Peng Saatpanen Mentimun Linayanti

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Peng Saatpanen Mentimun Linayanti as PDF for free.

More details

  • Words: 3,948
  • Pages: 11
PENGARUH SAAT PANEN DAN SUHU PENYIMPANAN TERHADAP KUALITAS DAN UMUR SIMPAN BUAH ANGGUR (Vitis vinifera L.) Varietas Alphonso Lavalle The Effect of Harvest Time and Storage Temperature on The Quality of Grapes (Vitis vinifera L.) from Alphonso Lavalle variety Linayanti Darsana, Endang Setyarini1 , Mey Ary Praptiwi2

ABSTRACT Grapes included in non climateric fruit, so it will has a bad quality if harvested before mature. It will has a good quality such as a sweet taste and interest performance, it it harvested in physiologycal mature stadium and long storeage. During storage, grape will easily destroy, to counter this problem can be used low temperature araound 5 – 17o C. Samples were collected from the garden of Ngrancang Mantingan Ngawi, East Java. The experiment was carried out in Central Laboratory of Sebelas Maret University of Surakarta, started from January to April 2001. The aim of this research was to study the effect of harvest time, storage temperature and combination of them on the quality and the storage time of the grapes (Vitis vinifera L.) from Alphonso Lavalle variety. This research was factorial experiment with basic design Randomized Completely Design (RCD) consisted of 2 factors of treatment. The first factor was harvest time (P) which were P1, P2 and P3 (harvest in 100, 106 and 112 days after cutting). The second factor was storage temperature (S) included 4 levels, i.e. S0 (ambient temperature), S1, S2 and S3 (5o C, 10o C and 15 o C). Each combined treatment was repeated 3 times. The data was analized using varian analysis with F test and followed with Duncan Mutiple Range Test (DMRT) 5 % level. Grape has a good performance during storage 100 and 106 days harvest time. The grapes have high level of water content, decreasing of the total acid content, increasing sugar content, fruit had little spots, the colour changed from red to violet, and the skin of fruit had no wrinkle. The vitamin C content for both harvest time were higher than 112 days harvest time. The storage temperature at 10o C can maintained the grapes quality, in the case it could decrease weight losses, sugar content was in high level, fruit had no wrinkle, texture was little bit soft and little respiration, the longest storage time reached 23 days, while the storage time in ambient temperatue was only 7 days. The treatment combination at harvest time 100 days after cutting with temperature of 5, 10 and 15o C during in storage, sugar and water content in highest level, and respiration was decreased.

1 2

Pengajar Fakultas pertanian UNS Mahasiswa Fakultas pertanian UNS

PENDAHULUAN Produksi buah-buahan di Indonesia masih rendah, sedangkan kebutuhan buah setiap tahun terus meningkat. Meningkatnya kebutuhan buah ini disamping karena jumlah penduduk yang terus meningkat juga karena meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti gizi dan peranan gizi bagi kesehatan (Anggarwati, 1986). Anggur (Vitis vinifera L.) merupakan buah impor yang cukup diminati di Indonesia. Walaupun sudah dilakukan usaha meningkatkan produksi buah anggur, yang sampai saat ini mencapai 25-30 kg/pohon/tahun, namun akibat penanganan pasca panen yang tidak tepat, maka nilai ekonomisnya akan turun (Setiadi, 2000). Alphonso lavalle adalah varietas buah anggur yang memiliki ciri buahnya berwarna hitam, ukurannya besar hingga sangat besar. Be ntuknya bulat namun kedua ujungnya agak rata hingga agak lonjong. Kulitnya tebal, dagingnya lunak dan manisnya sedang (Rismunandar, 1991). Kandungan vitaminnya tinggi, dari segi harga, varietas ini tidak kalah bersaing dengan varietas yang lain. sehingga cocok untuk dikonsumsi segar. Penelitian tentang penanganan segar buah anggur belum banyak dilakukan. Menurut Suyanti et al. (1999), penanganan yang kurang hatihati saat panen serta tingkat ketuaan buah yang kurang tepat menyebabkan mutu buah hasil panen kurang baik. Menurut Pantastico (1989) anggur termasuk buah non klimaterik sehingga buah yang di panen sebelum cukup umurnya mempunyai kualitas rendah. Panen anggur pada stadium matang fisiologis menghasilkan buah yang kualitasnya tinggi, rasanya manis dan kulit buahnya menarik. Cita rasa dan

