Membedah PROSES PERADILAN perkara pidana atas nama terpidana mati : FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DA SILVA, MARINUS RIWU.
Apakah Layak Di Vonis PIDANA MATI ? ( Dari Tinjauan Yuridis ) Oleh : Yan Patris Binela.
‘ Sejarah membuktikan hukuman mati tidak mampu mengurangi tingkat kejahatan, Hukuman mati tidak mampu mengembalikan keadaan yang terganggu akibat suatu kejahatan’. (Imparsial) PENDAHULUAN Perkara terpidana mati FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DA SILVA dan MARINUS RIWU, merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara persoalan kerusuhan poso per-tama tanggal 28 desember 1998 dengan kerusuhan poso ke-dua tanggal 17 april 2000 dan terus berlanjut dengan kerusuhan poso ke-tiga tanggal 23 mei 2000. Mata rantai kekerasan ini merupakan suatu benang merah yang harus kita lihat secara menyeluruh dan tidak bisa dipisah-pisahkan, agar kita dapat mengetahui secara pasti tentang keberadaan, keterlibatan ketiga terpidana mati FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DASILVA dan MARINUS RIWU pada kasus kerusuhan poso 23 Mei 2000. Ke-tiga terpidana mati FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DASILVA dan MARINUS RIWU datang keposo dari daerah asal mereka di Desa Beteleme (jamur jaya), yang dahulunya kabupaten poso, sekarang Kabupaten Morowali, pada kerusuhan poso ke-tiga, tanggal 23 Mei 2000, dengan tujuan kemanusiaan yakni, untuk menolong Pastor, Para Suster dan Anak-anak Pelajar (anak-anak panti asuhan) yang tinggal di Panti Asuhan Gereja Khatolik Santa Theresia, sehingga sangatlah tidak berdasar apa bila ke-tiga pidana mati tersebut dikatakan sebagai dalang, otak atau pimpinan pada kerusuhan poso 23 Mei 2000 dan dipaksakan harus menanggung semua dosa manusia para pelaku pada tragedi kemanusiaan di Poso, sejak Kerusuhan Poso 28 Desember 1998, Kerusuhan Poso 17 April 2000 dan berlanjut dengan Kerusuhan Poso 23 Mei 2000 hingga sampai dengan saat ini dengan Vonis PIDANA MATI dari Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palu. Pasal 28 a. UUD 1945 menyatakan bahwa “ Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak untuk mempertahankan hidup dan ke hidupannya “.
-2Vonis Pidana Mati yang sudah di jatuhkan bagi ke-tiga terpidana mati FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DA SILVA dan MARINUS RIWU jelasjelas tidak menunjukkan rasa keadilan bagi masyarakat dan bagi pemerhati masalah Hukum, Keadilan dan Hak Asasi Manusia, sebab faktanya, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palu yang memeriksa dan mengadili perkara tersebut , pada setiap proses persidangan berlangsung selalu mendapat tekanan, ancaman dari massa yang pengunjung sidang yang jumlahnya sangat besar (bertepatan pada saat proses peradilan ke-tiga terpidana mati tersebut berjalan, tempat dimana peradilan dilaksanakan yakni di PN palu, puluhan ribu korban/pengungsi dari poso yang mengungsi di Kota Palu, selalu menghadiri setiap persidangan berjalan). Apa bila keadaan ini dipandang dari sudut hukum acara pidana, maka Majelis Hakim Perkara tersebut telah memposisikan diri pada sikap dan tindakan yang bertentangan dengan jiwa dan roh dari UU RI Nomor: 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana pada pasal 1 ayat (9) yang kami kutib :
“ Mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa dan memutuskan perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak disidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini “ Asas bebas, jujur dan tidak memihak
diisyaratkan oleh undang-undang
adalah : - Majelis Hakim dalam menyidangkan dan mengadili suatu perkara, haruslah bebas dari tekanan, intimidasi dan campur tangan dari pihak manapun, berpegang teguh pada nurani keadilannya dan berdiri sebagai timbangan keadilan. Selanjutnya, tanpa berniat melecehkan lembaga peradilan Cq Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palu, tulisan ini kami beri nama :
Membedah PROSES PERADILAN perkara pidana atas nama terpidana mati : FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DA SILVA, MARINUS RIWU.
