Nscn.pdf

  • Uploaded by: aris
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Nscn.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 5,458
  • Pages: 32
National Science Competition of Nursing (NSCN) 2017 UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, POLA ASUH, DAN PERLINDUNGAN AUTISME DI MASYARAKAT

Disusun oleh: Nisa Tsabita

152310101231

Angkatan 2015

Isa Rahayu

152310101233

Angkatan 2015

Anisa Kirnawati

162310101186

Angkatan 2016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2017

iv

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis

:

Upaya

Peningkatan

Pengetahuan,

Sikap, Pola Asuh, Dan Perlindungan Autisme Di Masyarakat 2. Nama Peguruan Tinggi

: Universitas Jember

3. Tema

: Langkah Preventif dan Promotif Kesehatan Jiwa Berbasis Komunitas

4. Ketua Kelompok a. Nama Lengkap

: Nisa Tsabita

b. NIM

: 152310101231

c. Jurusan

: Program Studi Ilmu Keperawatan

d. Perguruan Tinggi

: Program Studi Ilmu Keperawatan

e. Alamat Rumah dan No. Hp

: Komplek garuda Blok A6 no. 23 Rt 02/ Rw 15, Desa Kp. Melayu timur, Kec.

f. Alamat Email

Teluknaga, Kab. Tangerang, Prov. Banten-15510. 087808036443 : [email protected]

5. Anggota Kelompok/ Penulis

: 1. Isa Rahayu 2. Anisa Kirnawati

6. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar

: Ns. Erti I. Dewi, S. Kep., M. Kep., Sp. Kep. Jiwa

b. NIP

:198110282006042002

c. Alamat Rumah dan No. HP

: Bondowoso / 08179416967

i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NSCN 2017

Judul Karya Tulis Ilmiah

: Upaya Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Pola

Asuh, dan Perlindungan Autisme Di Masyarakat Nama Ketua

: Nisa Tsabita

Nama Anggota

: 1) Isa Rahayu 2) Anisa Kirnawati

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul diatas benar merupakan karya orisinal yang dibuat oleh pebulis dan belum pernah dipublikasikan dan / atau dilombakan diluar kegiatan “National Science Competition of Nursing (NSCN) 2017” yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan Universtias Jember. Demikian penyataan ini, kami buat dengan sebenernya, dan apabila terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya, maka kami siap untuk diskualifikasi dari kompetisi ini sebagai bentuk pertanggungjawaban kami.

ii

PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena anugerah dari-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis mahasiswa dalam rangka Lomba Karya Tulis Ilmiah”National Nursing Competition of Nursing (NSCN) 2017” yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember, yang berjudul “Upaya Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Pola Asuh, dan Perlindungan Autisme Di Masyarakat”. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan doa dan dukungan; 2. Ns. Erti I. Dewi, S. Kep., M. Kep., Sp. Kep. Jiwa selaku dosen pembimbing dalam pembuatan karya tulis ini; 3. Seluruh panitia National Science Competition of Nursing yang telah membantu dalam memperlancar proses pendaftaran karya kami; 4. Dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ini. Sebagai insan biasa yang tidak punya daya dan upaya, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam karya tulis ini banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi menyempurnakan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jember, 30 Oktober 2017

iii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................. LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................

i

LEMBAR ORISINALITAS ...................................................................

ii

PRAKATA ..............................................................................................

iii

DAFTAR ISI ...........................................................................................

iv

ABSTRAK ...............................................................................................

v

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……………………………………………………... 1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………….. 1.3. Tujuan ……………………………………………………………… 1.3.1. Tujuan Umum ……………………………………………… 1.3.2. Tujuan Khusus ……………………………………………... 1.4. Manfaat …………………………………………………………….. 1.4.1. Bagi Pemerintah ……………………………………………. 1.4.2. Bagi Peneliti ………………………………………………... 1.4.3. Bagi Masyarakat ……………………………………………. BAB 2. KAJIAN TEORI

1 3 3 3 3 4 4 4 4

2.1 Pengertian Autisme ............................................................................. 2.2 Penyebab autisme ............................................................................... 2.3 Karakteristik autisme .......................................................................... 2.4 Klasifikasi Autisme ............................................................................. 2.5 Metode dan terapi untuk anak autis .................................................. 2.6 Peran Pemerintah untuk Menangani autisme ..................................... 2.7 Pengertian Keluarga ........................................................................... 2.8 Fungsi Keluarga .................................................................................. 2.9 Pengertian Komunitas ......................................................................... BAB 3. METODE PENULISAN 3.1.Jenis Penulisan ………………………………………………........... 3.2. Pengajuan Hipotesis …………………………………..................... 3.3. Fokus Penulisan …………………………………………………… 3.4. Sumber Data .....................………………………………………… 3.5. Teknik pengumpulan Data ….…………………………………….. 3.6. Analisis data ….……………………………………........................ BAB 4. PEMBAHASAN

5 5 5 7 8 10 11 11 11

4.1.Peningkatan Pengetahuan Masyarakat..……………………………. 4.2.Pengalaman Orang Tua yang Memiliki Buah Hati dengan Autisme.

14 15

4.3.Penerapan atau Implementasi..……………………………...............

