Klik Spon Artikel / Hewan Piaraan
BISNIS MENANGKAR PARKIT Oleh admin Sabtu, 09-Juni-2007, 04:35:43
8090 klik
Aduhai manisnya menangkarkan parkit. Dari 10 pasang parkit, konon bisa dihasilkan minimal 20-35 piyik per bulan. Sepasang dijual Rp. 20rb. Modal tidak mahal. Tapi ancaman penyakit memang bisa mengintai. Bisnis yang tidak main-main.
Klik untuk melihat foto lainnya... Sepetak lahan berukuran 2 m x 5 m di dak rumah Crist Indah Pancawati dimanfaatkan untuk membangun kandang-kandang parkit bertingkat 4. Sebuah kandang hanya berukuran 50 cm x 50 cm x 200 cm. Di sanalah sejak 3 tahun silam alumnus Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta, itu menangkarkan 50 pasang Melopsittacus undulatus. Pendapatan tambahan minimal Rp1-juta hasil penjualan parkit umur 4 pekan diraup Iin-sapaan akrabnya-setiap bulan. Piyik parkit dijual saat berumur 1 bulan dengan harga Rp8.000-Rp10.000 per pasang. Padahal dari 50 pasang indukan, setidaknya Iin mengangkat 100 piyik per bulan. Itu bila semua indukan dalam kondisi prima. Ada kalanya sebagian induk rontok bulu sehingga tak bertelur. Jika itu terjadi maka kelahiran Yogyakarta 8 Desember 1967 itu hanya sanggup memasok pasar 20-30 ekor dalam sepuluh hari. Namun, itu tak membuat tipis pundi-pundi ibu 1 putri itu. Keuntungan tetap bisa diraup lantaran biaya memproduksi si mungil itu relatif kecil. Kebutuhan pakan hanya 2-3 g/hari/ekor, ujar alumnus Fakultas Ekonomi itu. Harga pakan per kg hanya berkisar Rp1.500-Rp2.500. Lonjakan produksi kerap terjadi pada musim kemarau. Meski begitu, penangkar di Godean, Yogyakarta, itu belum dapat memenuhi tingginya permintaan. Peminat anggota keluarga Psittacidae itu umumnya hobiis di berbagai kota, di antaranya Jakarta, Bandung, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bali, dan Kalimantan. Para mania memburu parkit untuk hiasan lantaran cantik dan harga terjangkau. Di dak rumah Manisnya menangkarkan budgerigars-sebutan parkit di Australia-juga dirasakan peternak lain. Usep Jaelani di Sukabumi, Jawa Barat, merasakan nikmatnya menuai laba dari kandang parkit di dak rumah. Pria kelahiran Sukabumi, 1975, itu memanfaatkan lahan yang relatif sempit untuk menangkarkan 10 pasang induk parkit. Dari jumlah itu dihasilkan minimal 20-35 piyik per bulan. Sarjana Peternakan alumnus Institut Pertanian Bogor itu menjual Rp20.000 per pasang. Konsumen datang dari Jakarta, Bandung, Bogor, dan kota-kota lain di Jawa.
