Mona Kumpulan Jurnal.docx

  • Uploaded by: ezio auditore
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mona Kumpulan Jurnal.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,687
  • Pages: 18
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm 259 Pelaksanaan Kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Semarang Agnes Nova Astrida Purba *), Syamsulhuda BM, Zahroh S haluhiyah *) mahasiswa Fakultas Kesehatan [email protected]

Masyarakat

Universitas

Diponegoro

Koresponden

ABSTRACT The Minister of Health has made vision and missions for in creasing health development. Hospital is a health facility that included in the subsystem of health effort so it must be integrated into the health system, therefore the Minister of Health held a development of Health Promotion in Hospital. The basic strategy of Health Promotion in Hospital is empowering that supported by partnerships, advocacy and building atmosphere. Bhayangkara Hospital in Semarang is a government-owned hospitals that socialized about Health Promotion in Hospital, has a organization of Health Promotion in Hospital, it also acredited, which is one of the assesment is assesment of Health Promotion in Hospital, but there is no implementation of the empowerment efforts aimed at increasing knowledge of the patient, family, hospital personnel and the community around the hospital so there are still patients with recurrent disease. This research uses qualitative descriptive method with the subject of the research taken by using purposive sampling. As for the researched is input, procss and output of impelementation of health promotion in Hospital. The main informant consists of three employee of health promotion in Hospital section. As for the informant triangulation is a president director in Hospital, two patients, and two family of patients. As for the results of this research are the organization of Health Promotion in Hospital does not implemented in accordance with the functions in the standard of Health Promotion in Hospital which have been prepared by the Minister of Health because of the limited human resources so that there is no difference between the duties and functions of health promotion in Hospital and public relations and marketing. Keywords : Health Promotion in Hospital, input, process, output Literature : 33, (1996 – 2016) JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

260 PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu Kementrian Kesehatan (Kemenkes) menetapkan visi yaitu “masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan”. Dalam mencapai visi tersebut Kemenkes juga menetapkan empat misi yaitu yang pertama meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani, yang kedua melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan, yang ketiga menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan, dan yang keempat menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.Untuk mewujudkan visi dan misi Kemenkes pada tahun 2014 dan memperlihatkan Prioritas Nasional Bidang Kesehatan (PNBK), maka akan dilaksanakan beberapa strategi antara yaitu yang pertama meningkatkan pemberdayaan masyarakat swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global, yang kedua meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan dan berbasis bukti dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif. Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia atau World Health Organization (WHO), rumah sakit harus terintegrasi dalam sistem kesehatan di mana ia berada. Fungsinya adalah sebagai pusat sumber daya bagi peningkatan kesehatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan.Reformasi rumah sakit di Indonesia sangat diperlukan mengingat masih banyaknya rumah sakit yang hanya menekankan pelayanannya kepada aspek kuratif dan rehabilitatif saja. Keadaan ini menyebabkan rumah sakit menjadi sarana kesehatan yang elit dan terlepas dari sistem kesehatan dimana rumah sakit tersebut berada. 1World Health Organization(WHO) sebagai sebuah lembaga kesehatan dunia menginisiasi terbentuknya kelompok kerja yang terbentuk pada konfrensi PKRS kesembilan di Copenhagen pada bulan Mei tahun 2001.Sejak saat itu beberapa kelompok kerja dan jaringan kerja beberapa negara bekerja mengembangkan sebuah standar rumah sakit promotor kesehatan. Hasilnya terbentuk lima standar inti yang dapat diaplikasikan pada semua rumah sakit yang telah dikembangkan berdasarkan persyaratan internasional. Standar yang pertama adalah rumah sakit sebaiknya memiliki kebijakan manajemen, kedua sebaiknya dilaksanakan kajian kebutuhan masyarakat rumah sakit sebelum direncanakannya kegiatan PKRS, ketiga yaitu sebaiknya dilakukan pemberdayaan masyarakat di rumah sakit, keempat adalah tempat kerja yang aman, bersih dan sehat, dan yang kelima yaitu aspek kelestarian dan kemitraan yang terkait dengan upaya PKRS. Selain itu Kemenkes juga menyediakan petunjuk teknis PKRS untuk dijadikan pedoman pelaksanaan PKRS.1 PKRS telah diselenggarakan sejak tahun 1992 dengan nama Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Sakit (PKMRS). JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm 261

Seiring dengan perkembangannya, pada tahun 2003 istilah PKMRS berubah menjadi PKRS. Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk pengembangan PKRS seperti penyusunan pedoman PKRS, advokasi dan sosialisasi PKRS kepada direktur rumah sakit pemerintah, pelatihan PKRS, pengembangan dan distribusi media serta pengembangan model PKRS antara lain di Rumah Sakit Pasar Rebo di Jakarta dan Rumah Sakit Syamsuddin SH di Sukabumi. Namun pelaksanaan PKRS dalam kurun waktu lebih dari 15 tahun masih belum memberikan hasil yang maksimal dan tidak terjaga kesinambungannya, tergantung kepada kuat atau tidaknya komitmen pihak rumah sakit. Beberapa isu strategis tentang pelaksanaan PKRS muncul diantaranya yaitu sebagian besar rumah sakit belum menjadikan PKRS sebagai salah satu kebijakan upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit, sebagian besar rumah sakit belum memberikan hak pasien untuk mendapatkan informasi tentang pencegahan dan pengobatan yang berhubungan dengan penyakitnya, sebagian besar rumah sakit belum mewujudkan tempat kerja yang aman, bersih dan sehat dan sebagian besar rumah sakit kurang menggalang kemitraan dalam upaya pelayanan yang bersifat preventif dan promotif.1 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah menyebutkan strategi dasar utama Promosi Kesehatan adalah pemberdayaan, yang didukung oleh bina suasana, advokasi dan kemitraan. Pemberdayaan adalah ujung tombak dari upaya PKRS. Pada hakikatnya pemberdayaan adalah upaya membantu atau memfasilitasi pasien/klien, sehingga memiliki pengetahuan, kemauan, dan kemampuan untuk mencegah dan atau mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya, oleh karena itu pemberdayaan hanya dapat dilakukan terhadap pasien/klien.4 Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Semarang merupakan rumah sakit milik pemerintah yang sudah terakreditasi penuh limaPelayanan dasar. Sebagai upaya pengembangan PKRS dari pemerintah, PKRS menjadi salah satu penilaian dalam akreditasi rumah sakit, Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Semarang sudah mempunyai unit kerja PKRS yang digabung dengan bagian Hubungan Masyarakat dan Pemasaran (Humsar). MATERI DAN METODE Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk menggambarkan pelaksanaan kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).Tujuannya yaitu Mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan PKRS di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Semarang. Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) adalah upaya rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan pasien, klien, dan kelmpok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok masyarakat dapat mandiri JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm 262 dan meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan, dan mengembangkan

upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat, melalui pembelajaan dari, oleh, untuk, dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian.Metode penelitian deskriptif yang dipilih karena tujuan utama penelitian yaitu membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab masalah yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Melalui penelitian ini peneliti akan menggambarkan pelaksanaan PKRS di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Semarang yaitu dengan menganalisisi masukan, proses, dan keluaran upaya pelaksanaan PKRS pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Semarang. Subjek penelitian diambil dengan menggunakan purposive sampling.Kriteria informan utama dalam penelitian ini adalah petugas yang menjabat sebagai petugas di unit PKRS, mengetahui informasi tentang perencanaan dan pelaksanaan kegiatan PKRS di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Semarang, bersedia menjadi informan utama. Informan utama dalam penelitian ini adalah seorang koordinator unit PKRS, dan dua orang anggota unit PKRS. Informan lain dalam penelitian yang digunakan untuk triangulasi adalah seorang dokter yang menjabat sebagai direktur rumah sakit. Kriteria informan triangulasi ini yaitu mengetahui informasi tentang kebijakan dan sumberdaya di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Semarang, dan bersedia diwawancarai.Informan triangulasi yang lainnya adalah seorang pasien di instalasi rawat inap, seorang pasien di instalasi rawat jalan, seorang keluarga pasien di instalasi rawat inap dan seorang keluarga pasien di instalasi rawat jalan di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Semarang. Kriteria informan triangulasi ini adalah mengetahui informasi tentang proses dan hasil pelaksanaan kegiatan PKRS di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah unsur masukan (input) yaitu ketersediaan kebijakan tentang PKRS, ketersediaan sumberdaya manusia yang melaksanakan kegiatan PKRS, ketersediaan dana untuk kegiatan PKRS, ketersediaan prosedur pelaksanaan kegiatan PKRS dan ketersediaan fasilitas kegiatan PKRS, variabel proses (proccess) yaitu strategi kegiatan PKRS, materi kegiatan PKRS, media kegiatan PKRS, waktu pelaksanaan kegiatan PKRS dan tempat pelaksanaan kegiatan PKRS, dan variabel keluaran (output) yaitu hasil kegiatan berupa peningkatan pengetahuan sasaran dan jumlah sasaran yang terlibat dalam kegiatan PKRS. Sehingga dapat menggambarkan pelaksanaan kegiatan PKRS di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Semarang. HASIL DAN PEMBAHASAN Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Semarang sudah memiliki kebijakan tentang PKRS sesuai dengan substandar tentang PKRS yang berisi bahwa rumah sakit diharapkan memiliki kebijakan tertulis tentang PKRS. Kebijakan tersebut berisi tentang penggabungan bagian PKRS dan bagian Humsar di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Semarang menjadi satu organisasi sehingga perencanaan dan pelaksanaan kegiatan PKRS dan Humsar sama. Bagian PKRS sudah membuat rencana strategis yang disusun dan akan dievaluasi di akhir tahun, hal tersebut juga sudah sesuai dengan substandar PKRS yang berisi bahwa rumah sakit memiliki perencanaan PKRS

secara berkala dan melaksanakan pemantauan dan pengevaluasian pelaksanaan PKRS. Namun kegiatan yang direncanakan tidak sesuai dengan standar dan petunjuk pelaksanaan PKRS yang telah disusun oleh Kemenkes.Kegiatan yang direncanakan adalah kegiatan kemitraan dan kegiatan penindaklanjutan keluhan-keluhan pasien yang adalah tugas pokok dari Humsar.Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Semarang sudah membentuk unit kerja dan memiliki tenaga pengelola PKRS sesuai substandar PKRS.Unit kerja dan tenaga pengelola yang dimiliki digabung dengan bagian Humsar.Menurut petunjuk teknis pelaksanaan PKRS biasanya rumah sakit menggabungkan bagian Humsar dengan bagian PKRS karena adanya persamaan sasaran yaitu pasien dan klien rumah sakit, tetapi pelaksanaan kegiatannya tetap harus berbeda karena adanya perbedaan tujuan PKRS dan Humsar. Bagian PKRS memiliki anggaran untuk setiap kegiatan yang direncanakan yang akan diajukan kepada pihak rumah sakit, dan akan dipertanggungjawabkan di evaluasi akhir tahun. Adapun sumber anggaran adalah dari Badan Layanan Umum (BLU) yang digunakan untuk kegiatan PKRS yang direncanakan secara tertulis.Kemenkes telah menyusun teknis pelaksanaan PKRS, tetapi petugas bagian PKRS tidak mengetahui adanya petunjuk teknis pelaksanaan PKRS yang telah disusun oleh Kemenkes, pedoman yang digunakan PKRS dalam menyusun kegiatan adalah laporan kegiatan pada tahun sebelumnya karena pihak rumah sakit belum mensosialisasikan petunjuk teknis pelaksanaan PKRS hal tersebut terjadi karena bagian PKRS masih dalam tahap pengembangan, sehingga kegiatan yang direncanakan difokuskan berdasarkan kegiatan tahun sebelumnya. Pihak rumah sakit sudah menyediakan fasilitas yang cukup memadai ditambah dengan adanya pembangunan dan renovasi gedung sesuai substandar PKRS yang menytakan bahwa rumah sakit memiliki sarana/peralatan untuk kegiatan PKRS, tetapi yang digunakan oleh bagian PKRS adalah ruangan koordinasi karena kegiatan yang membutuhkan fasilitas rumah sakit hanya kegiatan kerjasama tersebut. Strategi yang digunakan dalam kegiatan PKRS adalah dengan kemitraan yaitu dengan mengadakan kerjasama dengan sektor lain, dan strategi bina suasana yaitu dengan pengadaan poster dan leaflet di bangsal-bangsal JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm264 tertentu dan menindaklanjuti keluhan-keluhan pasien dan keluarga pasien terkait pelayanan di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II secara umum. Materi yang diberikan lewat poster tergantung materi dari Kemenkes atau Dinkes dan materi yang akan diberikan lewat leaflet tergantung permintaan bangsal yang bersangkutan. Media promosi kesehatan hanya digunakan sebagai bina suasana yaitu berupa poster atau banner dan leaflet. Poster yang ditempel diperoleh dari Kemenkes dan Dinkes dan ditempelkan di dinding bangsal sesuai tema poster, tema dan jumlah leaflet yang disediakan dicetak berdasarkan permintaan instalasi atau bangsaltertentu dan disediakan di ruang tunggu, sehingga jumlahnya terbatas, poster tidak tersedia di tidak semua bangsal dan instalasi.Banner yang tersedia di ruang tunggu rumah sakit isinya tentang alur pelayanan rumah sakit. Tempat pelaksanaan kegiatan PKRS tergantung hasil koordinasi dengan sektor lain yang diajak bekerjasama, dan untuk kegiatan menindaklanjuti keluhan-keluhan klien dilakukan koordinasi di ruang PKRS dan Humsar. Waktu pelaksanaan kegiatan sesuai dengan hasil koordinasi bersama sektor yang diajak bekerjasama,

