Paper Arsitektur Tropis Laras.docx

  • Uploaded by: irwan
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Paper Arsitektur Tropis Laras.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,564
  • Pages: 23
ARSITEKTUR TROPIS DOSEN: AGUS JHONSON S, ST, MT

DISUSUN OLEH:

LARASATI NASUTION

160406039

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Arsitektur Tropis Berada di bentangan yang beriklim Tropis, arsitektur Nusantara identik dengan Arsitektur Tropis. Tak hanya tercermin pada bagunan-bangunan arsitektur vernakular yang ada di Indonesia, nilainilai dari Arsitektur Tropis juga diimplementasikan pada berbagai bangunan modern guna memastikan bangunan mampu beradaptasi dengan lingkungan, serta penghuni mampu mendapatkan kenyamanan paling maksimal. Namun, sebelum membahas tentang arsitektur tropis, berikut adalah penjelasan apa yang dimaksud dengan iklim tropis:

I.

Apa itu iklim tropis?

Climate (iklim) berasal dari bahasa Yunani, klima yang berdasarkan kamus Oxford berarti region (daerah) dengan kondisi tertentu dari suhu dryness (kekeringan), angin, cahaya dan sebagainya. Dalam pengertian ilmiah, iklim adalah integrasi pada suatu waktu (integration in time) dari kondisi fisik lingkungan atmosfir, yang menjadi karakteristik kondisi geografis kawasan tertentu”. Sedangkan cuaca adalah “kondisi sementara lingkungan atmosfer pada suatu kawasan tertentu”. Secara keseluruhan, iklim diartikan sebagai “integrasi dalam suatu waktu mengenai keadaan cuaca” (Koenigsberger, 1975:3). Kata tropis berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu kata tropikos yang berarti garis balik, kini pengertian ini berlaku untuk daerah antara kedua garis balik ini. Garis balik ini adalah garis lintan 23027” utara dan garis lintan 23027 selatan. Iklim tropis adalah iklim dimana panas merupakan masalah yang dominan yang pada hampir keseluruhan waktu dalam satu tahun bangunan “bertugas” mendinginkan pemakai, dari pada menghangatkan dan suhu rata-rata pertahun tidak kurang dari 200C (Koenigsberger. 1975:3). Menurut Lippsmiere, iklim tropis Indonesia mempunyai kelembaban relatif (RH) yang sangat tinggi (kadangkadang mencapai 90%), curah hujan yang cukup banyak, dan rata-rata suhu tahunan umumnya berkisar 230C dan dapat naik sampai 380C pada musim “panas”. Pada iklim ini terjadi sedikit sekali perubahan “musim” dalam satu tahun, satu-satunya tanda terjadi pergantian musim adalah banyak atau sedikitnya hujan, dan terjadinya angin besar. Karakteristik warm humid climate (iklim panas lembab) adalah sebagai berikut (Lippsmiere. 1980:28)  Landscap, rain forest (hutan hujan) terdapat sepanjang pesisir pantai dan dataran rendah daerah ekuator.  Kondisi tanah, merupakan tanah merah atau coklat yang tertutup rumput.  Tumbuhan, zona ini tumbuhan sangat bervariasi dan lebat sepanjang tahun.Tumbuhan tumbuh dengan cepat karena pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu udara yang panas.  Musim. Terjadi sedikit perbedaan musim. Pada bulan “panas” kondisi panas dan lembab sampai basah. Pada belahan utara, bulan “dingin” terjadi pada Desember-Januari, bulan”panas” terjadi pada Mei sampai Agustus. Pada belahan selatan bulan “dingin” terjadi pada April sampai Juli, bulan “panas” terjadi pada Oktober sampai Februari.  Kondisi langit, hampir sepanjang tahun keadaan langit berawan. Lingkungan awan berkisar 60%-90%. Luminance (lumansi) maksimal bisa mencapai 7000 cd/m2 sedangkan luminasi minimal 850cd/m2.  Radiasi dan panas matahari, pada daerah tropis radiasi matahari dikategorikan tinggi. Sebagian dipantulkan dan sebagian disebarkan oleh selimut awan,meskipun demikian sebagian radiasi yang mencapai permukaan bumi mempunyai dampak yang besar dalam mempengaruhi suhu udara.





  

Temperatur udara, terjad fluktuasi perbedaan temperatur harian dan tahunan.Rata-rata temperatur maksimum tahunan adalah 30,50C. temperatur rata-rata tahunan untuk malam hari adalah 250C tetapi umumnya berkisar antara 21-270C. sedangkan selama siang hari berkisar 27-320c. kadang-kadang lebih dari 320C. Curah hujan sangat tinggi selama satu tahun, umumnya menjadi sangat tinggi dalam beberapa tahun tertentu. Tinggi curah hujan tahunan berkisar antara 2000-5000 mm, pada musim hujan dapat bertambah. Sampai 500 mm dalam sebulan. Bahkan pada saat badai bisa mencapai 100 mm per jam. Kelembaban, dikenal sebagai RH (Relative humidity), umumnya rata-rata tingkat kelembaban adalah sekitar 75%, tetapi kisaran kelembabannya adalah 55% sampai hampir 100%. Absolute humidity antara 25-30 mb. Pergerakan udara, umumnya kecepatan angin rendah, tetapi angin kencang dapat terjadi selama musim hujan. Arah angin biasanya hanya satu atau dua. Karakteristik khusus, tingginya kelembaban mempercepat pertumbuhan alga dan lumut, bahan bangunan organik membusuk dengan cepat dan banyaknya serangga. Evaporasi tubuh terjadi dalam jumlah kecil karena tingginya kelembaban dan kurangnya pergerakan udara (angin). Rata-rata badai adalah 120-140 kali dalam satu tahun.

Daerah dengan iklim tropis didunia terdiri 2 jenis, yaitu daerah dengan iklim tropis kering, sebagai contoh adalah di negara-negara Timur Tengah, Meksiko, dan sekitarnya, serta daerah dengan iklim tropis lembab, yang terdapat pada sebagian besar negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, walaupun untuk beberapa daerah di Indonesia, misalnya beberapa bagian pulau Nusa Tenggara mengarah pada kondisi tropis kering,

II.

Apa itu Arsitektur Tropis?

