BAB II ISI
A.
Pengertian Evaluasi, Penilaian, Pengukuran, dan Tes Banyak
orang
mencampuradukan
pengertian
evaluasi,pengukuran
(measurement), tes,dan penilaian (assesment), padahal keempatnya memiliki pengertian yang berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Pengukuran adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan bila seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasilnya dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.
B.
Penilaian Kelas Penilaian kelas adalah proses pengumpulan dan penggunaan informasi
oleh guru untuk pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret/profil kemampuan siswa sesuai dengan daftar kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum, untuk mendapatkan
nilai kualitatif maupun aktifitas pengukuran untuk mendapatkan nilai kuantitatif (angka). Penilaian kelas dilakukan untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa yang dapat digunakan sebagai diagnosis dan masukan dalam membimbing siswa dan menetapkan tindak lanjut yang perlu dilakukan guru dalam rangka meningkatkan pencapaian kompetensi siswa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan penjabaran dari standar isi dan standar kompetensi kelulusan. Di dalamnya memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran. Teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar kompetensi dasar dan kompetensi. Tidak menutup kemungkinan bahwa satu indikator dapat diukur dengan beberap teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, psikomotor dan afektif. Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkahlangkah perencanaan, penyusunan alat nilai pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukan pencapaian hasil belajar siswa yang sesuai dengan indikator, standar kompetensi dan kompetensi dasar. Tekniknya melalui penilaian unjuk kerja, penilaian tertulis atau lisan, penilain proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya siswa dan penilaian diri sesuai dengan tuntutan indikator. Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga peserta didik menunjukan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Penilaian kelas merupaskan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perecanaan pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukan pencapaian hasil belajar siswa, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa (Depdiknas, 2006). Dalam penilaian, guru seyogyanya:
1. Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu. 2. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri. 3. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar siswa. 4. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus siswa. 5. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan kegiatan belajar siswa. 6. Menggunakan penialaian dalam rangka mengumpulkan informasi untuk membuat keputusan tentang tingkat pencapaian siswa. Manfaat penilaian kelas antara lain sebagai berikut: 1. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi. 2. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peerta diidik. 3. Umpan balik bagi pendidik dalam memperbaiki metode, pendekatan,kegiatan dan sumber belajar yang digunakan. 4. Masukan bagi pendidk guna merancang kegiatan belajar. 5. Memberikan informasi kepada orang tua dan komite satuan pendidikan tentang efektifitas pendidikan. 6. Memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan (diknas daerah) dalam mempertimbangkan konsep penilaian kelas yang digunakan. Penilaian kelas memiliki fungsi:
1. Menggambarkan sejauh mana peserta didik telah menguasai suatau kompetensi. 2. Mengevaluasi hasil belajar peserta didikdalam rangka membantu peserta didik memahami kemampuan dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program , pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan ( sebagai bimbingan). 3. Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik menentukan apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan. 4. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya. 5. Sebagai kontrol bagi pendidik dan satuan pendidikan tentang kemajuan perkembangan peserta didik. B.1. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan guru dalam penilaian kelas 1) Validitas Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilain dengan menggunakan lat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. 2) Reliabilitas Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Hal ini memungkinkan perbandingan yang reliabel dan menjamin konsistensi. 3) Menyeluruh Penilaian harus dilakukan sevara menyeluruh mencakup seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar. Penilaian harus menggunkan beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi siswa.
4) Berkesinambungan Penilaian dilakuka secara teratur, terencana,bertahap dan terus menerus untuk memperoleh gambaran pencapaian kompetensi siswa dalam kurun waktu tertentu. 5) Obyektif Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu penilaian harus adil, terencana,dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor. 6) Mendidik Proses dan hasil penilaian dapat dijadikann dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi pendidik, meningkatkan kualitas belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Ciri penilaian kelas yang dapat dilaksanakan oleh guru (Muslich,2007:78) 1) Proses penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. 2) Strategi yang digunakan mencerminkan kemampuan anak secara otentik 3) Penilaiannya menggunakan acuan patokan/kriteria. Hal ini dilakukan karena untuk mengetahui ketercapaian kompetensi siswa. 4) Memanfaatkan berbagai jenis dan alat penilaian 5) Menggunakan sistem pencatatan yang bervariasi 6) Keputusan tingkat pencapaian berdasarkan berbagai informasi 7) Mempertimbangkan kebutuhan khusus siswa 8) Bersifat holistik, penilaian yang menggabungkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor 9) Memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu. 10) Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi.
