Membangun Sumber Dana Kampus.docx

  • Uploaded by: LumosaTraining New
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Membangun Sumber Dana Kampus.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 624
  • Pages: 2
MEMBANGUN SUMBER DANA KAMPUS Perguruan Tinggi atau Lembaga Pendidikan Kampus (LPK) harus menjadi pusat gerakan dan keunggulan terutama dalam bidang pendidikan dan kemasyarakatan. Maka harus kuat dan mandiri baik dari segi kelembagaan maupun ekonomi. Agar Perguruan Tinggi dapat tegak berdiri dan leluasa mengembangkan pendidikan terhadap generasi penerus bangsa. Setidaknya ada tiga potensi ekonomi yang bisa dikembangkan: (1) potensi internal dari mahasiswa dan dosen; (2) potensi masyarakat sekitar kampus; dan (3) potensi zakat dan wakaf. Ketiganya harus diberdayakan dan dikelola oleh kampus. Jika dilihat dari aspek ekonomi, maka setiap PT. akan melahirkan pasar, dan selanjutnya akan melahirkan industri. Contoh: sistem kampus yang terpusat dalam satu lokasi serta dalam waktu yang relatif lama, kebutuhan setiap mahasiswa dan civitas kampus akan menciptakan pasar tersendiri. Pasar tersebut mendorong lahirnya industri LPK. Mulai dari makanan, minuman, jajanan, cemilan, pakaian, ATK, fotocopian/rental, parkir dan lain-lainnya adalah pasar yang harus diberdayakan. Tinggal bagaimana, apakah akan menciptakan pasarnya sendiri atau menyerahkannya kepada pasar bebas. Jika memilih menciptakan pasar sendiri, maka selain akan menambah income juga menjadi gerakan ekonomi kreatif bersama masyarakat, seiring dengan industri LPK tumbuh dan berkembang. LPK harus menghitung secara rasional ekonomis potensi-potensi pasar tersebut, selanjutnya melakukan proteksi ekonomi. "Dari kampus, oleh kampus dan untuk kampus". Yang kemudian memerlukan sumberdaya manusia memadai untuk melakukan langkah-langkah kongrit memberdayakan potensi pasar dan membangun industri dimaksud. Di sinilah perlunya kolaborasi dan sinergi antara LPK dengan dunia usaha dan profesional. Sementara, potensi zakat dan wakaf umat bisa digarap secara serius, karena potensinya cukup besar namun belum optimal digarap oleh umat selama ini. Padahal, institusi sosial kependidikan yang saat ini cukup mapan dan mengakar salah satunya adalah kampus, karena sejatinya kampus sebagai lembaga penyemai intelektual generasi penerus bangsa. Ini harus bisa dicermati dan diolah menjadi energi serta peluang untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat dalam kerangka fundraising zakat dan wakaf. Setiap pimpinan PT. perlu menyadari peluang ini. Zakat bisa digunakan untuk memacu peningkatan SDM umat, khususnya SDM LPK. Karena zakat dibagikan kepada 8 asnaf, dan kesemua asnaf tersebut hakekatnya adalah SDM. Zakat bisa didistribusikan kepada 8 asnaf melalui 4 pendekatan program: Pendidikan, Ekonomi, Kesehatan dan Sosial. Artinya, bisa jadi keluarga fakir miskin tidak diberi uang tunai, akan tetapi didekati melalui program pendidikan, yaitu dengan memberikan beasiswa penuh studi di PT. sampai S1, atau bisa dengan memberinya modal kerja. Adapun wakaf lebih diorientasikan untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan fisik berupa sarana dan prasarana pendidikan. Potensi wakaf jauh lebih besar dibanding potensi zakat. Maka, perlu dilakukan tajdîd dalam pemikiran wakaf dengan berdasar pada pandangan fiqh ulama salaf dan kontemporer serta best practice lembaga-lembaga wakaf dunia. Tidak ada jejak peradaban Islam sepanjang sejarahnya hingga kini yang terlepas dari jejak wakafnya. Artinya, wakaf selalu menjadi instrumen sangat menentukan dalam perkembangan peradaban Islam. Hal ini harus dipahami dengan baik oleh lembaga pendidikan jika ingin menjadi bagian dari peradaban Islam masa depan. LPK perlu menjalin aliansi strategis dan melakukan kolaborasi serta sinergi dengan dunia usaha yaitu saudagar. Sebab, dalam sejarah dakwah Rasul s.a.w. baik di Makkah maupun di Madinah tidak pernah tidak didampingi dan disupport oleh para sahabat saudagar: Siti Khodijah, Abu Bakar, Utsman, Abdurrahman bin ‘Auf, Abu Ayyub Al-Anshari, Abu Thalhah (radhiyalLaahu anhum) & lain-lainnya. Inilah yang disebut dengan Sunnah Rasul dalam Dakwah/pendidikan dan Pergerakan. Selama ini, pengertian sunnah selalu dipahami dalam kerangka fiqh oriented (shalat sunah, puasa sunah dll), padahal kolaborasi ulama-saudagar adalah bagian dari Sunah Rasul: Sunah dalam Dakwah/pendidikan dan Pergerakan. Ulama berperan memberikan pencerahan (tanwîr) kepada para saudagar, agar potensinya dapat dimaksimalkan untuk pembangunan dan kemajuan Islam, termasuk LPK. Kolaborasi ulama-saudagar juga dalam rangka melakukan percepatan perkembangan kemajuan LPK.

Selain saudagar, LPK perlu pula merangkul kalangan lain dalam umat Islam: seperti dokter, peofesional, pejabat, penegak hukum dan lain-lain. Sehingga LPK menjadi semacam melting pot (tempat bertemu) para elit umat yang notabene mereka adalah penentu kebijakan umat selama ini.

Related Documents


More Documents from "Shuaib Zahda"