Arsitektur Tropis adalah suatu konsep bangunan yang mengadaptasi kondisi iklim tropis. Indonesia sebagai daerah beriklim tropis memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap bentuk bangunan rumah tinggal, dalam hal ini khususnya rumah tradisional. Kondisi iklim seperti temperatur udara, radiasi matahari, angin, kelembaban, serta curah hujan, mempengaruhi desain dari rumah-rumah tradisional. Masyarakat pada zaman dahulu dalam membangun rumahnya berusaha untuk menyesuaikan kondisi iklim yang ada guna mendapatkan desain rumah yang nyaman dan aman. Arsitektur tropis juga bisa diartikan sebagai jenis arsitektur yang memberikan jawaban/ adaptasi bentuk bangunan terhadap pengaruh iklim tropis, dimana iklim tropis memiliki karakter tertentu yang disebabkan oleh panas matahari, kelembapan yang cukup tinggi, curah hujan, pergerakan angin, dan sebagainya. Pengaruhnya otomatis terhadap suhu, kelembapan, kesehatan udara yang harus di antisipasi oleh arsitektur yang tanggap terhadap hal-hal tersebut. Selain itu pandangan baru mencakup pada penggunaan material yang memberikan ciri karakter material lokal (daerah tropis) yang lebih sesuai daripada material impor. Pemahaman Arsitektur & Iklim dikenal salah satunya sebagai pendekatan arsitektur bioklimatik. Bioklimatik menggambarkan suatu pendekatan desain bangunan yang diinspirasikan keadaan alam dan menggunakan logika yang berkelanjutan didalam setiap aspek suatu proyek, memfokuskan pada optimasi dan penggunaan lingkungan. Logika –logika tersebut meliputi kondisi peruntukan lahan, ekonomi, konstruksi, manajemen bangunan, serta kesehatan dan kesejahteraan manusia melalui keadaan fisik bangunan. Namun, masih banyak orang awam yang mendefinisikan Arsitektur Tropis dalam segi bentuk dan tampilan saja. Contohnya penggunaan material alami, ataupun pemanfaatan vegetasi sudah dianggap cukup merepresentasikan nilai dari Arsitektur Tropis. Padahal Arsitektur Tropis lebih daripada sekedar tampilan bangunan saja, melainkan mencakup sistem dari bangunan tersebut.

Mulai dari penataan denah rumah, ruang-ruang yang ada pada bangunan, sirkulasi udara dan pencahayaan, hingga penggunaan material—semuanya harusnya mempertimbangkan kesesuaiannya dengan iklim dan cuaca yang umumnya ada pada daerah-daerah yang beriklim tropis.

III.

Bentuk bangunan pada Arsitektur Tropis?

Bentuk arsitektur tropis, tidak mengacu pada bentuk yang berdasarkan estetika, namun pada bentuk yang berdasarkan adaptasi/ penanganan iklim tropis. Meskipun demikian bentukan bangunan oleh arsitek/desainer yang baik akan memberikan kualitas arsitektur yang estetis, hal ini karena selain memperhatikan bagaimana menangani iklim tropis, juga memperhatikan bagaimana kesan estetika eksterior dan interior dari bangunan tersebut. Bentuk secara makro sangat memperhatikan faktor panas dan hujan, dimana untuk menangani hal tersebut maka arsitektur tropis yang baik akan memperhatikan bagaimana bangunan tidak panas dan ketika hujan tidak tampias, selain itu terdapat kualitas kenyamanan berkaitan dengan suasana panas dan dingin yang ditimbulkan oleh hujan, biasanya dibuat teras untuk memberikan perlindungan serta menikmati iklim tropis yang bersahabat. Bentuk secara mikro pada masing-masing elemen bangunan seperti jendela dengan bentuk lebar, berjalusi, berkanopi, atau semacam itu. Bentuk bangunan tropis dari kayu biasanya merupakan bangunan panggung dengan lantai yang diangkat dengan harapan terhindar dari banjir akibat hujan, memang merupakan kualitas rancangan yang sudah berhasil sejak dulu.

IV.

Ciri-ciri bangunan tropis :

1. Kemiringan sudut atap. Atap adalah sebagai penutup dari panas dan hujan, atap harus mempunyai sudut kemiringan yang cukup sehingga disaat hujan turun air hujan dapat mengalir dengan lancar. Dan disaat panas terik matahari dengan sudut kemiringan yang cukup maka akan menciptakan efek thermal udara sejuk diruang dibawahnya, rata-rata kemiringan atap lebih besar dari 30 derajat.

2. Material penutup atap. Penggunaan material penutup atap disesuaikan dengan daerah dimana bangunan didirikan, untuk daerah yang cukup panas material yang digunakan adalah genteng yang terbuat dengan bahan dasar tanah, bahan ini ketika terkena musim panas akan mampu meredamnya dan panas disimpan dalam genteng tersebut disiang hari namun sebaliknya jika tiba malam hari akan lambat melepaskan panas dalam genteng sehingga ruang dibawahnya tidak terlalu dingin namun jika musim hujan terlalu panjang maka genteng akan lembab dan cukup sulit atau lama dalam melepaskan kelembabannya, dan jika kita tinggal di daerah yang kondisinya dingin di dataran tinggi maka penutup atap mengunakan material seng yang akan mudah melepas panas dan mudah juga melepaskan kelembaban pada material seng tersebut. Demikian dapat kita lihat bangunan dimasyarakat kita. Ada juga sebagian masyarakat yang menggunakan ijuk (batang daun/lembar daun) sebagai material penutup atap, yaa atas pertimbangan dan menyikapi kondisi bangunan di daerah alam tropis.

3. Tritisan atap.

Tritisan atap mempunyai fungsi diantaranya; menepis cucuran air hujan sehingga meminimalkan tampias disaat hujan turun, tritisan juga berfungsi sebagai “topi” agar ruang dapat ternaung dari sinar matahari yang langsung dan menepis panas yang akan jatuh kedalam ruang, disamping itu dinding luar bangunan tidak secara langsung terkena curah hujan yang berakibat lembab dan rusak. Kelaziman tritisan atap adalah 70cm sampai dengan 90cm 4. Bukaan/lubang dinding bangunan. Bukaan yang dimaksud adalah dalam bentuk lubang yang mampu mendatangkan efek thermal udara didalam ruang bangunan, seperti; lubang angin-angin untuk sirkulasi udara segar dan tiupan angin, jumlah jendela yang cukup dan mampu dibuka tutup, pintu jendela yang diletakkan pada kutub mata angin yang tidak langsung terpapar lintasan sinar matahari, tidak banyak menggunakan material kaca karena kaca akan mampu menghantar panas sinar matahari sampai dengan 90% yang berakibat ruang menjadi panas. Bukaan dinding pada bangunan di daerah tropis memang banyak karena untuk mengatasi kelembaban yang tinggi daerah tropis namun tetap mengindahkan efek thermal udara yang dihasilkan.

