PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: APENDIKSITIS AKUT RSUD CURUP KABUPATEN REJANG LEBONG TAHUN 2016
OLEH : HERI PADLI
NIM: P00320114061 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III CURUP TAHUN 2016
Menurut World Health Organization (WHO, 2013) angka kematian akibat apendiksitis di dunia adalah 0,2-0,8% dan meningkat sampai 20% pada penderita yang berusia kurang dari 18 tahun dan lebih dari 70 tahun. (Santacroce & Craig, 2006) dalam Winda (2013) Insiden apendisitis yang lebih tinggi terjadi pada Negara maju dari pada Negara berkembang, namun di Indonesia dalam tiga sampai empat tahun terakhir ini menurun yaitu dari 100 kasus tiap 100.000 populasi. menjadi 52 kasus tiap 100.000 populasi (surya, 2008). Berdasarkan data di Rumah Sakit Umum Daerah Curup, pada tahun 2016 terjadi 39 kasus apendiks di ruangan anggrek/ bedah. (Rekam Medik RSUD Curup, 2016).
Rumusan masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, Peranan perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan terkait dengan kasus apendisitis akut sangatlah penting dimana peranan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan mempunyai tugas utama yaitu memberikan asuhan keperawatan. Maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien apendisitis akut” .
Tujuan Penulisan a. Tujuan Umum b. Tujuan Khusus Manfaat penulisan a. Institusi Sebagai informasi bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita apendisitis akut b. Mahasiswa Dapat berfungsi sebagai sumber informasi serta menambah wawasan untuk kemajuan perkembang ilmu keperawatan apendisitis akut Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan kasus ini digunakan metode penulisan deskriptif, yaitu gambaran dengan pendekatan studi kasus terhadap pasien dengan asuhan keperawatan apendiksitis akut di ruang anggrek/bedah RSUD CURUP.
TINJAUAN TEORI a. Konsep Dasar Penyakit apendiksitis akut
1). Definisi penyakit apendiksitis akut Menurut Mansjoer (2000) Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks periformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Sedangkan menurut Wim De Jong et al (2005) Apendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (Cecum). Dan menurut Wijaya (2013) apendiks adalah salah satu penyakit pencernaan yang paling umum di temukan dan paling sering memberikan keluhan abdomen yang akut. Jadi dapat disimpulkan bahwa apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Dan apendiks adalah salah satu penyakit pencernaan yang paling umum di temukan dan paling sering memberikan keluhan abdomen yang akut.
2). Klasifikasi Menurut Sjamsuhidayat (2005) Klasifikasi apendiksitis terbagi menjadi dua yaitu : a). Apendiksitis Akut b). Apendiksitis Kronik
3). Etiologi Menurut Wim De Jong et al (2005) Terjadinya apendisitis akut umumnya di sebabkan infeksi bakteri. Selain itu hiperplasi limpe, tumor apendiks dan cacing askaris dapat pula menyebabkan penyumbatan. Sedangkan menurut Sjamsuhidajat (2005). Apendiksitis akut merupakan infeksi bakteria. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus di samping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing akaris dapat pula menyebabkan sumbatan, penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendiksitisialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica.
4). Patofisiologi a). Fisiologi apendiksitis Fisiologi menurut Sjamsuhidajat (2005). Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendiksitis. Imunoglobulin sekretear yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiksitis tidak memengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfe di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh.
b). Patofisiologi Menurut Smeltzer, Suzane, C (2001) Apendiks terimlamasi dan mengalami edema sebagai akibat tersumbat, kemungkinan oleh fekalit ( masa keras dari feses ), tumor atau benda asing. Sedangkan menurut Price (2006) Apendiksitis adalah peradangan akut pada umbai cacing yang paling sering terjadi di kalangan orang dewasa muda. Ini adalah penyebab paling umum dari nyeri kuadran kanan bawah.
