Outline-pengajuan-proposal-tesis.doc

  • Uploaded by: gian
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Outline-pengajuan-proposal-tesis.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 827
  • Pages: 5
OUTLINE PENGAJUAN PROPOSAL SKRIPSI DATA MAHASISWA NAMA NIM JURUSAN SKS YANG TELAH DITEMPUH IPK

: Galih Alvin Nugroho :155050101111257 : Peternakan : 152 SKS : 2,94

DATA RENCANA PENELITIAN Judul : Tingkat Pengetahuan, Motivasi dan Faktor Penghambat Penggunaan Teknologi Inesminasi Buatan Peternak Sapi Potong (Studi Kasus Di Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang) Latar Belakang

: Peternakan sapi potong di indonesia merupakan usaha peternak dalam skala kecil sebagai usaha sampingan Pengembangan ternak sapi potong tidak lepas dari tantangan berupa pengadaan bibit. Pengadaan bibit sapi potong yang secara kuantitatif masih rendah sehingga pemerintah mengeluarkan salah satu program nasional adalah program pembinaan mutu bibit. Pemerintah akan

melakukan

kegiatan

tersebut

diantaranya

adalah

penyebaran pejantan unggul dan meningkatkan program inseminasi buatan (Ma’sum, dkk., 2009). Permasalahan yang dihadapi dalam bidang peternakan di Indonesia antara lain adalah masih rendahnya produktivitas dan mutu genetik ternak. Keadaan ini terjadi karena sebagian besar peternakan di Indonesia masih merupakan peternak konvensional, dimana mutu bibit, penggunaan teknologi dan keterampilan peternak relatif masih rendah. Inseminasi buatan merupakan teknologi alternatif

yang

sedang

dikembangkan

dalam

usaha

meningkatkan produktifitas biologik ternak lokal Indonesia melalui teknologi pemuliaan yang hasilnya relatif cepat dan cukup memuaskan serta telah meluas dilaksanakan adalah mengawinkan ternak tersebut dengan ternak unggul impor

(Hastuti, 2008) Inseminasi buatan merupakan salah satu teknologi dalam reproduksi ternak yang memiliki manfaat dalam

mempercepat

peningkatan

mutu

genetik

ternak,

mencegah penyebaran penyakit reproduksi yang ditularkan melalui perkawinan alam, meningkatkan efisiensi penggunaan pejantan unggul, serta menurunkan atau menghilangkan biaya investasi

pengadaan

dan

pemeliharaan

ternak

pejantan

inseminasi buatan (Hastuti , 2008 ). Namun berhasil tidaknya pengembangan teknologi ditentukan oleh mau tidaknya petani mengadopsi teknologi yang dianjurkan. Pola pembibitan yang lebih terpadu harus segera dilakukan secara sistematis. Peran pemerintah masih sangat diperlukan dalam era otonomi daerah. Tantangan untuk dapat mendesain pola pembibitan yang terpadu akan sedikit mengalami kesulitan dalam aspek pola pembinaan oleh Dinas Peternakan atau lembaga terkait. Menyadari kekurangan tersebut, berbagai langkah kebijakan telah ditempuh oleh Pemerintah antara lain melalui pengembangbiakan ternak dengan bantuan inovasi baru seperti teknologi inseminasi buatan (Pateda, 2010).Inseminasi buatan merupakan salah satu teknologi dalam reproduksi ternak yang memiliki manfaat dalam mempercepat peningkatan mutu genetik ternak, mencegah penyebaran penyakit reproduksi yang ditularkan melalui perkawinan alam, meningkatkan efisiensi penggunaan

pejantan

unggul,

serta

menurunkan

atau

menghilangkan biaya investasi pengadaan dan pemeliharaan ternak pejantan inseminasi buatan). Namun berhasil tidaknya pengembangan teknologi ditentukan oleh mau tidaknya petani mengadopsi teknologi yang dianjurkan. Menurut Hastuti (2008), bahwa tingkat keberhasilan IB sangat dipengaruhi oleh empat faktor yang saling berhubungan yaitu pemilihan sapi akseptor, pengujian kualitas semen, akurasi deteksi birahi oleh

para peternak dan keterampilan inseminator. Tetapi pada penelitian ini yang akan dilihat faktor penentu adopsi suatu teknologi adalah karakteristik peternaknya. Karakteristik peternak ialah bagian dari individu peternak yang mendasari tingkah laku peternak. Karakteristik peternak dapat berupa pengetahuan,

motivasi

dan

biaya

inseminasi

buatan.