karena kegiatan yang direncanakan adalah kegiatan kemitraan, dan untuk kegiatan menindaklanjuti keluhan pasien dan keluarga pasien sesuai dengan hasil koordinasi bagian PKRS dan Humsar. Sasaran kegiatan PKRS di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II adalah pasien dan keluarga pasien. Apabila kegiatan tersebut adalah kegiatan kerjasama dengan sektor lain maka pasien yang terlibat adalah pasien dengan kriteria yang telah ditentukan sesuai dengan tema yang diangkat, untuk kegiatan menindaklanjuti keluhan-keluhan pasien maka pasien yang terlibat adalah pasien yang memiliki keluhan-keluhan tentang pelayanan di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Semarang, dan untuk bina suasana sasaran yang terlibat adalah pengunjung rumah sakit baik pasien maupun keluarga pasien. Tidak terdapat evaluasi berupa peningkatan pengetahuan, karena tujuan kegiatan PKRS bukan untuk meningkatkan pengetahuan sasaran. KESIMPULAN 1. Unsur Masukan (Input) a. Kebijakan PKRS adalah tentang penggabungan bagian PKRS dan Humsar. b. Sumberdaya manusia di bagian PKRS terbatas, sehingga kegiatan yang direncanakan sama dengan kegiatan Humsar. c. Bagian PKRS tidak menggunakan prosedur pelaksanaan kegiatan PKRS yang telah disusun oleh Kemenkes karena pihak rumah sakit belum mensosialisasikan standar dan petunjuk pelaksanaan PKRS tersebut. d. Rumah sakit sudah menyediakan fasilitas yang dapat digunakan untuk kegiatan PKRS, tetapi bagian PKRS hanya menggunakan fasilitas berupa ruangan untuk berkoordinasi. e. Rumah sakit sudah menyediakan sumberdaya berupa PKRS yang

dana

untuk

setiap kegiatan

direncanakan. 2. Proses Pelaksanaan Kegiatan PKRS a. Strategi yang digunakan hanya kemitraan dan binasuasana b. Materi yang digunakan pada kegiatan sesuai dengan materi yang diberikan Kemenkes dan Dinkes, dan sesuai dengan permintaan instalasi. c. Media yang digunakan adalah poster, leaflet dan banner d. Waktu pelaksanaan kegatan PKRS tergantung hasil koordinasi dengan sektor lain e. Tempat yang digunakan untuk pelaksanaan PKRS sesuai dengan hasil koordinasi, dan sesuai dengan materi poster yang telah dibuat oleh Kemenkes dan Dinkes

3. Hasil Pelaksanaan Kegiatan PKRS a. Sasaran yang terlibat dalam kegiatan PKRS adalah pasien dan keluarga pasien b. Tidak terdapat peningkatan pengetahuan pasien dan keluarga pasien melalui kegiatan PKRS yang dilaksanakan. SARAN 1. Bagi Pihak Rumah Sakit a. Perlu adanya sosialisasi perbedaan tugas pokok dan fungsi antara bagian Humsar dengan bagian PKRS sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik. b. Perlu adanya sosialisasi standar PKRS dan petunjuk pelaksanaan PKRS yang telah disusun oleh Kemenkes untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kegiatan PKRS 2. Bagi Bagian PKRS a. Kementrian Kesehatan telahmenyusun Standar PKRS kualitas pelayanan di rumah sakit, untuk itu perlu standar PKRS sebagai pedoman pelaksanaan PKRS.

yang berguna untuk meningkatkan adanya kepatuhan untuk menggunakan

b. Kementrian Kesehatan telah menyusun petunjuk teknis PKRS untuk memudahkan pelaksanaan PKRS, untuk itu bagian PKRS perlu menggunakan teknis pelaksanaan tersebut untuk menjadi dasar penyusunan program PKRS. c. Pemberdayaan merupakan ujung tombak pelaksanaan PKRS, , sehingga perlu untuk memasukkan kegiatan pemberdayaan yang didukung oleh advokasi, binasuasana dan kemitraan sebagai program PKRS. d. Perlu diadakan koordinasi dengan petugas lain terkait pelaksanaan pemberdayaan untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya manusia di bagian PKRS. 3. Bagi Peneliti Berikutnya Peneliti berikutnya diharapkan dapat mengangkat tema ini menjadi lebih spesifik dan mengkaji tentang dampaki dari pelaksanaan PKRS yang tidak dilaksanakan sesuai dengan standar PKRS yang telah disusun oleh Kemenkes. KEPUSTAKAAN 1. Kemenkes RI. Standar Promosi Kesehatan di Rumah Sakit .Jakarta: Kemenkes RI; 2010. Diakses tanggal 10 agustus 2015. Diunduh http://www.pdpersi.co.id/website/persi/data/Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS).pdf

dari

2. Kemenkes RI. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Kemenkes RI; 2009. Diakses tanggal 10 agustus 2015. Diunduh dari http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/KEPMENKES_3742009_TTG_SKN-2009.pdf 3. Kemenkes RI. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Jakarta: Kemenkes RI;2013. Diakses tanggal 7 maret 2016. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/resources/download/laporan/kinerja/lak-kemenkes-2013.pdf 4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit. Jakarta: Kemenkes RI; 2012. 5. Profil Rumah Sakit Tingkat II Bhayangkara Semarang Tahun 2013. 6. Notoatmodjo S.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta:Rineka

Cipta; 2007.

7. Fitriani S. Promosi Kesehatan.Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011. 8. Maulana H. Promosi Kesehatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009. 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Diakses tangal 2 Maret 2016. Diunduh dari http://dapp.bappenas.go.id/upload/pdf/UU_2009_044.pdf 10. Rijadi, S. Manajemen Unit Rawat Inap . Jakarta: FKMUI; 1997. 11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit diakses tanggal 1 maret 2016. Diunduh dari http://ppsk.fkunissula.ac.id/download/doc_download/1235-permenkes-56-tahun-2014-klasifikasi-s. 12. NotoatmodjoS.PromosiKesehatan Teori dan Aplikasi .Jakarta:Rineka Cipta; 2005. 13. Notoatmodjo S.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta:PT Rineka Cipta; 2003. 14. Azwar A.Pengantar Administrasi Kesehatan.Jakarta: Binarupa Aksara; 1996. 15. Davis 1999.

G. Kerangka

Dasar Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi;

16. Moleong LJ. Metodologi Penilitian Kualitatif 16thed. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2002. 17. Azwar S. Metode Penelitian. Jogyakarta : Pustaka Belajar; 1998. 18. Idrus M. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga; 2009. 19. Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta; 2006. 20. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005 21. Faisal S. Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar dan Aplikasi. Malang: YA3; 1990. 22. Anwar S. Sikap Manusia,Teori dan Pengukurannya II. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm 267 Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset; 2002.