Patogenesis utamanya diduga karena adanya obstruksi lumen, yang biasanya disebabkan oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit (feses keras yang terutama disebabkan oleh serat), benda asing, cacing akaris dan tumor apendiks. Penyumbatan lumen menyebabkan mukus diproduksi mukosa mengalami bendungan, makin lama pengeluaran sekret mukus makin banyak dan mengakibatkan terjadinya pembengkakan, infeksi, dan ulserasi akan menembus dinding apendiks. Peningkatan tekanan intraluminal dapat menyebabkan terjadinya oklusi arteria terminalis (end-artery) apendikulari dan menyebabkan apendiksitis. Bila keadaan ini dibiarkan berlangsung terus, biasanya mengakibatkan nekrosis, gangren, dan perforasi (Price, 2006).
5). WOC ( Web Of Caution )
6). Manifestasi klinis Menurut Sjamsuhidajat (2005) Apendiksitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritoneum lokal. Sedangkan menurut Price (2006). Pada kasus apendiksitis akut klasik, gejala awal adalah nyeri atau rasa tidak enak di sekitar umbilikus. Gejala ini umumnya berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser kekuadran kanan bawah dengan disertai oleh anoreksia, mual, dan muntah. Menurut Brunner dan Suddarth (2013), manifestasi klinis apendiksitis antara lain: 1). Nyeri di kuadran kanan bawah 2). Pada titik Mc Burney nyeri tekan 3). Nyeri pantul dapat dijumpai lokasi apendiks menentukan kekuatan nyeri tekan, spasme otot, dan adanya diare atau konstipasi.
4). Tanda Rovsing 5). Jika apendiks pecah, nyeri menjadi lebih menyebar abdomen menjadi terdistensi akibat ileus paralitik, dan kondisi memburuk.
7). Pemeriksaan Penunjang Menurut Grace (2006), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mengetahui diagnosis apendiksitis sebagai berikut :
a). Diagnosis berdasarkan klinis, namun sel darah putih (leukositosis) dan CPR (c-reaktiv protein) biasanya meningkat. Kenaikan dari sel
darah putih (leukosit) hingga 10.000 – 18.000/mm3. b). Ultrasonografi c). Laparoskopi. d). CT scan (heliks) e). Foto polos perut. f). rontgen foto abdomen, USG abdomen dan apendikogram.
8). Penatalaksanaan Menurut Wijaya dalam buku keperawatan medikal bedah (2013), pentalaksanaan pada pasien yang mengalami apendiksitis yaitu:
a). Sebelum oprasi 1). Observasi 2). Antibiotik
b). Oprasi Menurut Wijaya (2013) pasca oprasi pada apendiks sebagai berikut:
1). Apendiktomi 2). Apendiks di buang 3). Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV.
B. Konsep Teori Asuhan Keperawatan apendiksitis akut
Menurut Nursalam (2001), Asuhan keperawatan adalah praktek
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan layanan kesehatan, dengan menggunakan metedologi proses keperawatan.
Proses keperawatan adalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan untuk memenuhi tujuan keperawatan, yang meliputi mempertahankan keadaan kesehatan klien yang optimal.
Proses keperawatan dikelompokan menjadi lima tahap,yaitu: Pengkajian keperawatan, Diagnosa keperawatan, Intervensi keperawatan, Implementasi keperawatan, Evaluasi keperawatan.
NEXT… Anamnesa dibagi menjadi dua yaitu: a). Auto anamnesa b). allo anamnesa Menurut Bararah (2013), pengkajian yang dapat dilakukan pada apendiksitis sebagai berikut: 1). Riwayat :
a). Riwayat kesehatan b). Riwayat kesehatan sekarang c). Riwayat kesehatan masa lalu d). Riwayat kesehatan keluarga
Diagnosa yang muncul pada pasien dengan kasus apendiksitis berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan menurut Wilkinson (2013) antara lain :
a. Pre operasi 1). Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi (distensi jaringan intestinal oleh inflamasi) 2). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. 3). Defisit volume cairanberhubungan dengan mual muntah. 4). Kecemasan berhubungan dengan akan dilaksanakan operasi.
b. Post operasi 1). Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisik (luka insisi post operasi Apendiktomi). 2). Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (insisi post pembedahan). 3). Defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri.
TERIMA KASIH…