BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli keperawatan, dimana teori dan model konseptual merupakan suatu cara untuk memandang, menilai situasi kerja yang menjadi petunjuk bagi perawat dalam mendapatkan informasi untuk menjadikan perawat peka terhadap apa yang terjadi dan apa yamg harus dilakukan. Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam prakti,penelitian dan proses belajarmengajardalam bidang keperawatan sehingga perlu deperkenalkan,disaji dan dikembangkan untuk memperkuat profesi keperawatan. Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan baik secara teoritis maupun empiris terhadap teori-teori keperawatan yang ada, sehingga perawat dapat memahami dan mengaplikasikan teori-teori tersebut. Dalam memberikan pelayanan keperawatan yang ada adalah teori keperawatan yang dikembangkan oleh Madeleine Leininger yang lebih di kenal dengan teori “trans Cultural”. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana konsep,Biografi, Sejarah, dan Model Sunrise Teori Madelaine Leininger? 2. Bagaimana Pengeringan luka Menggunakan kopi Bubuk serta Pengkajiannya? C. TUJUAN PENULIS Tujuan ditulis makalah ini antara lain untuk meningkatkan pengetahuan tentang Teori Model Keperawatan Madeleine Leiniger serta dapat menaplikasikannya dalam praktik keperawatan.
1
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Teori Medeleine Leininger Teori Leininger adalah untuk menyediakan langkah-langkah perawatan yang selaras dengan individu atau kelompok budaya kepercayaan, praktik, dan nilai-nilai. Pada tahun 1960an dia menciptakan budaya kongruen perawatan jangka panjang, yang merupakan tujuan utama transkultural keperawatan praktek. Budaya perawatan sebangun adalah mungkin bila tindakan terjadi dalam hubungan perawat-klien (Leininger, 1981). Leininger mengembangkan istilah baru untuk prinsip dasar teorinya. Ini definisi dan prinsip-prinsip istilah kunci untuk memahami teori tersebut. Di bawah ini adalah ringkasan dasar prinsip yang penting untuk memahami teori Leininger : 1. Care adalah untuk membantu orang lain dengan kebutuhan nyata atau diantisipasi dalam upaya untuk memperbaiki kondisi manusia yang menjadi perhatian atau untuk menghadapi kematian. 2. Merawat adalah tindakan atau kegiatan diarahkan memberikan perawatan. 3. Budaya mengacu pada belajar, berbagi, dan dipancarkan nilai-nilai, keyakinan, norma, dan kehidupan dari individu tertentu atau kelompok yang membimbing mereka berpikir, keputusan, tindakan, dan cara berpola hidup. 4. Perawatan Budaya mengacu pada beberapa aspek budaya yang mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk meningkatkan kondisi manusia atau untuk menangani penyakit atau kematian. 5. Keragaman budaya peduli merujuk pada perbedaan dalam makna, nilai, pantas tidaknya perawatan di dalam atau di antara kelompok-kelompok orang yang berbeda. Universalitas peduli Budaya mengacu pada perawatan umum atau arti serupa yang jelas di antara banyak budaya. 6. Keperawatan adalah profesi yang dipelajari dengan disiplin terfokus dengan perawatan fenomena. Worldview mengacu pada cara orang cenderung untuk melihat dunia atau alam semesta dalam menciptakan pandangan pribadi tentang hidup.
2
7. Budaya dan dimensi struktur sosial termasuk faktor yang berhubungan dengan agama, struktur sosial, politik / badan hukum, ekonomi, pola pendidikan-terns, penggunaan teknologi, nilai-nilai budaya, dan ethnohistory yang di-fluence tanggapan budaya manusia dalam konteks budaya. 8. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan budaya dan dihargai oleh budaya yang ditunjuk. 9. Pelestarian budaya perawatan atau pemeliharaan mengacu pada kegiatan pelayanan keperawatan yang membantu orang dari budaya tertentu untuk menyimpan dan menggunakan inti kebudayaan nilai perawatan terkait dengan masalah kesehatan atau kondisi. 10. Budaya akomodasi perawatan atau negosiasi merujuk kepada tindakan keperawatan kreatifyang membantu orang-orang dari budaya tertentu beradaptasi dengan atau bernegosiasi dengan lain- ers dalam kesehatan masyarakat dalam upaya untuk mencapai tujuan bersama dari hasil kesehatan yang optimal untuk klien dari budaya yang ditunjuk. Memahami Kerja Theorists Perawat 11. Budaya perawatan restrukturisasi mengacu pada tindakan terapi yang diambil oleh budaya perawat yang kompeten atau keluarga. Tindakan ini memungkinkan atau sebagai klien untuk mengubah perilaku kesehatan pribadi terhadap menguntungkan hasil sementara menghormati nilai-nilai budaya klien. Leininger mengusulkan bahwa ada tiga modus untuk membimbing penilaian asuhan keperawatan, keputusan, atau tindakan untuk memberikan perawatan yang tepat, bermanfaat, dan bermakna yaitu : a) pelestarian dan / atau pemeliharaan. b) komodasi dan / atau negosiasi. c) re-pola dan / atau restrukturisasi Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan care dipengaruhi oleh elemen-elemen berikut yaitu : Struktur sosial seperti teknologi, kepercayaan dan factor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai cultural, politik dan factor-faktor legal, factor-faktor ekonomi, dan factor-faktor pendidikan. Faktor sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis, masing-masing sistem ini merupakan bagian struktur sosial. Pada setiap kelompok masyarakat; pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam masyarakat dan praktek-praktek.
