BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Max Weber (1864-1920) adalah seorang ahli teori sosiologi yang berasal dari Efrut, Jerman. Dia berasal dari keluarga kelas menengah atas, namun kedua orangtuanya memiliki karakter yang sangat berbeda. Pada mulanya Weber cenderung berorientasi pad ayahnya, namun kemudian dia semakin mendekati nilai-nilai ibunya dan antipasti terhadap ayahnya pun meningkat. Weber pun bergeser pada sosiologi ekonomi. Dengan kehidupannya yang giat dalam bekerja dia membawa pada posisi sebagai professor ekonomi di Haldelburg. Banyak teori-teori sosiologi yang dimunculkan oleh Weber seperti Teori Etika Protestan dan Kapitalisme, Rasionalisasi, dan Tindakan Sosial yang menekankan pada pemahaman (verstehen). Selain itu Weber juga terpengaruh oleh beberapa ahli teori sosiologi lainnya seperti Karl Max dan Immanuel Kant. Hasil kerja keras dan giatnya dia bekerja membawa hasil berupa karya-karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Namun, teori yang dikemukakan oleh Weber tidak selamanya mulus, dia mendapat beberapa kritikan mengenai teori-teori yang disampaikannya.
BAB II PEMBAHASAN A. Biografi Max Weber Max weber lahir di Erfrut, Jerman 21 April 1864, ia berasal dari keluarga kelas menengah. Max weber terlahir dari dua karakter orangtua yag berbeda dan itu sangat mempengaruhi orientasi intelektual dan psikologis Weber. Ayah Weber adalah seorang birokrat yang memiliki kedudukan yang relative penting dan sang ayah adalah seorang yang menyukai kesenangan duniawi. Sedangkan ibu Weber adalah seorang calvinis yang taat, wanita yang berusaha menjalani hidup prihatin (ascetic), tanpa kesenangan yang didambakan suaminya. Perhatiannya tertuju pada aspek kehidupan akhirat dan ketegangan ini membawa dampak bagi psikologi Weber. Pada awalnya, Weber memilih orientasi hidup ayahnya kemudian mendekati orientasi hidup ibunya. Pilihan yang paling dipilih olehnya ini ternyata berpengaruh negative terhadap kejiwaan Weber. Sehingga pada usia 16 tahun, Weber pergi dari rumah dan belajar d Universitas Heildelberg. Saat itu Weber tidak hanya menunjukkan jati dirinya seperti pndangan hidup ayahnya tetapi pada waktu itupun memilih karier hukum seperti ayahnya. Setelah lulus Weber menjalani dinas militer dan pada tahun 1884 ia kembali ke Berlin ke rumah orangtuanya dan belaar di Universitas Berlin. Setelah 8 tahun ia pu lulus dan mendapat gelar Ph.D. serta menjadi pengacara dan mulai mengajar di Universitas. Dalam proses tersebut minatnya bergeser ke ekonomi dan sosiologi hingga sisa hidupnya. Selama 8 tahun kehidupannya masih bergantung pada ayahnya, hingga suatu keadaan yang tidak disukainya bersama dengan itu ia beralih pada kehidupan ibunya yang ascetic. Weber menunjukkan semangat kerja yang tinggi dalam istilah Modern disebut “Workholic” rajin, serta prihatin dan inilah yang menghantarkannya menjadi profesor ekonomi di Universitas Herlburg pada tahun 1896. Pada tahun 1987 ayahnya meninggal setelah terjadi pertengkaran sengit diantara mereka. Tak lama kemudian Weber menunjukkan gangguan syaraf yang mendekati gangguan total. Baru pada tahun 1904 ia pulih dan mulai memberikan kuliah di Amerika dan kembali aktif di dunia akademis selama 6,5 tahun, hingga pada akhirnya tahun 1920 ia menghembuskan nafas terakhir.