16

12 12 12 13 13 13

BAB 5. PENUTUP

iii

5.1. Kesimpulan ………………………………………………………... 5.2. Saran ………………………………………………………………. Daftar Pustaka ………………………………………………………….

19 19 vii

Lampiran ................................................................................................... Lampiran 1. Lembar Orisinalitas karya.....................................................

viii

Lampiran 2 Daftar Riwayat hidup ketua...................................................

ix

Lampiran 3 Daftar Riwayat hidup anggota 1............................................

x

Lampiran 4 Daftar Riwayat hidup anggota 2............................................

xi

iv

1

Upaya Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Pola Asuh, Dan Perlindungan Autisme Di Masyarakat Nisa Tsabita1, Isa Tahayu2, Anisa Kirnawati3 123

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember [email protected]

Abstrak* Autisme merupakan suatu abnormalitas perkembangan yang dialami oleh seorang anak dalam berinteraksi sosial dan berkomunikasi. Hal ini menjadi sebuah peran penting bagi orang tua, keluarga, dan masyarakat untuk membantu pemulihan gangguan perkembangan yang terjadi. Namun, adanya persepsi keliru yang berkembang dimasyarakat mengenai individu dengan spektrum autisma atau orang awam menyebutnya sebagai spektrum anak autis, membawa dampak buruk bagi anak autis juga keluarga, terutama orangtuanya. Tak jarang pula ada kasus mengenai bullying pada autisme. Penulis dalam karya tulis imiah ini mengggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis konsep. Penulis melakukan penelitian yang memfokuskan kepada suatu konsep yang telah ada sebelumnya, agar dapat dipahami, digambarkan, dijelaskan, dan di implementasikan di lapangan. Tujuan penulisan adalah untuk peningkatan pengetahuan masyarakat dalam merawat, menjaga, dan melindungi autisme. Serta, mencegah dan memberikan pola asuh kepada orang tua terkait autisme. Hasil dari penelitian ini menunjukkan peran penting dari orang tua, keluarga, dan masyarakat yang dapat membantu pada pemulihan gangguan perkembangan, meningkatkan autisme dalam berkomunikasi, dan kesejahteraan antar sesama. Selain itu, membangun sebuah komunitas peduli autisme yang bertujuan pada pencegahan, perawatan, pendidikan, dan pemulihan autisme yang masyarakat ikut terlibat didalamnya. Keyword :Autisme, Pengetahuan, Masyarakat.

1

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rigby (2002:15) mendefinisikan bullying sebagai “Penekanan atau penindasan berulang-ulang, secara psikologis atau fisik terhadap seseorang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan yang kurang oleh orang atau kelompok orang yang lebih kuat.” Pada beberapa bulan lalu terjadi kasus bullying pada tingkat pendidikan tinggi. Kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa Universitas X yang melakukan “Bully” kepada temannya yang mengalami Autisme. Istilah autisme pada masyarakat dan orang tua pada umumnya masih belum jelas. Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman masyarakat, disebabkan karena buku-buku dan berbagai jenis sumberbacaan berupa majalah, surat kabar, makalah, dan sejenisnya yang membahas tentang autis dan permasalahannya masih susah ditemukan. Disamping itu, belum ada penelitian khusus yang dapat memaparkan masalah dan dampak yang dihadapi terkait autisme pada keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama bagi anak dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, bahkan dalam usaha pendidikan dan pembinaan untuk menjadi manusia dewasa yang sehat jasmani, rohani, dan sosial. Didalam keluarga orang tua (ayah-ibu) mempunyai tugas, fungsi dan peran yang sangat penting dalam menuntun dan mengarahkan proses pertumbuhan dan perkembangan emosi, berpikir, dan sosial psikologis serta rohani anak menuju kematangan/kedewasaan yang cerdas, terampil, dan berbudi pekerti yang luhur. Bagi orang tua yang memiliki anak dengan autisme. Mereka mengharapkan pertumbuhan dan perkembangan anak atau buah hatinya dapat seperti keadaan anak pada umumnya atau normal dan dapat diterima oleh masyarakat umum. Namun, Kenyataannya pertumbuhan dan perkembangan buah hatinya mengalami ketidak normalan atau memiliki gangguan pertumbuhan dan perkembangan sehingga anak memiliki kebutuhan khusus, seperti gangguan pada autisme

2

Beberapa masalah yang secara umum terdapat pada anak dengan gangguan pada aspek komunikasi yang sangat kurang atau lambat dan perilaku yang menyimpang atau pengulangan. Keadaan ini dapat kita amati pada anak, seperti kurang mampunya untuk menjalin interaksi yang timbal balik secara baik dan memadai, kurang kontak mata, ekspresi wajah yang kurang ceria atau hidup, serta gerakkgerik anggota tubuh yang kurang tertuju, tidak dapat bermain dengan teman sebaya sehingga terlihat sendiri saja atau cenderung menjadi penyendiri bahkan tidak dapat berempati atau merasakan apa yang dirasakan orang lain. Umumnya, anak yang mengalami gejala autisme menunjukkan sikap menarik diri dari linngkungan dan asyik dengan dunianya sendiri. Kata autis berasal dari bahas Yunani, yakni “autos” yang berarti ‘sendiri’. Pada tahun 1943 seoorang psikiater anak, Leo Kanner menjabarkan secara rinci gejala-gejala ‘aneh’ yang ditemukan pada 11 pasiennya, kanner melihat banyak persamaan gejala pada anak-anak ini dan yang sangat menonjol adalah mereka sangat asyik dengan dirinya sendiri, seolah-olah mereka hanya hidup dalam dunianya sendiri, kemudian Kanner menggunakan istilah “autisme” yang artinya hidup dalam dunianya sendiri (Nugraheni, 2008). Selain itu, perkembangan komunikasi setiap anak autis berbeda-beda, ada dari mereka yang kemampuan berbalnya jelas, adapula yang sama sekali tidak mengeluarkan kata-kata, serta sifat repetitif atau pengulangan kata yang mereka dengar atau “membeo”, mereka senang meniru apa yang didengarnya, contohnya meniru suara alam yang ada di stasiun, iklan ditelivisi, slogan, serta menirukan pertanyaan yang oranh ain tujukan pada mereka, dan itu mereka lakukan secara berulang-ulang. Dalam hal perilaku, umumnya yang masyarakat kenali dari anak autis adalah sifat mereka yang hiperaktif (berperilaku berlebihan atau aktif), padahal tidak semua anak autis itu hiperaktif, bahkan ada dari mereka yang justru hipaktif (berprilaku berkekurangan atau pasif) yakni lambat atau sangat pelan dalam pola perilakunya. Setiap individu autis itu berbeda-beda, baik dalam perkembangan maupun kemampuannya, maka berbagai upaya terapi maupun pendidikan yang diberikan