23. Alsa A. Pendekatan Kuantitatif & Kualitatif Serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi . Yogyakarta: Pustaka Belajar; 2003. 24. Aman. Model Evaluasi Proses dalam pembelajaran Sejarah Yogyakarta: Ombak; 2011 25. Rahmawati E. Analisis Kebutuhan Program Promosi Pencegahan Diare pada Anak berusia dibawah Dua Tahun. Yogyakarta: UGM; 2008. Diakses tanggal 29 februari 2016. Diunduh dari http://www.beritakedokteranmas yarakat.org/index.php/BKM/article/view/141/66 26. Depkes RI. Pedoman Pengelolaan Konseling Masyarakat Rumah Sakit Pelita V. Cipayung: Pusat PKM Depkes RI;1989. Hal. 4. 27. Purnamawati R. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Konseling Masyarakat Rumah Sakit di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Semarang: FKM Undip; 2009. 28. Azwar A. Pengantar Ilmu Administrasi Kesehatan Edisi Ke 3. Jakarta: Binarupa aksara; 1996. 29. Ijadi S. Manajemen Unit Rawat Inap. Jakarta: FKMUI ;1997. 30. Wahyuningsih N. Analisis Lost Patient di Poliklinik Rawat Jalan di Rumah Sakit Pertamina Jaya Tahun 2008. Jakarta: FKM UI; 2009. Diakses tanggal 2 april 2016. Diunduh dari http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126031-S-5735-Analisis%20lost-Literatur.pdf 31. Purnamawati R. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Konseling Masyarakat Rumah Sakit di Rumah Sakit Islam

Universitas Indonesia Library >> UI - Skripsi (Open) Manajemen upaya promosi kesehatan rumah sakit (PKRS) di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr.Cipto MangunKusumo (RSUPNCM) Jakarta Pusat tahun 2008 Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/bo/uibo/detail.jsp?id=126569&lokasi=lokal -----------------------------------------------------------------------------------------Abstrak Perbaikan dan peningkatan kualitas sektor kesehatan dunia ditandai dengan adanya reorientasi pelayanan kesehatan. WHO menginisiasi pembentukan jaringan kerja Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dengan tujuan reorientasi institusi pelayanan kesehatan yang mampu mengintegrasikan promosi kesehatan dan edukasi serta pencegahan penyakit dan pelayanan rehabilitasi dengan pelayanan kuratif. Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) diIndonesia, Rumah sakit sebagai Unit Kesehatan Perorangan (UKP) seharusnya pula melaksanakan reorientasi pelayanan kesehatan yang mengarah kepada terbentuknya rumah sakit promotor kesehatan.Penelitian ini adalah penelitian kualitatif di bidang kesehatan masyarakat untuk meninjau kegiatan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) berdasarkan salah satu standard WHO yaitu aspek kebijakan manajemen yang dilakukan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam (IPD) dan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA)RSCM Jakarta Pusat. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam, observasi dan telaah data sekunder (dokumentasi yang berkaitan) sebagai alat pengumpul data.Penelitian ini menunjukan bahwa pada prakteknya kesadaran akan adanya kebijakan saja bukanlah jaminan keberlangsungan kegiatan promosi kesehatan, khususnya apabila tidak terdapat sumber daya untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut. Hal ini berarti kebijakan yang ada harus direalisasikan sebagai sebuah program yang mampu untuk dilaksanakan karena mendapat dukungan sumber daya baik sumber daya manusia, dana maupun sarana serta prasarana.

PERAN PENDIDIKAN KESMAS RUMAH SAKIT UNTUK PENINGKATAN STATUS RSUD SERUI KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN PROVINSI PAPUA THE ROLE S OF THE HOSPITAL COMMUNITY HEALTH EDUCATION IN INCREASING THE STATUS

OF

SERUI

LOCAL

GENERAL

HOSPITAL

IN

YAPEN

ISLAND

REGENCY

,

PROVINCE

OF

PAPUARodaspus Ronald Patay1, Rusli Ngatimin2,Sukri Palutturi31Bagian Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.Makassar,2Bagian Epidemiologi Kesehatan, Fakultas esehatan Masyarakat, UniversitasHasanuddin MakassarAlamat Korespondensi : Rodaspus Ronald PatayFakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Hasanuddin Makassar, 90425 HP : 082187080914 Email :BAHAN DAN METODE PENETILIAN Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Serui Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua .Jenis kualitatif dengan pendekatan analisis kajian akademi. Lokasi d an Waktu Penelitian Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Serui Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan November 2014.Pengolahan data selama ±14 hari terhitung tanggal 01 November sampai dengan 14 November 2014 Teknik Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik triangulasi yaitu wawancara mendalam (indepth interview) dan Diskusi Kelompok Terfokus (DKT)/FGD (Focus GroupDiscussion) dengan menggunakan pedoman wawancara dan pengamatan secara langsung (observasi) pada informen yang ada informan pasien, keluarga pasien petugas Rumah Sakit dan masyarakat di lingkungan Rumah Sakit (Burhan, 2001). Teknik Analisa Data Hasil penelitian ini di analisis data,dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data . Analisis data yang digunakan adalah menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2013) ,yaitu melalui tiga tahapan : Reduksi data (Data Reduction) ;Merupakan proses pemilihan, pemusatan, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang ditemukan di lapangan. Dengan kata lain, pada tahap ini dilakukan analisis untuk menggolongkan data sesuai dimensi penelitian, membuang data yang tidak perlu, mengarahkan, dan mengorganisasi data. Penyajian Data (Data Display) ;Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Data disajikan dalam bentuk uraian singkat (teks naratif). Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi (Conclusion drawing/Verification) ;

Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Analisis pada alur ini adalah mencari makna benda benda dan peristiwa, pola-pola dan alur sebab akibat untuk membangun preposisi.