5. Material dinding bangunan. Material dinding bangunan di daerah tropis banyak menggunakan unsur bahan alam, seperti; batu bata, kayu, batu kali dan bambu, yang mana bahan material tersebut mudah didapat, mudah perawatan dan pergantiannya, material tersebut mampu menciptakan efek thermal (pengkondisian udara ruang) secara alami. 6. Proporsi ketinggian dinding bangunan. Ketinggian dinding bangunan memiliki proporsi yang cukup sehingga menciptakan ruang yang luas lega dilihat dari jarak lantai bangunan terhadap langit-langit (plafon/atap) maka udara didalamnya akan cukup oksigen (untuk pernafasan) sehingga menciptakan udara segar bagi orang yang berada dalam ruangan tersebut. 7. Tidak terdapat bidang horizontal. Hampir dipastikan pada bangunan tropis tidak menganut bidang horizontal diluar ruang sebagai penutup/peneduh karena bidang ini akan mampu menangkap kucuran air hujan secara sempurna dan pada gilirannya akan timbul genangan, oleh karena itu pada bangunan tropis tidak mengenal istilah “roof duct” atau atap dug beton/cor beton orang kita menyebutnya. Bidang ini bisa berbentuk sebagai fungsi atap cor beton juga sebagai fungsi talang cor beton, ingat faktor debu daerah tropis juga cukup tinggi karena butiran tanah/pasir/daun akan tertiup/terbawa angin dan akan menempel pada bidang datar lalu akan terkena basah/kelembaban akan timbul lumut lalu air menggenang dan terjadi kebocoran di ruang dibawahnya. 8. Jarak antara bangunan. Jarak antar bangunan akan menciptakan dan mendatangkan sirkulasi udara dilingkungannya secara alami sehingga akan menimbulkan kesejukan udara dan angin, jika antar bangunan tidak ada jarak maka udara/angin tidak mampu masuk diantara celah lubah yang ada numun akan ditolak oleh bidang-bidang masif antara dinding rumah ke rumah yang ada wal hasil lingkungan sekitar rumah akan terasa panas, jika terjadi hujan akan sebaliknya tiupan angin bersama air hujan akan mudah menabrak dinding masif menyebabkan semacam “efek turbulensi” jika terjadi hujan dan angin.

9. Penaman pohon dihalaman rumah. Pohon yang ditanam di lingkungan rumah di daerah tropis memiliki fungsi antara lain, diantaranya; sebagai penyejuk lingkungan karena dari pohon akan menghasilkan oksigen, pohon juga sebagai salah satu treatment alami terhadap polusi udara polusi suara, pohon juga berfungsi sebagai peneduh sekaligus akan menciptakan efek thermal pada lingkungan dan rumah, serta pohon ditanam dihalaman mempunyai hasil ekonomis untuk dinikmati buahnya dan kayunya, fungsi pohon dilingkungan rumah akan mampu melindungi dari tiupan angin yang kencang dan angin yang membawa serta air hujan. Sadar atau tidak yang jelas masyarakat kita telah melakukan hal-hal tersebut diatas pada bangunan tropis.

V.

Ciri dan jenis daerah ber iklim tropis serta strategi dalam mendesain bangunannya:

Sebelum membahas mengenai ciri ciri iklim tropis, perlu Anda ketahui bahwa iklim tropis baik yang panas maupun basah sangat baik untuk kegiatan perkebunan dan pertanian. Hal inilah yang membuat Indonesia terkenal dengan aktivitas agrarisnya. Selain itu, masyarakat yang tinggal di iklim tropis juga bisa memanfaatkan kondisi iklim wilayahnya untuk berbagai sektor mulai dari perindustrian, pertambangan dan lain sebagainya. 1. Suhu Udara Iklim tropis memiliki suhu rata-rata yang tergolong tinggi. Pasalnya, matahari berada dalam posisi vertikal. Tapi biasanya, suhu udara di wilayah beriklim tropis cenderung normal. Pergantian suhunya tidak begitu ekstrem. Suhu udara rata-rata iklim tropis adalah 20 sampai dengan 30°C. Amplitudo suhu rata-rata setiap tahunannya relatif kecil. Di wilayah yang masuk khatulistiwa amplitudonya mencapai 1 sampai 5°C. 2. Tekanan Udara Wilayah yang memiliki iklim tropis memiliki tekanan udara yang cenderung rendah. Kalaupun ada perubahan, perbedaan perubahannya cukup beraturan. 3. Curah Hujan Iklim tropis mempunyai data curah hujan yang lebih lama dan tinggi dibandingkan dengan iklim lain per tahunnya. Tingginya angka curah hujan tersebut membuat tanah yang berada di wilayah beriklim tropis tergolong subur. Sehingga sangat pas untuk dijadikan sebagai lahan pertanian. 4. Peredaran Matahari Ciri ciri iklim tropis adalah peredaran mataharinya yang vertikal. Iklim tropis membuat suatu wilayah mendapatkan sinar matahari yang cukup sepanjang tahunnya. Akibat dari adanya pergerakan peredaran matahari, wilayah beriklim tropis mempunyai dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan. Berbeda dengan iklim lain yang biasanya memiliki musim dingin. Penguapan air laut di wilayah iklim tropis juga tinggi. Jadi wajar saja jika wilayah tersebut memiliki banyak awan. 5. Tanaman Wilayah beriklim tropis kering biasanya mempunyai banyak savana. Iklim tropis basah membuat suatu wilayah ditumbuhi banyak tanaman hijau yang lebat. Wilayah ini mampu mempengaruhi perubahan iklim yang sangat signifikan.

Daerah dengan iklim tropis didunia terdiri 2 jenis, yaitu daerah dengan iklim tropis kering, sebagai contoh adalah di negara-negara Timur Tengah, Meksiko, dan sekitarnya, serta daerah dengan iklim tropis lembab, yang terdapat pada sebagian besar negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, walaupun untuk beberapa daerah di Indonesia, misalnya beberapa bagian pulau Nusa Tenggara mengarah pada kondisi tropis kering, Arsitektur Tropis Kering 1. Ciri-ciri iklim tropis kering:        

Kelembaban rendah Curah hujan rendah Radiasi panas langsung tinggi Suhu udara pada siang hari tinggi dan pada malam hari rendah (45o dan -10oCelcius) Jumlah radiasi maksimal, karena tidak ada awan. Pada malam hari berbalik dingin karena radiasi balik bumi cepat berlangsung (cepat dingin bila dibandingkan tanah basah/lembab). Menjelang pagi udara dan tanah benar-benar dingin karena radiasi balik sudah habis. Pada siang hari radiasi panas tinggi dan akumulasi radiasi tertinggi pukul 15.00. Sering terjadi badai angin pasir karena dataran yang luas. Pada waktu sore hari sering terdengar suara ledakan batu-batuan karena perubahan suhu yang tiba-tiba drastis.