3

harus disesuaikan pada setiap individu, guna memperbaiki kualitas pribadi autis, berbagai terapi disediakan sesuai dengan kebutuhannya. Mendapati kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak bermasalah seperti ini, maka sangat beragam reaksi dari orang tua dan dapat diduga bahwa reaksi utama yang paling mungkin ditampilkan oleh para orang tua atau keluarga adalah kekecewaan dan kesedihan serta kebingungan yang mungkin seterusnya akan disusul dengan rasa malu sehingga membuat orang tua memilih untuk bersembunyi bahkan menutup-nutupi keadaan buah hati mereka dari lingkungan sekitarnya dengan mengurung anak didalam rumah bahkan kamar tertentu, serta mengucilkan anak dari lingkungan mereka daripada mencari keterangan/informasi yang benar mengenai gangguan atau kelainan tumbuh kembang anak mereka. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Bagaimana

Pengetahuan

Masyarakat

Mengenai

Autisme

di

Masyarakat? 1.2.2. Bagaimana Pengalaman Orang Tua yang Memiliki Buah Hati dengan Autisme? 1.2.3. Bagaimana Penerapan atau Implementasi yang Dilakukan dalam Mengatasi Masalah Autisme? 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Penulisan ini diharapkan sebagai informasi baru maupun dinamis untuk para informan untuk mengetahui lebih dalam mengenai masalah autisme di masyarakat. Perbedaaan yang ada membuat masyarakat merasa lebih kuat dan berbuat seenaknya kepada masyarakat yang lebih lemah, sehingga penulisan ini bertujuan untuk masyarakat lebih berempati kepada lingkungan sosial yang memiliki keterbatasan. 1.3.2. Tujuan Khusus Penulisan

ini

diharapkan

sebagai

informasi

yang

dapat

dikembangkan pada penelitian selanjutnya, serta dapat dikembangkan dalam pengimplementasian untuk mengatasi masalah autisme yang ada di masyarakat. Perlunya peran penting dan kesadaran pihak-pihak terkait,

4

seperti profesi dibidang kesehatan, pemerintahan, keluarga dan masyarakat dalam memperjuangkan hak autisme dapat hidup seperti kebanyakan orang pada umumnya. 1.4. Manfaat 1.4.1. Manfaat Umum Penulisan ini diharapkan bermanfaat untuk penulis maupun pembaca dalam peningkatan pengetahuan dan kepedulian kepada masyarakat yang dianggap minoritas atau memiliki kekurangan. 1.4.2. Manfaat Khusus Penulisan ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan ilmu keperawatan maupun pembuatan kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah dalam melindungi autisme, selain itu terfokus terkait permasalahan yang dihadapi keluarga serta implementasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah yang ditimbulkan oleh penderita autisme.

5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Autisme Autis adalah salah satu kelompok dari gangguan perkembangan pada anak. Dalam bahasa Yunani dikenal kata autis, “auto” berarti sendiri ditujukan pada seseorang ketika menunjukkan gejala hidup dalam

dunianya

sendiri

(Veskarisyanti,2008).

atau

Sedangkan,

mempunyai Autisme

dunia adalah

sendiri. gangguan

perkembangan yang secara umum tampak di tiga tahun pertama kehidupan anak. Gangguan ini berpengaruh pada komunikasi, interaksi sosial, imajinasi, dan sikap (Wright,2007) dalam Maryanti, 2012. 2.2.Penyebab Autisme Penyebab seseorang terkena autisme adalah sebagai berikut, Menurut Prasetyono (2008:69) penyebab autisme dan diagnosa medisnya adalah : a. Konsumsi obat pada ibu menyusui obat migraine seperti ergot b. Gangguan susunan saraf pusat Di dalam otak anak autis ditemukan adanya kelainan pada susunan saraf pusat di beberapa tempat. c. Gangguan metabolisme (sistem pencernaan) Ada hubungan antara gangguan pencernaan dengan gejala autis. Suntikan sekretin dapat membantu mengurangi gangguan pencernaan. d. Peradangan dinding usus. Sejumlah anak penderita gangguan autis, umumnya, memiliki pencernaan buruk diduga disebabkan oleh virus. e. Faktor genetika. Gejala autis pada anak disebabkan oleh faktor turunan dan baru bisa muncul jika terjadi kombinasi banyak gen. f. Keracunan logam berat seperti arsetik (As), antimon (Sb), Cadmium (Cd), air raksa (Hg), dan timbal (Pb), adalah racun yang sangat kuat. 2.3. Karakteristik Autisme Karakteristik anak autisme menurut Suryana (2004: 16). Anak Autis mempunyai karakteristik dalam bidang komunikasi, interaksi sosial,

sensoris,

pola

bermain,

perilaku

dan

emosi:

7

a. Komunikasi Ditandai dengan perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada, anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya, mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain, bicara tidak dipakai untuk alat komunikasi, senang meniru atau membeo (echolalia), bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya, sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa, senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang dia inginkan. b. Interaksi Sosial Penyandang autistik lebih suka menyendiri, tidak tertarik untuk bermain bersama teman, bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh. c. Gangguan Sensoris Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk, bila mendengar suara keras langsung menutup telinga, senang menciumcium, menjilat mainan atau benda-benda, Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut. d. Pola Bermain Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya, tidak suka bermain dengan anak sebayanya, tidak kreatif, tidak imajinatif, tidak bermain sesuai fungsi mainan. e. Perilaku Perilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (deficit), memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakan tangan, berputar-putar dan melakukan gerakan yang berulang-ulang, tidak suka pada perubahan, dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong, Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan, tempertantrum

7

(mengamuk

tak

terkendali)

jika

dilarang

tidak

diberikan

keinginannya, kadang suka menyerang dan merusak, kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri, tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain. 2.4. Klasifikasi Autisme Menurut Mangunsong (2009: 169) Klasifikasi anak autis antara lain: a. Autisme infantil atau autisme masa anak-anak Autisme masa anak-anak yaitu penarikan diri yang ektrem dari lingkungan sosialnya, gangguan dalam berkomunikasi, serta tingkah laku yang terbatas dan berulang (strereotipik) yang muncul sebelum usia 3 tahun. Gangguan ini 3 sampai 4 kali lebih banyak pada anak lelaki daripada perempuan. b. Asperger Syndrome (AS) Asperger Syndrome yaitu abnormalitas yang secara kualitatif sama seperti autisme. Dapat disebut sebagai mild autism, tanpa gangguan yang signifikan dalam kognisi dan bahasa. Individu dengan sindrom asperger memiliki tingkat intelegensi dan komunikasi yang lebih tinggi daripada mereka yang autis masa anak-anak. Namun mereka kesulitan dalam interaksi sosial. Secara umum, dapat dikatakan bahwa asperger adalah bentuk lebih ringan dari autism. c. Rett Syndrome Rett Syndrome Sindrome ini muncul pada usia 7 sampai 24 bulan, dimana sebelumnya terlihat perkembangan yang normal, kemudian diikuti dengan kemunduran berupa hilangnya kemampuan gerakan tangan serta ketrampilan motorik yang telah terlalti. Biasanya dialami oleh anak perempuan. d.

Childhood Disintegrative Disorder Childhood Disintegrative Disorder Yaitu perkembangan yang normal hingga usia 2 sampai 10 tahun, kemudian diikuti dengan kehilangan kemampuan yang signifikan

dalam

ketrampilan

terlatih

pada

beberapa

bidang

8

perkembangan setelah beberapa bulan gangguan berlangsung. Terjadi pula gangguan yang khas dari fungsi sosial, komunikasi, dan perilaku. Sebagian penderita mengalami retardasi mental yang berat e. Pervasive Developmental not Otherwise Specified (PDD-NOS) Pervasive Developmental not Otherwise Specified (PDD-NOS) Adalah individu yang menampilkan perilaku autis, tetapi pada tingkat yang lebih rendah atau baru muncul setelah usia tiga tahun atau lebih. 2.5. Bentuk dan Metode Terapi untuk Autis Menurut Noviza (2004: 9) dalam Suteja, 2014 mengungkapkan bahwa metode yang dapat digunakan terhadap penderita autisme akibat dari kesalahan bentukkan perilaku social dapat dilakukan dengan metode terapi: a. Metode Terapi Applied behavioral Analysis (ABA) ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian dan didesain khusus anak-anak penyandang autisme. Metode yang dipakai dalam terapi ini adalah dengan memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). b.

Metode terapi TEACCH TEACCH adalah Treatment and education of autistic and

Related Communication handicapped Children, yaitu suatu metode yang dilakukan untuk mendidik anak autis dengan menggunakan kekuatan relatifnya pada hal terstruktur dan kesenangannya pada ritinitas dan hal-hal yang dapat diperkirakan dan relatif mampu berhasil pada lingkungan yang visual dibanding yang auditori. Sedangkan

menurut

Dr.

Handojo

(2004:

9)

dalam

Suteja,2014 penanganan terpadu yang dilakukan pada penderita autisme dapat dilakukan dengan menggunakan terapi: 1. Terapi perilaku

10

Terapi perilaku digunakan untuk mengurangi perilaku yang tidak lazim. Terapi perilaku ini dapat dilakukan dengan cara terapi okuvasi, dan terapi wicara. Terapi kuvasi dilakukan dalam upaya membantu

menguatkan,

memperbaiki

dan

meningkatkan

keterampilan ototnya. Sedangkan terapi wicara dapat menggunakan metode ABA (Applied Behaviour Analysis). 2. Terapi Biomedik Terapi biomedik yaitu dengan cara mensuplay terhadap anak-anak autis dengan pemberian obat dari dokter spesialis jiwa anak. risperidone, ritalin, haloperidol, pyrodoksin, , magnesium, Omega-3, dan Omega-6 dan sebagainya. 3. Terapi Fisik Bertujuan untuk mengembangkan, mengembalikan kemampuan maksimal gerak. Misalnya gerakan menekuk kaki, menekuk tangan, membungkuk berdiri seimbang, berjalan hingga berlari. 4. Terapi sosial Membantu memberikan fasilitas pada anak-anak autis untuk bergaul dengan teman-teman sebayanya karena biasanya anak-penyandang autis memiliki kelemahan dalam bidang komunikasi dan interaksi. 5. Terapi bermain Bertujuan untuk membantu anak autism dapat bersosialisasi dengan anak-anak yang lainnya. Supaya anak memiliki sikap yang riang dan gembira. 6. Terapi perkembangan Anak

akan

mempelajari

minat,

kekuatan,

dan

tingkat

perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan intelektualnya sampai benar-benar anak tersebut mengalami kemajuan .