HASIL Dari hasil wawancara secara mendalam dengan informan peneliti menemukan keinginan pasien, keluarga pasien, petugas Rumah Sakit dan masyarakat yang ada dilingkungan Rumah Sakit adanya keluhan untuk perubahan RSUD Serui.TanggapanPasien Terhadap Pelayanan Yang Ada Di RSUD Serui Sebagai orang sakit kami tidak diberikan penjelasan tentang Pendidikan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), begitupula dengan penyakit yang kami derita tidak diberikan penjelasan, kami pula tidak tau tentang pentingnya PKMRS di Rumah Sakit,selanjutnya kami tidak puas dengan pelayanan yang diberikan, tetapi masih ada petugas yang masih melayani dengan ramah. Adapun wawancara dengan pasien sebagai berikut : Saya tidak pernah dijelaskan tentang apa itu Pendidikan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) oleh petugas, maupun penyakit yang saya derita, saya merasa puas dengan pelayanan yang diberikan yaitu makanannya baik dan petugasnya melayani dengan ramah (RB, 43 Tahun, 22 Oktober2014) Saya tidak diberikan penjelasan tentang PKMRS di RSUD Serui serta fungsinya, kami juga tidak dapat penjelasan dari dokter maupun perawat tentang penyakit yang saya alami, tetapi saya merasa puas dengan pelayanan yang diberikan, bahkan petugas tidak melayani dengan ramah, saya stress dengan pemasangan infuse (LA, 42 Tahun,22 Oktober 2014) Saya tidak diberikan penjelasan tentang PKMRS, bahkan penyakit yang saya derita, dokter memeriksa tetapi tidak memberikan penjelasan tentang penyakit yang saya alami, tidak merasa puas dengan pelayanan dari petugas,ruangan ribut, orang keluar masuk ruangan bebas dan saya menilai petugas itu baik dan ramah (GMT, 51 Tahun,)13 Oktober 2014 Tanggapan Keluarga Pasien (Pembesuk) Yang Mendampingi Orang Sakit di RSUD Serui Mereka diijinkan oleh petugas untuk membesuk dan menjaga keluarga mereka yang sakit, sementara dokter dan perawat tidak memberikan informasi tentang penyakit yang diderita oleh pasien kepada mereka, dari sisi bangunan Rumah Sakit tidak layak untuk merawat orang sakit, juga ada pasien yang sering di rujuk ke Rumah Sakit lain dan mereka tidak maukeluarganya di rawat di RSUD Serui karena tidak memuaskan. Selanjutnya kutipan wawancara sebagai berikut : Kami keluarga pasien boleh diijinkan untuk menjaga pasien selama sakit, kemudian perawat dan dokter tidak pernah menjelaskan kepada kami penyakit yang dialami oleh pasien, memang Rumah Sakit ini masih layak untuk melayani orang sakit, keluarga kamipun pernah di rujuk dari Rumah Sakit ini keJayapura dengan penyakit gangguan ginjal menurut dokter, dan keluarga saya yang dirawat disini tidak menyenangkan; Rumah Sakit kotor, perawat kurang baik dan kami ingin cepat pulang ke rumah (HT, 33Tahun, 15Oktober 2014) Tidak ada informasi tentang pendamping pasien, bahkan kami tidak ditegur tetapi dibiarkan

mendampingi pasien, ruangan ini tidak layak untuk merawat orang sakit, pernah keluarga kami dirujuk dari RSUD Serui ke Jayapura dengan penyakit Tumor dan kami tidak merasa senang tinggal di sini(FW, 26 Tahun, 26 Oktober 2014) Petugas menyampaikan kepada kami secara langsung untuk menjaga pasien di ruangan, dokter memberikan pejelasan kepada kami tentang penyakit yang dialami, yaitu operasi usus buntu, Rumah Sakit ini tidak layak untuk merawat orang sakit, dan pernah keluarga kami dirujuk ke Jayapura dan tidak menyenangkan bagi kami selama ada di Rumah Sakit (YO, 49 Tahun,22Oktober 2014)Tanggapan Petugas Sebagai Pemberi Pelayanan Di RSUD Serui Dari 2 0 petugas di masing-masing unit pelayanan 15 orang setuju dengan adanyakebijakan Bupati Kabupaten Kepulauan Yapen untuk perpindahan tipe Rumah Sakit dari Dke C, dukungan dari DPRD Kabupaten Kepulauan Yapen kepada Bupati disetujui.Selanjutnya untuk peralatan dan gedung tidak layak untuk digunakan, kemudian yang telah mengikuti pelatihan sebanyak 13 orang dari 20 petugas. Berikut kutipan wawancara sebagai berikut : Ada kebijkan bapak Bupati untuk peningkatan tipe Rumah Sakit terbukti membangun RSUD Serui yang baru, didukung oleh DPRD dalam keputusan sidang, peralatan yang digunakan tidak layak,dengan ruangan yang tidak layak pula untuk pelayanan dan saya telah diberikan kesempatan untuk mengikuti Pelatihan Gawat Darurat di RSCM Jakarta bulan Mei s.d.Juli 2014 (BB, 32 Tahun, 30Oktober 2014)Jelas ada kebijkan dari bapa Bupati, ini Rumah Sakit paling Tua di Papua ternyata tidak terdaftar di Depkes kami rindu pindah dari tipe D ke C, DPRD tidak pernah datang untuk melihat keluhan dari petugas, alat yang digunakan tidak layak masih ada peninggalan Zaman Belanda masih perlu penambahan alat, Bangunan Rumah Sakit untuk melayani pasien yang di operasi dan saya pernah ikut Pelatihan Infeksi Nosokomal untuk perawat Kamar Operasi di Jayapura tahun 2009 (SH, 54 Tahun,31Oktober 2014)Ada kebijakan dari Bapak Bupati untuk pindah tipe dari D ke C yang dengan bangunan RSUDSerui yang baru, DPRD menyetujui keputusan Bapak Bupati, alat yang kami gunakan dilaboratorium layak tetapi masih perlu penamabahan contoh alat darah rutin, sedangkan Gedung yang kami gunakanini Zaman Belanda sudah tidak layak dan pernah saya ikut Pelatihan TB Paru dan HIV di Jayapura (WS,36 Tahun,07 November 2014)Ada kebijkan dari Bapak Bupati untuk pindah tipe RSUD Serui dari D ke C salah satunyadibangun Rumah Sakit yang baru dan fasilitas pendukung lainnya yang baru pula, DPRD mendukungprogram Bapak Bupati melalui rapat khusus dan keputusan yang diturunkan ke SKPD terkait, peralatan yang digunakan masih banyak peninggalan Zending Belanda contoh Standart infus masih baik jadi banyak alat pula yang tidak layak, kemudian gedung ini juga peninggalan Belanda juga sudah tidak layak digunakan karena banyak yang sudah rusak. Saya Kepala Keperawatan bulan April Tahun 2014bersama Tujuh orang Kepala Ruangan mengikuti Pelatihan Manajemen Bangsal di Biak penyelenggaradari RSUP Santa CarolusJakarta (EEA, 47 Tahun, 30 Oktober 2014)Bapak Bupati mendukung peningkatan tipe Rumah Sakit dari D ke C dengan membangun bangunan yang baru, DPRD pula menyetujui keputusan Bupati dengan keputusan sidang, tetapi peralatan yang kami gunakan belum layak melayani pasien, sama halnya dengan gedung peninggalan Belanda yang sudah banyak rusak. Kami sebagai penanggung Jawab PoliK Rawat Jalan RSUD Serui diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan Manajemen Bangsal Tahun 2014 (ESKS, 46 Tahun, 30Oktober 2014)