Widianti, penangkar di Depok, Surakarta, Jawa Tengah, hanya membangun kandang kawat ram di dak rumahnya untuk menangkarkan 25 pasang parkit. Perruche undule-sebutan parkit di Perancis-itu setiap bulan menyumbangkan pendapatan Rp200.000-Rp375.000. Perempuan kelahiran Solo itu menjual sekitar 20-25 pasang parkit umur 3 pekan seharga Rp10.000-Rp15.000 per pasang. Permintaan tinggi Menurut Senen Muhdahlan, peternak sekaligus pengepul parkit di Depok, Surakarta, Jawa Tengah, peluang pasar burung parkit tergolong besar. Permintaannya mencapai 1.000 ekor per minggu. Itulah sebabnya sejak 4 tahun silam ayah 5 putra itu membentuk kemitraan. Sekitar 15 plasmanya tersebar di Surakarta, Boyolali, Klaten, Sragen, dan Karanganyar. Meski begitu, kemampuan Senen dan plasmanya hanya separuh dari permintaan. Kelahiran Sragen 42 tahun silam itu membeli sepasang parkit dari plasmanya umur 3-4 pekan dengan harga Rp10.000-Rp12.000 per pasang. Pria kelahiran Sragen 42 tahun silam itu menjelaskan skala ekonomis untuk memulai penangkaran parkit cukup 2 pasang induk. Beberapa penangkar kerap menyediakan indukan yang telah berjodoh sehingga menekan risiko kegagalan. Harga indukan seperti itu bisa mencapai Rp20.000-Rp25.000 per pasang, ujar E.Gunawan W., hobiis burung di Yogyakarta. Sekitar 19 hari penangkar sudah dapat memetik hasilnya. Induk seperti itu bisa berproduksi selama 10 tahun bila perawatan baik. Menurut Usep Jaelani biaya untuk menangkarkan parkit Rp15.000-Rp20.000/pasang/tahun. Setiap pasang menghasilkan 36-42 ekor/tahun. Dengan harga jual sekitar Rp10.000-Rp15.000/ekor, paling tidak peternak bisa memperoleh keuntungan Rp370.000-565.000 per tahun dari sepasang induk parkit. Bahkan harga bisa terkatrol saat dijual telah matang gonad umur 4-7 bulan. Harga makin tinggi mencapai Rp35.000-Rp50.000 per pasang bila konsumen beli dalam jumlah kecil, ujar E.Gunawan W. Dengan harga jual relatif tinggi, wajar bila penangkar burung beralih ke parkit. Harga jual sempat mengalami penurunan hingga Rp5.000-Rp6.000 per pasang, ujar Marta Sriyati, pemilik kios burung di pasar burung Depok, Solo, Jawa Tengah. Kini, Yati-sapaan akrabnya-membeli dari peternak seharga Rp10.000-Rp12.000 per pasang. Akhir 2004, harga pernah mencapai Rp15.000-Rp17.500/pasang di tingkat peternak. Menurut ibu 5 putra itu, isu flu burung menjadi sebab turunnya harga parkit. Meski begitu perempuan yang telah menekuni bisnis parkit selama 20 tahun itu mengaku permintaan parkit yang dilayangkan konsumen tak berkurang drastis. Permintaan dari Jakarta dan Yogyakarta mengalir deras sebanyak 1.000 ekor per minggu. Itu diamini Sugianto, pemilik kios parkit Juta Peksi Surakarta. Menurutnya pamor parkit memang tengah menurun. Isu flu burung menyurutkan semangat hobiis burung untuk memborong parkit. Parkit sempat menjadi promadona sekitar 2003, ujar Sugianto. Pantas dari bisnis parkit suami Eti Murtiningsih itu sanggup membangun rumah beserta isi plus mobil di Surakarta. Anak ke-3 dari 4 bersaudara itu tak segan alih profesi dari agen periklanan menjadi pengepul parkit. Janji laba parkit memang menggiurkan. Apalagi Sugianto sempat memasok pasar parkit di Ujungpandang, Balikpapan, dan Samarindo. Akhir 2003 Sugianto rutin menjual 1.500 parkit seminggu dengan keuntungan Rp3.000/ekor. Kini ayah 2 putra itu tetap optimis, menurutnya pada 2006 bendera kejayaan parkit bakal terkibar kembali. Sebab parkit termasuk burung hias yang cantik tapi terjangkau harganya. Kerikil tajam
Tertarik mengikuti jejak mereka? Bersiaplah merasakan kerikil tajam yang tersebar di segala lini. Lini pertama ketika pembelajaran awal mengetahui karakteristik parkit. Iin membutuhkan waktu 3 tahun untuk mengetahui waktu burung birahi, saat membutuhkan sarang, dan kebiasaan-kebiasaan lain. Jika penangkar tak paham, parkit bisa tak bertelur, ujar Iin. Harga pakan jewawut Panicum viridae tergantung musim membuat alur harga parkit naik turun. Bila musim hujan terlambat, harga pakan mencapai Rp4.500-Rp5.000/kg. Padahal, normalnya Rp1.500Rp2.500/kg, ujar E.Gunawan W. Ancaman penyakit seperti, infeksi pernafasan akibat bakteri Chlamedia sp., kutu Knemidokotes, cacingan, dan Megabacterium senantiasa mengintai kesehatan biduan dari Australia itu. Menurut Dr drh Edi Boedi Santosa, M.P. dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, penangkar mesti selalu memperhatikan lingkungan terjaga bersih, agar gempuran penyakit tak terjadi. Dengan begitu meraih laba dari merdunya kicauan parkit bukan hanya sekadar impian. (Hanni Sofia) (Dikutip dari TRUBUS)