3
Yang merupakan bagian integral dari aspek-aspek struktur sosial (Leininger dan MC Farland 2002). Dalam model Sunrisenya Leininger menampilkan visualisasi hubungan antara beberapa konsep yang disignifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger sebagai bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan. Tindakan membantu didefinisikan sebagai prilaku yang mendukung. Menurut Leininger bantuan semacam itu baru dapat benar-benar efektif jika latar belakang budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya. B. Biografi Madeleine Leininger
Madeleine
Leininger
lahir pada tanggal 13 juli 1925 di Sutton, Nebraska, Amerika Serikat. Beliau adalah seorang ahli teori keperawatan perintis, yang pertama kali muncul pada tahun 1961. kontribusinya untuk teori keperawatan melibatkan diskusi tentang apa itu peduli. Terutama, ia mengembangkan konsep keperawatan transkultural, membawa peran faktor budaya dalam praktek keperawatan ke dalam diskusi tentang bagaimana yang terbaik untuk mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.
4
Beliau menerima gelar diploma dalam keperawatan dari St Anthony’s School of Nursing di Denver, Colorado. Pada tahun 1950, ia memperoleh B.S. dari St Scholastica (Benedictine College) di Atchi, Kansas. Dan pada tahun 1954 meraih M.S. di Nurs kesehatan jiwa dan mental dari Universitas Katolik Amerika di Washington, DC. Pada tahun 1965, ia dianugerahi gelar Ph.D. dalam antropologi budaya dan sosial dari Universitas Washington, Seattle (Tomey dan Alligood, 2001). Pada awal karirnya sebagai perawat, Leininger mengakui pentingnya konsep “peduli” dalam keperawatan. Teori peduli bertujuan untuk memberikan budaya pelayanan keperawatan kongruen melalui “tindakan bantu, mendukung, fasilitatif, atau memungkinkan kognitif berbasis atau keputusan yang sebagian besar dibuat khusus agar sesuai dengan individu, kelompok, atau lembaga budaya nilai-nilai, keyakinan, dan lifeways” ( Leininger, MM (1995). Selama tahun 1950-an Leininger mengalami apa yang menggambarkan sebagai kejutan budaya ketika dia menyadari bahwa pola-pola perilaku berulang pada anak-anak tampaknya memiliki dasar budaya.
Leininger mengidentifikasi kurangnya
pengetahuan budaya
dan perawatan
sebagai rantai yang hilang untuk pemahaman keperawatan tentang banyak variasi yang diperlukan dalam perawatan pasien untuk mendukung kepatuhan, penyembuhan, dan kesehatan (George, 2002). Wawasan ini adalah awal (tahun 1950-an) yang baru membangun dan penomena terkait dengan pelayanan keperawatan disebut keperawatan transkultural. Leininger adalah pendiri gerakan keperawatan transkultural dalam pendidikan penelitian dan praktek. C. SEJARAH M. LEINENGER Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia. Ia adalah perawat professional pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi social dan budaya. Dia lahir di Sutton, Nebraska, dan memulai karir keperawatannya setelah tamat
dari
programdiploma
di“St.
Anthony’s
School
of
Nursing”
di
Denver.