B. Pendekatan Webber Weber mendefinisikan sosiologi sebagai sebuah ilmu yang mengusahakan pemahaman interpretatif mengenai tindakan sosial agar dengan cara itu dapat menghasilkan sebuah penjelasan kausal mengenai pelaksanaan dan akibat-akibatnya. Webber membedakan tindakan dari tingkah laku pada umumnya dengan mengatakan bahwa sebuah gerakan bukanlah sebuah tindakan kalau gerakan itu tidak memiliki makna subjektif untuk orang yang bersangkutan. Ini menunjukkan bahwa seorang pelaku memiliki sebuah kesadaran akan apa yang ia lakukan yang bisa dianalisis menurut maksud-maksud, motif-motif dan perasaan-perasaan sebagaimana mereka alami. C. Karya-Karya Popular Max Weber 1. The protestan etnic and the spirit of capitalisme 2. Economy and Society 3. From Max Weber Esay in Sociology 4. The Theory Sosioal and Economic and Organization 5. General Economi History 6. Religionasseziologie Pemikiran Max Weber Max Weber pada intinya mengemukakan teori tentang proses rasionalisasi. Weber tertarik pada masalah “mengapa institusi social di dunia barat berkembang semakin rasional tapi di belahan dunia lain tampak ada rintangan kuat yang menghambat perkembangan tersebut?”. Dalam masalah ini, Weber memusatkan perhatiannya pada satu dari empat jenis proses yang diidentifikasikan oleh Kalrberg yaitu Rasionalitas formal yang meliputi proses berpikir seseorang dalam membuat pilihan mengenai alat dan tujuan yang biasanya merujuk pada kebiasaan, peraturan, dan hukum yang diterapkan secara universal dimana ketiganya berasal dari berbagai struktur berskala besar terutama birokrasi dan ekonomi. Weber melihat birokrasi sebagai contoh klasik dari rasionalisasi, dan memasukkan diskusinya mengenai proses birokratisasi ke dalam diskusi yang lebih luas tentang lembaga politik. Weber membedakan tiga jenis system otoritas yaitu tradisional, karismatik dan rasional-legal. Sistem otoritas rasional-legal hanya dapat berkembang dalam masyarakat Barat Modern dan hanya dalam system itulah birikrasi tersebut dapat berkembang penuh. Masyarakat di belahan dunia lain masih didominasi system otoritas tradisional ataupun karismatik yang merupakan rintangan perkembangan system hukum rasional dan birokrasi modern. Weber juga membuat analisis rinci tentang mengapa system ekonomi rasional yang berkembang di dunia barat, gagal berkembang di belahan dunia lain. Dalam hal ini, Weber mengakui peran sentral agama, dimana dia di satu sisi terlibat dialog dengan Marxis untuk menunjukan bahwa agama bukanlah sebuah epifenomena semata melainkan agama telah memainkan peran kunci dalam pertumbuhan kapitalisme di Barat, tetapi gagal di masyarakat belahan dunia yang lain. Weber menegaskan, sistem agama rasionallah (Calvinisme) yang
berperan sentral dalam pertumbuhan kapitalisme di Barat. Tapi dibelahan dunia lain, Weber mengkaji dan menemukan sistem agama yang irrasional yang merintangi perkembangan sistem ekonomi rasional, walaupun pada akhirnya rintangan tersebut hanya untuk sementara karena sistem ekonomi bahkan seluruh struktur sosial masyarakat akan menjadi rasional.
