No.docx

  • Uploaded by: Rahadiansyah Muhammad
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View No.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,084
  • Pages: 4
No

Judul

Hasil

1

Pengembangan Agribisnis Lembaga yang berperan dalam pengembangan agribisnis harus ditinjau dari Kelembagaan berperan secara aktif sinergis dan saling terkoordinasi agar tidak terjadi tumpang tindih kepentingan yang ingin dicapai serta keefisiensian dapat dicapai. Pelaku agribisnis ada beberapa tiga kelompok. yaitu BUMN, Swasta, dan Koperasi. Lembaga perbankan, perindustrian, perdagangan, pengangkutan, pergudangan, penelitian, pendidikan, penyuluhan serta lembaga swadaya masyarakat lainnya merupakan cakupan lembaga dalam pengembangan pertanian.

2

Akibat kekeliruan strategi pembangunan ekonomi di Pembangunan Sistem masa lalu dan krisis ekonomi berkepanjangan, telah Agribisnis di Indonesia dan menimbulkan berbagai persoalan yang sangat parah dalam Peranan Public Relation perekonomian Indonesia. Masalah kemiskinan, pengangguran, pendapatan yang rendah, ketimpangan ekonomi, ketahanan pangan yang keropos, utang luar negeri yang terlalu besar, kemerosotan mutu lingkungan hidup dan ketertinggalan perekonomian daerah merupakan sederetan masalah ekonomi yang sedang melilit perekonomian Indonesia. Sistem agribisnis yang ditawarkan pemerintah tidak memiliki daya saing, yakni berkerakyatan. Berkerakyatan maksudnya adalah dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Sistem seperti ini diharapkan dapat berkenlanjutan. Fungsi PR disini sangat penting yaitu untuk membangun good image masalah agribisnis di kalangan masyarakat luas. Selain itu, PR juga berguna untuk menyebarluaskan suatu produk yang belum terlalu dikenal masyarakat.

3

4

Model Pemasaran Produk Pertanian Berbasis Agribisnis Sebagai Upaya Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan

Masalah : Modal Ketersediaan lahan, penyaluran sarana produksi, penguasaan teknologi kurang, kuantitas dan kualitas sumber daya manusia tidak memadai, upaya meningkatkan pemasaran pertanian di pedesaan. Program yang perlu dikembangkan berupa pengembangan komoditas unggulan dan andalan, peningkatan nilai tambah produk pertanian, pengembangan sistem pemasaran, penyediaan sarana pengangkutan dan penyebaran produk, pengembangan kemitraan dan penstruktur-ulangan sistem dan kelembagaan pertanian dan agroindustri.

Aspek Sumberdaya Karakteristik produsen SDM : lemah (ekonomi, permodalan, Manusia dalam aset, perlengkapan, keterampilan, pengetahuan, semangat. Pengembangan Agribisnis Konsumen SDM : berekonomi tinggi dan mengandalkan Hortikultura produk import, berselera tinggi

Solusi : pengadaan penyuluhan pertanian “pemberdayaan masyarakat” 5

Konsep Agrikultur sebagai Di Indonesia pertanian hingga saat ini masih dinilai sebagai Penyelesaian dari Isu sektor penggerak perekonomian yang penting dan terbukti memiliki ketahanan yang paling tinggi pada saat terjadi dan Pertanian pasca periode krisis ekonomi maupun krisis moneter sejak awal 1997. Namun dewasa ini minat masyarakat pada sektor pertanian semakin menurun dan menyebabkan penurunan jumlah lahan pertanian dan tenaga kerja untuk sektor ini. Dengan adanya permasalahan ini dan berbagai dampak yang ditimbulkan, dapat diprediksi bahwa Indonesia akan menghadapi kemungkinan krisis pangan dimasa depan. Secara makro dapat disimpulkan permasalahan pertanian di Indonesia adalah banyak petani yang berorientasi pada off farm. Pertanian off farm adalah proses komersialisasi hasil-hasil budidaya pertanian, seperti pedagang, pengepul dan lain-lain. Dan kebanyakan generasi muda enggan menjadi petani, mayoritas umur petani saat ini 70 tahun dan yang berumur dibawah 30 tahun jumlahnya sedikit. Kurangnya pengetahuan, kepedulian dan dukungan masyarakat akan sektor pertanian. Dari permasalahan ini timbul pertanyaan, bagaimana arsitek bekerja sama dengan petani dapat menggunakan ilmu dan pengetahuan mereka untuk membantu pengembangan pertanian. Oleh sebab itu diajukannya resor agrikultur, yakni merupakan resor wisata agrikultur yang memiliki hubungan langsung dengan pertanian lokal dan menyediakan fasilitas wisata agrikultur seperti wisata berkebun dan memetik buah. Selain itu resor ini juga menggunakan produk-produk pertanian lokal dan juga menyediakan fasilitas dimana pengunjung resor dapat membeli produk-produk pertanian lokal. Diharapkan resor ini dapat menjadi jembatan antara petani dengan masyarakat sehingga masyarakat dapat lebih mengenal dan menaruh minat pada bidang pertanian dan produk pertanian lokal. Dan dengan begitu dapat mendorong peningkatan produksi dan mengembangan pertanian lokal.