Ada kebijakan Bapak Bupati untuk peningkatan tipe RSUD Serui dari D ke C, belum ada sosialisasi untuk dukungan dari DPRD Yapen, peralatan untuk penanganan jenazah masih layak, tetapi gedung yang digunakan sudah tidak layak, kemudian saya tidak pernah mengikuti pelatihan untuk penanganan jenazah (EW, 49 Tahun, 29 Oktober 2014)Ada perhatian dari Bapak Bupati yaitu menginginkan segera pindah ke Rumah Sakit Baru, kalau dari DPRD belum ada sosialisasi untuk mendukung, selanjutnya gedung yang lama tidak layak digunakan, tetapi peralatan masih layak di Apotik dan saya sudah ikut Pelatihan Kefarmasian sebanyak tiga kali di Jayapura (SY, 44 Tahun, 28 Oktober 2014)Kebijakan Bapak Bupati ada yaitu kami segera pindah dari RSUD Lama ke baru Tahun 2014,belum ada sosialisasi dari DPRD ke unit pelayanan, alat memang ada tetapi banyak yang belum layak,gedung tidak cukup untuk menampung alat radiologi yang akan digunakan, dan saya sudah ikutPelatihan Radiologi dua kali di Jakarta danJayapura (PR, 54 Tahun,29 Oktober 2014)Ada kebijkan dari Bapak Bupati yaitu sudah dibangun gedung baru tunggu peresmian, sosialisaidari DPRD ke kami di Rekam Medis mengenai pindah tipe belum ada, alatyang kami gunakan sudahlengkap terutama computer, gedung sudah tidak layak, dan sudah mengikutipelatihan (FA, 29 Tahun,29Oktober 2014)Sudah ada peningkatan dibidang tenaga dan fisik bangunan, terbukti RSUD yang baru sudah siap,DPRD mendukung denganpembahasan di sidang untuk peningkatan status RSUD serui, alat yangdigunakan tidak layak, maupun bangunannya sudah rusak. Saya belum pernah mengikuti pelatihan selama jadi kepala bangsal di Ruangan Penyakit Dalam Wanita (NBM, 44 Tahun,23Oktober 2014) Untuk kebijakan Bupati sebelumnya tidak ada, tetapi setalah Bupati terpilih tahun 2012 baru adakebijkan untuk peningkatan status RSUD serui bersamaan dengan keputusan DPRD dalam sidang APBDYapen, alat yang kami gunakan untuk menolong pasien sangat tidak layak, gedung di Ruangan PeyakitDalam Pria sudah tidak memenuhi syarat karena jumlah pasien lebih banyak dari temapt tidur yangtersedia. Saya sebagai kepala bangsal sudah ikut Pelatihan Manajemen Bangsal tahun 2014 diBiak(GHP, 49 Tahun,23Oktober 2014)Ada kebijakan Bapak Bupati untuk peningkatan status RSUD Serui dengan membangun RumahSakit Baru, begitupula di dukung oleh DPRD dalam keputusan sidang APBD, kalau peralatan dangedung Ruangan Anak memang sudah tidak layak dan saya baru Pelatihan Manajemen Bangsal tahun2014 di Biak (MT, 38 Tahun, 22 Oktober 2014)Ada kebijkan Bapak Bupati yaitu prsarana RSUD yang baru sudah disiapkan dan pemberian ijinkepada petugas yang melanjutkan pendidikan, DPRD memberi dukungan melalui sidang APBD Yapen,peralatan yang digunakan belum layak, bangunan Ruang Penyakit Bedah tidak cukup untuk menampungpasien. Pada bulan April 2014 ikut Pelatihan Manajemen Bangsal di Biak (CW, 39 Tahun, 04 November2014)Belum ada kebijakan dari Bapak Bupati untuk peningkatan status Rumah Sakit melalui sosialisasidi ruangan, sama halnya dengan DPRD, serta perlatan danbangunan yang tidak layak dan saya tidakpernah mengikuti pelatihan selama bekerja di RuangBersalin (ER, 42 Tahun, 20 Oktober 2014)Untuk peningkatan status RSUD Serui dari tipe D ke C melalui kebjikan Bapak Bupati dandukungan DPRD tidak ada sosialisasi di Rumah Sakit, peralatan yang digunakan layak apa adanya,bangungan yang digunakan di Ruang Rehabilitasi tidak layak. Sudah pernah ikut Pelatihan Rehabilitasi Tahun 2007 (JS, 50 Tahun, 31 Oktober 2014)

Kebijkan dari Bapak Bupati dan peran DPRD KabupatenKepulauan Yapen dalam peningkatanstatus belum terlihat bagi kami di Ruang Laoudry, begitupula dengan peralatan dan bangunan yangtidak layak untuk digunakan, maupun pelatihan dari pimpinan (N, 46 Tahun, 21 Oktober 2014)Ada kebijakan dari Bapak Bupati untuk peningkatan status Rumah Sakit, di Ruangan Gizi adaperubahan status gizi, sedangkan dari DPRD Yapen adanya peninjauan langsung ke lokasi RSUD Seruiyang baru, kalau peralatan belum layak, bangunan yang digunakan kalau tipe D sudah layak. Sayabelum ikut pelatihan (AFM, 24 Tahun, 22 Oktober 2014)Baik dari Bupati maupun DPRD belum ada sosialiasi untuk peningkatan status RSUD Serui diunit Ambulance, peralatan kendaraan masih gunakan yang lama belum ada yang baru, gedung belumada dan pelatihan pun belumada mengenai penggunaan ambulance yang benar dan efisien (BW, 48Tahun, 31 Oktober 2014)Ada kebijakan dari Bupati untuk peningkatan status Rumah Sakit salah satunya pembangunan gedung yang baru, DPRD Yapen belum ada peran untuk peningkatan status Rumah Sakit, peralatan dan bangunan di Ruangan Perinatologi belum layak. Saya sudah ikut Pelatihan APN yaitu Rerusitasi Bayi(AB, 48 Tahun, 23 Oktober 2014)Ada kebijakan dari Bupati untuk peningkatan status Rumah Sakit, tetapi dari pimpinan setempattidak mendukung, DPRD Yapen mendukung untuk peningkatan status Rumah Sakit, selanjutnya peralatan dan bangunan tidak memenuhi syarat. Saya tidak pernah diberi kesempatan oleh Direktur untuk Pelatihan Sanitasi Lingkungan (DS, 58 Tahun, 01 November 2014)Tanggapan Masyarakat Yang Ada Di Sekitar Lingkungan RSUD SeruiMasyarakat yang ada di lingkungan RSUD Serui biasanya berobat ke Rumah Sakit,merasa aman, tetapi Rumah Sakit ini sudah tidak layak untuk melayani orang sakit dan belumpernah ada petugas Rumah Sakit yang memberikan penyuluhan ataupun sosialisasi kepadamasyarakat sekitar Rumah Sakit tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS). Dimana adakutipan wawancara sebagai berikut : Saya dan keluarga biasanya berobat ke Rumah Sakit, ruang rawat inap sangat aman padaZaman belanda, tetapi sekarang kurang nyaman masalah kebersihan, siapa saja bisa masuk ke ruangrawat, Rumah Sakit ini tidak layak melayani orang sakit, Rumah Sakit ini sebelumnya didirikan olehpemerintah Belanda Tahun 1928 oleh Pendeta Bouth, dan selama ini saya tidak mendengar adasosialisasi tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS)(JW, 73 Tahun, 27 Oktober 2014)Saya berobat ke Rumah Sakit karena sebelumnya biasanya berobat ke RSUD Serui, merasaaman, tidak ada gangguan di lingkungan RSUD Serui, RSUDSerui sudah tidak layak untukdigunakan, merupakan Rumah Sakit Zending/Belanda dan kami tidak pernah dapat sosialisasi tentangPHBS (DS, 63 Tahun,22Oktober 2014)Kami sekeluarga berobat ke RSUD Serui karena tinggal dekat Rumah Sakit, kami merasa amant inggal di lingkungan Rumah Sakit, tidak layak RSUD Serui untuk digunakan lagi, dimanabangunannya peninggalan Belanda dan belum pernah ada sosialisasi tentang PHBS(PK, 61 tahun,22Oktober 2014) PEMBAHASAN Penelitian ini menemukan bahwa pelayanan yang diberikan oleh petugas kepadapasien di ruang rawat inap dinilai oleh pasien mereka puas, karena memang tidak ada RumahSakit lain lagi di Kabupaten ini sehingga mereka menerima pelayanan dengan apa adanya.Peningkatan status RSUD Seruidari tipe D ke C adalah kebijakan Bupati perludukungan dari DPR Yapen