Apakah Layak Di Vonis PIDANA MATI ? ( Dari Tinjauan Yuridis )
-3PROFIL KE-TIGA TERPIDANA MATI FABIANUS TIBO Fabianus Tibo adalah tipe rakyat Indonesia kebanyakan. Seorang petani karet yang lugu, tinggal didesa beteleme yang dahulunya kabupaten poso, sekarang telah dimekarkan menjadi kabupaten morowali, ayah 2 (dua) orang anak dari seorang isteri yang berprofesi ibu rumah tangga sederhana, dimana bagi komunitas suku flores dianggap orang yang dituakan dan disegani karena perhatian dan cara beliau membimbing, mengarahkan dan menasehati warga suku flores untuk bersikap dan berperilaku yang baik dalam menempatkan diri sebagai suku pendatang. Kehidupan sehari-hari beliau adalah seorang petani kebun karet. Didesanya beliau dikenal dengan pola hidup yang sederhana, sangat bersahabat terhadap siapa saja tanpa memandang suku, agama baik terhadap suku pendatang maupun terhadap penduduk asli.
DOMINGGUS DA SILVA Dominggus da silva dikenal dengan tipe apa adanya, pemuda pekerja keras yang tidak memilih pekerjaan walaupun pendapatannya hanya cukup untuk makan sehari. Beliau tinggal diperkebunan karet didesanya, dan apa bila beliau tidak punya pekerjaan dikebun karet, maka beliau biasanya berjualan ikan dari propinsi sulawe si tengah kepropinsi sulawesi selatan. Dominggus dasilva dikenal didesanya sehari-hari adalah tipe pemuda yang sederhana, akrab dan bersahabat dengan teman-teman atau kenalannya, tidak pernah membuat masalah dengan siapa juga. MARINUS RIWU Marinus riwu adalah seorang ayah dari ketiga anak dengan seorang istri yang dalam kehidupan sehari-hari termasuk kategori keluarga yang kehidupannya dibawah garis kemiskinan. Tinggal dirumah gubuk yang sangat sederhana, namun tetap bersahaja, dalam pergaulan sehari-hari, beliau dikenal baik dan akrab baik dengan sesama sukunya maupun dengan suku pendatang lainnya terlebih dengan penduduk asli.
Dari gambaran singkat tentang profil ketiga terpidana mati tersebut, alangkah tidak mendasar kalau vonis yang diletakan pada mereka -4bertiga sebagai pimpinan, dalang atau otak kasus kerusuhan poso, sebab yang dapat dikatakan pimpinan, dalang atau otak dari sebuah scenario konflik yang besar, membutuhkan orang-orang yang mempunyai kemampuan intelijensia yang tinggi , didukung dengan modal yang besar serta memiliki pengikut/anggota yang banyak, terlatih dan terdidik dalam mengatur strategi menciptakan konflik. TENTANG FAKTA PERSIDANGAN. Saksi-saksi dan barang bukti. Dalam berkas perkara, jaksa penuntut umum melimpahkan saksi sebanyak 39 orang, 19 orang saksi yang dihadirkan dan diperiksa langsung dipersidangan, 7 orang saksi tidak dihadirkan namun dibacakan keterangannya dan 13 orang saksi tidak dihadirkan dan tidak dibacakan keterangannya. Pihak terdakwa menghadirkan 3 orang saksi a decharge didalam persidangan. Dalam surat dakwaannya, jaksa penuntut umum mengajukan sejumlah barang bukti : 1. 1 buah mesin ketik yang terbakar. 2. 1 kipas angin. 3. besi mesin jahit. 4. 2 potong kayu terbakar. 5. 1 buah kaca besi nako yang terbakar. 6. 1 bilah parang gagang kayu warna hitam kecoklat-coklatan dengan panjang 25,5 Cm, lebar 2,7 Cm berserta sarungnya. 7. Senjata rakitan 70 pucuk. 8. Senjata tajam parang 140 buah. 9. Bambu runcing 29 buah. 10. Tombak 8 buah. 11. Busur 3 buah. 12. Anak panah 106 buah. 13. Bom rakitan 4 buah. 14. Peluru sumpit 53 buah. 15. Katapel 36 buah. 16. Peluncur 1766 buah. 17. Tali symbol/tali kongkoli 12 buah.