6

Permasalahan Sistem Agribisnis dan Strategi Memperbaiki Daya Saing Komoditi Markisa di Kabupaten Gowa

Penelitian ini menunjukkan bahwa masalah sistem agribisnis markisa di sektor hulu (budidaya) dan sektor hilir (industry) berbeda yang dilihat dari hasil Relative Importance Indeks (RII) dimana RII merupakan metode yang digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan. Sedangkan masalah yang ada di tingkat home industry adalah ketersediaan bahan baku baik dari segi kuantitas, kualitas dan kontinuitasnya, selain itu masih kurangnya penanganan pasca panen seperti pemisahan buah yang masak (grading) serta penerapan inovasi dan teknologi yang terbatas di mana beberapa home industry

masih menggunakan peralatan yang sederhana dalam melakukan pengolahan buah markisa sehingga kapasitas produksi masih tergolong rendah. Penerapan inovasi untuk home industry masih dianggap penting karena inovasi dana teknologi yang digunakan masih kurang. 7

Meningkatnya kebutuhan konsumsi akibat peningkatan Agribisnis Hortikultura : Peluang dan Tantangan konsumsi per kapita, Kebutuhan konsumsi yang dimaksud Dalam Era Perdagangan tidaknya hanya untuk pasar didalam negeri tetapi juga di pasar Bebas dunia karena dalam perdagangan bebas situasi pasar dunia akan sangat berpengaruh terhadap dinamika agribisnis hortikultura di setiap negara melalui dinamika daya saing produk yang dihasilkan oleh setiap negara. Peningkatan konsumsi per kapita tersebut diperkirakan lebih cepat di daerah kota daripada daerah pedesaan karena elastisitas pendapatan konsumsi sayur dan buah cenderung lebih tinggi di daerah kota. Kecenderungan demikian dapat terjadi karena pendapatan penduduk kota lebih besar daripada penduduk desa dan perubahan pola konsumsi yang terkait dengan dinamika sosial seperti pemahaman tentang gizi makanan secara umum lebih baik di daerah kota.

8

Sistem Pengembangan Agribisnis Hortikultura Berkelanjutan dan Berdaya Saing Tinggi di Kawasan Timur Indonesia

Pengembangan kegiatan ekonomi dan pemanfaatan sumberdaya KTI (Kawasan Timur Indonesia) agar diarahkan sedemikian rupa, sehingga tidak hanya dikuasai dan dirasakan manfaatnya oleh kelompok usaha tertentu, terutama kelompok usaha besar, tetapi juga rakyat KTI sendiri, pengusaha skala kecil, menengah, dan besar, walau pengembangan usaha (besar) dari luar tetap memperoleh porsi sesuai dengan kebutuhan dan pertimbangan skala usaha yang efisien.

Hal lain yang juga penting diperhatikan adalah pengembangan KTI perlu pula diarahkan untuk dapat memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan. 9

Pengembangan Agribisnis Pemerintah telah melakukan upaya pembatasan kuota buah Buah Lokal di Provinsi impor terhadap buah-buahan dan hortikultura yaitu dengan Bali: Sebuah Gagasan menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 60 Tahun 2012 tentang Rekomendasi Impor Hortikultura. Selain itu, dikeluarkan juga Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 60

Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. Terdapat masalah kualitas, kontinyuitas dan kuantitas. Faktor kendala pola pengembangan agribisnis buah lokal adalah sumber daya manusia, teknologi pertanian, modal usahatani, kebijakan pemerintah dan prasarana fisik. Salah satu pola pengembangan yang perlu dilakukan adalah meningkatkan upaya daya saing dengan produk-produk dari negara luar. 10

Kajian Potensi Pengembangan Agribisnis Sayuran Dataran Tinggi di Kabupaten Banjarnegara Propinsi Jawa Tengah

Produksi hortikultura sudah meningkat dari tahun 2004 hingga 2008 namun belum termasuk tinggi tingkat produksinya, belum mencapai standar ideal atau WHO. Sentra produksi sayuran dataran di Banjarnegara meliputi 4 kecamatan yaitu Batur (kentang, kubis, bawang daun, wortel); Pejawaran (kentang, kubis, bawang, wortel, tomat); Wanayasa (kentang, kubis, bawang daun, wortel, tomat); dan Karang (kubis, bawang daun, tomat). pada 2009, Banjarnegara menjadi penyumbang terbesar komoditas kentang dan kubis dari total produksi Jawa Tengah.

PAPER MANAGEMEN AGRIBISNIS BALQIS 150510110117 MANAGRI D

More Documents from "Rahadiansyah Muhammad"