersempit sudut pandang. Yang termasuk lensa tele adalah lensa dengan ukuran 70 mm ke atas. Fungsi lain dari lensa tele adalah untuk melakukan croping dan memfokuskan diri pada objek tertentu dan mengaburkan objek di sekitarnya. d. Lensa Zoom
Sumber: http//2.bp.blongspot.com
Lensa zoom merupakan gabungan ketiga jenis di atas. yaitu lensa standar, lensa wide angle, dan lensa tele. Ukuran lensa bukanlah ukuran yang fixed, melainkan bersifat range lensa tertentu, misalnya 80 - 200 mm. Lensa jenis ini merupakan lensa yang paling banyak digunakan karena memiliki karakter yang fleksibel dan range
lensanya cukup lebar. Dengan demikian, apabila ingin menggunakan lensa ukuran tertentu pemakai tinggal memutar ukuran lensa sesuai kebutuhan. e. Lensa Makro
Sumber: http//2.bp.blongspot.com
Lensa makro biasanya digunakan untuk membidik objek kecil. Pada kamera digital ini, pembesaran skala makro dilakukan secara digital dan tidak dilakukan secara optis. Semua jenis lensa tersebut memiliki karakteristik yang sama, yaitu semakin kecil ukuran lensa, semakin lebar sudut yang bisa dijangkau oleh kamera. 3.5.2
Perangkat pembidik Perangkat pembidik kamera adalah jendela kecil untuk melihat komposisi
gambar yang akan dipotret untuk melihat komposisi gambar yang akan dipotret. Setiap jenis perangkat pembidik mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pada kamera digital,ada 3 perangkat pembidik yaitu: 1. Pembidik Optik Paralel
Sumber: http//2.bp.blongspot.com
Pembidik optik paralel ini sama dengan pembidik yang dimiliki oleh kamera saku analog. Lensa diletakkan paralel dengan lensa pemindai gambar. Lensa ini memiliki tingkat akurasi tersebut tidak saling berhubungan. Pembidik optik paralel bisa dilihat pada gambar.
2. Pembidik LCD (Liquid Crystal Display)
Sumber: http//2.bp.blongspot.com
Pembidik LCD ini berupa layar monitor kecil dibagian belakang kamera digital. Pembidik ini memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan pembidik optik karena gambar yang tampil direfleksikan dari lensa kamera. Kelemahan pembidik LCD adalah waktu tunda (delay). Waktu tunda ini sering mengganggu saat pengambilan foto untuk keperluan dokumentasi yang memerlukan momen tepat saat pengambilan gambar. Pembidik LCD bisa dilihat pada gambar. 3. Pembidik Optik TTI
Sumber: https://www.google.co.id/ mudol makalah kamera Pembidik optik TTI (Through Dither lens) merupakan pembidik yang memiliki tingkat akurasi paling tinggi karena pembidik tipe ini mengambil gambar langsung dari lensa kamera menggunakan prisma pemantul objek. Pembidik tipe ini hanya dimiliki oleh kamera SLR. Pembidik optik TTL bisa dilihat pada Gambar. 3.6 Setting Kamera Digital Sebelum melakukan pemotretan maka Anda sebaiknya melakukan setting kamera digital sesuai dengan kondisi objek dan hasil yang Anda inginkan. Secara umum fitur-fitur yang biasa disetting pada kamera digital antara lain : 3.6.1 Flash on/off
Untuk mengaktifkan flash atau menonaktifkan dilakukan dengan mengakses menu kamera. Default flash kamera dalam keadaan off. Penggunaan flash disesuaikan dengan tingkat pencahayaan yang ada. 3.6.2
Self Timer
Pada kamera digital self timer merupakan fasilitas untuk mangatur waktu pemotretan yang ditandai dengan nyalanya. Self Timer Light yang bisa mencapai 10 detik. Selain memudahkan untuk memotret gambar diri, fitur ini juga berguna untuk mengambil gambar dalam keadaan cahaya yang kurang, karena bisa mengurangi guncangan saat menekan Shutter Button. 3.6.3
Sharpness
Sharpness merupakan fasilitas untuk mengatur tingkat ketajaman gambar (lebih lembut atau lebih terang) yang akan menimbulkan efek yang berbeda pada image 3.6.4
White Balance Setting White Balance meliputi:
3.6.4.1 Auto White Balance
Settingan ini adalah settingan otomatis. Fotografer mempercayakan sepenuhnya kepada kehebatan kamera dan biasanya kamera akan mencari settingan white balance yang paling natural, sama seperti aslinya.
3.6.4.2 Day Light
Settingan ini akan menormalisasi gambar yang berada pada lighting yang berlebihan seperti misalnya dalam kondisi outdoor yang bermandikan cahaya matahari. Warna yang diperkuat adalah kuning kecokelatan. 3.6.4.3 Tungsten
Tungsten digunakan untuk menormalisasi gambar yang berada di bawah lampu tungsten. Jika digunakan dalam lingkungan yang normal, maka efek yang dihasilkan menjadi kebiru-biruan. Tidak seperti filter CPL yang membirukan warna biru, tungsten membuat keseluruhan gambar menjadi mayoritas berwarna biru.
3.6.4.4 Fluorescent
Settingan ini digunakan untuk menormalisasi gambar yang berada di bawah lampu fluorescent atau yang lebih umum disebut neon warna putih atau lampu TL. Lampu TL adalah salah satu lampu yang paling tidak artistik, karena terlalu banyak
menyemprotkan warna putih dan memudarkan warna yang lain. Untuk membuatnya lebih natural, bisa dipakai filter fluorescent. 3.6.4.5 Picture Resolution
Pada kamera digital, picture resolution merupakan fasilitas untuk mangatur resolusi dari image. Ada 3 jenis resolusi image pada kamera digital yaitu : Naight mode, Exposure (jumlah cahaya yang masuk kekamera yang mempunyai efek terhadap foto yang dihasilkan.), dan meter kamera.
