Matriks.docx

  • Uploaded by: Hafidh NotSure
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Matriks.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,753
  • Pages: 24
A. Latar Belakang Film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop). Yang kedua, film juga diartikan sebagai lakon atau gambar hidup. Dalam konteks tertentu, film diartikan sebagai lakon hidup atau gambar bergerak yang biasanya juga disimpan dalam media seluloid tipis dalam bentuk gambar negatif.1 Dewasa ini terdapat berbagai ragam film, meskipun pendekatannya berbeda-beda, semua film dapat dikatakan mempunyai satu sasaran, yaitu untuk menarik perhatian orang terhadap muatan-muatan masalah yang dikandung. Selain itu, film juga dapat dirancang untuk melayani keperluan publik terbatas atau publik yang seluas-luasnya. Film juga dianggap sebagai sarana komunikasi yang cukup ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita banyak dalam waktu singkat. Ketika menonton film penonton seakan-akan dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan bahkan dapat mempengaruhi audiens. Dewasa ini film tidak hanya dijadikan sebagai sarana hiburan saja tetapi juga dipakai sebagai alat untuk propaganda, terutama menyangkut tujuan sosial atau nasional. Berdasarkan pada kesuksesannya dalam menggambarkan realitas, film dapat memberikan efek secara emosional. Adegan-adegan yang ditampilkan dalam film dibuat senyata mungkin. Kepopuleran film pada masyarakat dan bagaimana

1

Kamus besar bahasa indonesia.

film dapat menginspirasi jutaan penonton yang melihatnya menjadikan film sebagai bidang kajian yang amat relevan. Film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta” karya Hanung Bramantyo adalah sebuah film bergenre Drama Kolosal yang sangat kental akan budaya jawanya ini menceritakan bagaimana sejarah indonesia yaitu Sultan Agung Hanyakrakusuma (1593-1646), raja ketiga Kerajaan Mataram yang memerintah pada 1613-1646. Film ini bukanlah kali pertama Hanung Bramantyo mendokumentasikan kisah sejarah dalam medium populer seperti film layar lebar. Sebelumnya ia telah memfilmkan biografi pahlawan nasional lainnya seperti Soekarno maupun Kartini. Film yang rilis pada agustus tahun 2018 lalu ini menceritakan sejarah dan perjuangan Sultan Agung di masa lampau. Hanung Bramantyo sendiri selaku sutrada dari film ini telah mengantongi pengahargaan sebagai ‘Best Director’ pada JAFF Indonesia Screen Award setelah peluncuran film ini diluncurkan dipasaran. Selain menjadi Pemenang di JogjaNETPAC Asian Film Festival, Film dengan judul ‘Sultan Agung: Tahta, Perjuangan Dan Cint’ ini dinobatkan sebagai 'Film Bioskop Terpuji' dalam Festival Film Bandung (FFB) 2018. Film ini telah berhasil mengalahkan empat film lainnya dalam nominasi Film Bioskop Terpuji FFB 2018, di antaranya adalah Hujan Bulan Juni, Koki Koki Cilik, Love For Sale, dan Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak. Film

yang

menceritakan

tentang

perjuangan

Sultan

Agung

Hanyakrakusuma ini juga telah mengantarkan aktor Ario Bayu terpilih menjadi Pemeran Utama Pria Terpuji Film Bioskop Festival Film Bandung 2018 berkat totalitas aktingnya yang berperan sebagai Sultan Agung. Di kategori ini, Ario Bayu

berhasil mengalahkan nominator lainnya yaitu Adipati Dolken (Posesif), Dion Wiyoko (Terbang Menembus Langit), Gading Marten (Love For Sale), dan Vino G Bastian (Chrisye). Dalam Festifal Film Bandung yang digelar pada 2018 lalu itu film sultan agung juga dinobatkan sebagai pemenang dalam dua kategori lainnya antara lain yaitu pemenang dalam kategori Penulis Skenario Terpuji Film Bioskop serta juga menjadi pemenang dalam kategori Penata Artistik Terpuji Film Bioskop. Selain beberapa penghargaan di atas, film sultan agung juga menjadi nominasi unggulan dalam tuju kategori piala citra pada Festival Film Indonesia. Dibintangi oleh Ario Bayu, Adinia Wirasti, Putri Marino, Marthino Lio, Lukman Sardi, Meriam Belina, dan Christine Hakim, film ini mencoba untuk mengupas seluk beluk kehidupan dan perjalanan Sultan Agung sebagai sosok pemimpin dari Mataram yang berjuang melawan Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC). Film diawali dengan kisah kehidupan Sultan Agung muda atau Raden Mas Rangsang yang diasingkan ke sebuah padepokan untuk menimba ilmu. Di padepokan ini, identitasnya sebagai keturunan raja harus dirahasiakan. Ia pun berkawan dengan seorang perempuan tangguh bernama Lembayung yang tak lain adalah tokoh fiktif untuk mewarnai film semi-biopik ini. Raden Mas Rangsang harus segera meninggalkan padepokan pasca wafatnya sang ayah, Panembahan Hanyokrowati. Ia pun lantas menyandang gelar Sultan Agung Hanyakrukusuma dan menggantikan peran sang ayah sebagai pemimpin Mataram dalam usia yang masih muda belia.