Di daerah benua atau daratan yang cukup luas, banyak terdapat gurun pasir karena di tempat itu jarang terjadi hujan, bahkan dapat dikatakan tidak terjadi sama sekali, karena angin yang melaluinya sangat kering, tidak mengandung uap air. Uap air yang terkandung di udara sudah habis dalam perjalanan menuju ke pedalaman benua itu, atau juga karena terhalang oleh daratan tinggi atau gunung, sehingga daerah itu menjadi sangat panas dan tidak ada filter pada tanah dari sengatan sinar matahari, yang mengakibatkan bebatuan hancur menjadi pasir. Suhu di padang pasir dapat mencapai 50o C hingga 60o C di siang hari, dan di malam hari dapat mencapai -1o C. 2. Strategi untuk perancangan bangunan: 

    

Mempergunakan bahan-bahan dengan time lag tinggi agar panas yang diterima siang hari dapat menghangatkan ruangan di malam hari. Konduktivitas rendah agar panas siang hari tidak langsung masuk ke dalam bangunan. Berat jenis bahan tinggi, dimensi tebal agar kapasitas menyimpan panas tinggi. Bukaan-bukaan dinding kecil untuk mencegah radiasi sinar langsung dan angin atau debu kering masuk sehingga mempertahankan kelembaban. Memperkecil bidang tangkapan sinar matahari dengan atap-atap datar dan rumah-rumah kecil berdekatan satu sama lain saling membayangi, jalan-jalan sempit selalu terbayang. Atap datar juga untuk menghindari angin kencang, karena curah hujan rendah. Menambah kelembaban ruang dalam dengan air mancur yang dibawa angin sejuk. Pola pemukiman rapat dan jalan yang berbelok untuk memotong arus angin Bangunan efisien bila rendah, masif dan padat.

Arsitektur Tropis Lembab 1. Ciri Iklim Tropis Lembab: DR. Ir. RM. Sugiyanto, mengatakan bahwa ciri-ciri dari iklim tropis lembab sebagaimana yang ada di Indonesia adalah “kelembaban udara yang tinggi dan temperatur udara yang relatif panas sepanjang tahun”. Kelembaban udara rata-rata adalah sekitar 80% akan mencapai maksimum sekitar pukul 06.00 dengan minimum sekitar pukul 14.00. Kelembaban ini hampir sama untuk dataran rendah maupun dataran tinggi.Daerah pantai dan dataran rendah temperatur maksimum rata-rata 320C.makin tinggi letak suatu tempat dari muka laut, maka semakin berkurang temperatur udaranya. Yaitu berkurang rata-rata 0,60C untuk setiap kenaikan 100 m. ciri lainnya adalah curah hujan yang tinggi dengan rata-rata sekitar 1500- 2500 mm setahun. Radiasi matahari global horisontak rata-rata harian adalah sekitar 400 watt/m2 dan tidak banyak berbeda sepanjang tahun, keadaan langit pada umumnya selalu berawan. Pada keadaan awan tipis menutupi langit, luminasi langit dapat mencapai 15.00 kandela/m2.Tinggi penerangan rata-rata yang dihasilkan menurut pengukuran yang pernah dilakukan di Bandung untuk tingkat penerangan global horizontal dapat mencapai 60.000 lux. Sedangkan tingkat penerangan dari cahaya langit saja, tanpa cahaya matahari langsung dapat mencapai 20.000 lux dan tingkat penerangan minimum antara 08.00 – 16.00 adalah 10.000 lux. Iklim tropis lembab dilandasi dengan perbedaan suhu udara yang kecil antara siang hari dan malam hari, kelembaban udara yang tinggi pada waktu tengah malam serta cukup rendah pada waktu tengah hari. Kecepatan angin ratarata pada waktu siang hari dapat digambarkan sebagai memadai untuk kenyamanan, yaitu sekitar 1.0 m/det. Pada waktu musim hujan yaitu sekitar 2.0 m/det. Pada waktu musim panas akan memberikan gambaran tersendiri mengenai upaya pencapaian pendinginan pasif bangunan. Sekalipun terdapat kondisi yang luar batas kenyamanan thermal manusia, sebenarnya terdapat potensi iklim natural yang dapat mewujudkan terciptanya kenyamanan dengan strategi lain. Kenyamanan tersebut tercapai dengan interaksi antar fungsi iklim dengan lingkungan maupun dengan pemanfaatan teknologi. 2.

Kriteria Perencanaan pada Iklim Tropis Lembab

Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syarat-syarat khusus dalam perancangan bangunan dan lingkungan binaan, mengingat ada beberapa factor-faktor spesifik yang hanya dijumpai secara khusus pada iklim tersebut, sehingga teori-teori arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi bangunan, citra bangunan dan nilai-nilai estetika bangunan yang terbentuk akan sangat berbeda dengan kondisi yang ada di wilayah lain yang berbeda kondisi iklimnya. 3. Kriteria Perencanaan pada Iklim Tropis Lembab Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syarat-syarat khusus dalam perancangan bangunan dan lingkungan binaan, mengingat ada beberapa factor- faktor spesifik yang hanya dijumpai secara khusus pada iklim tersebut, sehingga teori-teori arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi bangunan, citra bangunan dan nilai-nilai estetika bangunan yang terbentuk akan sangat berbeda dengan kondisi yang ada di wilayah lain yang berbeda kondisi iklimnya. Menurut DR. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab adalah, yaitu : A. Kenyamanan Thermal Untuk mencapai kenyamanan thermal haruslah di mulai dari Kualitas udara di sekitar kita yang harus memiliki kriteria : 

Udara di sekitar rumah tinggal tidak mengandung pencemaran yang berasal dari asap sisa pembakaran sampah, BBM, sampah industru, debu dan sebagainya.