11) Mendidik dan meningkatkan mutu proses pembelajaran seefektif mungkin.
C. Pengumpulan Informasi Hasil Belajar Cara penilaian yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa harus dirancang dengan memperhatikan hal-hal berikut: 1) Mengacu kepada kurikulum, artinya penilaian yang dilakaukan harus mengarah ke menilai kompetensi-kompetensi dasar yang ditentukan dalam kurikulum 2) Bersifat adil bagi seluruh siswa, tanpa membedakan latar belakang budaya,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang tidak berkaitan dengan penilaian 3) Dapat memberi informasi yang lengkap sebagai umpan balik bagi guru guna perbaikan program pembelajaran dan pemberian bantuan kepada siswa secara perseorangan 4) Bermanfaat bagi siswa untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya. 5) Dilaksanakan tanpa menekan siswa atau dalam suasana yang menyenangkan 6) Diadministrasi secara tepat dan efisien. Cara mengumpulkan informasi hasil belajar siswa, yaitu: No Cara Penilaian
Apa yang Dinilai
1
Tertulis tipe objektif
Jawaban tertulis
2
Tertulis tipe subjektif
Jawaban tertulis
3
Lisan
Suara/lisan
4
Unjuk kerja
Penampilan/perbuatan
5
Produk
Karya 3 dimensi
6
Portofolio
Karya
2
dimensi
yang
dikumpulkan 7
Tingkah laku
Tingkah laku
Contoh alat penilaian pada masing-masing cara penilaian. a. Penilaian tertulis Alat penilaian ini untuk kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia, kurang cocok karena, yang diajarkan dalam bahasa indonesia adalah keterampilan berbahasa, sehingga bila yang ditanyakan hanya seputar kemamapuan mengingat dan pemahaman, akan sia-sia. Kalau pun akan menggunakan bentuk ini, soal harus di buat sedemikian rupa sehingga tetap yang di ujikan mencakup kemampuan keterampilan. Esai adalah alat penilaian yang menuntut siswa, memahami dan mengorganisasikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertilis dengan menggunakan kata-kata sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis dan menyimpilkan. Kelemahan alat ini antara lain, cakupan materi yang ditanyakan terbatas. b. Penilaian kinerja (performance) Penilaian kinerja adalah penilaia berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagai mana yang terjadi. Cara penilaian ini lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mecerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya, semakin sering guru mengamati unjuk kerja siswa, semakin terpercaya hasil penilaian kemampuan siswa. (Depdiknas,2004). Penilaian dengan cara ini lebih tepat digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam berpidato, pembacaan puisi dan diskusi, pemecahan masalah, partisipasi
siswa dalam diskusi kelompok kecil, membaca nyaring, bermain drama, kemampuan bertanya, kemampuan berbicara lafal dan intonasi, dan proses menyimak. c. Penilaian produk (hasil kerja) Penilaian hasil kerja atau produk merupakan penilaian kepada siswa dalam mengontrol proses dan memanfaatkan/menggunakan bahan untuk menghasilkan sesuatu, kerja praktik yang dikerjakan siswa. Penilaian haisl produk meliputi: Pertama, penilaian terhadap kemampuan siswa dalam membuat produk-produk teknologi dan seni, misalnya, makanan, pakaian, plastik,dll. (Depdiknas, 2004). Kedua, penilaian mengenai proses pembuatannya, misalnya,kemampuan siswa menggunakan berbagai teknik menggambar, menggunakan peralatan dengan aman. d. Penilaian Portofolio Portofolio merupakan kumpulan hasil karya seorang siswa dalam satu periode
tertentu.