10

7. Terapi visual Terapi ini bertujuan agar anak-anak autis dapat belajar dan berkomunikasi dengan cara melihat (visual learner) gambar-gambar yang unik dan disenangi. Misalnya dengan metode PECS (Picture Exchange Communication System). 8. Terapi musik Tujuan dari terapi musik ini adalah agar anak dapat menanggap melalui pendengarnnya, lalu diaktifkan di dalam otaknya, kemudian dihubungkan ke pusat-pusat saraf yang berkaitan dengan emosi, imajinasi dan ketenangan. 9. Terapi obat Dalam terapi obat, penderita autis dapat diberikan obat-obatan hanya pada kondisi-kondisi tertentu saja,pemberiannya pun sangat terbatas karena terapi obat tidak terlalu menentukan dalam penyembuhan anak-anak autis. 10. Terapi Lumba-lumba tujuan untuk menyeimbangkan hormone endoktrinnya dan sensor yang dikeluarkan melalui suara lumba-lumba dapat bermanfaat untuk memulihkan sensoris anak penyandang autis. 11. Sosialisasi ke sekolah Reguler Anak autis yang telah mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik dapat dicoba untuk memasuki sekolah normal sesuai dengan umurnya, tetapi terapi perilakunya jangan ditinggalkan. 12. Sekolah Pendidikan khusus Karena di dalam pendidikan khusus biasanya telah mencakup terapi perilaku, terapi wicara, dan terapi okuvasi. 2.6.Peran Pemerintah terhadap Autisme a. Memberikan kesempatan baik dalam pelayanan kesehatan, rehabilitasi, maupun fasilitas pendidikan dan pelatihan kerja.

11

b. Peningkatan jumlah tenaga ahli dalam penanganan autisme, seperti tenaga terapis bicara, psikiater serta psikolog klinis anak, dan tenaga professional lainnya, baik melalui memperbanyak pelatihan maupun jalur pendidikan formal; serta metoda terbaru pengasuhan autisme, baik dengan banyak membaca, maupun mengikuti seminar dan lokakarya terkait. c. Penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap individu dengan gangguan autisme (Kemenkes, 2016) 2.7.Pengertian Keluarga Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan

didalam

perannya

masing-masing

menciptakan

serta

mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010). 2.8. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Sudiharto, (2007), antara adalah sebagai berikut: a. Fungsi Afektif (The affective function) b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social placement fungtion) c. Fungsi Reproduksi (reproductive function) d. Fungsi Ekonomi (the economic function) e. Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care function) 2.9.Pengertian Komunitas Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006).

12

BAB 3. METODE PENULISAN

3.1. Jenis Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode eksploratif, yang menggali teori dan hasil penelitian dengan metode analisis pada kekuatan dan kelemahan. Pada kajian ini, akan digali kekuatan dan kelemahan dari masalah autisme dan kemungkinannnya pada penerapan yang akan dilakukan di Indonesia. Disamping itu, pengkajian dapat dilakukan dari segi pengetahuan masyarakat mengenai autisme.

3.2. Pengajuan Hipotesis Dalam analisa yang kami peroleh dari beberapa kajian teori jurnal. Kami menemukan masalah terkait kurangnya pengetahuan orang tua dan tingkat stress yang dialami keluarga dalam permasalahan autisme, hal ini juga menyebabkan kurangnya perawatan dan ketidakpedulian masyarakat dalam menangani masalah autisme. Beberapa pengalaman dijelaskan dari jurnal perilaku masyarakat yang menyimpang ketika berhadapan langsung dengan autisme. Selain itu, perlunya peningkatan pengetahuan untuk mengubah perilaku keluarga dan masyarakat lebih peduli terkait masalah autisme karena tanpa dukungan mereka akan membuat keparahan autisme dan akan berdampak pada individu autisme, keluarga, sosial, ekonomi, maupun negara.

3.3. Fokus Penulisan Penulisan ini termasuk penelitian kualitatif, menurut Strauss dan Corbin (2003), dimaksud sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Setiap penelitian baik penelitian kuantitatif maupun kualitatif selalu berangkat dari masalah. Beberapa masalah dapat diamati dari fenomenafenomena yang terkait di lingkungan kehidupan, sehingga penuli membatasi masalah-masalah dengan Fokus Penulisan dalam Penulisan Karya

Ilmian

ini,

adalah

sebagai

berikut

13

3.3.1. Peningkatan pengetahuan Masyarakat Mengenai Autisme di Masyarakat. 3.3.2. Pengalaman Orang Tua yang Memiliki Buah Hati dengan Autisme. 3.3.3. Penerapan atau Implemenntasi yang Dilakukan dalam Mengatasi Masalah Autisme.

3.4. Sumber Data Penulisan Karya Ilmiah memiliki sumber data diperoleh dari sumber-sumber dan literatur jurnal, buku bacaan, internet, media sosial, dan literatur lainnya seperti, majalah, koran, komunitas peduli sosial di media internet, pengetahuan atau pengalaman yang sudah ada.

3.5. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan penulis menggunakan cara dengan

mengumpulkan

sumber-sumber

referensi

kemudian

dikelompokkan, dianalisa, dan diklasifikasikan sesuai dengan data yang diinginkan.