Barang bukti persidangan.
tersebut
diatas,
tidak
pernah
diajukan
didalam
-5-
Barang bukti yang diajukan di persidangan terdiri dari : 1. Sebilah parang dengan sarungnya. 2. Satu anak peluncur. Visum et Repertum. -
-
138 kerangka mayat, Visum et Repertum dibuat oleh Dokter Umum pada Rumah Sakit Umum Poso atas nama dokter Asnah Awad dan dokter Sumitro Mahmud. Korban atas nama Kamarudin Ali dan Abdul Syukur, Visum et Repertum dibuat oleh Dokter Umum pada Rumah Sakit Umum Poso atas nama dokter Asnah Awad dan dokter Sumitro Mahmud. Korban atas nama Sutarmin, Visum et Repertumnya dibuat tanpa mencantumkan nama dokter yang membuatnya.
ANALISA KETERANGAN SAKSI-SAKSI DAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA. 1. Tentang Pembunuhan dan Penganiayaan. Pembunuhan dan Penganiayaan diKelurahan Kayamanya Waktu/tempus : Selasa, tanggal 23 Mei 2000 sekitar pukul 03.30 Wita. Korban : 1. Serma Kamarudin Ali. 2. Abdul Syukur. 3. Bahmid La Diku Saksi : 1. Reko Indro Sasongko 2. Anton Muhamad 3. Hopni Saribu. Ketiga saksi pada saat itu melaksanakan tugas kepolisian, pada hari selasa, tanggal 23 mei 2000 sekitar pukil 03.30, ketiga saksi mendengar tiang listrik dipukul, lalu saksi berangkat menuju kekelurahan kayamanya, masyarakat kelurahan kayamanya mengatakan bahwa ada korban pembunuhan yang dilakukan oleh
kelompok orang berpakaian hitam-hitam ( tanpa menyebutkan identitas maupun fisik para pelaku ). Kelompok orang tersebut menuju kelurahan moengko baru. Dalam persidangan, saksi menerangkan -6bertemu dengan kelompok orang tersebut diperbatasan antara kelurahan kayamanya dengan kelurahan moengko baru ( tanpa menyebutkan identitas maupun fisik para pelaku dan berapa jumlah orang tersebut ), ketiga saksi bersama-sama dengan massa mengikuti kelompok orang berpakaian hitam-hitam tersebut sampai dikelurahan moengko baru tepatnya diKompleks Gereja Khatolik Santa Theresia, pada saat itu saksi bertemu dengan terpidana mati FABIANUS TIBO sedang berdiri menjaga komlpeks Gereja Khatolik Santa Theresia, namun saksi tidak melihat terpidana mati DOMINGGUS DASILVA dan MARINUS RIWU. Barang bukti yang diserahkan oleh terpidana mati FABIANUS TIBO kepada saksi Anton Muhamad yang disaksikan juga oleh saksi Reko Indro Sasongko dan saksi Hopni Saribu dikompleks Gereja Katolik Santa Theresia, kelurahan Moengko baru sekitar pukul 04.30 wita tanggal 23 mei 2000, berupa sebilah parang tanpa adanya indikasi bahwa parang tersebutlah yang digunakan pada kejadian pembunuhan dikelurahan kayamanya, sebab secara hukum pada parang tersebut tidak ditemukan bercak darah yang harus didukung pula dengan Visum et repertum. Dari gambaran situasi tersebut, jelas ketiga saksi tidak melihat ketiga terpidana mati berada dilokasi tempat kejadian perkara dikelurahan kayamanya, maupun saa ketigat saksi sedang mengikuti kelompok orang berpakaian hitam-hitam tersebut. Fakta pendukung lainnya adalah, pada saat itu juga ditangkap lelaki RAFAEL SINA dan lelaki LEONARDUS LEWA yang juga berada dilokasi Kompleks Gereja Khatolik Santa Theresia bersama-sama dengan terpidana mati FABIANUS TIBO, namun pada akhirnya dilepas dan hanya dijadikan sebagai saksi. Bahan pembanding adalah perkara pidana no. 420/PID.B/2000/PN.Plu atas nama terdakwa YENI TADENGGA. Dalam dakwaannya saudara penuntut umum menguraikan bahwa peristiwa pembunuhan dikelurahan kayamanya dengan korban antara lain serma KAMARUDIN ALI dilakukan oleh Ir. LATEKA dan kelompok berpakaian hitam-hitam..