Kumpulan
karya
ini
menggambarkan
kemampuan/kompetensi yang telah dicapai seorang siswa. Hal
tarap
penting yang
menjadi ciri potofolio adalah karya tersebut dapat diperbaiki jika seorang siswa menghendakinya. Portofolio menurut Tierney dkk (1991:41) adalah “systematic collection by both student and teachers”. Atau koleksi atau kunpulan sistematik karya yang dikembangkan oleh siswa dan guru. Karya yang dikumpulkan biasanya berupa gambar,karangan, puisi, naskah drama, surat, dan lain-lain. Perbedaan Portofolio dan Tes No TES 1
PORTOFOLIO
Menilai siswa berdasarkan Menilai siswa berdasarkan seluruh sejumlah tugas yang terbatas
tugas dan hasil kerja yang berkaitan
dengan kinerja yang dinilai 2
Yang menialai hanya guru, Siswa turut serta dalam menilai berdasarkan masukan yang kemjuan terbatas
yang
penyelesaian
dicapai
berbagai
perkembanngan
dalam tugas,dan
yangbberlangsung
secara proses pembelajaran 3
Menilai semua siswa dengan Manilai satu kriteria
setiap
siswa
berdasar
pencapaian masing-masing dengan mempertimbangkan
juga
faktor
perbedaan individual 4
Proses
penilain
kolaboratif
antara
tidak Mewujudkan suatu proses penilaian siswa, yang kolaboratif
orang tua dan guru 5
Penilaian diri oleh siswa buka Siswa suatu tujuan
6
Yang
penilaian
perhatian Yang
Terpisah
mendapat
hanya penilaian
pencapaian 7
dirinya
sendiri
menjadi tujuan
mendapat
dalam
menilain
perhatian
mencakup:
alam
kemajuan,
usaha, dan pencapaian antara
kegiatan Terkait
erat
pembelajaran dan testing, dan penilaian, pelajaran
antara pengajaran,
kegiatan dan
pembelajaran
Menurut Depdiknas (2002:99) , prinsip yang perlu diperhatikan dalam penggunaan penilaian portofolio disekolah: a. Saling mempercayai (natural trust) antara guru dan siswa Mereka harus merasa sebagai pihak-pihak yang saling memerlukan dan memiliki semangat untuk saling membantu, terbuka dan jujur kepada orang lain.
b. Kerahasiaan bersama (confidentiality) Kerahasiaan hasil pengumpulan bahan dan hasil penilaiannya juga perlu dijaga dengan baik, tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang lain yang tidak berkepentingan. c. Milik bersama (joint owenership) Guru dan siswa perlu menyepakati bersama di mana berkas tersebut akan disimpan dan perlu disepakati bersama apakah bahan tersebut penting atau tidak. d. Kepuasan (satisfication) Berkas portofolio seharusnya berisi keterangan-keterangan dan atau bukti yang memuaskan bagi guru dan siswa yang berisi bukti prestasi cemerlang siswa dan keberhasilan pembinaan guru. e. Sesuai (relevance) Bahan yangdikumpulkan adalah yang berhubungan dengan tugas utama yaitu pembelajaran yang dijalani termasuk pekerjaan sebelum menjadi tugas utamaya. Penilaian melalui portofolio ini dilakukan secara sistematis dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Pengumpulan data melalui karya siswa b. Pengumpulan dan penilaian secara terus menerus c. Portofolio dapat merefleksikan perkembanagan berbagai kompetensi d. Portofolio dapat memperlihatkan tingkat perkembangan kemajuan belajar siswa. e. Portofolio merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. f. Portofolio dilakukan dalam satu periode tertentu. g. Portofolio dilakukan untuk tujuan diagnostik.
Ada hal-hal yang perlu dipahami dalam penilaian portofolio, sebagai berikut: a. Dapat menggambarkan kemampuan, keterampilan, dan minat siswa. b. Sampel karya ditentukan bersama siswa. c. Penyimpanan karya secara baik dan efisien. d. Menentukan kriteria penilaiannya bersama siswa. e. Siswa dapat terlibat menilai karya sastra secara berkesinambungan. f. Siswa mendapat kesempatan untuk memperbaiki karya. g. Menjadwalkan waktu untuk membahas portofolio.
D. Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia Menurut Kosadi dkk.(1994) tujuan evaluasi pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah: 1. Memperoleh data tentang tingkat kecepatan dan ketepatan siswa menyerap informasi yang disampaikan 2. Memperoleh data tentang taraf kemampuan dan keterampilan berbahasa dan berprestasi sastra setelah kegiatan belajar mengajar 3. Mengukur keampuhan dan ketepatan program pengajaran yang dilaksanakan 4. Memperoleh umpan balik (feed back)yang akan digunakan sebagai bahan untuk melakukan perubahan dan perbaikan pad program berikutnya 5. Memperoleh data yang akan digunakan sebagai pedoman pengelompokan siswa sesuai dengan kemampuan dan keterampilan berbahasa 6. Menentukan taraf, bakat,minat, dan perhatian siswa terhadap pelajaran bahasa dan Sastra Indonesia
7. Menentukan jurusan/program yang sesuai denganbakat dan kemampuan siswa berbahasa Indonesia 8. Menentukan perlu tidaknya merencanakan pengajaran khusus/pengajaran ulang (remedial teaching). 9. Merupakan data laporan kepada pihak terkait(oarang tua misalnya) melalui buku rapor dan menentukan naik/tidaknya siswa pada suatu program pendidikan. Adapun objek evaluasi pengajaran bahasa menurut Kosadi (1994) dibagi dua bagian: 1. Elemen bahasa (unsur/materi bahasa), yang terdiri atas: a. Tata bunyi (bahasa lisan); ortografi (bahasa tertulis) b. Morfologi c. Sintaksis d. Kosakata e. Makna kata 2. Keterampilan berbahasa (penggunaan bahasa) a. Keterampilan menyimak b. Keterampilan berbicara c. Keterampilan membaca d. Keterampilan menulis Selain bahasa, objek evaluasi yang perlu kita kuasai adalah tatanan kesastraan, meliputi: teori dan sejarah sastra, apresiasi sastra, kreasi sastra.
E. Tes Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia 1. Tes Kemampuan Menyimak Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa di sekolah, tidak semua guru bahasa mengajarkan menyimak atau melakukan tes menyimak secara khusus kepada siswanya. Tes kemampuan menyimak atau komprehensi lisan dilakukan secara lisan dan diterima siswa melalui pendengaran. Tes ini dapat juga dilakukan dengan menggunakan media rekaman. Penggunaan media rekaman mempunyai beberapa keuntungan, yaitu menjamin tingginya tingkat keterpercayaan tes, memungkinkan untuk membandingkan prestasi antar kelas, dapat dipakai kembali jika tes memiliki tingkat kesahihan yang memadai, dan guru dapat mengontrol pelaksanaan tes dengan lebih baik. Adapun kekurangannya adalah belum banyak tersedia program rekaman untuk latihan tes bahasa Indonesia sehingga guru harus menyiapkannya sendiri. a. Bahan kebahasaan tes kemampuan menyimak Kemampuan menyimak diartikan sebagai kemampuan menangkap dan memahami bahasa lisan. Bahan kebahasaan yang sesuai adalah berupa wacana yang pasti memuat informasi. Tes komprehensi lisan dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menangkap dan memahami informasi yang terkandung dalam wacana yang diterima melalui pendengaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan bahan yang digunakan adalah: 1) Tingkat kesulitan wacana, dapat dilihat dari faktor kosakata dan struktur kalimat yang digunakan. Jika kosakata yang digunakan sulit, bermakna ganda, abstrak, jarang digunakan, dan struktur kalimatnya kompleks, maka wacana tersebut termasuk tinggi tingkat kesulitannya. Tetapi jika kedua aspeknya sederhana, maka tingkat kesulitannya rendah. Dan jika salah satu aspeknya sulit, maka wacananya tergolong agak sulit. 2) Isi cakupan wacana, biasanya mempengaruhi tingkat kesulitan wacana. Jika isi dan cakupan sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa atau bidang yang dipelajari, wacananya akan lebih mudah.