3.6.Analisis Data Data yang diperoleh dari pengamatan dan analisa penulis lakukan dengan analisa data sekunder. Kemudian, diseleksi dan menjawab permasalah. Selanjutnya data tersebut diolah dengan melakukan penggalian

teori,

pemikiran,

dan

penafsiran.

14

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1. Peningkatan Pengetahuan Masyarakat mengenai Autisme di Masyarakat 4.1.1.

Permasalahan yang terjadi menai autisme di Indonesia Goresan tinta hitam kembali mencoreng dunia pendidikan

Indonesia. Beredarnya video bullying terhadap mahasiswa autis di kampus Universitas Gunadarma, Depok, Jawa Barat, Sejak Sabtu (15/07/17), menjadi bukti bahwa bullying yang kerap terjadi (baik secara verbal hingga menggunakan kekerasan) tak boleh lagi dipandang sebelah mata. Pada kasus tersebut, seorang mahasiswa berkebutuhan khusus yang menggunakan jaket abu-abu dikerjai oleh teman-teman sekelasnya. Tas mahasiswa autis tersebut ditarik oleh salah seorang pemb-bully sehingga dia kesulitan berjalan. Mirisnya, mahasiswa lain yang berada disekitarnya hanya bisa diam melihat, bahkan ada yang ikut nimbrung dengan menertawakan, menyoraki, dan merekam kejadian tersebut. Video diakhiri dengan mahasiswa berkebutuhan khusus yang berjalan menjauh setelah “dilepaskan” oleh pem-bully dan dia kemudian melemparkan tong sampah kearah pem-bully. (Liputan6.com) 4.1.2.

Peningkatan cara pandang masyarakat terhadap autisme Kepedulian masyarakat terhadap autisme, ternyata masih aja

kurang. Tidak hanya soal pengetahuan juga penanganan terhadap penyandangnya. Bahkan memprihatinkan, belum ada perhatian khusus dan intensif, seperti tersedianya payung hukum, anggaran, dokter, lembaga penelitian, dan obat yang memadai. Oleh karena itu, kondisi ideal mengenai gangguan autis perlu diketahui dan dimengerti oleh seluruh masyarakat. Selain itu, mengetahui gejala-gejala dari gangguan autis itu sendiri, berbagai pihak perlu berkolaborasi dan mengetahui cara penangan, pendekatan, dan mendidik anak-anak autis serta yang terpenting

tidak

ada

salah

perlakuan.

15

Masalah autisme bukan masalah yang mengancam jiwa sehingga banyak orang kurang memperhatikan apa itu autisme. Pengetahuan autisme dimasyarakat dapat dilakukan dengan berbagi informasi dan pengetahuan melalui beberapa berita, talkshow, surat kabar, atau media online. Dengan perkembangan informasi yang mudah seharusnya sudah bisa dikembangkan mengenai masalah autisme melalui berbagai aplikasi atau media internet. Diadakan pula komunitas peduli autism baik dikota maupun di luar daerah. Hal ini dapat mempermudah masyarakat untuk mengakses informasi dan berhubungan dengan berdiskusi mengenai autism, serta berperan aktif dalam kepedulian terhadap penyandang. Kegiatan ini juga dapat membantu masyarakat untuk mencegah autisme sendiri, dari beberapa referensi autisme dapat dicegah melalui pola hidup yang baik, perencanaan dan perawatan yang tepat sebelum kehamilan, dan pola asuh yang diberikan orang tua kepada anaknya. Kemudian, adanya kegiatan rutin seperti membagikan pamfleat, pendidikan kesehatan, masukan baru dalam penanganan autisme di berbagai kegiatan masyarakat, seperti car freeday, acara kepedulian sosial, ataupun pada hari-hari besar. 4.2.Pengalaman Orang Tua yang Memiliki Buah Hati dengan Autisme Pada analisa jurnal ini, penelitian yang dikembangkan melalui penelitian sebelumnya. Diawali tahun 1950 pada pembukaan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus, banyaknya bagian waktu keperawatan yang disediakan di rumah oleh keluarga. Keluarga menjadi pelayanan perawatan utama untuk anak berkebutuhan khusus dan anak autis, untuk melewati kehidupan mereka (Cummins, 2001). Studi pustaka melalui pengalaman perawatan untuk anak dengan autis dirumah terfokus pada stres keluarga itu. Pengalaman stres keluarga meliputi stigma isolasi keluarga dari orang lain atau keluarga besarnya yang orang lain tidak mengerti kondisi dari keluarga yang memiliki anak autis (Bilgin & Kucuk, 2010; Bultas & Pohlman, 2014; Safe et al., 2012). Tantangan keluarga yang selalu berubah menjadikan kecemasan adalah masalah utama. Khususnya waktu keluarga yang dihabiskan bersama menjadi

16

kurang (Dupont, 2009; Farrugia, 2009; Kent, 2001; Phelps et al., 2009; Schaaf et al., 2011; Werner Degracee, 2004). Dalam penelitian ini sematamata meliputi keparahan anak, dicatat bahwa beberapa anggota keluarga merasakan perhatian yang kurang karena orang tua dan keluarga yang terfokus kepada penderita. (Wenner DeGrace, 2004, p.545). saudara yang menderita keparahan autis menyebabkan anggota keluarga terfokus ke anak autis daripada keluarganya lainnya (Kent, 2011; Phepps et al., 2009; Wenner Degrace, 2004). Penelitian ini menghasilkan perubahan bentuk keluarga dimana saudara bungsu akan melakukan perawatan daripada saudara yang lebih tua dengan autism (Kent, 2011). Selain itu, hubungan pernikahan dipengaruhi oleh perawatan dengan autism (Bilgin & Kuck, 2010; Bultas & Pohlman, 2014; Kent 2011; Phleps et al., 2009). Konflik pernikahan dilaporkan meliputi ayah yang objektif kepada ibu dalam melakukan perawatan kepada anaknya