D. Tokoh Yang Mempengaruhi Max Weber Tokoh yang mempengaruhi Max Weber adalah Karl Mark. Weber memandang Mark dan para penganut Marxis pada zamannya sebagai deternis ekonomi yang merupakan teori-teori berpenyebab tunggal tentang kehidupan social. Mereka juga menganggap ideide hanyalah kepentingan material dan kepentingan materi adalah penentu ideologi. Sedangkan disini Weber menyanggahnya, Weber lebih mencurahkan perhatiannya dan gagasannya terhadap ekonomi. Weber pun memusatkan perhatiannya pada pengaruh gagasan keagamaan terhadap ekonomi. Namun, Weber juga memperluas isi-isi yang telah dijelaskan oleh Mark. Weber memperluas gagasan Mark tentang teori stratifikasi. Weber memperluas teori tersebut dengan menambahkan prestige atau status dan kekuasaan sebagai dasar stratifikasi. Tokoh lain yang mempengaruhi Weber adalah Immanuel Kant, yang membedakan antara isi dan bentuk kehidupan nyata. Isi dapat di pahami melalui bentuk. Sehingga membuat karya Weber menjadi lebih statis. Kemudian pengaruh selanjutnya diterima Nietzcshe yang mana membuktikan bahwa kebutuhan individu untuk bertahan terhadap pengaruh birokrasi dan struktur masyarakat modern yang lain. E. Teori Max Weber 1. Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme Seperti yang disebutkan dalam karyanya The Potestant Etnic and The Spirit of Capitalism. Weber memusatkan perhatian pada protestantisme sebagai sebuah system gagasan dan pengaruhnya terhadap system ekonomi kapitalis. Di periode awal kapitalisme, agen terpenting adalah orang protestan. Dan ini diteliti Weber kemudian korelasi ini pun dibuktikan. Weber menarik kesimpulan bahwa terdapat peran khusus orang-orang protestan dalam menggunakan kapitalisme, yang mana salah satunya keyakinan agama mereka. Keimanan protestan tersebut telah menghasilkan motivasi aktivitas pro kapitalis yang mana berorientasi pada kehidupan duniawi. Dimana bakti keagamaan biasanya disertai dengan penolakan terhadap urusan duniawi termasuk pengejaran ekonomi dan hal tidak terjadi pada
protestanisme. Weber juga mendefinisikan semangat kapitalisme sebagai gagasan dan kebiasaan yang mendukung pengajaran yang rasional terhadap keuntungan ekonomi. Analisanya mengenai etika protestan serta pengaruhnya dalam meningkatkan pertumbuhan kapitalisme menunjukkan pengertiannya mengenai pentingnya kepercayaan agama serta nilai dalam membentuk pola motivasional individu serta tindakan ekonominya. Pengaruh agama terhadap pola perilaku individu serta bentukbentuk organisasi sosial juga dapat dilihat dalam analisa perbandingannya mengenai agama-agama dunia yang besar.Weber juga mengemukakan mengenai analisa tipe ideal dimana memungkinkan untuk mengatasi peristiwa-peristiwa khusus dan untuk memberikan analisa perbandingan dengan menggunakan kategori-kategori teoritis yang umum sifatnya. Keseluruhan pendekatannya menekankan bahwa kepentingan ideal dan materiil mengatur tindakan orang, dan bahwa hubungan antara ideal agama dan kepentingan ekonomi sebenarnya bersifat saling tergantung. Dengan kata lain, hubungannnya itu bersifat timbal balik, termasuk saling ketergantungan antara protestantisme dan kapitalisme. Dalam perkembangan kapitalisme modern, menuntut untuk pertumbuhan modal. menuntut kesediaan untuk tunduk pada disiplin perencanaan yang sistematis untuk tujuan-tujuan di masa mendatang, bekerja secara teratur dalam suatu pekerjaan, dan lain sebagainya.
2. Rasionalisasi Dalam teorinya Weber juga mengungkapkan tentang proses rasionalisasi. Weber menyebutkan bahwa rasionalisasi merupakan ciri paling signifikan masyarakat modern yang mana di tandai oleh tiga tipe besar aktifitas manusia. a) Tindakan tradisional yang terkait dengan adat istiadat b) Tindakan afektif yang di gerakkan oleh nafsu c) Tindakan rasional yang merupakan alat yang ditujukan kearah nilai atau tujuan yang bermanfaat Weber menunjukkan bahwa rasionalisasi tindakan hidup sehari-hari para pendiri agama protestan mendukung kapitalisme. Weber juga melihat bahwa birokrasi merupakan klasik rasionalisasi yang mana merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Di dalam birokrasi inilah terdapat dominasi-dominasi yang mana dalam Economy and Society Weber membaginya menjadi tiga bentuk dominasi: otoritas tradisional, dan