ketahanan simpan buah anggur sangat dipengaruhi oleh tingkat ketuaannya (Setiadi, 2000). Perlakuan suhu rendah dapat memperpanjang umur simpan buah. Suhu ini merupakan suhu optimum agar buah tetap dalam kondisi baik walaupun lama disimpan. Anggur sebagai buah meja aman disimpan pada suhu 5o C –17 o C dalam keadaan terkontrol (Weaver, 1976). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi perlakuan saat panen dan suhu penyimpanan yang tepat terhadap kualitas dan umur simpan buah anggur (Vitis vinifera L.) varietas Alphonso Lavalle..

BAHAN DAN PENELITIAN

METODE

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), faktorial yaitu faktor saat panen (P1= umur 100 hari setelah pangkas, P2= umur 106 hari setelah pangkas dan P3 = umur 112 hari setelah pangkas) dan faktor suhu penyimpanan yaitu S0= suhu kamar, S1= suhu 5o C, S2= suhu 10o C dan S3 = suhu 15o C. Masing-masing kombinasi perlakuan diulang 3 kali. Data yang didapat diuji dengan uji F, bila didapat pengaruh yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji DMRT 5%. Penelitian ini menggunakan anggur varietas Alphonso lavalle (BS.06) dari tanaman berumur 2 tahun. Tandan buah anggur yang masih di pohon sebelumnya diberi label saat pangkas pada pohon induknya, untuk menentukan saat panennya. Pemanenan anggur dilakukan sesuai perlakuan. Buah yang telah di panen diangkut ke Laboratorium dengan memasukkannya dalam kardus yang diberi serpihan kertas

agar tidak rusak. Di Laboratorium buah anggur dibersihkan de ngan tissue dan dilakukan sortasi untuk memilih butir anggur yang sama besar, jumlah butir dalam satu tandan sama banyaknya dan warnanya seragam. Buah anggur kemudian disimpan dalam inkubator dengan suhu sesuai perlakuan. Untuk perlakuan suhu ruang, bua h diletakkan diatas meja dan ditutup dengan tudung saji untuk menghindari serangga. Peubah yang diamati antara lain susut berat, kadar air (metode gravimetri), kadar total asam (titrasi NaOH 0,1 N), kadar gula (hand refrakto meter), Vitamin C (titrasi Jod 0,01 N), uji Organoleptik (10 panelis terlatih) mengenai kenampakan buah, warna, tekstur, rasa, kenampakan kulit buah, umur simpan dan respirasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan menunjukkan ada interaksi antara perlakuan saat panen dan suhu penyimpanan pada peubah kadar air, kadar gula, respirasi, kenampakan buah, tekstur dan kenampakan kulit buah. Pada perlakuan saat panen memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada peubah warna buah, rasa, kadar total asam (KTA) dan Vitamin C. Sedang perlakuan suhu penyimpanan memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada peubah susut berat dan umur simpan (Tabel 1). Kadar air Pada Tabel 1 terlihat bahwa pada hari ke 7 terdapat interaksi yang sangat nyata antara perlakuan saat panen dan suhu penyimpanan. Pada Tabel 2 nampak bahwa selama penyimpanan anggur yang dipetik pada umur 100 hari dan 106 hari setelah pangkas yang dikombinasikan dengan suhu rendah

lebih dapat mempertahankan kesegarannya, karena laju transpirasinya terhambat, sehingga kadar airnya tetap tinggi. Butir tepung dan lapisan lilin yang ada pada buah anggur dapat menjadi pelindung agar transpirasi dan respirasi yang terjadi tidak terlalu besar (Bisogni, 1976). Agar lapisan ini tidak rusak, maka dapat digunakan suhu rendah, dengan demikian kesegaran buah bisa dipertahankan. Kadar gula Dari Tabel 1 tampak bahwa kadar gula pada hari ke 14 menunjukkan beda nyata untuk kombinasi perlakuan saat panen dan suhu penyimpanan. Pada hari ke 14 terjadi peningkatan kadar gula yang drastis untuk semua kombinasi perlakuan pada suhu rendah. Dari Tabel 2 ternyata kombinasi perlakuan umur panen 100 hari setelah pangkas dengan semua suhu rendah dan perlakuan saat panen 112 hari setelah pangkas yang dikombinasikan dengan suhu 15 derajat Celsius memiliki kadar gula yang tinggi bila dibandingkan dengan kombinasi perlakuan yang lain. Menurut Paull (1992) setelah pematangan pati menurun diduga dirombak secara ensimatis menjadi glukan-glukan. Respirasi Pada Tabel 1 tampak bahwa respirasi baik pada awal maupun akhir penyimpanan menunjukkan berbeda sangat nyata untuk perlakuan saat panen, suhu penyimpanan dan kombinasi saat panen dan suhu penyimpanan. Dari Tabel 2 pada hari ke 0 diketahui bahwa pada awal penyimpanan respirasi rendah pada umur panen 112 hari setelah pangkas. Respirasi tertinggi