Adakah fakta hukum yang kuat yang dapat dijadikan pertimbangan hukum oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palu dalam mempertimbangkan keterlibatan ke -tiga terpidana mati tersebut berkaitan dengan perkara pembunuhan dan penganiayaan di kelurahan -7Kayamanya tersebut, ataukah karena posisi Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palu pada saat proses persidangan berjalan berada di bawah tekanan massa pengunjung sidang ?, apakah proses persidangan yang demikian tidak dapat dikategorikan proses persidangan yang sesat ? Pembunuhan dan Penganiayaan di Komplex Pesantren Walisongo. Waktu/tempus : Minggu, tanggal 28 Mei 2000. Korban : Jumlah maupun nama korban tidak jelas. Saksi dan kesaksian : 1. Ilham, SH 2. Untung Djumaidi. 3. Sutarmin. 4. Moh.Ahmad Najib. Fakta persidangan dapat menyimpulkan bahwa keterangan saksi Untung Djumaidi dan Ilham, SH adalah sebagai berikut : 1. Para saksi tidak pernah melihat para terdakwa ikut bersamasama massa kelompok merah pada penyerangan di Kompleks Pesantren Walisongo tanggal 28 Mei 2000 tersebut, juga pada waktu pembunuhan di pinggir sungai poso yang locus dan tempusnya tidak dapat diterangkan oleh saksi. 2. Saksi juga tidak pernah mendengar perintah penyerangan dan perintah membunuh dari para terdakwa pada 2 (dua) tempat kejadian perkara tersebut diatas. 3. Bahwa kerusuhan Mei 2000 merupakan bentrokan massa antara massa merah dan massa putih. Fakta persidangan dapat menyimpulkan bahwa keterangan saksi Sutarmin adalah sebagai berikut : 1. Saksi tidak mengenal persis, siapa massa kelompok merah tersebut karena wajah mereka ditaburi dengan cat hitam. 2. Bahwa yang saksi kenal sebagai pemimpin penyerangan pada saat itu adalah LEMPALULU. Dari keterangan ke-tiga saksi yakni saksi Untung Djumaidi, saksi Ilham, SH dan saksi Sutarmin dapat disimpulkan bahwa ke-tiga
terpidana mati FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DA SILVA dan MARINUS RIWU bukanlah pelaku dan/atau otak pelaku dan/atau dalang maupun pemimpin. -8Selanjutnya yang patut dipertanyakan adalah, dari mana Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palu dapat menyimpulkan, bahwa ke -tiga terpidana mati adalah orang yang paling bertanggung jawab pada kerusuhan Mei 2000 dan harus bertanggung jawab dengan VONIS HUKUMAN MATI ? Pembantaian di Pinggir Sungai Poso. Waktu/tempus : Tidak jelas. Korban : Tidak jelas. Saksi dan Kesaksian : 1. Sutarmin 2. Untung Djumadi. Fakta persidangan menyimpulkan bahwa kesaksian Untung Djumadi adalah sebagai berikut : 1. Ketiga terpidana mati bukanlah pelaku pembunuhan di pinggir sungai poso. 2. Pelaku pembunuhan dan penganiayaan di pinggir sungai poso dilakukan oleh PAPA YUS, ROY dan AGUS, warga Desa Tambaro. 3. Saksi didalam persidangan dibawah sumpah menyatakan mencabut keterangan pada Berita Acara Penyidikan tentang kalimat yang mengatakan bahwa terpidana mati MARINUS RIWU sebagai pelaku pembunuhan dan penganiayaan di pinggir sungai poso. bagaimana proses hukum oknum yang namanya telah disebut oleh saksi sebagai pelaku pembunuhan dan penganiayaan di pinggir sungai poso? mengapa pertanggung jawaban hukum atas kejadian pembunuhan tersebut ditimpakan kepada ke -tiga terpidana mati ? 2. Tentang Pembakaran dan Pengrusakan. Lokasi pertama Locus
