Menyiasati Kemandegan Karir 12 Aug 2002 00:00 Dra. Purnaning Dhyah Guritno, M.Sc. Kemandegan karir bisa bermula dari diri karyawan sendiri dapat pula disebabkan oleh manajemen perusahaan yang tidak mendukung pengembangan karir karyawan. Sebagai karyawan, Anda tentu tidak dapat dengan mudah mengubah manajemen perusahaan agar karir Anda berjalan mulus. Lalu apa yang dapat Anda lakukan apabila karir Anda berhenti di tempat? Tulisan berikut ini akan memberikan beberapa alternatif tindakan yang dapat Anda lakukan menghadapi kemandegan karir. Persiapan ke posisi yang lebih tinggi Para eksekutif yang berhasil tidak mengandalkan orang lain untuk mengelola karir mereka. Mereka ini lebih mengutamakan kerja keras dan kemampuan dalam meraih kesempatan. Senada dengan ini, kemandegan karir seseorang sering disebabkan oleh kepasifan orang tersebut dalam mengelola karirnya. Jika Anda merasa dikecewakan perusahaan karena telah bertahun-tahun bekerja, sementara promosi/kenaikan golongan tidak kunjung datang, Anda perlu lebih aktif memanajemeni karir melalui tiga tindakan berikut ini. Pertama, menganalisis dan meningkatkan kompetensi Anda. Kompetensi di sini berarti mempunyai kemampuan dan sikap yang matang, bukan hanya mempunyai masa kerja yang paling lama. Misalnya, Anda seorang supervisor yang telah menduduki posisi tersebut bertahun-tahun dan tidak jua naik jabatan/pangkat. Anda perlu introspeksi diri: apakah Anda telah berfungsi sebagai supervisor yang baik? Apakah Anda mempunyai kemampuan teknis dalam bidang anda, mampu memimpin bawahan serta mengambil keputusan secara tepat? Apakah sikap anda menunjukkan sikap seorang pemimpin yaitu penuh inisiatif, dapat menjadi teladan dan dapat bekerjasama dengan baik? Jika beberapa dari persyaratan umum ini belum Anda penuhi berarti Anda masih harus meningkatkan kompetensi Anda. Anda masih perlu meningkatkan kemampuan atau sikap berdasar pengalaman yang Anda peroleh, baik melalui pengalaman sehari-hari, proyek khusus atau tugas-tugas tambahan yang diberikan manajemen. Riset Prof. Alan Mumford (Developing Top Managers), menunjukkan bahwa selain mempunyai kemampuan dan kemauan maju yang luar biasa, orang-orang yang berhasil sampai puncak adalah mereka yang mampu belajar dari pengalaman. Kedua, mengembangkan diri ke arah pemilikan persyaratan jabatan yang diinginkan. Seorang karyawan yang mampu melaksanakan tugas-tugasnya saat ini belum dapat dipastikan bahwa ia akan berhasil menangani pekerjaannya mendatang. Oleh karena itu, agar muncul sebagai karyawan yang berpotensi dipromosikan ia harus mengembangkan diri untuk dapat memiliki persyaratan tersebut. Seseorang dapat meningkatkan diri
melalui pelatihan, bahan bacaan maupun dengan mempelajari pengalaman orang-orang sekitarnya yang telah berhasil. Jika memungkinkan ia dapat secara langsung belajar dari atasannya (mentoring) teknik-teknik yang ingin ia kembangkan. Jadi, bila Anda ingin meraih posisi tertentu, Anda harus menjadi orang yang paling siap menduduki posisi tersebut karena dengan demikian atasan Anda akan melihat bahwa Andalah orang yang paling tepat untuk dipromosikan. Ketiga, menciptakan nilai tambah (plus) untuk memperlancar jalan ke posisi yang diinginkan. DR. Schwartz (The Magic of Thinking Big) menyatakan bahwa salah satu rahasia keberhasilan adalah kebiasaan bertindak sebagai pengambil inisiatif atau sukarelawan. Misalnya: seorang wiraniaga sebuah perusahaan farmasi menemukan kelemahan perusahaannya yaitu tidak mempunyai data-data tentang konsumen pengguna obat. Ia kemudian membicarakan perlunya penelitian tentang pasar kepada semua orang. Mulamula ia tidak didengar, tetapi ia benar-benar terobsesi oleh gagasannya sehingga memberanikan diri menemui pimpinan perusahaan. Ia minta ijin untuk menyiapkan laporan bulanan tentang fakta-fakta pemasaran obat dari berbagai sumber. Wiraniaga ini