Pola_permukiman_dan_orientasi_hunian_mas.docx

  • Uploaded by: Muhammad Fajar Kurniawan
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pola_permukiman_dan_orientasi_hunian_mas.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,570
  • Pages: 12
POLA PERMUKIMAN DAN ORIENTASI HUNIAN MASYARAKAT DI PINGGIRAN SUNGAI SIAK

Dina Purnama

POLA PERMUKIMAN DAN ORIENTASI HUNIAN MASYARAKAT DI PINGGIRAN SUNGAI SIAK Studi Kasus : Permukiman di Kelurahan Kampung Dalam

Dina Purnama Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara Jl. Perpustakaan Gedung D Kampus USU Padang Bulan, Medan Email : [email protected]

ABSTRAK Kota Siak Sri Indrapura adalah Kota Istana dan juga merupakan kota pelabuhan yang terbentuk dari proses aktivitas kehidupannya di pinggiran Sungai Siak. Kampung Dalam merupakan daerah dataran rendah yang terletak di pinggiran Sungai Siak. Permukiman penduduk pinggiran sungai di Kelurahan Kampung dalam sudah terbentuk secara turun temurun dari proses aktifitas masyarakat di pinggiran sungai yang menjadikan sungai sebagai jalur transportasi. Pola permukiman dan hunian dipengaruhi oleh bentuk sungai dan aktifitas masyarakat yang memanfaatkan sungai sebagai sumber mata pencaharian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola permukiman di Kelurahan Kampung Dalam dan faktor yang mempengaruhi orientasi huniannya. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yang menggambarkan kondisi pola permukiman Kelurahan Kampung yang terbentuk akibat pengaruh keberadaan Sungai Siak. Hasil penelitian menunjukan bahwa pola permukiman di Kelurahan Kampung Dalam berbentuk linier mengikuti bentukan sungai dan orientasi hunian dipengaruhi oleh fungsional dan aksesbilitas baik sungai maupun jalan karena sungai dan jalan mempunyai fungsi sama yaitu sebagai saran transportasi. Kata Kunci : Pola Permukiman, Orientasi, Kampung Dalam, Sungai Siak

ABSTRACT Siak Sri Indrapura city is the City Palace and is also a port city which formed by the activity of life on the outskirts of the Siak River. Kampung Dalam a lowland area because it is located on the outskirts of the Siak River. Riverside settlements in the Village Kampung Dalam been established for generations of process activities in riverside communities that make the river as a means of transportation. Settlement patterns and residential are affected by the shape of the river and the activities of people who use the river as a source of livelihood. This study aims to determine the form of settlement patterns in Kampung Dalam and the factors affecting the the orientation of dwelling. The method used is qualitative, which describes the condition of village settlement patterns Kampung Dalam formed under the influence of the existence of Siak River. This Research shows that the pattern of settlement in the village Kampung Dalam linear shaped to follow the formation of the river and residential orientation is affected by functional and accessibility of both river and road because the river and the road has the same function that as a means of transportation. Keyworsds : Settlement patterns, Orientation, Kampung Dalam, Siak River

PENDAHULUAN Sungai sebagai sumber kehidupan, sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain sebagai sarana penunjang utama dalam meningkatkan pembangunan nasional dan sebagai sarana transportasi yang relatif aman untuk menghubungkan wilayah satu dengan lainnya.

Sungai yang awalnya digunakan sebagai jalur transportasi telah memunculkan permukiman masyarakat. Di beberapa lokasi saat ini daerah aliran sungai merupakan daerah yang paling strategis dan paling diminati sebagai tempat bermukim. Hal ini disebabkan oleh fungsi sungai sebagai jalur transportasi merupakan akses yang paling mudah di capai, yang kemudian dijadikan tempat bermukim

