Pengertian Ejaan.docx

  • Uploaded by: Adinda qurota irani
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengertian Ejaan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,928
  • Pages: 8
Pengertian Ejaan Kata “ejaan” berasal bari bahasa arab hija’ menjadi eja yang mendapat akhiran –an. Hakikat bahasa adalah bahasa lisan. Bahasa tulis merupaka turunan dari bahasa lisan. Perbedaan antara ragam tulis dan lisan adalah bahsa lisan terutama yang tidak baku, sangat simpel. Setelah Islam datang, di Nusantara digunakan huruf arab untuk menulis bahasa melayu. Pada 1901 pertama kali penggunaan huruf latin untuk bahasa melayu. Ejaan ini dikenal dengan ejaan Van Ophuijsen. Menurut KBBI (2005: 285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa. Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan. Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan (EYD).EYD mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947). EYD (Ejaan yang Disempurnakan) merupakan tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.

Fungsi Ejaan Dalam kaitannya dengan pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata bahasa maupun kosakata dan peristilahan, ejaan mempunyai fungsi yang sangat penting. Fungsi tersebut antara lain sebagai berikut : a. Sebagai landasan pembakuan tata bahasa b. Sebagai landasan pembakuan kosakata dan peristilahan, serta c. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia Di samping ketiga fungsi yang telah disebutkan diatas, ejaan sebenarnya juga mempunyai fungsi yang lain. Secara praktis, ejaan berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam mencerna informasi yang disampaikan secara tertulis.

Sejarah Perkembangan Ejaan Kedudukan bahasa Indonesia yaitu sebagai bahasa Nasionalseperti dalam ikrar sumpah

pemuda sebagai alat pemersatu bangsa dalam suku yang berbeda-beda, dan bahasa negara yang tercantum dalam UUD ’45 terutama sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan. Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, begitupun bahasa yang terus mengalami perubahan dan perkembangan ragam dan variasi bahasa karena fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Mulanya bahasa Indonesia ditulis dengan tulisan latin-romawi mengikuti ejaan Belanda. Hingga pada 1972 Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicanangkan. Bahasa Indonesia yang awalnya berakar dari bahasa Melayu sudah memiliki aksara sejak beratus tahun yang lalu, yaitu aksara Arab Melayu. Di Nusantara ini, bukan saja aksara Arab Melayu yang kita kenal. Kita juga mengenal aksara Jawa, aksara Sunda, aksara Bugis, aksara Bali, aksara Lampung, aksara Kerinci, aksara Rejang, dan aksara Batak. Aksara itu masing-masing memiliki nama, seperti aksara Kaganga dan aksara Rencong (incung).

Ejaan yang diresmikan a. Ejaan Van Ophuijsen Aksara Arab Melayu dipakai secara umum di daerah Melayu dan daerah-daerah yang telah menggunakan bahasa Melayu. Akan tetapi, karena terjadi kontak budaya dengan dunia Barat, sebagai akibat dari kedatangan orang Barat dalam menjajah di Tanah Melayu itu, di sekolah-sekolah Melayu telah digunakan aksara latin secara tidak terpimpin. Oeh sebab itu, pada tahun 1900, menurut C.A. Mees (1956:30), Van Ophuijsen, seorang ahli bahasa dari Belanda mendapat perintah untuk merancang suatu ejaan yang dapai dipakai dalam bahasa Melayu, terutama untuk kepentingan pengajaran. Jika penyususnan ejaan itu tidak cepat-cepat dilakukan, dikhawatirkan bahwa sekolah-sekolah tersebut akan menyusun dengan cara yang tidak terpimpin sehingga akan muncul kekacauan dalam ejaan tersebut. Dalam menyusun ejaan tersebut, Van Ophuijsen dibantu oleh dua orang pakar bahasa dari Melayu, yaitu Engkoe Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Soetan Ibrahim. Dengan menggabungkan dasar-dasar ejaan Latin dan Ejaan Belanda, Van Ophuijsen dan teman-teman berhasil membuat ejaan bahasa Melayu, yang ejaan tersebut lazim disebut sebagai “Ejaan Van Ophuijsen”. Ejaan tersebut diresmikan pemakaiannya pada tahun 1901.Ejaan van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan Republik, dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka. Beberapa hal yang cukup menonjol dalam Ejaan Van Ophuysen antara lain sebagai berikut : Huruf y ditulis dengan j Misalnya : Sayang : Sajang Saya : Saja Huruf u ditulis dengan oe Misalnya : Umum : Oemoem Sempurna : Sempoerna Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma diatas Misalnya : Rakyat : Ra’yat Bapak : Bapa’ Huruf j ditulis dengan dj Misalnya : Jakarta : Djakarta Raja : Radja