3) Jenis-jenis wacana, dari segi panjangnya wacana ada yang berupa sebuah buku, bab dari buku, paragraf, atau sebuah kata yang memuat satu pesan secara lengkap dan jelas, juga wacana yang berupa sebuah dialog dan bukan dialog seperti narasi, deskripsi, dan ceramah. Bentuk wacana yang sering dipergunakan dalam tes adalah pertanyaan atau pernyataan singkat, dialog, dan ceramah. b. Tujuan tes menyimak Menurut Kosadi dkk., tujuan tes menyimak meliputi: 1) Memberikan petunjuk kelemahan/ketelitian siswa dalam menangkap bahasa lisan. 2) Memberikan petunjuk kesulitan siswa dalam menangkap materi pelajaran yang dilisankan. Dari tujuan tersebut, tes menyimak memiliki beberapa kebaikan, yaitu: 1) Dapat
digunakan
untuk
menguji
kemampuan
siswa
dalam
mengucapkan dan menulis bahasa yang disimak. 2) Tidak memerlukan waktu banyak. 3) Tidak banyak menggunakan alat dan biaya. 4) Dapat dilakukan secara praktis dan efisien karena dapat menguji bunyi, bahasa, kosakata, atau penerapan ejaan yang tepat. 5) Mendorong murid membiasakan diri menangkap dan melakukan yang disampaikan orang secara tepat. Bentuk tes menyimak harus disesuaikan dengan penggunaannya. Bahkan beberapa jenis tes, seperti memparafrasekan puisi, mengidentifikasi kalimat topik paragraf, merangkum, dan lainnya harus pula disesuaikan dengan tujuan pengajaran yang dicanangkan, materi pelajaran, usia anak didik, dan jenjang sekolah. Berikut beberapa bentuk tes menyimak: 1) Menuliskan kata baku yang disimakkan. 2) Menuliskan kata yang mirip bunyi dan berbeda makna dalam kalimat. 3) Pemahaman pertanyaan atau pernyataan. 4) Pemahaman wacana 2. Tes Kemampuan Berbicara
Ditinjau dari jenis bahasa yang digunakan, terdapat bahasa lisan dan tertulis. Keterampilan berbicara mempunyai banyak kesamaan dengan keterampilan mengarang. Keduanya merupakan keterampilan produktif yang terpadu. Produktif berarti menggunakan bahasa untuk menghasilkan sesuatu (pembicaraan). Terpadu berarti pembicaraan terjadi karena penggabungan sejumlah kemampuan yang menjadi komponen keterampilan berbicara. Komponen-komponen itu adalah: 1) Penggunaan bahasa lisan, yang berfungsi sebagai media pembicaraan, meliputi kosakata, struktur bahasa, lafal dan intonasi, serta ragam bahasa. 2) Penggunaan isi pembicaraan, yang tergantung pada topik pembicaraan. 3) Penguasaan teknik dan penampilan berbicara, yang disesuaikan dengan situasi dan jenis pembicaraan. Hal ini sangat penting pada jenis berbicara formal, seperti berpidato, berceramah, atau diskusi. Tes berbicara bukan hanya ujian lisan, melainkan juga ujian penampilan. Untuk itu, pada ujian secara langsung teknik ujiannya dibantu dengan teknik observasi. Penguji mengamati (bukan hanya mendengar) bagaimana teruji berbicara. Sebagian ujian keterampilan berbicara memadukan sejumlah komponen untuk dijadikan sasaran ujian, yakni: 1) Bahasa lisan yang digunakan, meliputi lafal dan pilihan kata, serta kosakata dan pilihan kata. 2) Isi pembicaraan, meliputi hubungan topik pembicaraan dengan isi, struktur isi, kualitas isi, serta kuantitas isi (pada pembicaraan tertentu). 3) Teknik dan penampilan, meliputi tata cara (sesuai dengan jenis berbicara), gerak-gerik dan mimik, volume suara (pada beberapa jenis berbicara) Teknik pelaksanaan ujian berbicara dapat dibedakan dari berbagai segi seperti yang diungkapkan Kosadi dkk. berikut: 1) Dari segi jenis berbicara yang digunakan, terdiri dari teknik berbicara, wawancara, diskusi, debat, bermain, berpidato, dan berceramah. 2) Dari segi kontak pembicara-pendengar, meliputi teknik satu arah dan teknik dua arah.
