Macam-macam Spesifikasi Motor Asinkron
Spesifikasi Motor Asinkron
Keterangan: 1.
Phase
2.
Frekuensi
3.
Daya
4. Tegangan Kerja Motor 5. Arus 6. Power Factor 7. Efisiensi 8. Rpm
1 0
9. Kelas Isolasi 10. Index Protection Berikut adalah masing-masing penjelasan dari spesifikasi motor asinkron. 1. Phase : Simbol angka 3 dan gelombang sinus menandakan bahwa motor tersebut merupakan motor 3 fasa, instalasinya harus memakai sumber 3 fasa. 2. Frekuensi : Besaran frekuensi yang harus diterima motor agar motor berputar dengan jumlah putaran sesuai name platenya. Frekuensi masukan umumnya sebesar 50 dan 60 Hz. 3. Daya: Besarnya output daya motor dalam satuan kW (kilo Watt) [Street Address, City, ST ZIP Code]
[Telephone]
[Email]
4. Tegangan Kerja Motor : dilambangkan dengan symbol U, nilai tegangan dalam plate menunjukan tegangan kerja motor untuk bisa beroperasi normal 5. Arus: Menunjukkan besarnya arus nominal saat motor bekerja pada beban penuh. 6. Power Factor atau cos phi didapat pada test motor pada beban penuh yang akan berubah sesuai dengan besarnya motor memikul beban. 7. Efisiensi: Perbandingan antara daya output terhadap daya input yang dinyatakan dalam persen. 8. Rpm: besarnya jumlah putaran per menit saat motor bekerja normal. 9. Kelas Isolasi: Klasifikasi standar toleransi termal dari isolasi belitan motor. 10. Index Protection Angka
Arti Angka
Keterangan
0
Tidak ada proteksi (no protection)
Tidak ada proteksi khusus terhadap masuknya benda padat ked lama sistim peralaan
1
Proteksi terhadap benda padat berukuran besar
Terdapat proteksi terhdapa benda padat dengan diameter diatas 50 mm
2
Proteksi terhadap benda padat berukuran sedang
Terdapat proteksi terhadap benda padat dengan diameter diatas 12,5 mm
3
Proteksi terhdapa benda padat berukuran kecil
Terdapat proteksi terhadap benda padat dengan diameter diatas 2,5 mm
4
Proteksi terhdap benda padat yang halus
Terdapat proteksi terhadap benda padat dengan diameter diatas 1 mm
5
Proteksi terhadap debu
Proteksi level ini lebih ditekankan pada pencegahan terhadap masuknya debu ke dalam sistim peralatan sehingga tidak mengganggu fungsi dan keamanan alat
6
Anti debu
Proteksi penuh terhadap debu yang sangat halus yang dapat masuk ke dalam sistim alat
Angka
Arti Angka
Keterangan
0
Tidak ada proteksi (no protection)
Tidak ada proteksi khusus terhadap masuknya benda padat ked lama sistim peralaan
1
Proteksi terhadap benda padat berukuran besar
Terdapat proteksi terhdapa benda padat dengan diameter diatas 50 mm
2
Proteksi terhadap benda padat berukuran sedang
Terdapat proteksi terhadap benda padat dengan diameter diatas 12,5 mm
3
Proteksi terhdapa benda padat berukuran kecil
Terdapat proteksi terhadap benda padat dengan diameter diatas 2,5 mm
4
Proteksi terhdap benda padat yang halus
Terdapat proteksi terhadap benda padat dengan diameter diatas 1 mm
5
Proteksi debu
Proteksi level ini lebih ditekankan pada pencegahan terhadap masuknya debu ke dalam sistim peralatan sehingga tidak mengganggu fungsi dan keamanan alat
6
Anti debu
terhadap
Proteksi penuh terhadap debu yang sangat halus yang dapat masuk ke dalam sistim alat
Starting System Sistem starting adalah suatu sistem kelistrikan yang berkerja berdasarkan tenaga elektromagnetik dan bertujuan untuk mempermudah dalam proses menghidupkan motor, engine, ataupun peralatan elektronik lainnya. Starting sistem juga memiliki peranan penting terhadap alat alat elektronik dan juga perlu menjadi perhatian dikarenakan kesalahan pada saat starting dapat mengakibatkan alat tersebut rusak / terbakar.
Starting Autotrafo Starting Autotrafo merupakan salah satu metode starting untuk menjalankan motor-motor listrik dengan sistem penurunan tegangan, yaitu mengurangi arus dan tegangan pada saat start.