Tahun 1950 ia meraih gelar sarjana dalam ilmu biologi dari “Benedictine College, Atchison Kansas” dengan peminatan pada studi filosofi dan humanistik. Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut ia bekerja sebagai instruktur, staf perawatan dan kepela perawatan pada unit medikal bedah sererta membuka sebuah unit perawatan psikiatri yang baru dimana ia menjadi seorang direktur pelayanan keperawatan pada St. Joseph’s Hospital di Omaha. Selama waktu ini
5
ia melanjutkan pendidikan keperawatannya di ”Creigthton University ” di Omaha. Tahun 1954 Leininger meraih gelar M.S.N. dalam keperawatan psikiatrik dari ” Chatolic University of America” di Washington D. C. Ia kemudian bekerja pada ”College of Health” di Univercity of Cincinnati, dimana ia menjadi lulusan pertama (M. S. N ) pada program spesialis keperawatan psikiatrik anak . Ia juga memimpin suatu program pendidikan keperawatan psikiatri di universitas tersebut dan juga sebagai pimpinan dalam pusat terapi perawatan psikiatri di rumah sakit milik universitas. Pada tahun 1960, Leininger bersama C. Hofling menulis sebuah buku yang diberi judul ” Basic Psiciatric Nursing Consept” yang dipublikasikan ke dalam sebelas bahasa dan digunakan secara luas di seluruh dunia. Selama bekerja pada unit perawatan anak di Cincinnati, Leininger menemukan bahwa banyak staff yang kurang memahami mengenai faktor-faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak-anak. Dimana diantara anak-anak ini memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Ia mengobservasi perbedaan- perbedaan yang terdapat dalam asuhan dan penanganan psikiatri pada anak-anak tersebut. Terapi psikoanalisa dan terapi strategi lainnya sepertinya tidak menyentuh anak-anak yang memiliki perbedaan latar belakang budaya dan keutuhan. Leininger melihat bahwa para perawat lain juga tidak menampilkan suatu asuhan yang benar-benar adequat dalam menolong anak tersebut, dan ia dihadapkan pada berbagai pertanyaan mengenai perbedaan budaya diantara anak-anak tersebut dan hasil terapi yang didapatkan. Ia juga menemukan hanya sedikit staff yang memiliki perhatian dan pengetahuan mengenai faktor-faktor budaya. Pada satu ketika,Prof Margaret Mead berkunjung pada departemen psikiatri University of Cincinnatidan LeinigerberdiskusidenganMead mengenai adanya kemungkinan hubungan antara keperawatan dan antropologi. Meskipun ia tidak mendapatkan bantuan langsung, dorongan, solusi dari Mead. Leininger memutuskan untuk melanjutkan studinya ke program doktor (Ph.D) yang berfokus pada kebudayaan, sosial, dan antropologi psikologi pada Universitas Washington. Sebagai seorang mahasiswa program doktor, Leininger mempelajari berbagai macam kebudayaan dan menemukan bahwa pelajaran antroplogi itu sangat menarik dan merupakan area yang perlu diminati oleh seluruh perawat. Kemudia ia menfokuskan diri pada masyarakat Gadsup di Eastern Highland of New Guinea, dimana ia tinggal bersama masyarakat tersebut selama 6
hampir dua tahun. Dia dapat mengobservasi bukan hanya gambaran unik dari kebudayaan melainkan perbedaan antara kebudayaan masyarakat barat dan non barat terkait dengan praktek dan asuhan keperawatan. Dari studinya yang dalam dan pengalaman pertama dengan masyarakat Gadsup, ia terus mengembangkan teori perawatan kulturalnya dan metode ethno nursing.Teori dan penelitiannya telah membantu mahasiswa keperawatan untuk memahami perbedaan budaya dalam perawatan manusia, kesehatan dan penyakit. Dia telah menjadi pemimpin utama perawat yang mendorong banyak mahasiswa dan fakultas untuk melanjutkan studi dalam bidang anthropologi dan menghubungkan pengetahuan ini kedalam praktik dan pendidikan keperawatan transkultural. Antusiasme dan perhatiannya yang mendalam terhadap pengembangan bidang perawatan transkultural dengan fokus perawatan pada manusia telah menyokong dirinya selama 4 dekade. Tahun 1950-an sampai 1960-an, Leininger mengidentifikasi beberapa area umum dari pengetahuan dan penelitian antara perawatan dan anthropologi formulasi konsep keperawatan transkultural, praktek dan prinsip teori. Bukunya yang berjudul Nursing and anthropology : Two Words to Blend ; yang merupakan buku pertama dalam keperawatan transkultural, menjadi dasar untuk pengembangan bidang keperawatan transkultural, dan kebudayaan yang mendasari perawatan kesehatan. Buku yang berikutnya, ”Transcultural Nursing : Concepts, theories, research, and practise (1978 )” , mengidentifikasi konsep mayor, ide-ide teoritis, praktek dalam keperawatan transkultural, bukti ini merupakan publikasi definitif pertama dalam praktek perawatan treanskultural. Dalam tulisannya, dia menunjukkan