yang diputuskan dalam sidang APBD untuk memenuhi pelayanandi Rumah Sakit berdasarkan kebutuhan pasien. Adapun kriteria dalam penelitian ini melaluiempat variable yang terdiri dari Masyarakat yang ada di sekitar lingkungan Rumah Sakit,Keluarga pasien/Pembesuk, Pasien dan Petugas Rumah Sakit.Rumah Sakit sebagai penyedia layanan kesehatan dalam sektor perawatan jugasebagai tempat untuk menyelenggarakan pendidikan atau pelatihan dan penelitian dapatmengintegrasikan prinsip-prinsip promosi kesehatan ke alam kegiatan rutin yangdilaksanakannya. Hal ini berarti, dalam memberikan pelayanan secara umum, fokus padapemberdayaan pasien untuk menjadi penyedia kesembuhan dan proses rehabilitasinya sendiri,sebagaimana mempertahankan kesehatan. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya : a)Mengimplementasikan pelayanan baru untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit sebagaitambahan dalam pelayanan kesehatan yang disediakan secara rutin oleh Rumah Sakit; b)Mengembangkan Rumah Sakit sebagai tempat pelayanan promosi kesehatan termasuk dalampemberian jaminan kualitas dan perbaikan medis, keperawatan, pelayanan, psikososial, dll. Selain itufokus intervensi tidak hanya pada intervensi saat krisistetapi juga kualitas hidup dan keseluruhankesejahteraan pasien; c)Menjadi penyedia layanan keperawatan dan penanganan yangmemperhatikan prinsip holistik, berkesinambungan, dan terintegrasi. Hal ini termasuk memperhatikanaspek penyuluhan dan pencegahansesudah fase penanganan kuratif dan rehabilitatif; d)Mengikutiprinsip pemberdayaan, yaitu Rumah Sakit sebagai promotor kesehatan menawarkan kesempatan bagipasien dan kerabatnya untuk lebih berpartisipasi dalam upaya promosi kesehatan di Rumah Sakit.Promosi kesehatan pada pasien di Rumah Sakit mulai dari pendaftaran hinggapemeriksaan medik. Ruang pendaftaran adalah ruangan pertama yang harus dikunjungipasien yang datang ke Rumah Sakit (kecuali pasien gawat gawat). Di ruang ini terdapatsebuah atau beberapa buah loket untuk mendaftar. Setelah selesai mendaftar, barulah pasiendiarahkan ke tempat pelayanan sesuai yang dibutuhkannya. Misalnya ke poliklinik penyakitdalam atau poliklinik anak, atau bahkan ke ruang perawatan(Notoatmodjo, 20013). Ruang konseling sebaiknya dilengkapi dengan berbagai media komunikasi atau alatperaga yang sesuai dengan kebutuhan. Media komunikasi yang efektif digunakan di sinimisalnya adalah lembar balik (flash cards), gambar-gambar atau model-model anatomi, dantayangan menggunakan OHP atau laptop & LCD.Pada saat pasien sudah memasuki masa penyembuhan, umumnya pasien sangat inginmengetahui seluk-beluk tentang penyakitnya. Sementara itu, pasien dengan penyakit kronisdapat menunjukkan reaksi yang berbeda-beda, seperti misalnya apatis-agresif, atau menarikdiri. Konseling di tempat tidur (bedside conseling) dilakukan terhadap pasien rawat inap yangbelum dapat atau masih sulit meninggalkan tempat tidurnya dan harus terus berbaring. Dalamhal ini perawat mahir yang menjadi konselor harus mendatangi pasien demi pasien, duduk disamping tempat tidur pasien tersebut, dan melakukan pelayanan konseling. Oleh karena harusberpindah dari satu tempat ke tempat lain, maka alat peraga atau media komunikasi yangdigunakan haruslah yang mudah dibawa-bawa seperti lembar balik(flashcards),gambar-gambar atau foto-foto. Alat