Tabel 1 . Analisis Ragam semua peubah pengamatan selama penyimpanan. Peubah

Saat panen Suhu penyimpanan (hari ke) (hari ke) 0 7 14 0 7 14 Susut Berat -ns ns --- ** ns Kadar air ** ** * ** ns ns KTA ** ** ns ns ns ns Kadar gula ** ** ** ns ns * Vitamin C ** ns ns ns ns ns Kenamp.Buah -** ** -** ns Warna * ** -ns ns -Tekstur ** ** ** ns ** ** Kulit Buah -- ** --** -Respirasi awal ** ** Respirasi akhir ** ** Rasa awal ** ns Rasa akhir ** ns Umur simpan ns ** Keterangan : * = berbeda nyata ** = berbeda sangat nyata

Kombinasi Saat panen dan suhu (hari ke) 0 7 14 --ns ns ns ** ns ** ns ns ns ns * ns ns ns -* * ns ns -ns ** ** -** -** ** ns ns ns ns = berbeda tidak nyata

Tabel 1. Pengaruh saat panen dan suhu penyimpanan terhadap kadar air, kadar gula dan respirasi. Perlakuan Kadar air (%) Kadar gula Respirasi (Derajat Brix) (ppm CO2 /g/menit) Hari ke 7 Hari ke 14 Awal Akhir P1S0 81,05 cd --62 b 78 a P1S1 86,82 de 3,53 ab 78 a 70 bcd P1S2 83,25 cde 3,67 a 75,6 a 70,3 bc P1S3 87,29 e 3,67 a 76,6 a 71,3 b P2S0 84,89 de --64 b 67,3 defg P2S1 85,19 e 3,06 d 61 b 64 ij P2S2 81,04 cd 3,2 cd 64 b 64,6 fghi P2S3 83,14 cde 3,33 bc 64 b 68 cdef P3S0 82,95 cde --56,6 c 68,6 bcde P3S1 74,18 ab 3,2 cd 55,3 c 62 ij P3S2 78,55 bc 3,2 cd 62 b 62 ij P3S3 70,74 a 3,67 a 52 d 66,6 efgh Ket : Perlakuan yang diikuti oleh huruf sama berpengaruh tidak nyata pada DMRT 5%. P1, P2, P3 = panen 100, 106 and 112 hari setelah pangkas S0 = Suhu kamar , S1 S2 S3 = suhu 5,10,15o C.

pada umur panen 100 hari setelah pangkas. Anggur adalah buah non klimaterik menurut Pantastico (1989), respirasi semakin menurun pada proses pematangan buah non klimaterik. Pada akhir penyimpanan, terjadi penurunan respirasi pada saat panen 100 hari setelah pangkas yang dikombinasikan dengan semua suhu rendah. Pada kombinasi perlakuan yang lain mengalami kenaikan respirasi. Kombinasi perlakuan saat panen 100 hari setelah pangkas yang disimpan pada suhu 5o C dan 10o C juga mempunyai umur simpan paling lama yaitu 28 hari. Hal ini menunjukkan bahwa suhu 5o C dan 10o C mampu mengha mbat kerja ensim dalam proses respirasi sehingga respirasi menurun dan umur simpannya panjang. Kenampakan buah Pada Tabel 1 tampak bahwa kenampakan buah berbeda nyata untuk kombinasi perlakuan saat panen dan suhu penyimpanan pada hari ke 7 dan ke 14. Dari Tabel 3 untuk umur penyimpanan 7 hari, suhu 10o C yang dikombinasikan dengan saat panen 106 hari dan 112 hari setelah pangkas, dapat mempertahankan kualitas terutama menjaga kenampakan luar buah tetap mulus. Sampai hari ke 14 kombinasi perlakuan umur panen 106 hari setelah pangkas dengan suhu 10o C masih bisa menunjukkan pengaruh yang baik, hal ini terbukti dari skor yang menduduki level terendah. Diduga pada suhu ini tidak cocok untuk kehidupan mikroorganisme yang menyebabkan noda pada buah anggur. Tekstur Pada Tabel 1 nampak bahwa tekstur buah anggur pada hari ke 7 dan hari ke 14 menunjukkan beda sangat