3) Dari segi kontak pembicara-penguji, dibedakan menjadi teknik langsung dan teknik tidak langsung. 4) Dari segi kesiapan pembicara, yaitu teknik
bicara spontan dan teknik
bicara dengan persiapan (membacakan ataupun tidak) Dalam kegiatan berbicara diperlukan penguasaan terhadap lambang bunyi, baik untuk keperluan menyampaikan maupun menerima gagasan. Hal lain yang mempengaruhi keadaan pembicara adalah masalah yang menjadi topik pembicaraan dan lawan bicara. Tes kemampuan berbicara boleh dikatakan telah memenuhi teori (tes) pragmatik bila mempertimbangkan faktor-faktor tersebut. Bentuk tugas kemampuan bicara yang dipilih tidak hanya mengungkapkan kemampuan berbahasa, melainkan juga mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan siswa. Bentuk-bentuk tes berbicara menurut Nurgiantoro adalah: a. Pembicaraan berdasarkan gambar, rangsangan berupa gambar sangat baik untuk digunakan pada anak-anak usia sekolah dasar atau pembelajar bahasa asing. Tugas pragmatik yang diberikan pada siswan adalah untuk berbicara berdasarkan gambar yang disediakan. b. Wawancara, adalah teknik pengumpulan dan pencatatan data atau informasi melalui percakapan baik secara langsung maupun tidak langsung. Wawancara digunakan untuk menilai karakteristik siswa dari segi psikomotor dan afektifnya. Kelebihan dari wawancara adalah adanya kontak langsung dengan siswa dan jika ada pertanyaan yang kurang jelas bisa diulang. Model penilaian wawancara di antaranya tujuan wawancara dan komponen alat penilaian dan deskripsi kefasihan. Adapun deskripsi kefasihan meliputi komponen tekanan, kosa kata, kelancaran, pemahaman, dan tata bahasa. c. Bercerita, merupakan cara untuk mengungkapkan kemampuan berbicara yang bersifat pragmatis. Untuk dapat bercerita, ada dua hal yang harus dikuasai siswa, yaitu unsur linguistik dan unsur yang diceritakan. Ketepatan, kelancaran, dan kejelasan cerita akan menunjukan kemampuan siswa.
d. Pidato, mempunyai kesamaan dengan bercerita. Pidato dapat berwujud permainan simulasi. Komponen yang dinilai meliputi bahasa pidato, isi pidato, dan penampilan. e. Diskusi, baik dilakukan siswa di sekolah dasar kelas tinggi. Selain mengukur kemampuan berbicara, diskusi juga melatih siswa untuk mengungkapkan gagasan, menanggapi gagasan, dan mempertahankan gagasan. Model penilaian yang digunakan harus mempertimbangkan unsur bahasa dan unsur di luar bahasa. Beberapa aspek yang dipandang penting, yaitu aspek ketepatan struktur, ketepatan kosa kata, kelancaran, kualitas gagasan, banyaknya gagasan, kemampuan menanggapi gagasan, dan kemampuan mempertahankan pendapat. 3. Tes Kemampuan Membaca Jenis membaca yang sering digunakan dalam pengajaran Bahasa Indonesia adalah tes kecepatan efektif membaca. Kecepatan efektif membaca menurut Ahmad Slamet H. adalah kecepatan yang dicapai pembaca berdasarkan rumus banyaknya kata dibagi panjangnya waktu yang diperlukan dan prosentase skor yang diperoleh. Tampubolon mengistilahkannya dengan kemampuan membaca yang diartikan sebagai kemampuan membaca dan pemahaman isi bacaan secara keseluruhan. Sedangkan Nurhadi mengistilahkannya dengan membaca cepat dan efektif yang artinya jenis membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaannya. Menurut Soedarso, sebenarnya kecepatan efektif membaca, membaca cepat dan efektif, dan kemampuan membaca adalah mengintegrasikan kecepatan membaca dengan pemahaman terhadap isi bacaan menyeluruh. Kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui tulisan. Karena itu, dalam membaca diperlukan pengetahuan tentang sistem tulisan, khususnya menyangkut huruf dan ejaan. Tes membaca harus menyangkut kelancaran dan pemahaman sistem lambang bunyi dan pemahaman apa yang dibaca. Penilaiannya berfokus pada proses yang menyangkut hal-hal sebagai berikut: 1) Tingkah laku dalam membaca