 Udara tidak berbau, terutama bau badan dan bau dari asap rokok yang merupakan masalah tersendiri karena mengandung berbagai cemaran kimiawi walaupun dalam variable proporsi yang sedikit. Prinsip dari pada kenyamanan thermal sendiri adalah, teciptanya keseimbangan antara suhu tubuh manusia dengan suhu tubuh sekitarnya. Karen jika suhu tubuh manusia dengan lingkungannya memiliki perbedaan suhu yang signifikan maka akan terjadi ketidak nyamanan yang di wujudkan melalui kepanasan atau kedinginan yang di alami oleh tubuh Usaha untuk mendapatkan kenyamana thermal terutama adalah mengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas. Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai tahan panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan tersebut akan terhambat. Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan atap umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak sulit karena akan memperberat atap. Tahan panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara, misalnya rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan memperbesar tahan panas. Cara lain untuk memperkecil panas yang masuk antara lain yaitu: A. Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat. B. Melindungi dinding dengan alat peneduh. Perolehan panas dapat juga dikurangi dengan memperkecil penyerapan panas dari permukaan, terutama untuk permukaan atap. Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahari yang kecil sedang warna gelap adalah sebaliknya. Penyerapan panas yang besar akan menyebabkan temperature permukaan naik. Sehingga akan jauh lebih besar dari temperatur udara luar. Hal ini menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antara kedua permukaan bahan, yang akan menyebabkan aliran panas yang besar. Usaha untuk mendapatkan kenyamanan thermal terutama adalah mengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas. Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai tahan panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan tersebut akan terhambat.Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan atap umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak sulit karena akan memperberat atap. Tahan panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara, misalnya rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan memperbesar tahan panas. Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahari yang kecil sedang warna gelap adalah sebaliknya. Penyerapan panas yang besar akan menyebabkan temperatur permukaan naik. Sehingga akan jauh lebih besar dari temperatur udara luar. Hal ini menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antara kedua permukaan bahan, yang akan menyebabkan aliran panas yang besar.

B. Aliran Udara Melalui Bangunan

Aliran udara terjadi karena adanya gaya thermal yaitu terdapat perbedaan temperature antara udara di dalam dan diluar ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Kedua gaya ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan jumlah aliran udara yang dikehendaki. Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan untuk memenuhi kenyamanan thermal. Untuk yang pertama sebaiknya digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu terbuka. Untuk memenuhi yang kedua, sebaiknya digunakan lubang ventilasi yang bukaannya dapat diatur. 1. Sirkulasi Udara

Prinsip upaya perancangan bangunan pada daerah beriklim tropis yang benar harus mempertimbangkan pemanfaatan sebanyak mungkin kondisi alam, diantaranya adalah pengupayaan pemikiran penghawaan alami untuk memenuhi kebutuhan udara dan kelancaran sirkulasi udara pada bangunan tersebut. Brown (1987:123) menyebutkan bahwa prinsip terjadinya aliran udara adalah, mengalirnya udara dari daerah bertekanan tinggi kearah daerah yang bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara terjadi karena adanya perbedaan temperatur pada masing-masing daerah tersebut, dimana secara horizontal akan menimbulkan perbedaan tekanan dan secara vertikal akan menimbulkan perbedaan berat jenis. Dalam upaya pemanfaatan penghawaan alami, perlu diperhatikan bahwa pengaliran udara yang perlahan-lahan namun kontinyu sangat mutlak diperlukan, agar udara didalam ruangan selalu diganti dengan udara yang bersih, sehat, segar dan terasa nyaman. Pada kegiatan rumah tinggal, pergantian udara bisa dikatakan baik apabila udara didalam ruangan dapat selalu berganti sebanyak 15 m3/orang/jam, semakin kecil ukuran ruang, maka frekuensi pergantian udara harus semakin sering. Keterlambatan atau kekurangan volume pergantian udara didalam ruang akan meningkatkan derajat kelembaban ruang, yang akan menimbulkan perasaan tidak nyaman, disamping itu udara kotor sisa gas buang yang tidak secepatnya tersalur keluar akan sangat merugikan kesehatan pemakai ruang. Sebagai pedoman, suatu ruang akan terasa nyaman untuk tubuh apabila kelembaban didalam ruang tersebut berkisar antara 40 – 60%. Pada ruang-ruang yang jarang terkena pengaruh panas sinar matahari, maka pengendalian kelembaban sangat ditentukan oleh kelancaran sirkulasi udara yang mengalir didalam ruang tersebut. Kelembaban tinggi, disamping disebabkan oleh kurang lancarnya sirkulasi udara didalam ruang dan kurangnya pengaruh sinar matahari, juga disebabkan oleh faktor-faktor:  Air hujan:  Akibat merembesnya air hujan dari luar dinding kedalam dinding bangunan,  Akibat merembesnya air hujan yang disebabkan oleh sistem talang air hujan yang tidak benar, misalnya talang datar yang teletak diatas dinding memanjang,  Penyusupan air hujan melalui sela daun pintu, jendela dan lain-lain yang tidak rapat sempurna dan masih terkena tampias air hujan. 2. Kondisi air tanah Akibat merembesnya air dari tanah melalui pondasi dan dinding ke lantai secara kapilerisasi. Dengan demikian pemecahan teknis akibat adanya kelembaban tinggi secara rinci juga tergantung dari penyebab utama timbulnya hal tersebut. Kegunaan dari aliran udara atau ventilasi adalah :  

Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu penyediaan oksigen untuk pernafasan, membawa asap dan uap air keluar ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri serta menghilangkan bau. Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal, mengeluarkan panas, membantu mendinginkan bagian dalam bangunan.

a) Sirkulasi Udara Dengan Sistem Ventilasi Horisontal Perancangan tata ruang yang benar harus dengan memperhatikan kelancaran sirkulasi atau pengaliran udara yang dapat melalui seluruh ruang-ruang yang dirancang. Kelancaran aliran/ sirkulasi udara pada suatu susunan ruang bisa diperoleh dengan: Membuat lubang-lubang ventilasi pada bidang-bidang yang saling berseberangan (cross ventilation), Memanfaatkan perbedaan suhu pada masing-masing ruang, karena udara akan mengalir dari daerah dengan suhu rendah (yang mempunyai tekanan tinggi) kedaerah dengan suhu tinggi (yang mempunyai tekanan rendah). Dengan memperhatikan dua hal diatas, dalam perancangan tata ruang, perlu dipikirkan 1). Spesifikasi arah angin dominan pada suatu lokasi dimana bangunan akan didirikan, dan 2). Dengan memperhitungkan perancangan tata ruang yang dapat menghasilkan ruang dengan kondisi suhu ruang yang bervariasi, untuk mengarahkan dan memperlancar sirkulasi udara ruang, yaitu dengan upaya pengolahan pelubangan-pelubangan yang berbeda-beda. Pada kasus-kasus tertentu dapat terjadi, angin yang datang masuk ke ruangan ternyata terlalu kencang, sehingga justru menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Untuk mengatasi hal ini perlu dipikirkan dan diupayakan adanya semacam louvre atau kisi-kisi yang dipasang pada lubang tersebut. Kisi-kisi tersebut berfungsi sebagai sarana untuk membelokkan dan memperlambat kecepatan angin yang masuk ruangan, sehingga ruangan bisa terasa nyaman. Brown (1987:87) menyatakan bahwa dengan dipasangnya louvre atau kisi-kisi tersebut, dapat mengurangi kecepatan angin dari 9 - 40 km/jam menjadi 5 – 7,5 km/jam.