POLA PERMUKIMAN DAN ORIENTASI HUNIAN MASYARAKAT DI PINGGIRAN SUNGAI SIAK

dan sumber mata pencaharian sementara ataupun menetap. Demikian juga halnya dengan pemukiman masyarakat di pinggiran Sungai Siak. Kota Siak Sri Indrapura sebagai Kota Istana terbentuk sejak hadirnya Kerjaan Siak (abad ke-18) di pinggiran Sungai Siak yang terletak di belahan timur Pulau Sumatera yang juga merupakan kota pelabuhan yang terbentuk dari proses aktivitas kehidupannya di pinggiran Sungai Siak. Potensi sungai siak sendiri adalah sebagai tempat untuk mencari ikan, sumber air bersih penduduk melalui PDAM Siak, wisata air dan mampu menunjang sistem transportasi air dengan intensitas tinggi baik untuk kapal barang ataupun kapal penumpang (Rijal, 2002). Lokasi penelitian tepatnya di ambil di Kelurahan Kampung Dalam. Kampung Dalam merupakan wilayah yang paling banyak dihuni masyarakat di Kecamatan Siak. Keunikan pada lokasi ini adalah percampuran dua budaya yaitu budaya Melayu dan budaya masyarakat etnis Cina. Karena masyarakat etnis cina lebih mendominasi kawasan pinggiran sungai ini maka kawasan ini disebut kampong cina. Bentuk dan tampilan bangunan juga dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat yang membuat kawasan ini berbeda dengan permukiman pinggir sungai di perkotaan yang identik dengan kekumuhan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk pola permukiman masyarakat di bantaran Sungai Siak di Kelurahan Kampung Dalam dan mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh pada perubahan orientasi hunian masyarakat. PENGERTIAN PERMUKIMAN Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Permukiman dikatakan bahwa yang dimaksud dengan rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana Pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umu sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas

Dina Purnama

lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Apabila dikaji dari segi makna, permukiman berasal dari terjemahan kata human settlements yang mengandung pengertian suatu proses bermukim. Oleh karena itu, terlihat jelas bahwa kata permukiman mengandung unsur dimensi waktu dalam prosesnya. Melalui kajian tersebut terlihat bahwa pengertian permukiman dan pemukiman berbeda. Kata pemukiman mempunyai makna yang lebih menunjuk kepada objek ,yang dalam hal ini hanya merupakan unit tempat tinggal/ hunian (Sastra dan Marlina,2006). PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI Permukiman baik di dunia belahan barat maupun di timur kebanyakan bermula dari daerah sekitar air, entah itu sumber air, sungai, danau maupun laut (Mahatmanto, 2008 dalam Sanggalang dan Adji, 2014). Sungai merupakan awal terbentuknya permukiman kolektif dan akhirnya berkembang menjadi sebuah kota. Dalam studi standar spesifikasi teknis yang disusun Ditjen Cipta Karya Departemen PU (1998 : II-2) dalam Usop (2003) definisi permukiman di tepian sungai, ditinjau dari karakteristik permukiman beserta aspek-aspek yang mempengaruhi dan membentuknya adalah bangunan terapung atau panggung yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga, yang berada di atas badan perairan berupa sungai, danau, rawa ataupun pantai/laut dengan sifat seluruhnya ataupun sebagian selalu atau sewaktu-waktu berada di atas air apabila terjadi luapan air baik dari sungai, danau, dsb. POLA PERMUKIMAN

Permukiman mempunyai berbagai pola yang umum terjadi akibat berbagai faktor yang mempengaruhi, antara lain (Putra, 2006) : 1. Linier Pola permukiman bentuk ini adalah suatu pola sederhana dengan peletakan unitunit permukiman (rumah, fasum, fasos dan

POLA PERMUKIMAN DAN ORIENTASI HUNIAN MASYARAKAT DI PINGGIRAN SUNGAI SIAK

Dina Purnama

sebagainya) secara terus menerus pada tepi sungai dan jalan. Pada pola ini kepadatan tinggi, dan kecenderungan ekspansi permukiman dan mixed use function penggunaan lahan beragam.

Gambar 3. Pola Permukiman Kombinasi Sumber : Dokumentasi Pribadi,2015

Dibawah ini dapat dilihat pola dan tata letak pola permukiman dengan gambar-gambar sebagai berikut (Putra, 2006) : Gambar 1. Pola Permukiman Linier Sumber : Dokumentasi Pribadi,2015

2. Clustered Pada pola ini berkembang dengan adanya kebutuhan lahan dan penyebaran unitunit permukiman telah mulai timbul. Kecenderungan pola ini mengarah pada pengelompokkan unit permukiman terhadap suatu yang dianggap memiliki nilai ”penting” atau pengikat kelompok seperti ruang terbuka komunal dalam melakukan aktivitas bersama

Gambar 2. Pola Permukiman Clustered Sumber : Dokumentasi Pribadi,2015

3. Kombinasi Pola ini merupakan kombinasi antara kedua pola di atas yang menunjukkan bahwa selain ada pertumbuhan juga menggambarkan adanya ekspansi ruang untuk kepentingan lain (pengembangan usaha dan sebagainya). Pola ini menunjukkan adanya gradasi dari intensitas lahan dan hirarki ruang mikro secara umum.