(Bilgin & Kuck, 2010) dan

munculnya

perbedaan pola asuh (Kent, 2011; Phelps et al., 2009). 4.3.Penerapan atau Implementasi yang Dilakukan dalam Mengatasi Masalah Autisme Pada jurnal yang kami analisa menemukan keterlibatan kepada penyedia layanan kesehatan yang melakukan perawatan secara langsung dukungan psikologi kepada keluarga yang memiliki keparahan anak autisme. Selain itu, menemukan alat meletakkan dasar untuk mempengaruhi perubahan kebijakan pada perawatan kesehatan. Keterlibatan pelatihan dapat menjadi dasar dalam membangun sistem kesehatan keluarga didiskusikan oleh Anderson and Tomlinson (1992). Melihat pembangunan ini membutuhkan pertimbangan keluarga sebagai satuan yang berbeda ketika memahami kesehatan dan penyakit dan ketika memformulasikan penelitian dan intervensi perawatan kesehatan. Keterlibatan

pelatihan

mungkin

meliputi,

pertama,

mengingatkan

kebutuhan unik dari setiap keluarga yang memiliki anak dengan keparahan autisme dalam pengaturan perawatan kesehatan. Alasannya tantangan perilaku dan komunikasi dari keparahan anak autisme, perlunya tambahan ketika kunjungan perawatan kesehatan ke klinik anak, dokter gigi, atau rumah

17

sakit. Seharusnya, meliputi lebih dari tenaga profesional untuk mendukung keluarga dalam menemani dengan prosedur-prosedur dan pelayanan kesehatan yang sensitif peduli untuk pengalaman stres yang menetap. Penelitian dilakukan mengenai pengalaman keluarga dalam merawat keparahan autism. Dalam penelitian ini menjelaskan beberapa aspek yang dirasakan oleh keluarga dan pengaruh kehidupan yang dirasakan dalam melakukan perawatan autisme. Hal ini juga menjelaskan pelayanan perawatan dalam peningkatan autisme perlu ditingkatkan. Selain itu pandangan buruk yang orang lain lihat hingga membentuk pembatasan sosial antara masyarakat umum kepada autisme. Pengembangan keilmuan ini dapat diterapkan di Indonesia. Jurnal ini menilai pengalaman dan pengetahuan orang tua yang memiliki anak dengan autism. Selain itu, penilaian pengetahuan ini dapat dikembangkan dalam promosi kesehatan mengenai perawatan autism dan mengurangi tingkat stress dari keluarga yang merawat anak autism. Selain itu, perlunya pengenalan atau kegiatan komunitas yang memberikan informasi mengenai autism, hubungan sosial autism, dan cara bersosialisasi dengan penderita kepada masyarakat umum. Mengurangi tingkat bullying dan diskriminasi autism di masyarakat dengan peraturan lisan maupun tertulis yang di kenakan sanksi sesuai dengan perbuatan. Kemudian, pelayanan kesehatan baik umum maupun khusus untuk menangani masalah autism. Pengetahuan ini mencari dan berbagi informasi mengenai pengalaman keluarga dalam merawat anak autism yang memiliki keparahan, disana ditemukan beberapa masalah yang dirasakan oleh keluarga dan terfokus dengan bagaimana pola asuh yang diberikan keluarga, serta perhatian lingkungan sekitar terhadap penderita autism. Hal ini berhubungan dengan teori keluarga menurut friedman (1998), yaitu keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Friedman menjelaskan fungsi keperawatan kesehatan pada keluarga, yaitu keluarga mengenal masalah kesehatan, keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan, keluarga mampu

18

merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan suasana rumah sehat, keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat. Keluarga merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya yang mempunyai peranan sangat penting dalam membentuk budaya dan perilaku sehat. Oleh karena itu, keluarga mempunyai posisi yang strategis untuk dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan karena masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar anggota keluarga, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi keluarga dan masyarakat yang ada disekitarnya. Home Care merupakan salah satu tempat (facilitas)untuk menampung anak autis . Jadi, di home care ini para anak autis dikumpulkan dengan tujuan supaya mereka merasa bahwa teman mereka banyak, mereka tidak sendiri. Selain itu tujuan didirikannya home care ini juga memberikan kesempatan kepada mereka (para autisme) untuk membuka diri, mengekspresikan keinginan mereka, memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada mereka untuk mengungkapkan pendapat. Tidak hanya pemberdayaan kepada sang anak, tetapi dengan adanya home care ini diharapkan orang tua ikut berpartisipasi dalam kegiatanya. Supaya dapat mengetahui sikap dan perilaku apa yang seharusnya para orang tua lakukan ketika sang anak terkena kelainan tersebut, karena dukungan keluarga terutama orang tua merupakan faktor utama untuk masa depan anak. Jadi, di dalam home care ini anak akan diberikan suatu terapi, seperti terapi fisik, terapi bermain, dsb. Selain terapi tersebut, diberikan juga edukasi kepada orang tua tentang makanan yang tepat sang anak baik untuk nutrisi anak autis maupun sebagai pencegahan supaya buah hatinya kelak terhindar dari autisme.