bahwa perawatan treanskultural dan anthropologi bersifat saling melengkapi satu sama lain, menkipun berbeda. Teori dan kerangka konsepnya mengenai Cultural care diversity and universality dijelaskan dalam buku ini. Sebagai perawat profesional pertama yang melanjutkan pendidikan ke jenjang doktor dalam bidang antropologi dan untuk memprakarsai beberapa program pendidikan magister dan doktor, Leininger memiliki banyak bidang keahlian dan perhatian. Ia telah memepelajari 14 kebudayaan mayor secara lebih mendalam dan telah memiliki pengalaman dengan berbagai kebudayaan. Disamping perawatan transkultural dengan asuhan keperawatan sebagai fokus utama , bidang lain yang menjadi perhatiannya adalah administrasi dan pendidikan komparatif,
7
teori-teori keperawatan, politik, dilema etik keperawatan dan perawatan kesehatan, metoda riset kualitatif, masa depan keperawatan dan keperawatan kesehatan, serta kepemimpinan keperawatan. Theory of Culture Care saat ini digunakan secara luas dan tumbuh secara relevan serta penting untuk memperoleh data kebudayaan yang mendasar dari kebudayaan yang berbeda. D. Model teori sunrise dan jelaskan Sunrise Model dari teori Leininger dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Matahari terbit sebagai lambang/ symbol perawatan. Suatu kekuatan untuk memulai pada puncak dari model ini dengan pandangan dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk mempertimbangkan arah yang membuka pikiran yang mana ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi dasar untuk menyelidiki berfokus pada keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan secara umum. Anak panah berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau garis hubungan. Garis putus-putus pada model ini mengindikasikan sistem terbuka. Model ini menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak terpisahkan/tidak dapat dipisahkan dari budaya mereka. Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi keperawatan tidak tampak pada teori dan model ini. Tujuan yang hendak dikemukakan oleh Leininger adalah agar seluruh terminologi tersebut dapat diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya. Intervensi keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau nilai-nilai yang akan dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah keperawatan tidak selalu sesuai dengan apa yang menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu alat yang produktif untuk memberikan panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan kebudayan serta penelitian ilmiah.
8
Gambar : The Sun Rise Model
Leininger Sunrise Model merupakan pengembangan dari konseptual model asuhan keperawatan transkultural. Terdapat 7 (tujuh) komponen dalam sunrise model tersebut, yaitu:
1. Faktor Teknologi ( Technological Factors ) Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan pemanfatan teknologi kesehatan, maka perawat perlu mengkaji berupa
persepsi individu tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari kesehatan, persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan. 2. Faktor keagamaan dan falsafah hidup ( Religous and Philosofical Factors) Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan motivasi yang realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi kuat sekali untuk menempatkan kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas kehidupannya sendiri. 9
Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh. 3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors) Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama lengkap dan nama panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga. 4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways) Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah posisi dan jabatan, bahasa yang digunakan, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari. 5. Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor) Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan transkultural. Misalnya peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang menunggu. 6. Faktor ekonomi ( Economical Faktor )
Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber ekonomi yang ada pada umumnya dimanfaatkan klien antara lain asurannsi, biaya kantor, tabungan. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan. 7. Faktor pendidikan (Educational Factor)
10
Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu dalam menmpuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan individu, maka keyakinannya harus didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat beradaptasi terhadap
budaya
yang
sesuai
dengan
kondisi
kesehatannya.
Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan meliputi tingkat pendidikan, jenis pendidikan, serta kemampuan belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
11
BAB III
PEMBAHASAN
A. KASUS Kasus tentang kebudayaan versi Leininger Pengaruh tepung kopi ( bubuk kopi ) terhadap luka bekas jatu
Pada suatu hari ada seseorang terjatu di depan rumah saat itu luka pada bagian tubuhnya tidk terlalu berbaya dan pada tubuh tidak terjadi patah tulang dan hanya di dapatkan terluka tergores.dan saat itu juga dari beberapa orang yang ada saat itu mengatakan untuk menempelkan bubuk kopi pada bagian luka klien tersebut agar menghindari pendarahan sekaligus mempecepat pengeringan luka,dalam budaya tersebut percaya bahwa kopi bubuk bukan hanya berMamfaat untuk di minum tapi juga bubuk kopi bisa membantu mempecepat mengeringkan luka. misalnya pada seseorang yang terluka karena bekas jatu dari motor atau bekas gigitan anjing tapi tidak terlalu parah dan menyebabkan patah pada bagian tubuh yang terluka. dengan cara menempel bubuk kopi pada bagian luka atau sesuai keperluan. Meskipun terkadang tidak berhasil tetapi juga ada yang berhasil. Dalam dunia kesehatan mungkin hanya di ketahui sesuatu yang terjadi saat meminum kopi karena bisa membuat seseorang susah tidur atau imsomnia .dalam dunia kesehatan kopi mengadung kafein sehingga tidak diperbolehkan untuk terllu mengosumsi terlalu banyak. Dan tidak tau apa fungsi bubuk kopi selain di minum ,dalam dunia kesehatan luka jatu atau semacam luka apapun harus menggunakan obat dan memplester luka agar menghalangi infeksi dan bisa mempecepat kesembuhan B. Pengkajian a. Factor teknologi Sebelumnya klien sehat sehat saja. Dan setelah terjatu klien hanya di beri saran untuk menggunakan tepung kopi (bubuk kopi ) agar mempecepat 12
pengeringan pada lukanya dan di berikan saran agar lukanya tidak di kenahkan air sehingga menghidari terjadinya infeksi. b. Factor agama dan falsafah hidup Klien beragama Kristen, klien sempat menolak karena dalam agamanya tidak di anjurkan untuk melakukan itu dan meminta agar di bawah saja kerumah sakit terdekat untuk melakukan pemeriksaan. c. Factor sosial dan keluarga Klien selalu mengambil keputusan sendiri dan selalu memikirkn efeck sampingnya. Klien juga selalu berkomunikasih dengan orang lain maupun keluarga, dank lien juga sangat berperan penting dalam sebuah organisasi keagamaan. d. Factor nilai- nilai budaya dan gaya hidup Klien percaya bahwa dalam budayanya kopi bubuk bukan hanya berfungsi untuk diminum
tetap juga dapat mempercepat pengeringan luka – luka
kecil. e. Factor ekonomi Klien bekerja sebagai pegawai negeri f. Factor pendidikan Klien lulusan perguruan tinggi dan bekerja di salah satu perkantoran
C. Diagnosa keperawatan a) Kurang pegetahuan klien terhadap luka yang di alami b) Ketidak patuhan klien terhadap pengobatan luka D. Perencanaa dan implementasi keperawatan Perencanaan dan implementasi dalam keperawatan transkular merupakan suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan suatu proses pemilihan strategi 13
yang tepat sedangkan implementasi yaotu melaksanakan tindakan sesuai latar belakang budaya klien. Adapun strategi yang harus di gunakan antara lain: a) mempertahankan budaya Mendiskusikan kesenjagan budaya yang di miliki klien dsn perawat Bersikpa tenang b) menegosiasi budaya apabila budaya klien kurang mendukung kesehatan Kebiasaan klien minum kopi terlalu banyak dan tidak suka minum air putih Anjurkan klien agar hidup sehat Libatkan keluarga dala perencanaan keperawatan c) Mengubah dan mengganti budaya klien dan keluarga Kaji tentang pengaru kopi Jelaskan pada klien tentang kopi Jelasaka pada klien tentag ke untungan dan kerugian mengosumsi kopi
Libatkan keluarga klien dalam edukasi E. Implementasi a. Culture care ajukan klien untuk selalu beribadah atau berdoa dalam sehari , dan memelihara komunikasi yang sedang terjalin dengan baik
antara perawat dan klien ataupun
sebaliknya.mendiskusikan budaya klien yang sudah di miliki agar di pertahankan dan bahkan di tingkatkan.
F. Evaluasi Negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatanya. Keluarga klien lebih koperatif dapat memahami dan juga menerima penjelasan masukan yang di berikan perawat. Setelah melakukan beberapa tindakan klien harus tetap di yakini tentang budaya selama ini yang telah di yakini ,kecuali tentang kebutuhan personal 14
Klien juga memahami pentingnya kesehatan dan juga meminum obat secara teratur. Klien juga berusaha mengubah kebiasaan yang sering di lakukan termaksud menghidari kopi terlalu banyak.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan Teori Leininger adalah untuk menyediakan langkah-langkah perawatan yang selaras dengan individu atau kelompok budaya kepercayaan, praktik, dan nilai-nilai. Pada tahun 1960-an dia menciptakan budaya kongruen perawatan jangka panjang, yang merupakan tujuan utama transkultural keperawatan praktek.Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan care dipengaruhi oleh elemen-elemen berikut yaitu : Struktur sosial seperti teknologi, kepercayaan dan factor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai cultural, politik dan factor-faktor legal, factor-faktor ekonomi, dan factor-faktor pendidikan. B. Saran Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
16
DAFTAR PUSTAKA
https://melisaoktalieta.wordpress.com/2012/11/13/5/
17