1. Pola Mengelompok Contoh pola mengelompok ini adalah daerah di tepi pantai atau danau, jarak antara perumahan dan tepi pantai ditanami pohon agar kelestarian lingkungan terjaga. Pada daerah muara, perumahan mengelompok di muara sungai, sedangkan kegiatan MCK terjadi di sepanjang sungai. Adapun arah pengembangannya adalah untuk menghindari pengembangan perumahan ke arah pinggir sungai. Terdapat pohon pelindung untuk menjaga kelestarian sungai, MCK di tarik ke arah darat.

Gambar 4. Pola Permukiman Mengelompok Sumber : Dokumentasi Pribadi,2015

2. Pola Menyebar Pada pola ini perumahan menyebar jauh dari fasilitas, adapun arah pengembangannya adalah dikelompokkan agar jangkauan fasilitas terpenuhi. Sedangkan pengembangan perumahan cenderung diarahkan ke darat.

POLA PERMUKIMAN DAN ORIENTASI HUNIAN MASYARAKAT DI PINGGIRAN SUNGAI SIAK

Dina Purnama

METODE PENELITIAN

3. Pola Memanjang Pola ini menimbulkan gangguan keseimbangan alam. Adapun arah pengembangannya dikelompokkan agar fasilitas umum murah dan terjangkau. Terdapat jarak antara perumahan dengan sungai.

Jenis penelitian yang akan di ambil pada penelitian ini adalah kualitatif, karena akan menggambarkan kondisi pola permukiman yang terbentuk akibat pengaruh keberadaan Sungai Siak dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata. Deskripsi yang akan diberikan di dalam penelitian antara lain adalah terbentuknya suatu pola permukima yang disebabkan oleh pengaruh sungai dan budaya setempat serta perubahan orientasi hunian yang dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi dan kondisi ruang hunian masyarakat setempat. Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, dilakukan analisa secara deskriptif terhadap karakteristik pola permukiman di kota Siak Sri Indarpura sebgai objek penelitian. Maka untuk mengkaji penelitian ini Data-data yang digunakan adalah data primer berupa data lapangan, yang merupakan hasil observasi dan wawancara untuk mendapatkan masukan yang akan mendukung hasil penelitian dan data sekunder berupa data literature, yang merupakan hasil penelitian kepustakaan untuk mendapatkan landasan teori yang relevan dengan kenyataan di lapangan dan topik penelitian mengenai karakteristik pola permukiman masyarakat di pinggiran Sungai Siak.

Gambar 6. Pola Permukiman Memanjang Sumber : Dokumentasi Pribadi,2015

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 5. Pola Permukiman Menyebar Sumber : Dokumentasi Pribadi,2015

POLA PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI Pola permukiman bantaran sungai umumnya adalah pola linier, karena berderetderet sepanjang pinggiran sungai mengikuti bentuk sungainya. Rumah- rumah dibangun menghadap ke sungai dan pada tepian sungai terdapat dermaga yang dihubungkan dengan titian. Dermaga digunakan untuk menambatkan perahu sebagai satu-satunya alat transportasi pada saat itu serta digunakan sebagai sarana dalam memanfaatkan air sungai sebagai sumber air minum dan sanitasi (Daud, 1997 dalam Goenmiandari,dkk, 2010).

Lokasi penelitian adalah permukiman masyarakat di pinggiran Sungai Siak Kelurrahan Kampung Dalam Kecamatan Siak Kabupaten Siak, Riau. Kampung Dalam merupakan salah satu kelurahan yang ada di Kecamatan Siak. Kampung Dalam memiliki luas wilayah 2,7 Km2, dengan jumlah penduduk yaitu 8.251 jiwa. Jumlah penduduk di Kelurahan Kampung Dalam adalah 36,31% dari total jumlah penduduk di Kecamatan Siak. Jadi, sebagaian besar penduduk di Kecamatan Siak berdomisili di Kelurahan Kampung Dalam (Badan Pusat Statistik Kabupaten Siak, 2014).