19

BAB 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Simpulan dari karya penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Kepeduliaan masyarakat terhadap autisme masih rendah, ditandai dengan adanya pembullyan terhadap anak autis. 2. Home care merupakan salah satu bentuk implementasi dalam mengatasi permasalahan autisme di masyarakat. Dimana di dalam home care tersebut tidak hanya memberikan pemberdayaan kepada anak autis tetapi juga memberikan edukasi kepada orang tua supaya dapat memperlakukan anaknya sebaik mungkin (bagi yang mempunyai anak dengan keterbatasan mental) dan juga sebagai pencegahan untuk menghindari adanya gejala autis di generasi berikutnya. 3. Program ini Home Care ini dapat mendukung program pemerintah untuk mengurangi kasus bullying yang 5.2 Saran 1. Penulis menyarankan agar program home care untuk pembinaan anak autis sekaligus orang tua dapat diterapkan di setiap daerah. 2. Para tenaga kesehatan dan dinas kesehatan mendukung upaya ini supaya permasalahan pembullyan terhadap anak-anak autis dapat berkurang karena disini pentingnya Health Promotion. 3. Penulis mengharapkan masyarakat khusunya para orang tua untuk berpartisipasi dalam program ini untuk kesejahteraan dan masa depan

sang

anak.

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NSCN 2017

Judul Karya Tulis Ilmiah

: Upaya Peningkatan Pengetahuan, Sikap, Pola

Asuh, dan Perlindungan Autisme Di Masyarakat Nama Ketua

: Nisa Tsabita

Nama Anggota

:

1) Isa Rahayu 2) Anisa Kirnawati Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul diatas benar merupakan karya orisinal yang dibuat oleh pebulis dan belum pernah dipublikasikan dan / atau dilombakan diluar kegiatan “National Science Competition of Nursing (NSCN) 2017” yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Keperawatan Universtias Jember. Demikian penyataan ini, kami buat dengan sebenernya, dan apabila terbukti terdapat pelanggaran di dalamnya, maka kami siap untuk diskualifikasi dari kompetisi ini sebagai bentuk pertanggungjawaban kami.

vii

DAFTAR PUSTAKA Anderson, KH, Tomlimson, PS. 1992. The family health system as an emerging. IMAGE; Journal of Nursing Scholarship, 24,57-63 Anugrahadi, A, Haryanto, A. 2017. Farhan mahasiswa Gunadarma korban bullying angkat bicara. Dapat diakses di http://www.google.co.id/amp/s/m.liputan6.com/amp/3029069/farhanmahasiswa-gunadarma-korban-bullying-angkat-bicara. [Diakses tanggal 10 Oktober 2017]. Bilgin,H, Kucuk, L.2010. Raising an autistic child: Perpective from turkish mothers. Journal of child and psychiatric nursing. Dapat diakses di http: //dx.doi.org/10.1111/j.1744-6171.2010.00228.x Bultas, M, Pohlma, S. 2014. Silver lining; Journal of pediatric nursing,23,92-99, Dapat diakses di http: dx.doi..org/10.1016/j.pedn.2014.03.023. Cummins, RA. 2001. The subjective well-being of people caring for a family member with a severe disability at home; A review. Journal of intellectual and developmental Disability., 26, 83-10 Kemenkes. 2016. Kenali dan Deteksi Dini Individu dengan Spektrum Autisme Melalui Pendekatan Keluarga untuk Tingkatkan Kualitas Hidupnya. Dapat diakses di http://www.depkes.go.id/article/view/16041300001/kenali-dandeteksi-dini-individu-dengan-spektrum-autisme-melalui-pendekatankeluarga-untuk-tingkatka.html. [Diakses tanggal 27 Oktober 2017]. Kent, M. 2011. Autismspectrum disorders and the family: a qualitative study. Berkeley California: Graduate School of physical, wright Institude. Maryanti, NCW. 2012. Bab II kajian Pustaka.A. Autisme. Dapat diakses di etheses.uin-malang.ac.id>08410062_Bab_2.pdf . [Diakses tanggal 27 Oktober 2017]. Suteja, Jaja. 2014. Bentuk dan Metode terapi terapi terhadap autisme akibat bentukan perilaku sosial. Dapat diakses di www.syeksnurjati.ac.id/jurnal/index.php/edueksos/article/view/325 [Diakses tanggal 29 Oktober 2017]. Werner deGrace, B. 2004. The everyday occupation of families with children with autism. The american Journal of Occupational Therapy, 58,548-550

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Curiculum Vitae Ketua

Nama

Nisa Tsabita

TTL

Tangerang, 27 November 1996

Jenis Kelamin

Perempuan

Agama

Islam

Status

Pelajar

Alamat

Komplek Garuda Blok a6 No 23 Teluknaga Tangerang Kab. Tangerang Prov. Banten 15510

Telp/ HP

087808036443

Email

[email protected]

Motto Hidup

Be Yourself

Program studi

Ilmu Keperawatan

Prestasi

-

Panitia Kegiatan yang pernah

-

dilakuakan Penelitian yang pernah diikuti

-

ix

Curiculum Vitae anggota 1

Nama

Isa Rahayu

Jenis kelamin

Perempuan

Agama

Kristen

Tempat, Tanggal lahir

Lumajang, 8 Mei 1997

Alamat

Jalan Indragiri No 10 RT 02 RW 05 Jogoyudan Lumajang

Program studi

Ilmu Keperawatan

Angkatan

15

No Hp

081231614647

Email

[email protected]

Prestasi

-

x

Curiculum Vitae anggota 2

Nama

Anisa Kirnawati

Jenis kelamin

Perempuan

Agama

Islam

Tempat, Tanggal lahir

Kediri,16 April 1998

Alamat

Desa Sepawon RT/RW 002/03 Kec. Plosoklaten Kab. Kediri

Program studi

Ilmu Keperawatan

Angkatan

16

No Hp

082230161526

Email

[email protected]

Prestasi

-

xi

xi

More Documents from "aris"