2) Kesulitan menganalisis kata 3) Kesulitan pemahaman a. Tes membaca nyaring Dalam tes membaca nyaring, anak diberi bacaan dengan tingkat kesulitan sesuai dengan kondisinya. Teks tersebut dibaca dengan keras dan penilai menandai kesalahan yang dilakukan anak. Menurut Abdurrahman, kesalahan atau anak yang berkesulitan membaca nyaring dapat dilihat dari: 1) Menunjuk tiap kata yang sedang dibaca 2) Menelusuri tiap baris dari kiri ke kanan dengan jari 3) Menggerakan kepala, bukan mata 4) Menempatkan buku terlalu dekat dengan mata atau letaknya aneh 5) Membaca tanpa ekspresi 6) Lafal dan intonasi terdengar datar b. Tes membaca pemahaman Komponen memahami isi bacaan menurut Rofiudin, terdiri dari pemahaman literal (mengenal dan mengingat), pemahaman inferensial, pemahaman evaluatif, dan pemahaman apresiatif. Penyusunan tes pemahaman dapat dilakukan dengan membaca teks dan memberikan pertanyaan. Ada juga yang dinamakan teknik klos, yaitu menghilangkan kata-kata dari suatu teks dan siswa harus mengisi bagian yang kosong tersebut. Prosedur pemberian skornya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ketepatan kata yang didasarkan pada kata yang dihilangkan dan ketepatan konteks yang didasarkan pada tepat tidaknya jawaban secara konstektual. c. Bahan tes kemampuan membaca Kemampuan membaca diartikan sebagai kemampuan untuk memahami informasi yang disampaikan pihak lain melalui tulisan. Tes ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa memahami isi atau informasi yang terdapat dalam bacaan. Pemilihan wacana hendaknya mempertimbagkan segi: 1) Tingkat kesulitan wacana 2) Isi wacana
3) Panjang pendeknya wacana 4) Bentuk wacana : prosa, dialog, puisi 4. Tes Kemampuan Menulis Mulanya kemampuan menulis merupakan kemampuan mengenal dan menuliskan lambang bunyi, menuliskan kata, dan melahirkan struktur kalimat. Namun, tahap demi tahap siswa diperkenalkan dan diuji cara menulis sebagai kemampuan yang lengkap dan padu. Unsur yang menjadi bahan penilaian pengajaran menulis sebagaimana ditulis oleh Suhendar dkk. adalah: 1) Isu karangan, merupakan gagasan atau ide pengarang yang dituangkan dalam keseluruhan karangan. Gagasan biasa disebut juga topik atau tema. Yang dinilai adalah sejauh mana tema merupakan bahan permasalahan yang menarik. 2) Bentuk karangan, berupa surat, laporan, makalah, tulisan ilmiah, artikel, iklan, pengumuman, petunjuk, dan lainnya. 3) Gramatika, yaitu perangkat kebahasaan harus sesuai dengan kaidah yang berlaku serta memenuhi syarat sebagai bahasa tulis. 4) Gaya bahasa, biasanya tergambar dari struktur penulisan dan pemilihan kata, gaya penulisan memberi nada dan warna tertentu terhadap karangan. 5) Ejaan, merupakan perangkat sistem yang mengatur mekanisme pemindahan bahasa lisan ke bahasa tulisan. Ketepatan ejaan meliputi cara penulisan huruf, kata, unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. 6) Kerapihan tulisan Aktivitas menulis merupakan bentuk manifestasi kemampuan berbahasa paling akhir dan paling sulit dipelajari dibandingkan tiga kemampuan berbahasa yang lain. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa yang akan menjadi isi karangan. Dilihat dari segi kemampuan berbahasa, menulis merupakan aktivitas produktif, yaitu kemampuan menggunakan bahasa untuk menyatakan ide, pikiran, dan perasaan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa tulis. Menulis
melibatkan
aspek
pengolahan
gagasan,
penataan
kalimat,
pengembangan paragraf, dan pengembangan model karangan. Kemampuan menulis juga melibatkan aspek penggunaan ejaan, kemampuan penggunaan diksi, kemampuan penggunaan kalimat, penggunaan jenis komposisi (gaya penulisan, penentuan ide, pengolahan ide, dan pengorganisasian ide). Penilaian perkembangan kemampuan menulis siswa sekolah dasar dapat dilakukan melalui: 1) Tugas menyusun alinea: tes objektif Tes ini mampu menuntut siswa mempertimbangkan unsur bahasa dan gagasan. Siswa harus bisa menyusun gagasan secara tepat, menentukan kalimat yang berisi gagasan pokok dan pikiran penjelas, dan menemukan urutan kalimat secara logis. 2) Menulis berdasarkan rangsangan visual Bentuk visual sebagai rangsangan untuk menghasilkan bahasa dapat berupa gambar atau film. Gambar yang memenuhi kriteria pragmatis untuk tugas menulis adalah gambar yang membentuk rangkaian cerita tetapi tidak mengandung yang bersifat menjelaskan. 3) Menulis berdasarkan rangsangan suara Bentuk suara yang dapat disajikan sebagai rangsangan menulis berupa suara langsung atau melalui media tertentu. Tugas yang diberikan adalah menulis
berdasarkan
masalah
yang
dibicarakan.