POLA PERMUKIMAN DAN ORIENTASI HUNIAN MASYARAKAT DI PINGGIRAN SUNGAI SIAK

Dina Purnama

Gambar 10. Kondisi hunian dengan pagar dan tanpa pagar yang menghadap ke Sungai Siak

KONDISI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT Gambar 7. Peta Lokasi Kelurahan Kampung Dalam Sumber : Apple Map, 2015

KONDISI HUNIAN PERMUKIMAN Bentuk hunian di tepi jalan utama maupun di pinggiran Sungai Siak merupakan bentuk hunian yang bervariasi dimana terdapat bentuk hunian tunggal dan rumah toko. Lingkungan rumah tinggal ini dikelilingi pagar papan/kayu dan semen sebagai batas kepemilikan, namun banyak yang dibuat tanpa pagar. Orientasi hunian umumya mengarah pada jalan dan yang berlokasi di pinggiran Sungai Siak berorientasi ke arah sungai.

Pada kawasan permukiman pinggiran Sungai Siak di Kelurahan Kampung Dalam terdapat dua pengelompokan etnis masyarakatnya, yaitu masyarakat etnis Melayu yang merupakan penduduk yang pertama kali menempati kawasan ini dan masyarakat etnis Cina, Jawa, Minang dan Batak sebagai kelompok masyarakat pendatang. Agama adalah salah satu unsur terpenting dalam pengaturan budaya lingkungannya. Hal ini di tandai dengan perletakan tempat peribadatannya. Masjid bagi tempat beribadah umat Islam terdapat di sekitar permukiman yang bermayoritas penduduk beragama Islam. Sedangkan klenteng terdapat di kawasan perdagangan di tempat bermukimnya atnis Cina. Sementara gereja sebagai tempat ibadah umat kristen terdapat di kawasan darat arah utara.

Gambar 8. Kondisi hunian tanpa pagar yang menghadap ke jalan

Gambar 11. Masjid di kawasan permukiman penduduk melayu beragama islam

Gambar 9. Kondisi hunian dengan pagar yang menghadap ke jalan

Klenteng sengaja di bangun oleh masyarakat cina bukan sebagai tempat ibadah saja tetapi juga didirikan karena sebagai ucapan rasa syukur dari masyarakat cina atas kesuksesan dalam hal perdagangan yang mereka peroleh pada kawasan ini.

POLA PERMUKIMAN DAN ORIENTASI HUNIAN MASYARAKAT DI PINGGIRAN SUNGAI SIAK

Dina Purnama

Perkembangan perekonomian di kawasan pinggir Sungai Siak diawali dengan kegiatan perdagangan pada jalur Sungai Siak. Seiring dengan perkembangan zaman pada kawasan ini membentuk ruang pasar bagi kegiatan perekonomiannya pada kawasan pasar.

Gambar 12. Klenteng di kawasan perdagangan etnis Cina

KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT Penduduk melayu yang bertempatan di pinggiran Sungai Siak memanfaatkan sungai sebagai sumber nafkah dan sumber bagi kehidupannya. Penduduk yang berada di pinggiran sungai ini berprofesi sebagai nelayan dan jasa angkutan transportasi sungai utnuk ini pada kawasan ini terdapat pelabuhan berupa dermaga-dermaga yang terbentuk sesuai dengan aktivitas ekonomi yang ditimbulkan. Dermaga tersebut berupa dermaga untuk bongkar muat barang, dermaga untuk jasa transportasi sungai dan dermaga untuk nelayan. Sedangkan dalam kawasan darat berupa pasar sebagai aktifitas perdagangan.

POLA PERMUKIMAN DI KELURAHAN KAMPUNG DALAM

Permukiman mempunyai berbagai pola yang umum terjadi akibat berbagai faktor yang mempengaruhi (Putra,2006), salah satunya adalah pola permukiman linnier. Pola permukiman bentuk ini adalah suatu pola sederhana dengan peletakan unit-unit permukiman (rumah, fasum, fasos dan sebagainya) secara terus menerus pada tepi sungai dan jalan. Daud (1997) dalam Goenmiandari,dkk (2010) pola permukiman bantaran sungai umumnya adalah pola linier, karena berderetderet sepanjang pinggiran sungai mengikuti bentuk sungainya. Hal ini juga dapat dilihat pada pola permukiman masyarakat pinggiran Sungai Siak di Kelurahan Kampung Dalam, pola permukiman berbentuk linier mengikuti bentukan Sungai Siak.