b) Sirkulasi Udara Dengan Sistem Ventilasi Vertikal. Mangunwijaya (1980:153) menyebutkan bahwa prinsip perancangan ventilasi vertikal adalah berdasarkan suatu teori bahwa udara kotor dan kering akan selalu mengalir keatas secara alamiah, sedangkan udara segar dengan berat jenis yang lebih besar akan selalu mengalir kebawah atau selalu mendekati lantai. Prinsip diatas harus diperhatikan dalam upaya perancangan tata ruang, sehingga pembuangan udara kotor keluar ruangan dan suplai udara segar ke dalam ruangan dapat terpenuhi. Penerapan prinsip-prinsip tersebut pada perancangan fisik ruang mencakup: Pelubangan dan atau kisi-kisi pada langit-langit, yang memungkinkan udara kotor dan kering bisa menerobos keluar ruangan secara vertikal, Adanya pori-pori pada atap, aplikasinya pada susunan genting yang masih mempunyai selasela. Penerapan “skylight”,yaitu upaya memanfaatkan sinar matahari dengan sistem pencahayaan dari atap, yang dikombinasikan dengan lubang-lubang ventilasi vertikal pada daerah tersebut, dengan demikian panas akibat adanya radiasi sinar matahari dari skylight bisa berfungsi sebagai penyedot udara, hal ini disebabkan didaerah tersebut terjadi tekanan udara rendah akibat timbulnya kenaikan suhu udara, Mangunwijaya juga menyebutkan bahwa, perencanaan penghawaan alami pada perencanaan bangunan akan lebih efektif apabila merupakan penggabungan antara sistem ventilasi horisontal dengan sistem ventilasi vertikal, karena kedua sistem tersebut akan saling menunjang. Berdasarkan penelitian, upaya tersebut ternyata bisa menaikkan tingkat keberhasilan 10% dibandingkan apabila sistem tersebut diterapkan secara terpisah.

Kegunaan dari aliran udara atau ventilasi adalah :  Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu penyediaan oksigen untuk pernafasan, membawa asap dan uap air keluar ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri serta menghilangkan bau.  Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal, mengeluarkan panas, membantu mendinginkan bagian dalam bangunan. C. Penerangan Alami pada Siang Hari Cahaya alam siang hari yang terdiri dari : 1. Cahaya matahari langsung. 2. Cahaya matahari difus Di Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya cahaya ini untuk penerangan siang hari di dalam bangunan. Tetapi untuk maksud ini, cahaya matahari langsung tidak dikehendaki masuk ke dalam bangunan karena akan menimbulkan pemanasan dan penyilauan, kecuali sinar matahari pada pagi hari. Sehingga yang perlu dimanfaatkan untuk penerangan adalah cahaya langit. Untuk bangunan berlantai banyak, makin tinggi lantai bangunan makin kuat potensi cahaya langit yang bisa dimanfaatkan. Cahaya langit yang sampai pada bidang kerja dapat dibagi dalam 3 (tiga) komponen: 1. Komponen langit. 2. Komponen refleksi luar 3. Komponen refleksi dalam Dari ketiga komponen tersebut komponen langit memberikan bagian terbesar pada tingkat penerangan yang dihasilkan oleh suatu lubang cahaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat penerangan pada bidang kerja tersebut adalah : 1. Luas dan posisi lubang cahaya. 2. Lebar teritis 3. Penghalang yang ada dimuka lubang cahaya 4. Faktor refleksi cahaya dari permukaan dalam dari ruangan. 5. Permukaan di luar bangunan di sekitar lubang cahaya. Untuk bangunan berlantai banyak makin tinggi makin berkurang pula kemungkinan adanya penghalang di muka lubang cahaya. Dari penelitain yang dilakukan, baik pada model bangunan dalam langit buatan, maupun pada rumah sederhana, faktor penerangan siang hari rata-rata 20% dapat diperoleh dengan lubang cahaya 15% dari luas lantai, dengan catatan posisi lubang cahaya di dinding, pada ketinggian normal pada langit, lebar sekitar 1 meter, faktor refleksi cahaya ratarata dari permukaan dalam ruang sekitar 50% – 60% tidak ada penghalang dimuka lubang dan kaca penutup adalah kaca bening

Desain rumah tropis bekerja menuju satu tujuan utama dasar: tinggal nyaman tanpa bergantung pada AC. Hal ini dilakukan dengan moderasi dari tiga variabel: temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara. Victor Olgay dalam bukunya, “Desain dengan Iklim”, mengembangkan garis panduan untuk arsitektur iklim responsif dalam empat daerah iklim yang berbeda, salah satunya adalah lingkungan tropis panas lembab. Merancang sebuah rumah pasif didinginkan dimulai dengan situs dan mencakup setiap aspek dari rumah sampai ke warna

D. Pemanfaatan Sinar Matahari Secara umum sinar matahari yang masuk kedalam ruangan bisa dibedakan dalam beberapa jenis:   



 

Sinar Matahari Langsung, yang masuk kedalam ruang tanpa terhalang oleh apapun, Sinar matahari yang berasal dari pantulan awan, Untuk nomor 1 dan 2 biasa disebut sinar langit. Sinar matahari refleksi luar, yaitu sinar matahari hasil pantulan (refleksi) cahaya dari bendabenda yang berada diluar bangunan, dan masuk kedalam ruangan melalui lubang-lubang cahaya. Termasuk disini adalah sinar matahari yang terpantul dari tanah, perkerasan halaman, rumput, pohon yang selanjutnya terpantul kebidang kerja didalam ruangan (bidang kerja adalah suatu bidang khayal atau anggapan, setinggi 75 cm dari lantai, yang dipergunakan sebagai titik tolak perhitungan penyinaran). Sinar matahari refleksi dalam, yaitu sinar matahari pantulan cahaya dari benda-benda atau elemen-elemen didalam ruang itu sendiri. Sinar matahari yang bermanfaat karena terangnya, juga akan mendatangkan panas, atau setidak-tidaknya akan menaikkan suhu ruang, dengan demikian perlu diperhatikan kenyataan: Bahwa gangguan sinar matahari datang dari silau sinarnya, dan kemudian sengatan panasnya, Sinar matahari disamping memberi terang juga memberi panas.

Dari kedua kenyataan diatas, perlu diambil langkah-langkah dalam upaya perancangan tata ruang sebagai berikut:

   

Dalam memanfaatkan sinar matahari, seoptimal mungkin kita memanfaatkan sinarnya, namun sekaligus mengupayakan langkah-langkah untuk bisa mengurangi panas yang timbul, Dalam memanfaatkan potensi sinar matahari, kita tidak mengupayakan cahaya langsung, tapi cukup cahaya pantulan atau cahaya bias. Untuk mendapatkan cahaya pantul/bias, lubang cahaya harus diletakkan didaerah bayangbayang. Pemanfaatan cahaya langsung didalam ruang biasanya hanya dipergunakan pada suatu kasus atau keadaan khusus, yang memerlukan suatu effek arsitektural khusus, kesan aksentuasi, atau untuk suatu fungsi-fungsi tertentu saja.