legal-rasional. Yang mana otoritas tradisional dan kharismatik umumnya akan merintangi perkembangan birokrasi modern dan system hokum rasional. Karena system tersebut berasal dari zaman kuno. 3. Tindakan Sosial Sosiologi menurut Weber adalah suatu ilmu yang mempelajari tidakan social. Tidak semua tindakan manusia dapat dianggap sebagai tindakan social. Suatu tindakan hanya dapat disebut tindakan social apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada perilaku orang lain. Suatu tindakan adalah perilaku yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya. Sosiologi bertujuan untuk memahami (verstehen) mengapa tindakan social mempunyai arah dan tindakan tertentu, sedangkan setiap tindakan mempunyai makna subjektif bagi pelakunya, maka ahli sosiologi yang hendak melakukan penafsiran bermakna, yang hendak memahami makna subjektif suatu tindakan social harus dapat membayangkan dirinya di tempat pelaku untuk dapat ikut menghayati pengalamannya. Hanya dengan menempatkan diri di tempat seorang pekerja seks atau mucikai misalnya, seorang ahli sosiologi dapat memahami makna subjektif tindakan social mereka, memahami mengapa tindakan social tersebut dilakukan serta dampak dari tindakan tersebut. F. Kritik Ada banyak kritikan yang ditujukan kepada Weber. Disini kita akan membahas empat yang terpenting diantara kritikan-kritikan itu yakni sebagai berikut: 1. Kritikan pertama terkait dengan metode verstehen Weber. Weber terperangkap diantara dua persoalan terkait dengan verstehen ini. Disatu sisi, verstehen tidak bias semata-mata berarti intuisi subjektif karena jika demikian, maka verstehen tidak ilmiah. Disisi lain, sosiologi tidak dapat begitu saja menyatakan makna “obyektif” fenomena sosial. Weber menandaskan bahwa metode ini terletak diantara dua pilihan ini, tapi sayangnya dia tidak pernah menjelaskan bagaimana itu bisa terjadi. 2. Kritikan kedua menyatakan bahwa Weber tidak menawarkan teorisasi makrososiologi yang utuh. Dalam metode Weber, kelas direduksi menjadi sekumpulan orang yang berada pada situasi ekonomi yang sama. Struktur politik direduksi menjadi
penerimaan dominasi karena adanya legitimasi yang diakui secara subyektif lewat sudut pandang rasionalitas, karisma atau tradisi. Hal tersebut menandakan Weber mengakui bahwa kelas dan struktur politik memiliki pengaruh pada orang-orang untuk tidak menyebut fenomena-fenomena makro seperti agama dan rasionalisasi. Namun, tidak meneorikan pengaruh-pengaruh ini kecuali hanya sebagai sekumpulan konsekuensi yang tidak dimaksud sebelumnya. 3. Kritikan ketiga terhadap Weber adalah bahwa dia tidak punya teori yang kritis. Dengan kata lain, beberapa ahli berpendapat bahwa teori Weber tidak bisa digunakan untuk menunjukkan kesempatan-kesempatan yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan perubahan konstruktif. 4. Kritikan keempat adalah pesimisme sosiologi Weber. Dari metodologi sosiologi Weber, kita dapat melihat kalau dia benar-benar meyakini arti penting makna individual. Namun, karya substantifnya tentang rasionalisasi dan dominasi menunjukkan bahwa kita sesungguhnya terjebak ditengah dunia yang makin tak punya makna dan kehilangan pesona.
BAB III PENUTUP Kesimpulan Max Weber (1864-1920) adalah seorang ahli teori sosiologi yang berasal dari Efrut, Jerman. Dia berasal dari keluarga kelas menengah atas, namun kedua orangtuanya memiliki karakter yang sangat berbeda. Pada mulanya Weber cenderung berorientasi pad ayahnya, namun kemudian dia semakin mendekati nilai-nilai ibunya dan antipasti terhadap ayahnya pun meningkat. Weber pun bergeser pada sosiologi ekonomi. Dengan kehidupannya yang giat dalam bekerja dia membawa pada posisi sebagai professor ekonomi di Haldelburg. Banyak teori-teori sosiologi yang dimunculkan oleh Weber seperti Teori Etika Protestan dan Kapitalisme, Rasionalisasi, dan Tindakan Sosial yang menekankan pada pemahaman (verstehen). Selain itu Weber juga terpengaruh oleh beberapa ahli teori sosiologi lainnya seperti Karl Max dan Immanuel Kant. Hasil kerja keras dan giatnya dia bekerja membawa hasil berupa karya-karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Namun, teori yang dikemukakan oleh Weber tidak selamanya mulus, dia mendapat beberapa kritikan mengenai teori-teori yang disampaikannya.