Huruf c ditulis dengan tj Misalnya : Pacar : Patjar Cara : Tjara Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch Misalnya : Khawatir : Chawatir Akhir : Achir b. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) Beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka yakni pada masa pendudukan Jepang, pemerintah sudah mulai memikirkan keadaan ejaan kita yang sangat tidak mampu mengikuti perkembangan ejaan internasional. Oleh sebab itu, Pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pengubahan ejaan untuk menyempurnakan ejaan yang dirasakan sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu, pada tahun 1947 muncullah sebuah ejaan yang baru sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen. Ejaan tersebut diresmikan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Soewandi, pada tanggal 19 Maret 1947 yang disebut sebagai Ejaan Republik. Karena Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan adalah Dr. Soewandi, ejaan yang diresmikan itu disebut juga sebagai Ejaan Soewandi. Hal-hal yang menonjol dalam Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik itu adalah sebagai berikut : Huruf /oe/ diganti dengan /u/, seperti dalam kata berikut goeroe menjdi guru itoe menjadi itu oemoer menjdi umur Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan /k/, seperti dalam kata berikut : Pa’ menjadi Pak ma’lum menjadi maklum ra’yat menjadi rakyat Angka dua boleh dipakai untuk menyatakan pengulangan, seperti kata berikut : anak-anak menjadi anak2 berlari-larian menjadi ber-lari-2an berjalan-jalan menjadi ber-jalan2 Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti berikut : Diluar (kata depan), dikebun (kata depan), ditulis (awalan), diantara (kata depan), disimpan (awalan), dipimpin (awalan), dimuka (kata depan), ditimpa (awalan), disini (kata depan). Tanda trema tidak dipakai lagi sehingga tidak ada perbedaan antar suku kata diftong, seperti kata berikut Didjoempaϊ menjadi didjumpai Dihargaϊ menjadi dihargai Moelaϊ menjadi mulai Tanda aksen pada huruf e tidak dipakai lagi, seperti pada kata berikut ekor menjadi ekor heran mejadi heran merah menjadi merah berbeda menjadi berbeda Di hadapan tj dan dj, bunyi sengau ny dituliskan sebagai n untuk mengindahkan cara tulis Menjtjuri menjdi mentjuri Menjdjual menjadi mendjual