nyata untuk semua perlakuan saat panen, suhu penyimpanan dan kombinasi saat panen dan suhu penyimpanan. Pada hari ke 7 perlakuan suhu 15o C pada umur panen 112 hari setelah pangkas kurang baik untuk mempertahankan tekstur. Pada pengamatan selanjutnya suhu 15o C tidak sesuai lagi untuk penyimpanan anggur, kombinasi semua umur panen dengan suhu ini teksturnya semakin melemah yang ditunjukkan dengan skor yang rendah. Skor terendah pada hari ke 7 setelah penyimpanan adalah pada perlakuan suhu kamar. Pada suhu ini tekstur menjadi lunak karena serangan mikroorganisme. Mikroorganisme yang ada pada buah membantu penguraian senyawa-senyawa kompleks. Perlakuan suhu rendah lainnya menunjukkan skor yang cukup tinggi. Pada hari ke 14 umur panen 100 hari dan 106 hari setelah pangkas pada suhu 15o C sudah berada pada taraf lunak. Dengan demikian diduga pada suhu 15o C ensim pemecah protope ktin masih aktif sehingga teksturnya menjadi lunak. Tekstur masih bisa terjaga dengan baik karena pengaruh suhu. Suhu rendah mampu menekan kerusakan yang diakibatkan oleh degradasi dinding sel . Tekstur pada umur panen 112 hari setelah pangkas masih bisa dipertahankan dengan suhu rendah walaupun tidak dalam jangka waktu lama. Pada suhu rendah, respirasi bisa terhambat (Priyanto, 1988), sehingga perombakan (degradasi) senyawa penyusun dinding sel terhambat juga. Kenampakan Kulit Buah Pada Tabel 1 nampak bahwa kenampakan kulit buah anggur pada hari ke 7 menunjukkan beda sangat nyata untuk semua perlakuan saat panen, suhu

Tabel 3. Pengaruh saat panen dan suhu penyimpanan terhadap kenampakan buah, tekstur dan kulit buah Perlakuan

Kenampakan buah

Tekstur

Kenampakan Kulit Buah Hari ke 7 Hari ke 14 Hari ke 7 Hari ke 14 Hari ke 7 P1S0 3 a --3 a --1,6 a b P1S1 2 bc 2 b 3 a 3 a 2 a P1S2 2,6 ab 2,6 a 3 a 3 a 1,3 b P1S3 2 bc 3 a 3 a 2 b 2 a P2S0 2,6 ab --2 cd --2 a P2S1 1,3 d 2 b 3 a 2 b 2 a P2S2 1,3 d 1,3 c 3 a 3 a 2 a P2S3 1,6 cd 2 b 3 a 2 b 2 a P3S0 2 bc --2 cd --1 c P3S1 1,6 cd 2 b 2,6 ab 3,3 a 2 a P3S2 1 d 2 b 3 a 3 a 1 c P3S3 1,6 cd 2 b 2,3 bc 3 a 2 a Ket : Perlakuan yang diikuti oleh huruf sama berpengaruh tidak nyata pada DMRT 5 %. P1, P2, P3 = 100, 106, 112 hari setelah pangkas; S0 =suhu kamar; S1, S2, S3 = 5, 10 15o C. Nilai skor untuk uji organolept ik : Kenampakan buah : 1 = tanpa noda, 2 = sedikit noda (1% -25%) dan 3 = banyak noda (25 %); Tekstur : 1 = lunak sekali, 2 = lunak, 3 = agak lunak, 4 = keras dan 5 = keras sekali; Kenampakan kulit buah : 1 = tanpa keriput, 2 = keriput (1% -25%) dan 3 = keriput (25%).