: Kelurahan Moengko Baru dan Kelurahan Kayamanya,
Kecamatan Poso kota, Kabupaten Poso. Kerugian : Gereja Katolik Santa Theresia, Panti Asuhan Katolik, Rumah Pastor, Rumah Suster dan sekolah Katolik, rumahpenduduk Tempus : Tanggal 23 Mei 2000 sampai dengan 30 Mei 2000. -9Lokasi ke-dua Locus
: desa Toyado, Sayo, Tegal Rejo, Kecamatan Poso Kota, Kabupaten Poso.
Tempus : Tanggal 26 Mei 2000. Kerugian : Rumah-rumah penduduk. Lokasi ke-tiga Locus : Desa Sintuwu Lemba, Kec. Lage, Kabupaten Poso. Tempus : Tanggal 28 Mei 2000. Kerugian : Rumah penduduk, Komplex Pesantren Walisongo. Lokasi Ke-empat Locus
: Desa Toinasa, dahulunya Kec. Pamona Utara sekarang Kec. Pamona Barat, Kab. Poso. Tempus : Tanggal 16 Juni 2000. Kerugian : Rumah penduduk. Dari beberapa saksi yang diajukan dipersidangan, semua menyatakan bahwa hanya mengetahui tentang adanya peristiwa pembakaran dan pengrusakan namun tidak ada yang melihat langsung peristiwa itu. Saksi Anton dengan kesaksiannya Saksi Anton menerangkan bahwa terpidana mati FABIANUS TIBO membawa senjata M-16, ketika berada di Kompleks Gereja Katolik Santa Theresia, keterangan Saksi Anton tersebut tidak bersesuaian dan/atau bertentangan dengan keterangan saksi anggota Polri Reko Indro Sasongko, Anton Muhamad, Hopni Saribu yang menerangkan dibawah sumpah didalam persidangan bahwa pada saat itu saksi menerima penyerahan sebuah parang yang masih dalam sarungnya, tanpa bercak darah serta mempertegas keterangannya bahwa saksi-
saksi hanya melihat terpidana mati FABIANUS TIBO membawa parang yang masih dalam sarung. Saksi Anton menerangkan melihat terpidana mati DOMINGGUS DA SILVA dan MARINUS RIWU berada di Kompleks Gereja Katolik Santa - 10 Theresia, pertentangan keterangan juga terjadi dengan keterangan saksi dari anggota Polri saksi Reko Indro Sasongko, saksi Anton Muhamad, saksi Hopni Saribu menerangkan bahwa mereka tidak melihat terpidana mati DOMINGGUS DA SILVA dan MARINUS RIWU berada di Kompleks Gereja Katolik Santa Theresia. Saksi Anton juga menerangkan bahwa saksi pernah mengikuti latihan di Desa Kelei selama 42 hari tetapi saksi tidak mengenal siapapun karena semua menggunakan topeng walaupun pada saat sedang tidak latihan dan saksi melarikan diri 4 (empat) hari sebelum tanggal 23 Mei 2000 dengan membawa senjata laras panjang jenis M-16 dan saksi sempat menembak kelompok merah, namun karena kehabisan amunnisi, sejata laras panjang jenis M-16 tersebut saksi tinggalkan dihutan. Saksi Anton juga memberikan satu bentuk kesaksian didalam persidangan yang controversial dan sangat