Ketika memotong kata-kata di ujung baris, awalan dan akhiran dianggap sebagai suku-suku kata yang terpisah be-rangkat menjadi ber-angkat atu-ran menjadi atur-an c. Ejaan Yang Disempurnakan Pada tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Republik Indonesia (Bapak Soeharto) meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang lazim disingkat dengan EYD. Peresmian ejaan tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972. Dengan dasar itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang memuat berbagai patokan pemakaian ejaan yang baru. Buku yang beredar yang memuat kaidah-kaidah ejaan tersebut direvisi dan dilengkapi oleh suatu badan yang berada di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang diketuai oleh Prof. Dr. Amran Halim dengan dasar surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 12 Oktober 1972, Nomor 156/P/1972. Hasil kerja komisi tersebut adalah berupa sebuah buku yang berjudul Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang diberlakukan dengan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0196/1975. Bersama buku tersebut, lahir pula sebuah buku yang berfungsi sebagai pendukung buku yang pertama, yaitu buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah.Badan itu bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang sekarang bernama Pusat Bahasa. Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan itu adalah sebagai berikut : Ø Huruf yang berubah fungsi adalah sebagai berikut a. /dj/ djalan menjadi /j/ jalan b. /j/ pajung menjadi /y/ payung c. /nj/ njanji menjadi /ny/ nyanyi d. /sj/ isjarat menjadi /sy/ isyarat e. /tj/ tjukup menjadi /c/ cukup f. /ch/ achir menjdi /kh/ akhir Ø Peresmian penggunaan huruh berikut yang sebelumnya belum resmi adalah : a. pemakaian huruf /f/ dalam kata maaf, fakir b. pemakaian huruf /v/ dalam kata universitas, valuta c. pemakaian huruf /z/ dalam kata lezat, zeni Ø Huruf yang hanya dipakai dalam ilmu eksakta, adalah sebagai berikut: a. pemakaian huruf /q/ dalam rumus a:b = p:q b. pemakaian huruf /x/ dalam istilah Sinar-X Ø Penulisan di- sebagai awalan dan penulisan di sebagai kata depan dilakukan seperti berikut : a. penulisan awalan di- diserangkaiakan dengan kata yang mengikutinya, seperti dimakan, dijumpai b. penulisan kata depan di dipisahkan dengan kata yang mengikutinya, seperti di muka, di pojok, di antara. Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu terdapat pembicaraan yang lengkap, yaitu: 1. pembicaraan tentang nama dan penulisan huruf 2. pembicaraan tentang pemakaian huruf 3. pembicaraan tentang penulisan kata 4. pembicaraan tentang penulisan unsur serapan 5. pembicaraan tentang pemakaian tanda baca.

Dengan lahirnya Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan itu kini kita dapat merasakan bahwa ejaan bahasa kita sudah tidak perlu diubah lagi. Jika ada hal-hal yang perlu dimasukkan ke dalam ejaan yang selama ini tidak diatur dalam ejaan tersebut, cukup ejaan itu direvisi dalam edisi berikutnya.

Ejaan yang tidak diresmikan 1. Ejaan Melindo Pada akhir tahun 1950-an para penulis mulai pula merasakan kelemahan yang terdapat pada Ejaan Republik itu. Ada kata-kata yang sangat mengganggu penulisan karena ada satu bunyi bahas yang dilambangkan dengan dua huruf, seperti dj, tj, sj, ng, dan ch. Para pakar bahasa menginginkan satu lamabang untuk satu bunyi. Gagasan tersebut dibawa ke dalam pertemuan dua Negara, yaitu Indonensia dan Malaysia. Dari pertemuan itu, pada akhir tahun 1959 Sidang Perutusan Indonensia dan Melayu (Slametmulyana dan Syeh Nasir bin Ismail, masing-masing berperanan sebagi ketua perutusan) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Konsep bersama itu memperlihatkan bahwa satu bunyi bahasa dilambangkan dengan satu huruf. Salah satu lambing itu adalah huruf j sebagai pengganti dj, huruf c sebagai pengganti huruf tj, huruf η sebagai pengganti ng, dan huruf ή sebagai pengganti nj. Sebagai contoh : sejajar sebagai pengganti sedjadjar mencuci sebagai pengganti mentjutji meηaηa sebagai pengganti dari menganga berήaήi sebagai pengganti berjanji Ejaan Melindo tidak pernah diresmikan. Di samping terdapat beberapa kesukaran teknis untuk menuliskan beberapa huruf, politik yang terjadi pada kedua negara antara Indonesia-Malaysia tidak memungkinkan untuk meresmikan ejaan tersebut. Perencanaan pertama yang dilakukan dalam ejaan Melindo, yaitu penyamaan lambang ujaran antara kedua negara, tidak dapat diwujudkan. Perencanaan kedua, yaitu pelambangan setiap bunyi ujaran untuk satu lambang, juga tidak dapat dilaksanakan. Berbagai gagasan tersebut dapat dituangkan dalam Ejaan bahasa Indonensia yang disempurnakan yang berlaku saat ini.

Ruang lingkup Ejaan dalam Bahasa Indonesia Secara garis besar, ruang lingkup ejaan terdiri dari hal-hal berikut: A.