Gambar 13. Pola Permukiman Di Kelurahan Kampung Dalam

POLA PERMUKIMAN DAN ORIENTASI HUNIAN MASYARAKAT DI PINGGIRAN SUNGAI SIAK

Sedangkan jika dilihat berdasarkan perletakan tanah atau penggunaan lahan bentuk ruang dikasan ini dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Ruang Daratan Merupakan ruang yang terbentuk pada lahan tanah dengan aktifitas kehidupan masyarakatnya yang berlangsung di lahan tanah, ruang ini dikategorikan sebagai kawasan darat. b. Ruang Perairan Merupakan ruang yang terbentuk pada perairan sungai dalam wujud aktifitas kehidupn masyarakatnya yang berhubungan langsung dengan perairan yang terdapat di pinggiran Sungai Siak.

Dina Purnama

tunggal atau deret yang memiliki dermaga yang langsung terhubung dengan hunian mereka. Dermaga inilah sebagai akses masyarakat untuk berhubungan langsung dengan sungai. Dermaga ini selain dimanfaatkan sebagai kegiatan mandi, mencuci dan sebagainya juga dimanfaatkan sebagai tempat tambatan perahu yang digunakan sebagai sarana transportasi sungai. c. Ruang Transisi Merupakan ruang ruang daratan dan ruang perairan yaitu ruang peralihan tanah darat dengan perairan sungai dalam wujud aktifitas kehidupan masyarakatnya sebagai pusat kawasan pasar. Ruang ini juga dikenal dengan kawasan pinggir sungai.

Gambar 14. Bentuk Hunian Pada Kawasan Darat

Pada kawasan darat terdapat rumahrumah dengan tipe kampung, yang berupa rumah panggung satu ata dua lantai dengan material dominan dari kayu. Tidak terdapat batas lahan yang jelas pada kawasan ini karena kawasan ini di dominasi oleh masyarakat melayu yang memiliki hubungan kekerabatan yang erat. Hunian sebisa mungkin tanpa pagar untuk mempermudah komunikasi dengan sesame tetangganya.

Gambar 16. Bentuk Hunian Pada Kawasan Transisi

Ruang transisi sebagai bagian dari kawasan pinggir sungai menjadi pusat/inti bagi kawasan ini karena posisinya terletak antara aktifitas kehidupan yang menhubungkan antara ruang darat dan ruang perairan selain itu kawasan transisi ini juga merupakan kawasan perdagangan/pasar sehingga pola ruang yang tercipta memusat ke arah kawasan ini dengan bentuk bangunan deret atau couple.

Gambar 15. Bentuk Hunian Pada Kawasan Perairan Gambar 17. Bentuk Aktivitas Pada Kawasan Transisi

Pada kawasan perairan bentuk dominan dari huniannya adalah bangunan

POLA PERMUKIMAN DAN ORIENTASI HUNIAN MASYARAKAT DI PINGGIRAN SUNGAI SIAK

Aktivitas kawasan ini banyak di pengaruhi oleh kebudayaan dan adat istiadat masyarakat setempat selain itu mata pencaharian yang menentukan fungsi ruang hunian yang bukan hanya sekedar tempat tingga tetapi juga toko, hal ini sejalan dengan padangan Rapoport (1969) yang mengatakan bahwa faktor utama dalam proses terjadinya bentuk adalah budaya sedangkan faktor lain seperti iklim, letak dan kondisi geografis, politik dan ekonomi merupakan faktor pengubah (modifiying factor). Pada kawasan transisi merupakan pusat/inti dari kawasan ini hal ini dikarenakan kawasan transisi kawasan yang berhubungan langsung dengan perairan dan daratan. Bentuk permukiman pada kawasan yaitu bentuk Sedangkan jika dilihat dari struktur ruang permukimannya pola permukiman pada kawasan ini dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu : Pola Mengelompok Pola mengelompok pada kawasan ini dapat dilihat pada daerah yang cenderung