Pengetahuan yang tinggi, maka peternak akan mudah mengadopsi inovasi baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardikanto (2007) bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka semakin mudah melakukan adopsi terhadap inovasi baru. Kurangnya pengetahuan dikalangan petani menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas serta membatasi untuk mengadakan inovasi baru. Motivasi yang tinggi akan berpengaruh terhadap adopsi teknologi inseminasi buatan. Hasil penelitian oleh Okkyla, dkk. (2013), bahwa adanya hubungan positif antara motivasi peternak dengan perilaku dalam pemanfaatan teknologi inseminasi buatan. Rumusan masalah

:

Tujuan Penelitian

:

1. Apakah pengetahuan, motivasi menggunakan teknologi inseminasi buatan berpengaruh terhadap adopsi teknologi IB peternak sapi potong? 2. Apa faktor penghambat peternak dalam mengadopsi teknologi inseminasi buatan? 1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan, motivasi para peternak dalam menggunakan teknologi Inseminasi Buatan 2. Untuk Mengetahui Faktor – Faktor yang menghambat para peternak dalam menggunakan teknologi Inseminasai Buatan

Manfaat Penelitian

:

1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri sebagai bahan pembelajaran 2. Penelitian ini diharapakan dapat berguna sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya

Lokasi Penelitian Artikel Utama

: Kecamatan Donomulyo Kabupaten Malang : 1. Baba Syahdar, Risal M..2009. PREFERENSI DAN TINGKAT PENGETAHUAPETERNAK TENTANG TEKNOLOGI IB DI KABUPATEN BARRU, 2. Angga Nugraha, Agustina Abdullah dan Nurani Sirajuddin.2016. TINGKAT ADOPSI INOVASI IB (INSEMINASI BUATAN) PADA PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN LALABATA KABUPATEN SOPPENG, 3. Sitti Nurani Sirajuddin,Aslina Asnawi,Sutomo Syawal,Muh.Jamal.2016. PENINGKATAN ADOPSI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA SAPI POTONG DI KECAMATAN LALABATA,KABUPATEN SOPPENG 4. Dewi Hastuti, Sudi Nurtini, Rini Widiati.2008.KAJIAN SOSIALEKONOMI PELAKSANAAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI KABUPATEN KEBUMEN. 5. M. Yasin.2005. PARTISIPASI PETERNAK DALAM PELAKSANAAN PROGRAM INSEMINASI BUATAN DI KABUPATEN LOMBOK BARAT NUSA TENGGARA BARAT. 6. Nida Ulfa Dilla, Cut Nila Thasmi, Hamdan.2017. PENGETAHUAN PETERNAK TENTANG PEMAHAMAN KETERKAITAN GEJALA BERAHI DENGAN KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI DI KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATERA BARAT. 7. Syahirul Alim dan Lilis Nurlina.2007. Hubungan Antara Karakteristik dengan Persepsi Peternak Sapi Potong terhadap Inseminasi Buatan. 8. EDISET DAN JASWANDI.2017. METODE PENYULUHAN DALAM ADOPSI INOVASI INSEMINASI BUATAN (IB) PADA USAHA PETERNAKAN SAPI DI KABUPATEN DHARMASRAYA.

9. JAUHARI EFENDY dan A. RASYID.2011. FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERCEPATAN ADOPSI INOVASI INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI MADURA (STUDI KASUS PADA KELOMPOK TERNAK BAROKAH). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 10. Sri Yenny Pateda. 2010. TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA SAPI DI KECAMATAN PAGUYAMAN

More Documents from "gian"