Pemakaian Huruf

Nama huruf bahasa Indonesia seperti yang kita kenal dengan huruf abjad dan ada juga penggabungan untuk melambangkan diftong seperti: Au(harimau), atau penggabungan khusus, seperti: ng(lambang). Ejaan Indonesia menggunakan ejaan fonemis dimana hanya ada satu bunyi utuk satu lambang, lain dengan bahasa Inggris yang satu lambang memiliki beberapa bunyi. Karena bahasa Indonesia menggunakan satu sistem ejaan, pada dasarnya lafal singkatan dan kata mengikuti bunyi nama huruf secara konsisten, seperti: bus(dibaca:bus) Yang harus diperhatikan dalam persukuan (pemenggalan kata), (1)menggunakan tanda hubung, (2)tidak memenggal kata dengan garis bawah, (3)hindari penggalan satu huruf. Begitupun dengan nama orang, hanya dibenarkan dengan memisahkan nama pertama dan nama kedua.

Penulisan nama diri ditulis sesuai dengan ejaan yang berlaku. B.

Penulisan Huruf

Huruf terdiri dari: huruf kecil, huruf kapital, dan huruf miring. Huruf kapital digunakan sebagai: -huruf pertama awal kalimat -huruf pertama petikan langsung -huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan -huruf pertama gelar kehormatan atau keturunan yang diikuti nama orang -huruf pertama nama jabatan atau pangkat yang diikuti nama orang. -huruf pertama nama orang -huruf pertama hubungan kekerabatan seperti: bapak, ibu, saudara yang dipakai sebagai kata ganti. Huruf miring digunakan untuk: -menulis nama buku, majalah yang dikutip dari karangan -menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata -menuliskan nama ilmiyah atau ungkapan asing.

C.

Penulisan Kata

Penulisan kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan Penulisan kata turunan: -imbuhan ditulis serangkai dengan kata dasar -kalau gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikutinya. -kalau gabungan kata, awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata tersebut -kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam unsur kombinasi: Jika bentuk terikat diikuti kata berhuruf awal kapital, maka antara keduanya diberi tanda hubung. Jika jika kata maha diikuti kata esa dan selainkata dasar sebagai unsur gabungan, maka ditulis terpisah. Bentuk kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata hubung. Penulisan gabungan kata: -kata majemuk, istilah khusus, bagian-bagiannya ditulis terpisah. -istilah khusus yang mungkin akan menimbulkan salah baca diberi tanda hubung. -kata yang dianggap sudah satu ditulis serangkai. Penulisan kata ganti ku, mu, kau, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Kata si dan sang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Penulisan partikel: -partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. -partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah. Penulisan singkatan dan Akronim: -singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. -singkatan nama resmi lembaga dan nama dokumen resmi , huruf awal ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik, misalnya: BPK, PT, KTP, SLTP. -singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik, misalnya:dkk.

-singkatan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. - akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan hruruf kapital. -akronim yang berupa gabungan kata atau huruf dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital, misalnya: Angkatan Bersenjata RI (Akabri). -akronim yang bukan nama diri berupa gabungan kata atau huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Penulisan angka lambang bilangan: -Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. -angka digunakan untuk menyatakan : panjang, berat, dan isi, satuan waktu, mata uang, nomor jalan. -penulisan lambang bilangan, misalnya: 3/8(tiga perdelapan) -penulisan kata bilangan tingkat -penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an ditulis dengan angka atau dengan ejaan. -Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat dieja sebagian supaya mudah dibaca, kecuali dalam dokumen resmi. -bilangan tidak perlu ditulis angka dan huruf sekaligus kecuali pada dokumen resmi. -bilangan yang dilambangkan dengan kata dan huruf, penulisannya harus tepat. D.

Penulisan Unsur Serapan

Bahsaa arab sebenarnya sudah banyak yang diserap ke dalam bahasa Indonesia dan relatif konsisten. Untuk menyerap bahasa arab, kita harus memperhatikan: -unsur mad (panjang) ditiadakan. -konsonan yang tidak ada dalam bahasa indonesia sebaiknya diadaptasi dengan fonem yang berdekatan dengan fonem bahasa indonesia baik lafal maupun ejaannya, seperti: rizq(rezeki). Jika tidak, maka tulislah sesuai lafal sebenarnya dengan huruf miring. E.