Prinsip Kerja Autotrafo
Ket : S0 = Push button Stop
S1 = Push button Start S2 = Push button Start motor setelah Starting K1 = Kontaktor supply tegangan auto trafo K2 = Kontaktor close loop auto trafo K3= Kontaktor supply tegangan sesuai tegangan kerja motor Pada diagram daya disamping terdapat 3 buah kontaktor K1, K2 dan K3. K1 dan K2 operasi dalam proses starting motor 3 phasa menggunakan auto trafo. Sedangkan K3 operasi pada tegangan kerja motor 3 phasa sesuai dengan name plate nya. Jadi yang harus operasi pertama dari proses starting motor ini adalah K1 dan K2. K1 merupakan supply tegangan dari auto trafo, sedangkan K2 merupakan hubungan belitan bintang dari auto trafo tersebut. Jika hanya K1 saja yang bekerja tanpa operasi K2 maka auto trafo tersebut tidak bisa menghasilkan output tegangan karena loop di trafo terbuka. Ketika K1 dan K2 sudah operasi, maka supply tegangan ke motor 3 phasa bisa diatur dengan merubah posisi tap trafo secara bertahap. Proses ini sama dengan menaikkan tegangan supply motor 3 phasa secara bertahap sehingga arus asut motor 3 phasa bisa diredam / tidak terlalu tinggi. Proses perpindahan dari tap auto trafo ini biasanya dilakukan secara manual oleh operator motor walaupun tidak menutup kemungkinan jika dirancang secara otomatis mengenai perpindahan tap auto trafo tersebut. Auto trafo biasanya memiliki 3 posisi tap untuk setiap phasanya misalkan 80 %, 65 % dan 50 % sehingga karakteristik untuk startign motor 3 phasa bisa dilakukan dengan menyesuaikan kondisi beban. Jika tegangan output auto trafo yang merupakan supply motor sudah bisa membuat putaran motor di kisaran 80 % s/d 90 % maka boleh dilakukan manufer perpindahan supply tegangan menjadi tegangan kerja motor dengan cara membuka kontak dari kontaktor K2. Membukanya kontak dari kontaktor K2 merupakan syarat bisa dioperasikannya kontaktor K3 sebagai supply tegangan motor sesuai tegangan kerjanya, Dan beroperasinya kontaktor K3 harus otomatis membuat kontak dari kontaktor K1 menjadi terbuka, sehingga supply tegangan motor tidak dipengaruhi lagi auto trafo. Aplikasi Starting Autotrafo 1. Pompa Air Balast
2. Motor Windlass
Starting Direct Online (dol starting) DOL Starting adalah metode starting motor dengan memberikan tegangan penuh dari jalajala secara langsung. Starter jenis ini biasanya digunakan untuk motor -motor listrik yang berukuran kecil atau penurunan tegangan saat motor dihidupkan (starting) tidak diperlukan. Prinsip Kerja DOL Starting
Penjelasan: >> Pemberian tegangan pada motor langsung melalui hubungan operator melalui kontak mekanik. Tidak ada hubungan kontrol otomatis untuk starter jenis ini. >> Mechanical/Manual Operated DOL melewatkan jalur utama yang masuk ke motor melalui switch. Kerugiannya pemasangan switch harus sedekat mungkin dengan motor sehingga faktor kerugian tegangan bisa dihindari. DOL Starter jenis ini hanya digunakan untuk motor-motor yang berkapastias kecil < 3kW. Aplikasi DOL Starting 1. Bor listrik
2. Mesin Freis
3. Mesin Bubut
Saklar Wye Delta
Saklar wye – delta merupakan salah satu metode starting pada motor – motor listrik dengan sistem penurunan tegangan. Rangkaian wye berfungsi untuk menurunkan arus start lalu kemudian arus tersebut dinaikan (dinormalkan) kembali oleh rangkaian delta. Pengertian Arus & Tegangan (Start, Line, dan Fasa) Arus start: arus awal yang digunakan untuk menyalakan alat atau motor pertama kali dan yang diteruskan ke dalam rangkaian. Arus line: arus yang terdapat dalam rangkaian / arus yang berjalan dalam rangkaian wye delta. Arus fase: arus yang terdapat pada tiap-tiap resistor pada suatu rangkaian saklar wye-delta Tegangan line: tegangan antara fasa ke fasa yang terdapat dalam rangkaian /arus yang berjalan dalam rangkaian. Tegangan fase: tegangan antara fasa dan netral yang terdapat pada tiap-tiap posisi/fase pada suatu rangkaian. Prinsip Kerja Rangkaian Wye Penjelasan rangkaian wye Pada sistem wye – delta, rangkaian wye (star) berfungsi untuk menurunkan arus start pada motor. Pada rangkaian ini ujung – ujung fasanya dihubungkan menjadi satu titik netral. Gambar rangkaian wye :
Nilai arus line, arus fasa, tegangan line, tegangan fasa pada rangkaian wye
● I line = I fasa ● V line = √3 V fasa hal ini dikarenakan : V line = 2 x V fasa cos 30° = 2 x 1/2√3 V fasa V line = √3 V fasa
Prinsip Kerja Rangkaian Delta Penjelasan rangkaian delta Pada sistem wye – delta, rangkaian delta berfungsi untuk menaikan / menormalkan arus yang akan menuju ke motor. Pada rangkaian ini ketiga fasanya dihubungkan sehingga membentuk segitiga. Gambar rangkaian delta
Nilai arus line, arus fasa, tegangan line, tegangan fasa pada rangkaian delta ● I line = √3 I fasa ● V line = V fasa hal ini dikarenakan : I line = 2 x I fasa cos 30° = 2 x 1/2√3 I fasa I line = √3 I fasa
Aplikasi Rangkaian Wye-Delta 1. Vertical Sentrifuge Pump
2. Conveyor
3. Escalator
Contoh Soal Rangkaian Wye Delta
Terdapat Rangkaian pada gambar di samping, hitung RT, dan I. Solusi: Konversikan “Y” menjadi “Δ” ekivalensinya, karena resistor yang tersambung “Y” memiliki nilai-nilai yang sama. Ekivalen “Δ” nya akan memiliki nilai-nilai resistor sebesar R Δ = 3 (15 Ω) = 45 Ω
Sehingga rangkaiannya menjadi gambar disamping ini. Selanjutnya, kita paralel kan 15Ω // 45Ω, 20Ω // 45Ω serta 45Ω // 10Ω 15Ω . 45Ω
Rp1 = 15Ω+ 45Ω = 20Ω . 45Ω
675Ω
Rp2 = 20Ω+ 45Ω = 45Ω . 10Ω
Rp3 = 45Ω+ 10Ω =
60Ω 900Ω
= 11,25 Ω
65Ω 4500Ω 55Ω
= 13,84 Ω = 8,18 Ω