Hasil
karangan
berdasarkan rangsangan suara ini akan dipengaruhi oleh kemampuan mendengar siswa. 4) Menulis dengan rangsangan buku Bentuk rangsangan dengan buku ini dilakukan dengan menyajikan teks bacaan dari sebuah buku untuk dijadikan stimulus dalam menulis. Siswa diminta membuat tulisan berdasarkan teks yang telah dibaca. Buku yang dapat dijadikan perangsang tugas menulis ada dua macam, buku fiksi dan nonfiksi. 5) Menulis laporan Siswa diperintahkan melakukan penelitian sederhana, dapat berupa kegiatan di luar sekolah maupun di dalam sekolah. Setelah itu siswa harus
menyusun laporannya dengan sistematika pendahuluan, pemaparan hasil, dan kesimpulan. 6) Menulis surat Siswa diminta menulis surat resmi atau tidak resmi sesuai dengan sistematika dan bagian surat yang benar. Menilai hasil tulisan siswa harus disesuaikan dengan indikator yang diinginkan kompetensi.
F. Jenis-jenis Penilaian Informal Dalam memperoleh informasi terkait dengan penilaian, tidak hanya digunakan tes baku konvensional saja, melainkan juga dengan cara informal atau melalui asesmen alternatif, seperti: 1) Catatan anekdot, adalah catatan pengamatan informal yang menggambarkan perkembangan sosial, kebutuhan, kelebihan, kekurangan, kemajuan, gaya belajar, keterampilan dan strategi yang digunakan siswa dalam belajar atau apa saja yang tampak ketika dilakukan pengamatan. Observasi dilakukan dengan cara mengamati, bekerja sama, dan berinteraksi dengan siswa dalam pembelajaran. Catatan yang berfungsi sebagai dasar penentuan jenis dan sumber belajar yang dibutuhkan siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran, dan kejadian yang muncul selama pembelajaran ini dapat dibuat pada waktu siswa melakukan kegiatan. 2) Konferensi atau diskusi, yaitu tanya jawab antara guru dengan siswa (individu) atau dengan kelompok kecil secara periodik. Konferensi dapat dirancang dengan memfokuskan pada masalah pokok tertentu. Kegiatannya mencakup segala hal tentang anak belajar termasuk membantu siswa memilih karya untuk portofolionya. 3) Swa-evaluasi (self-evaluation), merupakan evaluasi yang dilakukan siswa terhadap hasil belajar mereka. Swa-evaluasi memberi kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan pembelajaran mereka sehingga membantu mereka menjadi siswa mandiri, otonom, bertanggung jawab, dan mempunyai
keyakinan diri. Kegiatan ini dilakukan oleh siswa dengan bimbingan dan format yang telah dibuat oleh guru. 4) Wawancara, merupakan bentuk evaluasi formal yang ideal dilaksanakan untuk mengetahui keadaan siswa. Dengan wawancara, tanggapan siswa dapat lebih banyak dan dalam karena siswa dapat diarahkan pada pertanyaan-pertanyaan lanjutan. 5) Masukan orang tua/wali, orang tua memberikan informasi tentang kehidupan siswa di luar sekolah. Cara untuk melibatkan orang tua dalam assesmen ialah mencatat harapan orang tua, meminta orang tua membuat catatan harian kegiatan membaca anaknya, meminta orang tua memantau dan mengevaluasi pekerjaan rumah anaknya, dan mengundang orang tua melakukan observasi dalam kelas. Masukan orang tua ini merupakan bahan informasi untuk ditindaklanjuti oleh guru. Evaluasi dalam pembelajaran bahasa harus dilaksanakan terus-menerus, multidimensional, dan berlangsung dalam konteks yang asli serta kolaboratif. Jadi, evaluasi tidak hanya mementingkan hasil tetapi juga proses untuk memperoleh hasil tersebut.