Dina Purnama

bangunan masyarakat Cina umunya berlantai dua, pada bagian lantai satu berfungsi untuk toko, sedangkan lantai dua sebagai rumah tinggal. Pada umumnya rumah-rumah ini dibuat dengan tipe rumah kopel atau rumah deret dengan gang-gang sempit diantaranya dan memiliki sedikit perkarangan belakang yang berdindig tembok. Aktivitas pada kawasan ini merupakan kawasan perdagangan yang sudah terbentuk sejak hadirnya masyarakat cina sebagai masyarakat pendatang yang tujuan utamanya adalah untuk berdagang kemudian bermukim secara menetap maupun sementara. Akan tetapi, pada kawasan pecinan ini masyarakat sudah dominan bermukim secara menetap. tumbuh secara berkelompok. Pola permukiman yang terbentuk terdapat pada ruang transisi antara ruang daratan dan ruang perairan yaitu kawasan pasar yang merupakan pusat kegiatan masyarakat setempat.

Gambar 18. Pola mengelompok pada kawasan pasar yang dipengaruhi kegiatan pasar dimana bangunan berorientasi kearah jalan

Pola Menyebar Pola menyebar pada kawasan ini terdapat pada daerah daratan dimana kawasan permukiman ini terbentuk menyebar dengan bentuk bangunan individual hal ini

dikarenakan pada kawasan ini berdomisili masyarakat suku melayu yang sudah sangat lama bermukim di kawasan ini dan bisa dikatakan bangunan yang pertama kali berdiri pada kawasan Kelurahan Kampung Dalam.

POLA PERMUKIMAN DAN ORIENTASI HUNIAN MASYARAKAT DI PINGGIRAN SUNGAI SIAK

Dina Purnama

Gambar 19. Pola menyebar di Jalan Sultan Ismail dengan bentuk hunian individu dan berorientasi kearah jalan

Pola Memanjang Pola memanjang ini cenderung pada daerah pinggiran Sungai Siak dimana bangunan-bangunan yang ada mengikuti pinggiran sungai sehingga terbentuk linier di

sepanjang Sungai Siak. Selain di pinggiran sungai pola memanjang ini dapat di jumpai pada kawasan transisi yaitu pasar dan juga pada daerah daratan yang tidak berhubungan dengan sungai namun mengikuti bentuk jalan.

Gambar 20. Pola permukiman memanjang pada kawasan perairan, transisi dan daratan dimana pada kawasan perairan orientasi hunian kearah Sungai Siak sedangkan permukiman daerah transisi dan daratan berorientasi kearah jalan

POLA PERMUKIMAN DAN ORIENTASI HUNIAN MASYARAKAT DI PINGGIRAN SUNGAI SIAK

ORIENTASI HUNIAN DI KELURAHAN KAMPUNG DALAM Menurut Iwan Suprijanto (2001) dalam Usop (2003) dalam makalah karakteristik spesifik, permasalahan dan potensi pengembangan kawasan permukiman perairan kota di Indonesia, orientasi bangunan semula umumnya menghadap perairan sesuai orientasi kegiatan berbasis

Dina Purnama

perairan. Selanjutnya perkembangan orientasi kegiatan ke darat semakin meningkat (bahkan lebih dominan), maka orientasi bangunan cenderung menghadap ke arah darat dan lebih mempertimbangkan aspek fungsional dan aksesibilitas. Begitu juga halnya dengan permukiman di pinggiran Sungai Siak aspek fungsional dan aksesbilitas yang mempengaruhi orientasi huniannya baik kearah jalan maupun ke sungai.

Table 1. Tabel Persentasi Orientasi Bangunan

No

Orientasi

Jumlah (Unit)

Persentase (%)

1

Ke Arah Jalan

220

54,32%

2

Ke Arah Bangunan Lainnya

117

28,89%

3

Ke Arah Sungai

54

13,33%

4

Ke Arah Sungai dan Jalan

14

3,46%

405

100%

Total

Gambar 21. Pemetaan Arah Orientasi Hunian

Orientasi hunian pada kawasan ini di pengaruhi oleh sungai dan jalan. Masyarakat yang tinggal di kawasan pinggiran sungai ratarata berorientasi kearah sungai hal ini dikarenakan fungsi sungai yang dianggap sesuatu yang bernilai dan bukan sebagai tempat buangan. Selain itu masyarakat yang

mata pencahariannya bergantung dengan sungai misalnya jasa transportasi air, nelayan dan tukang sampan lebih memilih hunian yang mengarah ke sungai karena akses ke sungai lebih cepat untuk keperluan mata pencaharian mereka.