Menurut Dirjend Cipta Karya, (1987:12), disebutkan bahwa standard minimal lubang cahaya untuk ruang-ruang kegiatan sehari-hari adalah 1/8-1/10 dari luas lantai. Dalam ungkapan fisik, biasanya disain lubang cahaya merupakan pemikiran yang tidak terpisahkan dari disain lubang ventilasi, dengan demikian rincian bentuk maupun perletakannya perlu dijabarkan lagi dengan lebih detail dengan mempertimbangkan kedua aspek tersebut.

E. Derajat / tingkat Penyinaran. Dalam kegiatan perancangan bangunan, upaya pemikiran pemanfaatan sinar matahari perlu memperhitungkan 3 faktor yang akan mempengaruhi derajat/tingkat penyinaran suatu ruang, yaitu: 

Ketinggian lubang cahaya Yang dimaksud ketinggian lubang cahaya adalah jarak vertikal yang diperhitungkan dari bidang kerja kearah ambang atas maupun ambang bawah lubang cahaya.  Lebar Lubang Cahaya Lebar lubang cahaya merupakan dimensi horizontal dari lubang cahaya tersebut.  Kedalaman ruang Kedalaman ruang adalah jarak batas ruang terluar dengan batas datang sinar (misalkan: panjang oversteck dimuka ruang).Berkaitan dengan ketiga faktor tersebut, menurut Soetiadji, (1986;23), ternyata terdapat kaitan antara ketinggian lubang cahaya dengan tingkat/derajat penyinaran pada ruangan berdasarkan tabel dibawah ini:

KETINGGIAN LUBANG CAHAYA

1. 2. 3.

Dikurangi 15 % Dikurangi 30 % Dikurangi 40 %

DERAJAT/TINGKAT PENYINARAN

JENDELA SATU SISI

JENDELA DUA SISI

Turun 19 % Turun 38 % Turun 63 %

Turun 9,5 % Turun 25 % Turun 44 %

Menurut Soetiadji, lebar lubang cahaya juga memberi pengaruh pada derajat/tingkat penyinaran sesuai tabel dibawah ini: LEBAR LUBANG CAHAYA

DERAJAT/TINGKAT PENYINARAN

1. 2.

Turun 7 % Turun 25 %

Dikurangi 22 % Dikurangi 50 %

Dari tabel diatas, dapat dinyatakan bahwa ketinggian lubang cahaya ternyata lebih berperan dalam menentukan derajat/tingkat penyinaran ruang dibandingkan dengan kelebaran (dimensi horisontal) lubang cahaya.

Ungkapan diatas bisa dijabarkan lebih jelas sebagai berikut:  

Bahwa walaupun lubang cahaya sudah cukup lebar, namun apabila ketinggian lubang tersebut kurang memenuhi syarat, tidak akan menghasilkan tingkat penyinaran ruang yang efektif. Makin tinggi lubang cahaya, akan makin efektif tingkat penyinaran yang dihasilkan pada suatu ruang.

Sedangkan pengaruh antara panjang/lebar oversteck dimuka lubang cahaya terhadap derajat/tingkat penyinaran didalam ruang adalah sebagai berikut: PANJANG OVERSTECK

1. 2. 3. .

60,00 CM 120,00 CM 180,00 CM

DERAJAT/TINGKAT PENYINARAN

SISI DEKAT

SISI JAUH

Turun 14 % Turun 24 % Turun 39 %

Turun 7,5 % Turun 15 % Turun 22 %

Dari tabel tersebut bisa dinyatakan bahwa oversteck dimuka lubang cahaya sangat mempengaruhi derajat/tingkat penyinaran pada suatu ruang, dengan demikian perlu perhitungan yang matang dalam perencanaan oversteck diatas/dimuka lubang cahaya, supaya tidak merugikan kwalitas penyinaran pada ruang tersebut

F. Radiasi Panas Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan dan dari permukaan yang lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal itu dapat digunakan alat-alat peneduh (Sun Shading Device). Pancaran panas dari suatu permukaan akan memberikan ketidaknyamanan thermal bagi penghuni, jika beda temperatur udara melebihi 40C. hal ini sering kali terjadi pada permukaan bawah dari langitlangit atau permukaan bawah dari atap.

Disamping memancarkan sinar/cahaya, matahari juga akan mengeluarkan panas. Panas inilah yang harus ditanggulangi dalam upaya perancangan bangunan, setidak-tidaknya dikurangi sehingga suhu ruangan bisa sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa pemikiran perancangan ruang sebagai upaya untuk mengurangi efek panas yang disebabkan oleh radiasi panas sinar matahari adalah berdasarkan suatu prinsip memasang lubang cahaya didaerah bayang-bayang/bias cahaya matahari. Aplikasinya dalam ungkapan fisik sebagai berikut:  Memasang tabir sinar matahari pada bagian luar ruang/lubang cahaya. Cara ini bisa mereduksi radiasi panas sebesar 90 – 95 %  Memasang tabir sinar matahari dibagian dalam ruang/lubang cahaya. Cara ini dapat mereduksi radiasi panas sinar matahari sebesar 60 – 70 % Tabir sinar matahari bisa berupa tabir horisontal (horizontal blind), atau tabir sinar matahari vertikal (vertical blind), yang pemasangannya bisa dengan cara pemasangan dengan bentuk permanen, atau yang bersifat adjustable/moveable, yang bisa diatur sesuai kebutuhan. Pada penerapannya dalam ungkapan fisik, fungsi tabir sinar matahari bisa berfungsi ganda, yaitu disamping sebagai sarana untuk mereduksi radiasi panas sinar matahari, juga sebagai sarana pengatur derajat/tingkat penyinaran ruang, dengan demikian sebaiknya tabir sinar matahari tersebut diberi warna yang terang/cerah untuk dapat memberi effek bias yang maksimal.

(Beberapa jenis shading device)

VI.

Analisa contoh kasus :

(Ruang Dekonstruksi 1 dan Dekonstruksi 2) 1. Ditinjau dari arah bukaan : 

Ruang dekonstruksi 1 mempunyai bukaan ke arah selatan dan barat

Selatan



Barat

Ruang dekonstruksi 2 mempunyai bukaan ke arah utara dan barat

Barat

Utara

2. Ditinjau dari kenyamanan visual: 

Cahaya langit langsung dan tidak langsung

Cahaya langsung (Ruang Dekonstruksi 1 dan Dekonstruksi 2) Terdapat cahaya langit yang langsung masuk ke dalam ke dua ruangan dari bukaan arah barat. Hal ini disebabkan oleh desain tritis yang terlalu pendek dan bukaan yang terlalu memanjang ke bawah sehingga tidak mampu menahan cahaya dari sudut cahaya masuk yang semakin rendah. Hal ini menyebabkan efek silau yang menghalangi pandangan mata.