3.7 Prinsip Kerja Kamera Pada dasarnya prinsip kerja kamera mirip dengan kerja mata. Perhatikan bagian-bagian kamera dan mata berikut ini :
Sumber: http//2.bp.blongspot.com
Lensa pada kamera memiliki fungsi yang sama dengan lensa mata yaitu untuk membentuk bayangan pada film. Aperture (celah diafragma) fungsinya sama dengan pupil mata yaitu untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke dalam kamera. Diafragma kamera memiliki fungsi yang sama dengan iris yakni untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk atau mengatur besar kecilnya aperture. Film berfungsi untuk menangkap bayangan yang dibentuk oleh lensa, film pada kamera memiliki fungsi yang sama dengan retina pada mata kita. Perbedaannya terdapat pada cara memfokuskan bayangan. Lensa mata memiliki daya akomodasi
untuk mencembung dan memipihkan lensa, sedangkan pada kamera untuk dapat memfokuskan bayangan lensa harus diubah-ubah jaraknya. Tujuannya agar bayangan selalu jatuh tepat pada film sehingga gambar foto yang dihasilkan jelas dan tajam. Fokus kamera diatur dengan menggerakkan lensa atau mengubah kedudukan lensa ke benda, sesuai dengan jarak benda yang akan difoto. Pada kamera sederhana untuk mengubah jarak lensa ke benda, pemakai harus berjalan mendekati atau menjauhi benda sampai didapatkan bayangan yang jelas. Hal ini berbeda dengan lensa modern, untuk mendapatkan bayangan yang jelas cukup dengan memutar cincin pengatur lensa atau range finder. Cara kerja kamera secara umum yaitu, benda yang hendak difoto harus berada di depan lensa kamera. Ketika diafragma dibuka, cahaya yang melewati benda masuk melalui aperture (celah diafragma) menuju lensa mata. Intensitas cahaya yang masuk ke dalam kamera menentukan ketajaman foto yang dihasilkan. Apabila cahaya terlalu terang, aperture dibuka kecil. Sebaliknya jika cahaya redup, aperture dibuka lebar. Kemudian lensa mata akan membentuk bayangan benda, agar bayangan benda jatuh tepat pada film dengan jelas maka letak lensa harus digeser-geser mendekati atau menjauhi film. Menggeser-geser lensa pada kamera, seperti mengatur jarak fokus lensa pada mata (akomodasi). Pembentukan bayangan pada kamera ditunjukkan pada gambar dibawah dimana bayangan yang terbentuk bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil. Lintasan Berkas Cahaya pada Kamera
Sumber: http//2.bp.blongspot.com
3.8 Prinsip kerja kamera digital
Sumber http://blogecahjowo.blogspot.com
Prinsip kerja kamera digital yaitu: kamera digital menangkap gambar dari obyek untuk selanjutnya dibiaskan melalui lensa kepada sensor CCD (Charge couple Device) atau CMOS (Complemenary Metal Oxide Semiconductor) yang hasilnya kemudian direkam dalam format digital ke dalam media simpan digital. Proses penangkapan gambar pada kamera digital dilakukan oleh 2 jenis perangkat yang memiliki cara kerja yang berbeda yaitu CCD dan CMOS. 1. CCD (Charge Couple Device) CCD merupakan chip silikonyang terbentuk dari ribuan atau bahkan jutaan dioda fotosensitif yang disebut photosites, photodelements, atau disebut juga
piksel. Tiap photosite menangkap satu titik objek kemudian dirangkai dengan hasil tangkapan photosite lain menjadi satu gambar. 2. CMOS (Complemenary Metal Oxide Semiconductor) CMOS merupakan teknologi pemudar gambar yang dikembangkan oleh Water Foundry Fab. Sensor-sensor cahaya menerima cahaya kemudian diubah langsung menjadi data digital.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Dari uraian makalah diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prinsip kerja kamera digital yaitu: kamera digital menangkap gambar dari obyek untuk selanjutnya dibiaskan melalui lensa kepada sensor CCD (Charge couple Device) atau CMOS (Complemenary Metal Oxide Semiconductor) yang hasilnya kemudian direkam dalam format digital ke dalam media simpan digital.
4.2 Saran Dengan adanya pembahasan mengenai prinsip kerja kamera digital ini diharapkan : 1. Kepada pembaca, khususnya mahasiswa fisika agar dapat mengkaji lebih baik dan mendalam tentang prinsip kerja kamera digital. 2. Dapat mengkaji tentang prinsip kerja kamera yang lain berdasarkan media penangkap cahaya, dan berdasarkan mekanisme kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Kanginan, Marthen. 2006. Fisika SMA Kelas 1. Jakarta : Erlangga. Kertiasa, Nyoman. 1997. Fisika 1.Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Soerya, S. 2011. Prinsip Kerja Kamera Digital. Bandung : ITB. Sutrisno dan Albert. 1996. Seri Fisika Dasar. Bandung : Penerbit ITB. http : //blogecahjowo.blogspot.com/2010/12/camera-analog-dan-camera-digital.html http : //2.bp.blogspot.com/-IBG-5s5mvME/s1600//pengertian-kamera.jpg http:// www.goegle.co.id/modul makalah kamera. diakses 22 desember 2013 http//2.bp.blogspot.com. diakses 24 november 2013