POLA PERMUKIMAN DAN ORIENTASI HUNIAN MASYARAKAT DI PINGGIRAN SUNGAI SIAK

Dina Purnama

Masyarakat yang tinggal di daerah daratan atau daerah transisi lebih dominan berorientasi kearah jalan. Masyarakat yang berada di kawasan pasar memilih orientasi menghadap jalan karena mempermudah pembeli untuk melihat produk dagangan mereka.

Gambar 25. Orientasi hunian yang mengahadap kearah Sungai Siak

KESIMPULAN

Gambar 22. Orientasi hunian yang mengahadap Jalan Sultan Syarif Kasim

Gambar 23. Orientasi hunian yang mengahadap kearah Sungai Siak

Gambar 24. Orientasi hunian yang mengahadap kearah Sungai Siak

Karakter pola permukiman pinggiran Sungai Siak di Kelurahan Kampung Dalam Kecamatan Siak Kabupaten Siak Provinsi Riau pada dasarnya adalah berbentuk linier karena pengaruh bentukan Sungai Siak. Pola ruang permukiman Kampung Dalam yang dipengaruhi aspek non fisiknya terbentuk dari dua etnis, masyarakat Cina yang mendominasi di kawasan pasar cenderung membentuk ruang grid yang tegas, sedangkan masyarakat Melayu cenderung membentuk pola menyebar yang tidak teratur dan tidak memiliki batas ruang yang tegas. Hal ini disebabkan oleh perbedaan konsep ruang antara kedua etnik ini, masyarakat Cina cenderung sebagai masyarakat urban sedangkan masyarakat Melayu lebih cenderung sebagai masyarakat lokal atau setempat. Orientasi hunian pada kawasan ini di pengaruhi oleh sungai dan jalan. Masyarakat yang tinggal di kawasan pinggiran sungai ratarata berorientasi ke arah sungai karena fungsi sungai sebagai transportasi air dan penunjang kehidupan. Masyarakat yang tinggal di daerah daratan atau daerah transisi lebih dominan berorientasi ke arah jalan. Masyarakat yang berada di kawasan pasar memilih orientasi menghadap jalan karena mempermudah pembeli untuk melihat produk dagangan mereka.

POLA PERMUKIMAN DAN ORIENTASI HUNIAN MASYARAKAT DI PINGGIRAN SUNGAI SIAK

Teknik Pembangunan KotaUniversitas Diponegoro,Semarang.

DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Kecamatan Siak Dalam Angka, 2014.

Siak.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Siak. Siak Dalam Angka, 2014. Goenmiandari, Betty. Silas, Johan. Supriharjo, Rimadewi. Konsep Penataan Permukiman Bantaran Sungai di Kota Banjarmasin berdasarkan Budaya Setempat. Seminar Nasional Perumahan Permukiman dalam Pembangunan Kota, 2010. Putra, Budi Arlius (2006). Pola Permukiman Melayu Jambi (Studi Kasus Kawasan Tanjung Pasir Sekoja). Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro, Semarang. Rijal, Muhammad (2002). Kajian Karakteristik Pola Ruang Kota Pinggiran Sungai Di Kota Siak Sri Indrapura Riau. Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro, Semarang. Sangalang, Indrabakti dan F. Adji, Fredyantoni (2014) . Pengaruh Kondisi Hunian Dan Lingkungan Terhadap Keberlanjutan Permukiman Tepi Sungai Studi Kasus: Kampung Pahandut Dan Desa Danau Tundai Di Kota Palangka Raya. Jurnal Perspektif Arsitektur, Volume 9, No.2, Desember 2014. Sastra, M, Suparsono dan Marlina, Endy (2006). Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Yongyakarta: Penerbit Andi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. 2011. Jakarta : Sekretariat Negara. Usop,

Dina Purnama

Tari Budayanti (2003). Evaluasi Rencana Teknik Ruang Kawasan KhususPermukiman Flamboyan BawahDanau Seha Kota Palangka Raya. Program Pasca Sarjana Magister

Rapoport, Amos (1969). House Form and Culture. Englewood Cliffs, New York: Prentice Hall Inc.

More Documents from "Muhammad Fajar Kurniawan"