Cahaya tidak langsung (Ruang Dekonstruksi 1 dan Dekonstruksi 2) Cahaya langit tidak langsung datang dari bukaan selatan pada ruang dekonstruksi 1 dan dari bukaan arah utara pada ruang dekonstruksi 2. Hal ini disebabkan oleh bukaan yang tidak menghadap ke arah matahari, dan cahaya langit dari atas yang masih dapat ditahan oleh tritis. Tingkat cahaya yang masuk lebih banyak pada ruang dekonstruksi 1, sehingga efek silau juga lebih dapat dirasakan pada ruangan ini.



Efek pantul dari luar dan dalam ruangan

Efek pantul cahaya dari luar (Ruang Dekonstruksi 1 dan Dekonstruksi 2) Cahaya dari luar dipantulkan oleh material dari luar bangunan kedalam ruang dekonstruksi 1, dan pada ruang dekonstruksi 2 terdapat efek pantul cahaya dari material luar bangunan serta pepohonan. Untuk ruang dekonstruksi 1 tidak terdapat efek pantulan dari pepohonan karena kondisi ruangan yang berada dilantai 2 dan tidak terdapat pepohonan di depan bukaan.

Efek pantul cahaya dari dalam (Ruang Dekonstruksi 1 dan Dekonstruksi 2) Cahaya yang masuk dari luar lalu dipantulkan di dalam oleh material yang ada di dalam ruangan. Warna sangat mempengaruhi pantulan cahaya, terlebih lagi warna dinding dan plafond pada kedua ruangan ini adalah warna putih. Sehingga pantulan cahaya lebih maksimal dan memberikan efek ruangan yang lebih terang.

3. Ditinjau dari kenyamanan thermal: 

Kondisi udara

Kondisi udara yang masuk kedalam ruangan bisa dikatakan masih cukup baik karena letak bangunan yang cukup jauh dari jalanan padat yang menyumbang banyak polusi dan bangunan ini berada dikawasan yang masih memiliki banyak pepohonan disekitar, sehingga udara kurang baik yang datang sebelumnya sudah sempat disaring oleh pepohonan. 

Radiasi panas

Cahaya langit yang langsung masuk, pantulan cahaya dari luar, serta pantulan cahaya dari dalam memberikan efek radiasi panas yang tinggi pada bagian dalam bangunan, sehingga, hawa panas sangat dapat dirasakan di dalam kedua ruangan ini, terlebih pada ruang dekonstruksi 1. Intensitas cahaya masuk yang lebih banyak juga serta membawa masuk radiasi panas dari luar. Ditambah lagi dengan tidak adanya pemantul yang dapat menangkal radiasi panas, misal, pepohonan, seperti pada ruang dekonstruksi 2. 

Aliran udara yang mengalir

Jenis bukaan pada kedua ruangan

Bukaan yang terdapat pada kedua ruangan ini berbentuk jendela mati pada bagian atas bukaan dan jendela yang dapat membuka ke atas pada bagian bawah bukaan. Tidak terdapat ventilasi udara pada ruangan ini. Udara yang masuk hanya bersal dari celah-celah daun jendela dikarenakan angin yang kencang terhalang oleh daun jendela yang tidak dapat ditembus oleh angin. Dapat diartikan bahwa kondisi aliran udara pada kedua ruangan ini kurang baik. Ditambah lagi dengan intensitas cahaya yang masuk membawa radiasi panas cukup besar, memperkuat kondisi ruangan yang memiliki aliran angin serta penghawaan tidak baik.

VII.

Kesimpulan contoh kasus:

Berdasarkan hasil analisa pada ruang dekonstruksi 1 dan ruang dekonstruksi 2, dapat disimpulkan bahwa: 1. Bukaan dari kedua ruangan yang menghadap ke barat mendapat paparan cahaya langit langsung yang dimana hal itu kurang baik dari segi arsitektur tropisnya. Sehingga diperlukan penambahan komponen yang mampu menahan masuknya cahaya langit langsung seperti tritisan yang lebih panjang. Atau bisa juga dilakukan usaha untuk melakukan perubahan ketinggian bukaan. 2. Efek pantulan cahaya yang masuk dari luar ke dalam ruangan dari sisi selatan ( bukaan arah selatan ruang dekonstruksi 1) dapat dirasakan lebih tinggi dibanding dengan pantulan dari luar ke dalam sisi utara (bukaan arah utara ruang dekonstruksi 2), sehingga efek silau lebih dapat dirasakan pada ruang dekonstruksi 1. Ini dikarenakan bukaan pada ruang dekonstruksi 1 mendapat pantulan cahaya dari material yang memiliki angka pantul lebih tinggi ketimbang material pantul pada bukaan ruang dekonstruksi 2. Penambahan material luar yang memiliki efek pantul yang lebih kecil akan membantu mengurangi masalah tersebut. 3. Sedangkan untuk efek pantulan cahaya di dalam ruangan yang berasal dari pemilihan cat dinterior putih dirasa cukup mampu memantulkan cahaya sehingga pada siang hari ruangan tidak perlu menggunakan cahaya buatan. 4. Cahaya langit yang langsung masuk membawa radiasi panas masuk ke dalam ruangan. Sehingga, penambahan tritisan selain mampu menahan cahaya langit yang masuk juga mampu meminimalisir radiasi panas. 5. Radiasi panas yang timbul dari efek pantul dalam ruangan juga dirasa tidak terlalu berpengaruh. 6. Kurang baiknya aliran udara pada ruangan ini dapat diperbaiki dengan cara pembuatan ventilasi angin di atas jendela, atau penggantian model arah buka daun jendela sehingga angin dapat masuk dan keluar dengan baik dan tidak terhalang. Secara umum dapat disimpulkan bahwa dari segi kenyamanan visual pemanfaatan cahaya alami pada kedua ruangan ini sudah cukup baik, namun belum bisa dikatagorikan sebagai pemanfaatan cahaya yang maksimal. Masih ada beberapa kesalahan dalam penerapan konsep arsitektur tropisnya. Sedangkan dari segi kenyamanan thermal ruangan ini bisa dikatakan kurang baik, dan tingkat kenyamanan yang dirasakan pengguna masih rendah.

Related Documents


More Documents from "nif"