Mohammad Yamin Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. (lahir di Talawi, Sawahlunto,
Mohammad Yamin
Sumatra Barat, 24 Agustus 1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) adalah sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang telah dihormati sebagai pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi modern Indonesia dan pelopor Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji [1][2] keindonesiaan" yang mempengaruhi sejarah persatuan Indonesia.
Daftar isi Latar belakang Kesusastraan Politik Keluarga Karya-karyanya Penghargaan Lihat pula Referensi Pranala luar
Latar belakang Mohammad Yamin dilahirkan di Talawi, Sawahlunto pada 23 Agustus 1903. Ia merupakan putra dari pasangan Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah yang masing-masing berasal dari Sawahlunto dan Padang Panjang. Ayahnya memiliki enam belas anak dari lima istri, yang hampir keseluruhannya kelak menjadi intelektual yang berpengaruh. Saudara-saudara Yamin antara lain : Muhammad Yaman, seorang
Menteri Penerangan Indonesia 14 Masa jabatan 6 Maret 1962 – 17 Oktober 1962 Presiden
Soekarno
Pendahulu
Maladi
Pengganti
Roeslan Abdulgani
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia 9 Masa jabatan 30 Juli 1953 – 12 Agustus 1955
pendidik; Djamaluddin Adinegoro, seorang wartawan terkemuka; dan
Presiden
Soekarno
Ramana Usman, pelopor korps diplomatik Indonesia. Selain itu
Perdana Menteri
Ali Sastroamidjojo
Pendahulu
Bahder Djohan
Pengganti
R.M. Suwandi
sepupunya, Mohammad Amir, juga merupakan tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Yamin mendapatkan pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Palembang, kemudian melanjutkannya ke Algemeene
Menteri Kehakiman Indonesia 6
Middelbare School (AMS) Yogyakarta. Di AMS Yogyakarta, ia mulai
Masa jabatan 27 April 1951 – 14 Juni 1951
mempelajari sejarah purbakala dan berbagai bahasa seperti Yunani, Latin, dan Kaei. Namun setelah tamat, niat untuk melanjutkan
Presiden
Soekarno Sukiman Wirjosandjojo
te Batavia (Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, yang kelak menjadi
Perdana Menteri
Fakultas Hukum Universitas Indonesia), dan berhasil memperoleh
Pendahulu
Wongsonegoro
gelar Meester in de Rechten(Sarjana Hukum) pada tahun 1932.
Pengganti
Mohammad Nasrun
pendidikan ke Leiden, Belanda harus diurungnya dikarenakan ayahnya meninggal dunia. Ia kemudian menjalani kuliah di Rechtshoogeschool
Kesusastraan
Informasi pribadi
Mohammad Yamin memulai karier sebagai seorang penulis pada dekade 1920-an
semasa
dunia
sastra
Indonesia
Lahir
24 Agustus 1903 Sawahlunto, Sumatra Barat, Hindia Belanda
Meninggal dunia
17 Oktober 1962 (umur 59) Jakarta, Indonesia
mengalami
perkembangan. Karya-karya pertamanya ditulis menggunakan bahasa Melayu dalam jurnal Jong Sumatra, sebuah jurnal berbahasa Belanda pada tahun 1920. Karya-karya terawalnya masih terikat kepada bentukbentuk bahasa Melayu Klasik.
Kebangsaan Indonesia
Pada tahun 1922, Yamin muncul untuk pertama kali sebagai penyair
Tanda tangan
dengan puisinya, Tanah Air; yang dimaksud tanah airnya yaitu Minangkabau di Sumatra. Tanah Air merupakan himpunan puisi modern Melayu pertama yang pernah diterbitkan.
Himpunan Yamin yang kedua, Tumpah Darahku, muncul pada 28 Oktober 1928. Karya ini sangat penting dari segi sejarah, karena pada waktu itulah Yamin dan beberapa orang pejuang kebangsaan memutuskan untuk menghormati satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia yang tunggal. Dramanya, Ken Arok dan Ken Dedes yang berdasarkan sejarah Jawa, muncul juga pada tahun yang sama. Dalam puisinya, Yamin banyak menggunakan bentuk soneta yang dipinjamnya dari literatur Belanda. Walaupun Yamin melakukan banyak eksperimen bahasa dalam puisi-puisinya, ia masih lebih menepati norma-norma klasik Bahasa Melayu, berbanding dengan generasi-generasi penulis yang lebih muda. Ia juga menerbitkan banyakdrama, esei, novel sejarah, dan puisi. Ia juga menterjemahkan karya-karya William Shakespeare (drama Julius Caesar) dan Rabindranath Tagore.