menggemparkan karena menurut keterangan saksi Anton, bahwa pada saat latihan di Desa Kelei, saksi melihat pertama 1 (satu) helicopter yang turun di Desa Kelei membawa senjata dan selanjutnya saksi juga melihat 1 (satu) pesawat terbang yang turun di Pendolo dan yang terakhir saksi juga melihat 1 (satu) pesawat terbang yang turun di Desa Peura (dipinggiran danau poso), saksi menghitung selama 3 kali pengiriman senjata lewat helicopter dan pesawat-pesawat tersebut berjumlah 727 pucuk, baik laras panjang maupun laras pendek buatan USA dan Philipina. Apakah keterangan saksi yang demikian dapat dijadikan alat bukti tanpa dilakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) oleh aparat kepolisian ?, Mengapa pada saat persidangan berjalan, Majelis Haki m tidak mengambil tindakan untuk melakukan pemeriksaan setempat ? Kalau hal ini diyakini benar-benar terjadi, betapa lemahnya system pengamanan yang ada di Negara Republik Indonesia. 3. Terpidana mati FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DA SILVA dan MARINUS RIWU ya ng disebut sebagai pemimpin
Saksi Mahfud Rosi Kusni, Untung Djumadi, Irwanto Hasan, Najib, Djafar Harun, Bupati Poso pada waktu itu H. Abd. Muin Pusadan, semuanya menerangkan hal yang sama, yaitu bahwa terdakwa FABIANUS TIBO sebagai pemimpin karena mendengar dari orang lain. - 11 Keterangan yang demikian dikategorikan pendapat pribadi yang jelasjelas dilarang oleh ketentuan pasal 185 ayat (5) KUHAP, kami kutib :
“ baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan merupakan keterangan saksi “ , juga sebagai kesaksian yang didengar dari orang lain (testimonium de auditu), dilarang oleh ketentuan penjelasan pasal 185 ayat (1) KUHAP, kami kutib :
“ dalam keterangan saksi yang tidak termasuk keterangan yang diperoleh dari orang lain atau testimonium de auditu “ Dalam hal mengenai sebutan siapa pemimpin dan yang bertanggung jawab dalam Kerusuhan Poso 23 Mei 2000, dalam surat dakwaan yang lain yang juga termasuk perkara pidana kasus Kerusuhan Poso, Jaksa Penuntut Umum menguraikan bahwa Ir. LATEKA sebagai pemimpin, hal mana terdapat adanya penyesuaian keterangan dari isi surat dakwaan itu dengan keterangan saksi a decharge Rinaldy Damanik, MSi dan Masdianto Posende, SH yang memberikan keterangan dibawah sumpah dalam persidangan yang menyatakan bahwa para saksi mendengar langsung dari mulut Ir. LATEKA mengatakan bahwa beliaulah pemimpin dan bertanggung jawab atas segala peristiwa kasus Kerusuhan Poso 23 Mei 2000. disatu sisi dalam surat dakwaan yang lain disebutkan Ngkai Da’a sebagai pemimpin, saksi Sutarmin menyatakan Lempalulu sebagai pemimpin. Lalu, yang mana dan siapakah yang harus disimpulkan sebagai fakta hukum tentang siapa pimpinan dalam kasus kerusuhan poso 23 mei 2000 ? Saksi-saksi yang seharusnya jadi terdakwa tetapi tidak dijadikan terdakwa 1. 2. 3. 4.
Saksi Saksi Saksi Saksi
Untung Djumadi. Ilham, SH. Sutarmin. Anton.