Pemakaian Tanda Baca

Orang sering mengabaikan tanda baca yang sebenarnya sangat membantu orang dalam memahami bacaan. 1. Tanda titik (.) 2. Tanda koma (,) 3. Tanda titik koma (; ) 4. Tanda titik dua (: ) 5. Tanda hubung (-) 6. Tanda tanya (?) 7. Tanda seru (!) 8. Tanda kurung ((…)) 9. Tanda garis miring ( / ) 10. Tanda petik ganda ("“…” ") 11. Tanda pisah (--) 12. Tanda elipsis (...…) 13. Tanda kurung siku ([ ]) 14. Tanda petik tunggal ( ' '‘…) 15. Tanda penyingkat ( ‘' ) Berikut produk yang disajikan untuk melengkapi pemahaman tentang Ejaan :

Bandingkanlah kedua paragraf berikut ini Kejahatan merupakan suatu peristiwa penyelewengan terhadap norma norma atau perilaku teratur yang menyebabkan terganggunya ketertiban dan ketentraman kehidupan manusia perilaku yang dikualifikasikan sebagai kejahatan biasanya dilakukan oleh sebagian besar warga masyarakat atau penguasa yang menjadi wakil wakil masyarakat seharusnya ada sesuatu keserasian pendapat antara kedua unsur tersebut walaupun tidak mustahil terjadi perbedaan perbedaan perbedaan tersebut mungkin timbul kareana kedua unsure tadi tidak sepakat mengenai kepentingan kepentingan pokok yang harus dilindungi Dapatkah anda memahami tulisan tersebut diatas?Mungkin dapat tetapi agak sulit. Cobalah membaca kembali tulisan dibawah ini ! Kejahatan merupakan suatu peristiwa penyelewengan terhadap norma-norma atau perilaku teratur yang menyebabkan terganggunya ketertiban dan ketentraman kehidupan manusia. Perilaku yang dikualifikasikan sebagai kejahatan biasanya dilakukan oleh sebagian besar warga masyarakat atau penguasa yang menjadi wakil-wakil masyarakat. Seharusnya ada sesuatu keserasian pendapat antara kedua unsur tersebut walaupun tidak mustahil terjadi perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut mungkin timbul kareana kedua unsur tadi tidak sepakat mengenai kepentingan-kepentingan pokok yang harus dilindungi. Kita dapat melihat bahwa tulisan yang sudah diberi tanda baca serta diperbaiki ejaannya jauh lebih mudah dan juga lebih cepat untuk dipahami.Itulah mengapa, kemampuan dalam menerapkan ejaan dan tanda baca sangat dituntut dalam tulis menulis. Contoh EJAAN YANG DISEMPURNAKAN BUNUH DIRI DIKALANGAN REMAJA Dari waktu ke waktu jumlah kasus bunuh diri terus bertambah. Tidak hanya dikalangan orang dewasa tetapi juga terjadi pada remaja bahkan anak-anak. Sebenarnya tidak seorangpun yang menginginkan seperti ini tetapi keinginan manusia sering kali diarahkan oleh banyak faktor yang terjadi diluar kendali kita sendiri sampai akhirnya seseorang tiba pada keyakinan bahwa bunuh diri justru adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalahnya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Dan bagaimana menghindarinya. Dalam paragraf di atas ada beberapa kesalahan penerapan EYD, yaitu penulisan kata dikalangan, seorangpun, dan diluar seharusnya dipisahkan, penulisan kata sering kali seharusnya digabungkan, dan sebelum kata tetapi seharusnya diberi tanda baca koma.

Related Documents

Pengertian
June 2020 53
Pengertian
June 2020 50
Pengertian
May 2020 51
Pengertian Hardware.docx
November 2019 31

More Documents from "lisa"

Pengertian Ejaan.docx
October 2019 26
Sejarah Bank Sumsel.docx
October 2019 11
June 22
May 2020 14
Cv Magang Dan Surat.docx
November 2019 41