Tabel 4. Pengaruh saat panen terhadap warna buah dan rasa buah selama penyimpanan. Saat panen

Warna

Rasa

Hari ke 0 hari ke 7 Awal Akhir 100 hari 2,58 b 3,16 b 2 b 3,25 b 106 hari 2,75 b 3,5 b 2,83 b 3,5 b 112 hari 4 a 4 a 3,91 a 4 a Ket : Perlakuan yang diikuti oleh huruf sama berpengaruh tidak nyata pada DMRT 5 %. Warna : Skor 1 = agak merah, Skor 2 = merah, Skor 3 = agak ungu, Skor 4 = ungu dan Skor 5 = hitam. Rasa : Skor 1 = asam, Skor 2= agak asam, Skor 3 = agak manis, Skor 4 = manis dan Skor 5 = manis sekali

Dari tabel 2, perlakuan saat pane n 112 hari setelah pangkas yang yang dikombinasikan dengan suhu kamar dan 10o C sampai hari ke 7 belum menunjukkan adanya keriput. Hal ini bisa dilihat dari skornya yang paling kecil. Walaupun buah anggur yang disimpan pada suhu ruang tidak nampak keriput pada kulitnya, namun umur simpannya paling pendek (7 hari) karena buah menjadi cepat lunak dan bernoda. Keriput pada kulit buah dapat merubah bentuk buah menjadi tidak bulat lagi dan menjadi mengeras, karena sebagian jaringan yang sudah kehilangan air cukup banyak menjadi kering. Pada pengamatan selanjutnya walaupun buah disimpan dalam suhu rendah, namun kelembaban dan proses metabolisme yang ada menjadikan jaringan terutama dinding sel menjadi rusak sehingga buah berkerut (Bisogni,1976). Warna Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa warna buah anggur pada hari ke 7 berbeda sangat nyata untuk perlakuan saat panen, tetapi tidak berbeda nyata pada perlakuan suhu penyimpanan dan kombinasi saat panen dan suhu penyimpanan. Selama penyimpanan terjadi peningkatan skor warna (Tabel 4), warna berubah dari merah ke ungu, dimungkinkan aktifitas ensim klorofilase menyebabkan warna hijau pada buah muda menjadi bermacam-macam warna setelah tua. Menurut Chambers dan Posingham (1963), antosianin menyebabkan warna buah menja di merah dan setelah masak menjadi ungu. Dari Tabel 4 diketahui pada hari ke 0 saat panen 112 hari setelah pangkas berada pada skor tertinggi (ungu) dibandingkan dengan perlakuan saat

panen lainnya. Pada hari ke 7 penyimpanan terjadi peningkatan skor warna buah yang dipanen 100 hari dan 106 hari setelah pangkas. Menurut Anggrahini dan Hadiwiyoto (1987), semua jenis buah-buahan terjadi perubahan selama penyimpanan walaupun sedikit demi sedikit. Rasa Pada Tabel 1 terlihat bahwa rasa buah anggur berbeda sangat nyata pada awal dan akhir pengamatan untuk perlakuan saat panen, sedang suhu dan interaksinya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap rasa buah. Dari Tabel 4 diketahui dari awal sampai akhir penyimpanan umur panen 112 hari setelah pangkas memiliki rasa paling manis dibanding umur panen lainnya. Hal ini diduga karena semakin lama buah ada di pohon induknya,semakin banyak zat pati dan hasil metabolisme lain yang tertimbun dalam buah, sehingga pada penyimpanannya gula yang terbentuk semakin banya k dan rasa manis semakin bertambah. Berkurangnya asam organik (asam tartarat) pada anggur akan menambah rasa manis. Rasa manis pada buah karena selama pematangan, pemecahan pati terus berlangsung sehingga pada umur 112 hari setelah pangkas, gula yang dihasilkan lebih banyak dari pada umur panen yang lain. Kadar total asam Pada Tabel 1 terlihat bahwa kadar total asam berbeda sangat nyata untuk perlakuan saat panen hari ke 0 dan ke 7,sedang perlakuan suhu dan kombinasi saat panen dan suhu penyimpanan tidak berbeda nyata.

Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa pada hari ke 0 kandungan total asam terendah didapat pada saat panen 106 hari dan 112 hari setelah pangkas. Hal ini disebabkan karena semakin lama buah di pohon semakin rendah kandungan total asamnya. Menurut Tranggono dan Sutardi (1989), kandungan asam organik mencapai maksimum dalam pertumbuhan, dan menurun pada saat pematangan. Pada penyimpanan hari ke 7, kadar total asam yang tinggi pada umur panen 100 hari dan 106 hari setelah pangkas, walaupun semua umur adalah umur standar untuk panen (Anggarwati, 1986), namun kandungan asamnya dapat berbeda. Selama penyimpanan terjadi penurunan kadar total asam. Diduga tingginya respirasi selama penyimpanan mempengaruhi kadar total asam pada buah. Menurut Kliewer (1971) pada pemasakan, asam-asam organik membentuk garam yang membantu menaikkan padatan terlarut dan menurunkan kadar total asam. Vitamin C Pada Tabel 1 tampak bahwa kandungan vitamin C pada buah anggur berbeda sangat nyata untuk perlakuan saat panen pada hari ke 0, sedangkan pada perlakuan suhu penyimpanan dan kombinasi perlakuan saat panen dan suhu penyimpanan tidak berbeda nyata. Dari Tabel 5 terlihat kandungan vitamin C pada anggur tertinggi pada yang dipanen umur 100 hari dan 106 hari setelah pangkas. Seperti halnya kadar total asam, Vitamin C juga meningkat selama buah ada di pohon dengan tingkatan yang berbeda (Bisogni, 1976). Peningkatan kandungan vitamin C sampai umur kemasakan tertentu dan akan menurun karena jaringan mengalami pelayua n. Pada jaringan yang telah layu, ensim tidak aktif sehingga pembentukan

vitamin C dalam buah terhambat. Hal inilah yang menyebabkan kandungan vitamin C pada buah yang dipanen umur 112 hari setelah pangkas paling rendah diantara umur panen lainnya. Susut Berat Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa susut berat hari ke 7 sangat berbeda nyata untuk perlakuan suhu penyimpanan, sedang perlakuan saat panen dan kombinasi perlakuan saat panen dan suhu penyimpanan tidak berbeda nyata. Dari Tabel 6 terlihat bahwa semakin tinggi suhu penyimpanan maka semakin meningkat susut beratnya, sehingga susut berat yang terbesar adalah yang disimpan pada suhu kamar dan suhu 15o C, sedang susut berat terkecil pada penyimpanan dengan suhu 5o C dan 10o C. Menurut Setyadjit dan Syaifullah (1994), suhu tinggi menyebabkan proses transpirasi lebih cepat dari pada suhu rendah. Transpirasi yang tinggi dapat menurunkan kadar air buah anggur sehingga susut berat menjadi besar. Selain itu suhu tinggi menyebabkan respirasi meningkat. Diduga gula yang dihasilkan pada proses fotosintesis akan dipecah untuk menghasilkan CO2 dan air pada proses respirasi, sehingga berat buah berkurang. Umur Simpan Pada Tabel 1 dapat terlihat bahwa umur simpan berbeda sangat nyata untuk perlakuansuhu penyimpanan, sedangkan perlakuan saat panen dan kombinasi perlakuan saat panen dan suhu penyimpanan tidak berbeda nyata. Pada Tabel 6 diketahui bahwa penyimpanan anggur pada suhu kamar hanya dapat bertahan selama 7 hari, sedang pada suhu rendah dapat lebih lama disimpan dan yang terlama pada suhu 10o

C yaitu selama 23 hari. Hal ini disebabkan karena pada suhu rendah proses respirasi dapat dihambat, sehingga proses perombakan asimilat terhambat,

maka umur simpan buah akan lebih lama. Semakin tinggi respirasi umur simpannya semakin pendek (Broto, 1993).

Tabel 5. Pengaruh saat panen terhadap kadar total asam dan Vitamin C Saat panen

Kadar total asam (%) Vitamin C (%) Hari ke 0 Hari ke 7 Hari ke 0 100 hari 25,55 a 23,56 a 5,74 a 106 hari 21,96 b 23,93 a 6,94 a 112 hari 21,16 b 19,32 b 3,75 b Ket : Perlakuan yang diikuti oleh huruf sama berpengaruh tidak nyata pada DMRT 5 % .

