MENJAGA WUDHU Oleh : Abu Faris
Dalam
bahasa
Arab
istilah
ini
sering
disebut
dengan
“Dawamul Wudhu’” yaitu selalu menjaga wudhu setiap saat. Ketika wudhu kita batal, langsung mengambil wudhu. Demikian juga seterusnya, sehingga detik demi detik yang kita lalui kita selalu dalam keadaan thoharah. Walaupun syari’at tentang dawamul wudhu bukan termasuk hal yang diwajibkan namun sunnah ini vtentunya memiliki alasan tertentu yang bermanfaat bagi kita atau bahasa fiqhnya hikmatut tas’ri’. Wudhu pada hakikatnya adalah ibadah lahiriah, yaitu lahir atau fisik kita yang dibersihkan dari membasuh muka, tangan, telinga sampai kaki. Namun ibadah fisik atau yang besifat lahir sesunguhnya selalu memiliki makna batin. Jadi makna lahir adalah symbol dari makna batin. Hal ini jelas sekali, kenapa ibadah wudhu juga disebut dengan ibadah mahdhoh (irasional). Coba bayangkan, kalau kita kentut, secara lahir yang kentut keluar dari lubang belakang, namun yang dibersihkan justru bukan tempat darimana ia keluar tapi malah kita disuruh untuk membersihkan muka, tangan dan kaki kita. Bukankah tidak masuk akal? Disinilah kita harus memahami makna batiniah dari wudhu. Membasuh muka secara syari’at seluruh wajah kita harus dibasuh. Secara maknawi mengandung arti bahwa kita harus selalu menjaga kualitas fungsi dari seluruh anggota wajah kita. Mata sebagai salah satu indra penglihatan harus selalu terkontrol fungsinya. Hanya melihat apa yang boleh dilihat, membatasi dari memandang hal-hal yang tidak perlu (Ghoddul Bashor). Mulut, sebagai alat komunikasi kita adalah alat yang dianggap paling banyak mendatangkan dosa. Maka mulut kita harus selalu terjaga dari segala hal yang merusak
qualitas fungsinya seperti berdusta, menggunjing kejelakan orang lain dan lain sebagainya. Membasuh tangan bemakna kita harus memfungsikan tangan ini sebagai tangan yang membawa rahmat, mampu menolong dan meringankan beban orang lain, tangan yang cakap dan terampil untuk berkarya, tangan yang kokoh untuk berdakwah, tangan yang diatas bukan tangan yang dibawah. Tangan-tangan seperti ini bukannya tangan yang suka mendzalimi orang lain, bukan pula tangan yang suka mengambil hak orang lain (baca: ghosob). Mengusap telinga
mengandung arti pendengaran
kita harus digunakan hanya untuk mendengar hal-hal yang baik. Mengusap rambut bisa diartikan selalu berfikiran jernih dan positif (positive thinking). Orang yang memiliki pikiran yang positif akan selalu optimis dalam hidupnya. Dan yang terakhir, membasuh kaki berarti kita harus punya kaki yang kokoh untuk mandiri, tidak membebani orang lain. Dari pemaknaan substansial wudhu maka seseorang akan memiliki sifat-sifat yang baik seperti Optimis, jujur, Percaya diri, Positive Thinking, Dermawan dan Penolong, mandiri, berdikari dan lain-lain. Sifat-sifat inilah yang yang membuat seseorang akan lebih unggul dari pada yang lain. Oleh karena itu, mari kita selalu jaga wudhu kita secara lahiri dan maknawi sehingga seluruh aktifitas hidup kita akan berkualitas.