Politik Karier politik Yamin dimulai ketika ia masih menjadi mahasiswa di Jakarta. Ketika itu ia bergabung dalam organisasi Jong Sumatranen Bond[3] dan menyusun ikrah Sumpah Pemuda yang dibacakan pada Kongres Pemuda II. Dalam ikrar tersebut, ia menetapkan Bahasa Indonesia, yang berasal dari Bahasa Melayu, sebagai bahasa nasional Indonesia. Melalui organisasi Indonesia Muda, Yamin mendesak supaya Bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat persatuan. Kemudian setelah kemerdekaan, Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi serta bahasa utama dalam kesusasteraan Indonesia. Pada tahun 1932, Yamin memperoleh gelar sarjana hukum. Ia kemudian bekerja dalam bidang hukum di Jakarta hingga tahun 1942. Pada tahun yang sama, Yamin tercatat sebagai anggota Partindo. Setelah Partindo bubar, bersama Adenan Kapau Gani dan Amir Sjarifoeddin, ia mendirikan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). aThun 1939, ia terpilih sebagai anggotaVolksraad. Semasa pendudukan Jepang (1942-1945), Yamin bertugas pada Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), sebuah organisasi nasionalis yang disokong oleh pemerintah Jepang. Pada tahun 1945, ia terpilih sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam sidang BPUPKI, Yamin banyak memainkan peran. Ia berpendapat agar hak asasi manusia dimasukkan ke dalam konstitusi negara.[4] Ia juga mengusulkan agar wilayah Indonesia pasca-kemerdekaan, mencakup Sarawak, Sabah, Semenanjung Malaya, Timor Portugis, serta semua wilayah Hindia Belanda. Soekarno yang juga merupakan anggota BPUPKI menyokong ide Yamin tersebut. Setelah kemerdekaan, Soekarno menjadi Presiden Republik Indonesia yang pertama, dan Yamin dilantik untuk jabatan-jabatan yang penting dalam pemerintahannya. Setelah kemerdekaan, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin antara lain anggota DPR sejak tahun 1950, Menteri Kehakiman (1951-1952), Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan(1953–1955), Menteri Urusan Sosial dan Budaya(1959-1960), Ketua Dewan Perancang Nasional(1962), Ketua Dewan PengawasIKBN Antara (1961–1962) dan Menteri Penerangan (1962-1963). Pada saat menjabat sebagai Menteri Kehakiman, Yamin membebaskan tahanan politik yang dipenjara tanpa proses pengadilan. Tanpa grasi dan remisi, ia mengeluarkan 950 orang tahanan yang dicap komunis atau sosialis. Atas kebijakannya itu, ia dikritik oleh banyak anggota DPR. Namun Yamin berani bertanggung jawab atas tindakannya tersebut. Kemudian disaat menjabat Menteri Pengajaran,
Pendidikan, dan Kebudayaan, Yamin banyak mendorong pendirian univesitas-universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia. Di antaraperguruan tinggi yang ia dirikan adalahUniversitas Andalas di Padang, Sumatra Barat.
Keluarga Pada tahun 1937, Mohammad Yamin menikah dengan Siti Sundari, putri seorang bangsawan dari Kadilangu, Demak, Jawa Tengah.[5] Mereka dikaruniai satu orang putra, Dang Rahadian Sinayangsih Yamin. Pada tahun 1969, Dian melangsungkan pernikahan dengan Raden Ajeng Sundari Merto Amodjo,putri tertua dari Mangkunegoro VIII. [rujukan?]
Karya-karyanya Tanah Air (puisi), 1922 Indonesia, Tumpah Darahku, 1928 Kalau Dewa Tara Sudah Berkata (drama), 1932 Ken Arok dan Ken Dedes (drama), 1934 Sedjarah Peperangan Dipanegara, 1945 Tan Malaka, 1945 Gadjah Mada (novel), 1948 Sapta Dharma, 1950 Revolusi Amerika, 1951 Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia, 1951 Bumi Siliwangi (Soneta), 1954 Kebudayaan Asia-Afrika, 1955 Konstitusi Indonesia dalam Gelanggang Demokrasi, 1956 6000 Tahun Sang Merah Putih, 1958 Naskah Persiapan Undang-undang Dasar , 1960, 3 jilid Ketatanegaraan Madjapahit, 7 jilid
Sampul Buku Muhammad Yamin dan cita cita persatuan
Penghargaan Bintang Mahaputra RI, tanda penghargaan tertinggi dari Presiden RI atas jasa-jasanya pada nusa dan bangsa Tanda penghargaan dariCorps Polisi Militer sebagai pencipta lambang Gajah Mada dan Panca Darma Corps Tanda penghargaan Panglima Kostrad atas jasanya menciptakan PatakaKomando Cadangan Strategis Angkatan Darat
Lihat pula Tokoh Indonesia
Referensi 1. ^ "Tokoh Bangsa Multitalenta: M. Yamin". Jurnal Nasional. 2011-07-27. Diakses tanggal 2012-06-05. 2. ^ "Posisi M. Yamin dalam Sejarah Indonesia". Okezone.com. Diakses tanggal 2012-06-05. 3. ^ Simbolon, Parakitri Tahi (2006). Menjadi Indonesia. Penerbit Buku Kompas. 4. ^ Hukumonline.com Muhammad Yamin, Pelopor Hak Asasi Manusia di Awal Republik (http://www.hukumonline.com/ berita/baca/hol23182/muhammad-yamin-pelopor-hak-asasi-manusia-di-awal-republik-) 5. ^ Tempo Edisi Khusus Sumpah Pemuda, Sundari, Kacamata Merah Muda, 2008.
Pranala luar (Inggris) Muhammad Yamin
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Mohammad Yamin.
Mohammad Yamin.
Jabatan politik Didahului oleh: Maladi
Menteri Penerangan Indonesia 1962
Diteruskan oleh: Roeslan Abdulgani
Didahului oleh: Bahder Djohan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia 1953–1955
Diteruskan oleh: RM Suwandi
Didahului oleh: Wongsonegoro
Menteri Kehakiman Indonesia 1951
Diteruskan oleh: Mohammad Nasrun
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mohammad_Y amin&oldid=14939205" Halaman ini terakhir diubah pada 25 Maret 2019, pukul 15.11. Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons ; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaanuntuk lebih jelasnya.