terus melakukan hal tersebut sampai akhirnya manajemen dan wiraniaga lain merasa benar-benar tertarik. Setahun kemudian ia memulai penelitian pasar dan dibebaskan dari tugas-tugas rutin. Lima tahun berikutnya sang wiraniaga menjadi direktur penelitian pasar di perusahaan menengah tersebut. Kebanyakan orang enggan untuk berinisiatif karena mengambil inisiatif sering berarti menambah beban kerja. Karyawan yang demikian sebenarnya merugikan diri sendiri karena ia akan terbenam dalam ratusan orang dengan kategori ‘biasa-biasa saja’ yang tidak berpotensi untuk dipromosikan. Banyak karyawan yang juga enggan menjadi sukarelawan karena tidak ingin dicap ‘sok rajin’, diejek rekannya atau dinilai ‘cari muka’. Karyawan yang demikian sebenarnya membiarkan dirinya masuk pada kelompok yang tidak produktif. Tentu saja mereka ini juga bukan termasuk karyawan yang dinilai potensial untuk dipromosikan. Oleh karena itu jangan enggan menjadi pengambil inisiatif/sukarelawan karena ini akan menambah nilai diri Anda. Pilihan karir yang tepat Alternatif lain yang bisa Anda pilih adalah mencoba membuka diri terhadap kemungkinan karir lain. Artinya, Anda perlu menilai diri apakah jalur karir yang Anda pilih sudah sesuai dengan kemampuan dan potensi Anda. Misalnya, jika Anda memilih karir manajerial perlu Anda pertanyakan apakah Anda mempunyai kemampuan dan motivasi yang kuat untuk berhasil menjadi manajer handal? Tidak semua orang dapat berhasil menjadi eksekutif puncak karena setiap orang mempunyai kekuatan dan kelemahan masing-masing. Contohnya, seorang teknisi sebuah BUMN berhasil mendapatkan insentif sebesar tiga puluh juta rupiah karena berhasil menghemat biaya milyaran rupiah. Meskipun tidak menduduki posisi manajer, teknisi ini tetap dapat berhasil dalam berkarir. Maka, jika Anda menyadari bukan orang yang tepat untuk berkarir di jalur manajerial, Anda bisa memilih pindah ke jalur lain.
Selain jalur manajerial, di suatu organisasi pada umumnya terdapat jalur karir administratif (misal: Typist/Pelaksana Administrasi sampai Sekretaris Eksekutif) dan jalur profesional/teknis (misal: Teknisi Junior sampai Engineer Senior). Oleh karena itu, jika Anda kurang berhasil di satu jalur tidak perlu berputus asa karena ada kemungkinan lebih berhasil di jalur lain asal didukung oleh kemampuan dan minat yang lebih besar. Perubahan cara pandang tentang karir Praktek-praktek pengurangan tingkat jabatan (debirokratisasi) dan pemutusan hubungan kerja membuat karyawan semakin sulit memanajemeni karir. Penulis sering mendengar manajer yang kehilangan kedudukan karena pengurangan tingkat jabatan, menjadi bingung dan frustrasi. Mereka tentu saja tidak boleh larut dalam perasaan marah atau gagal tetapi perlu realistis menghadapi perubahan lingkungan. Dalam kondisi lingkungan yang sangat tidak menentu seperti ini, sudah waktunya mereka mengubah cara pandang tentang karir. Saran Andrew Mayo (Managing Career) adalah mengubah fokus karir ke fokus peningkatan nilai pribadi. Secara lebih rinci dijelaskan bahwa seorang karyawan perlu beralih dari memusatkan perhatian pada promosi ke pengembangan pribadi yang berkesinambungan. Keinginan untuk mendapatkan status dalam perusahaan juga perlu diubah menjadi penghargaan terhadap perkembangan pribadi. Selain itu, karyawan juga perlu mengembangkan kompetensi yang dapat dipakai di tempat lain (transferable competencies) sehingga ia menjadi fleksibel. Sebagai contoh: manajer yang kehilangan jabatan tadi dapat terus meningkatkan diri sehingga mampu menjadi advisor atau konsultan perusahaan pada saat ini dan menjadi konsultan yang mandiri di masa mendatang. Perusahaan dapat memfasilitasi agar karir Anda berjalan dengan baik, tetapi Andalah yang menentukan kelancaran karir Anda. Mudah-mudahan tulisan di atas dapat membantu Anda menghadapi kesulitan karir Anda saat ini atau mendatang.