peraga tersebut sebaiknya sesedikit mungkin mencantumkankata-kata atau kalimat. Jika di ruang perawatan pasien terdapat televisi, mungkin ia dapatmembawaVCD/ DVD playerdan beberapaVCD/DVDberisi informasi tentang penyakitpasiennya (Wijono, 2000).RSUD Serui segera pindah ke bangunan baru yang telah disediakan pemerinthkarena bangunan yang lama peninggalan Zending Kolonial Belanda sudah rusak dan tidakmemenuhi syarat untuk merawat orang sakit. Pemerintah telah membangun Rumah Sakityang baru dengan bangunan, peralatan, SDM yang sudah siap dengan suatu langkah untukpeningkatan status Rumah Sakit.Petugas Rumah Sakit Umum Daerah Serui adalah mereka yang bekerja di RumahSakit baik Medis, Para Medis dan NonMedis sangat menyetujui keputusan BupatiKabupaten Kepulauan Yapen untuk peningkatan status Rumah Sakit dari tipe D ke C dari 20informen 15 petugas menyetujui kebijakan tersebut. Telah dibangunnya Rumah Sakit baru yang rencana peresmiannya pada bulan November 2014 yang dilengkapi dengan perlatan,fasilitas serta tenaga dokter dan dokter ahli.Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen mendukungkebijakan Bupati tetapi sosialisasi yang kurang kepada petugas yang ada di Rumah Sakit,sehingga tidak adanya respon baik terhadap kinerja Dewan sebagai wakil rakyat untuk meningkatkan staus Rumah Sakit yang sangat dirindukan oleh petugas.Peralatan yang tersedia untuk melayani orang sakit di Rumah Sakit lama tidak layakdan masih sangat kurang. Alat-alat tersebut sebagian masih peninggalan Belanda. Sedangkanuntuk pindah ke Rumah Sakit Baru peralatan sementara dilengkapi oleh pemerintah daerah.Gedung RSUD Serui peninggalan Zending Belanda Tahun 1928 sudah tidak layakuntuk menerima dan memeberikan pelayanan di masing-masing unit pelayanan terutama ruang Unit Gawat Darurat dan ruang perawatan pasien. Di Rumah Sakit yang baru telah tersedia bangunan dari 20 unit pelayanan yang telah memenuhi sayarat untuk pelayanankesehatan.Dari 20 orang petugas Rumah Sakit di masing-masing unit pelayanan 13 orang telahtelah mengikuti pelatihan sesuai kopetensi masing-masing. Dengan sendirinya petugastrampil dan mampu dan siap melayani pasien dengan baik. Yang belum mengikuti pelatihan telah direncanakan sesuai kemampuan APBD Kabupaten Kepulauan Yapen.Masyarakat yang disekitar lingkungan Rumah Sakit adalah mereka yang berdomisili di daerah sekitar Rumah Sakit, dimana mereka selalu berobat ke Rumah Sakit bila sakit.Kondisi yang dialami oleh masyarakat dilingkungan Rumah Sakit merasa aman dan tidakmendapatkan gangguan, sekalipun RSUD Serui sebagai pusat rujukan di KabupatenKepulauan Yapen.Menurut mereka bahwa Rumah Sakit ini sudah tidak layak untuk digunakan sebagaitempat melayani orang sakit, karena bangunannya sudah tua sebagian rusak akibat gempatahun 2009. RSUD Serui merupakan Rumah Sakit peninggalan Zending colonial Belandayang berdiri tahun 1928, kini telah banyak memberikan kontribusi dalam pelayanankesehatan kepada bangsa Indonesia khususnya masyarakat yang ada di Kabupaten Kepulauan Yapen dan Kabupaten Waropen.Namun Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) tidak menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat yang mendiami lingkungan Rumah Sakit karena tidak adanya peran dari pendidikan kesehatan masyarakat Rumah Sakit. Sehingga hal ini perlu ditinjau kembali oleh pihak Rumah Sakit untuk kedepan menjadi program yang nantinya di sosialisasi kepada masysarakat sekitar.Banyak anggota masyarakat yang dalam keadaan sehat ingin mempertahankan teruskesehatannya.Media massa penyedia informasi kesehatan (seperti tabloid, majalah, koran,dan juga acara radio dan televisi) semakin banyak penggemarnya. Peluang ini dapat ditangkap oleh Rumah Sakit dengan menyediakan sarana atau

mengorganisasi interaksimasyarakat berwujud simposium, seminar, lokakarya, dan forumforum diskusi lainnya.Rumah Sakit dapat menyelenggarakan forum-forum diskusi kecil (1020 orang), dengan mendayagunakan SDM yang dimiliki Rumah Sakit. Jika perlu dapat dibentuk kelompok-kelompok diskusi dengan substansi tertentu (misalnya Kelompok Diskusi PenyakitDegeneratif, Kelompok Diskusi Kesehatan Ibu & Anak, Kelompok Diskusi Kesehatan UsiaLanjut, dan lain -lain). Diskusi kelompok dapat diselenggarakan sewaktu waktu . KESIMPULAN DAN SARAN Pasienyang berada di ruang rawat inap yang membutuhkan perhatian dan tanggung jawab dari petugas terutama dokter dan perawat, tetapi tidak pernah menjelaskan tentang pentingnya pendidikan kesehatan masyarakat di Rumah Sakit, inginmengetahui penyakityang di deritanya.Pelayanandi ruang rawat inap dinilai oleh pasien mereka puas, karenamemang tidak ada Rumah Sakit lain lagisehingga menerima pelayanan dengan apa adanya.Keluarga Pasien /Pembesuksebagaipendampingpasien di ruang rawat inap, diijinkanpetugasdi ruangan tersebut, mereka tidak diberikan penjelasan oleh dokter dan perawat tentang penyakitnya. Keluarga mereka juga pernah dirawat kemudian dirujuk ke Rumah Sakit lainkarenatidak tersediadokter ahli dan Fasilitas pendukung. Dari 20 orang diunit pelayanan, 15petugas mengakui kebijakanBupati Kabupaten Kepualauan Yapen telah mendukung secarapenuh,dibangunnya Rumah Sakit barurencana peresmian bulan November 2014. PetugasRumah Sakit yang melanjutkan pendidikandi biayaidengan Surat KeputusanTugas Belajaruntuk peningkatan SDM Rumah Sakit.Gedung yang dibangun tahun 1928 peninggalan Belanda ini dan telah mengalami renovasi di beberapa ruangan dari tahun ketahun,mengalami kerusakan berat saat gempa tahun 2009. Jumlah penderitabertambah sedangkanjumlah tempat tidur terbatas,tidak layak lagi untuk dipergunakan.Tiga belas orang petugastelah mengikuti pelatihan dari masing-masing unit pelayanan sesuai kopetensi baik di Papuamaupun di luar Papua yang dibiayaiPemda KepulauanYapen danPemda provinsi Papua.Yang belum mengikuti pelatihan, magang, seminar akan diakomodir oleh pihak Rumah Sakitsesuai kemampuan keuangan Pemda Kepulauan Yapen.Masyarakat yang ada disekitarlingkungan Rumah Sakit kalau sakit berobatke Rumah Sakit walaupun kondisi bangunanpeninggalan Belanda yang sudah tuah dan banyak rusak sekaligus tidak layak. Perlu adanyaPendidikan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit dari petugas Rumah Sakit untuk memberikansosialisasi berupa penyuluhan kepada masyarakat sekitarnya tentang Perilaku Hidup BersihSehat.Disarankan kepadaKepala Daerah merencanakan peresmian dan memindahkanseluruh pelayanan ke Rumah Sakit baru. Peralatan dan fasilitas pendukung lain untuk Medis,Para-Medis dan Non-Medis di lengkapi bertahappersiapan peningkatan satatus RSUD Seruidari tipe D ke C Tahun 2014 sampai dengan 2015.Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen perlu menyikapi kebijakan dan keputusan Bupati serta hadirsecara langsung ke Rumah Sakit untuk mendengar dan mengakomodir aspirasi dari petugasRumah Sakit kemudian di tetapkan dalam sidang dewan sehingga impian petugas RumahSakit untuk peningkatan status dari tipe D ke C tahun 2014 sampai dengan 2015 dapat terlaksana.Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Serui mengacu kepada kebijakanBupati dan DPRD Kepulauan Yapen dengan menginput data dari semua unit pelayanan baik Medis,Para -Medis dan Non-Medis untuk segera disampaikan ke Pemerintah Daerah untuk persiapan peningkatan status RSUD Serui dari Tipe D ke C di tahun 2014 sampai dengan 2015.

Related Documents

Mona
November 2019 28
Mona Lisa.docx
October 2019 29
Mona Lisa
November 2019 28
Mona Lisa
May 2020 22
~mona-lisa~
November 2019 26

More Documents from ""