Tabel 6. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap susut berat dan umur simpan. Suhu Susut berat hari ke 7 (%) Umur Simpan (hari) Kamar 17,59 b 7,6 c o 5 C 10,442 a 21 a 10o C 8,45 a 23,3 a o 15 C 6,532 b 13,8 b Ket : Perlakuan yang diikuti oleh huruf sama berpengaruh tidak nyata pada DMRT 5 %.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari penelitian ini dapatlah ditarik suatu kesimpulan : 1. Saat pane n 100 hari dan 106 hari setelah pangkas,anggur cukup baik untuk disimpan karena selama penyimpanan kadar airnya tinggi, kadat total asam menurun yang diiringi dengan peningkatan kadar gula, kenampakan luar buah dengan sedikit noda, warna berubah dari merah ke ungu, kulit tidak nampak keriput dan kandungan vitamin C nya tinggi. 2. Suhu penyimpanan 10o C dapat mempertahankan kualitas anggur yaitu

dapat menekan susut bobot, kadar gula tetap tinggi, buah tetap mulus, tekstur agak lunak, respirasi rendah dan umur simpan mencapai 23 hari. 3. Kombinasi perlakuan saat panen 100 hari setelah pangkas dengan suhu penyimpanan 5, 10 dan 15o C selama penyimpanan kadar air dan kadar gulanya tertinggi serta respirasi menurun. 4. Umur simpan buah anggur pada suhu kamar hanya 7 hari sedangkan pada suhu 10o C umur simpan mencapai 23 hari. B. Saran 1. Perlu pengkajian lebih lanjut me ngenai penyimpanan anggur pada

umur petik kurang dari 100 hari setelah pangkas. 2. Perlu pengkajian lebih lanjut menge nai suhu penyimpanan untuk anggur pada kisaran suhu 10 sampai 15o C. 3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai umur petik yang dikombinasikan dengan pengemasan agar buah anggur kualitasnya dapat dipertahankan lebih lama.

Lehninger A. L. 1982. Principles of Biochemistry. Worth Publisher Inc. Terjemahan : Maggy Tenawijaya. 1997. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga. Jakarta. Hal .313-335. Pantastico. 1989. Fisiologi Pasca Panen. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 906 h.

DAFTAR PUSTAKA

Paull R. E. 1990. Soursop Fruit Ripening-Strach Breakdown. Acta. Hort. 269: 277-281.

Anggarwati W. 1986. Pengaruh Umur Panen Terhadap Kualitas dan Daya Tahan Simpan Anggur. J.Hort Balithor Solok No. 17 h 553-558.

Priyanto G. 1988. Teknik Pengawetan Pangan. PAU Pangan Gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 244 h.

Bisogni C. A. dan G. Armbuster. 1976. Quality Comparisons of Room Ripened and Field Ripened Tomato Fruits. p 333-337.

Rismunandar. 1991. Liku-liku Bertanam Anggur. Sinar Baru Bandung. 95 h.

Broto W. 1993. Metode Penanganan Segar Buah-buahan dan Sayuran dalam Skala Industri. Info Hortikultura 1 (1): 26-38. Chambers T. C. dan Posshingham S. V. 1963. Some Factor Influencing The Culinary Quality of Irish Potato II. Physical Characteristic. Amer Potato 40: 200. Kliewer M. 1971. Effect of Day and Light Intencity on concentration of Malic Acid and Tartaric Acid in Vitis vinifera. J. Amer. Soc Hort. Sci. 96 : 372.

Setiadi. 2000. Bertanam Anggur. Penebar Swadaya Jakarta. 86 h. Setyadjit dan Syaifullah. 1994. Penyimpanan Buah Manggis dalam Suhu Dingin. J. Hort. 4(1): 64-76. Suyanti, Roosmani A. B. S. T. dan Syaifullah. 1999. Pengaruh Tingkat Ketuaan terhadap Mutu Pasca Panen Buah Mangis Selama Penyimpanan. J. Hort. 9 (1): 5158. Tugwell B. L. and A. P. Dahlenburg. 2000. Postharvest Handling of Table Grapes. Sardi Viticulture Information. Australia :1-20.

Related Documents

Peng Ramaddhan.docx
May 2020 24
Ina_alternatif Peng
December 2019 30
Peng Syariah
May 2020 14
Chin Peng
May 2020 28