Saksi-saksi tersebut diatas, seharusnya oleh Jaksa Penuntut Umum dijadikan sebagai terdakwa dalam kasus Kerusuhan Poso mei 2000,
sebab saksi-saksi tersebut ikut aktif dalam bentrokkan massa di Kompleks Walisongo, sedang saksi Anton menerangkan telah menyerang kelompok merah dengan menggunakan senjata api jenis M-16. Mengapa hal ini tidak dilakukan ? - 12 KESIMPULAN dan PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Bahwa terpidana mati FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DA SILVA dan MARINUS RIWU tidak layak dan pantas untuk di jatuhi pidana mati. 2. Bahwa terpidana mati FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DA SILVA dan MARINUS RIWU bukanlah otak atau dalang dalam kasus kerusuhan poso 23 Mei 2000. 3. Bahwa terpidana mati FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DA SILVA dan MARINUS RIWU bukanlah pemimpin dalam kasus kerusuhan poso 23 Mei 2000. 4. Bahwa terpidana mati FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DA SILVA dan MARINUS RIWU adalah korban dari scenario rekayasa pencarian kambing hitam dalam kasus kerusuhan poso 23 mei 2000. 5. Bahwa kasus kerusuhan poso 23 mei 2000 adalah murni konflik massa yang berbentrokan antara massa putih dan massa merah. 6. Bahwa selama proses persidangan berjalan, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Palu mendapat tekanan dan ancaman dari massa pengunjung sidang dalam jumlah yang besar (korban konflik poso yang mengungsi di palu). 7. Bahwa proses peradilan terhadap ke-tiga terpidana mati FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DA SILVA dan MARINUS RIWU adalah suatu bentuk PROSES PERADILAN yang Patut Untuk Di TINJAU KEMBALI. B. PENUTUP
Berdasarkan uraian tersebut diatas, sangat diharapkan kiranya kita semua dapat melihat dengan mata hati yang jernih terhadap persoalan penerapan hukum bagi ke-tiga terpidana mati FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DA SILVA dan MARINUS RIWU pada saat proses peradilan bagi ke-tiga terpidana mati tersebut, hingga Majelis Hakim - 13 dalam putusan perkara pidana Nomor Register : 459 / Pid.B /2001 / PN.PLu yang menyidangkan dan mengadili perkara tersebut, memutuskan “ Menghukum para terdakwa tersebut masing-masing dengan PIDANA MATI “. Demikian tulisan yang sangat sederhana ini saya buat dengan kemampuan dan referensi yang terbatas dalam kajian yuridis terhadap Proses Peradilan atas vonis PIDANA MATI bagi FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DA SILVA dan MARINUS RIWU yang kami sampaikan kepada yang Kami Hormati PRESIDEN RI, KEJAKSAAN AGUNG RI, KAPOLRI, MENKOPOLHUKAM RI dan KOMISI II DPR RI di Jakarta dengan harapan dapat menjadi pertimbangan didalam meninjau kembali Vonis PIDANA MATI tersebut, serta kepada semua Lembaga dan Elemen Masyarakat Pemerhati Masalah Hukum, Keadilan dan Hak Asasi Manusia, dan secara khusus bagi ke-tiga terpidana mati FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DA SILVA dan MARINUS RIWU dan Keluarganya masing-masing. Tentena, 16 Agustus 2006 Penulis adalah ketua Departemen Hukum dan Advovasi Sinode GKST dan praktisi hukum. DAFTAR PUSTAKA. 1. Tim Pembela Hak Asasi Manusia, Palu 1 April 2005. Memori Grasi. 2. ROBERT BOFE, SH, S.Sos, Dkk, Palu 27 Maret 2001. Menggugat Keadilan, Nota Pembelaan Penasehat Hukum FABIANUS TIBO, DOMINGGUS DA SILVA dan MARINUS RIWU. 3. UU RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. 4. Undang-Undang Dasar 1945.