Sultan Agung mengemban sebuah tugas besar semasa kepemimpinannya yakni menyatukan adipati-adipati di tanah Jawa yang tercerai-berai oleh politik VOC yang dipimpin Jan Pieterszoon Coen. Perjuangannya tentu tidak berjalan mulus karena ia harus berhadapan dengan sejumlah pengkhianatan dari berbagai pihak. Dibantu oleh kawan lamanya, Lembayung, Sultan Agung terus berjuang untuk memenangkan perlawanan terhadap kolonial Belanda yang berpusat di Batavia. Mengikuti perjalanan perjuangan Sultan Agung akan memberikan gambaran kualitas heroik apa yang kemudian menjadikannya sebagai salah satu pahlawan nasional. Dengan segenap kompleksitas narasi sejarah yang ingin disampaikan, usaha Hanung Bramantyo untuk menyederhanakan kisah sejarah lewat film patut diapresiasi. Ini adalah bentuk penghormatan akan sejarah bangsa yang dapat dilakukan oleh generasi penerusnya. Pendiri Mooryati Soedibyo Cinema, Mooryati Soedibyo selaku penulis skenario dan sekaligus pemilik lahan set tempat pembuatan film ini mengatakan melalui film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta, ingin membawa pesan amanah para pahlawan nasional Indonesia, untuk mewariskan sejarah dan kekayaan warisan budaya bangsa kepada generasi masa kini. Banyak adegan serta dialog yang mengandung pesan perjuangan yang terdapat dalam film ini. Berangkat dari latar belakang di atas, peneliti beranggapan bahwa film ini menarik untuk dikaji dan perlu untuk dilakukan penelitian yang lebih mendalam. Dalam penelitian ini peneliti lebih menfokuskan dalam mengkaji apa saja pesan perjuangan yang terdapat dalam film ini, guna memahami pesan apa yang hendak disampaikan pada film ini maka peneliti akan menggunakan

pendekatan analisis semiotik model roland barthes. Dengan penjelasan yang telah dituliskan di atas peneliti bermaksud untuk menyusun skripsi dengan judul Pesan Perjuangan dalam Film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta”.

B. Rumusan Masalah dan Fokus Penelitian Melihat latar belakang yang dikembangkan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apa saja penanda dan petanda yang terdapat pada film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta”? 2. Apa makna yang terkandung dalam film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta”? C. Tujuan Penelitian Melihat rumusan masalah yang dikembangkan di atas, maka yang menjadi Tujuan Penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui penanda dan petanda yang terdapat pada film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta” 2. Untuk mengetahui yang terkandung dalam film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta” D. Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Secara teoritis diharapkan hasil dari penelitian ini dapat Memberikan manfaat dan dapat menyumbangkan konstribusi bagi individu serta perkembangan ilmu komunikasi serta dalam penerapan teori-teori ilmu komunikasi. 2. Secara Praktis Secara praktis manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat di jadikan salah satu informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan

khususnya komunikasi massa yang ada kaitannya dengan Program Studi ilmu Komunikasi. E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu 1. Penelitian dalam skripsi yang dilakukan oleh Sri Widowati dengan judul “Representasi Kasih Sayang Keluarga (Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Film Beyond Silence)”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode semiotika dengan tujuan untuk mengetahui kode-kode

yang

terlihat

dalam

film

tersebut

yang

kemudian

direpresentasikan dengan teori representasi Stuart Hall. Yang kemudian dapat membuahkan hasil serta temuan yaitu makna yang terdapat dalam film ini. Dan hasil penelitian ini menemukan (1) film Beyond Silence adalah film yang merepresentasikan sebuah gambaran kehidupan keluarga yang harmonis dan penuh pengorbanan, kepedulian serta pengertian dari masingmasing anggota keluarga walaupun selalu ada kecacatan dalam diri manusia baik secara fisik dan rohani. (2) film ini merepresentasikan sebuah kritik sosial untuk pemerintah yang belum sepenuhnya memperhatikan orangorang dengan kebutuhan khusus. (3) film ini juga merupakan sebuah representasi atas reaksi sebagian masyarakat yang masih memandang orang-orang berkebutuhan khusus tersebut dengan sebelah mata dan sering mengucilkan mereka dari pergaulan. 2. Penelitian dalam skripsi yang dilakukan oleh Renno Andre A. P. dengan judul “PESAN MORAL DALAM FILM THE RAID DAN THE RAID 2 (Analisis Semiotik Roland Barthes)”. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis semiotik dengan analisis semiotic Roland Barthes.

Pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan pengamatan

adegan (scene) pilihan pada film The Raid dan The Raid 2 “berandal”. Untuk mengkaji film alam perspektif semiotik, film The Raid dan The Raid 2 “berandal” berbentuk audio visual, maka teknik pengumpulan datanya dengan cara melihat di CD film The Raid dan The Raid 2 “berandal”dan memutarnya di laptop untuk diteliti. Penelitian ini menemukan temuantemuan sebagai berikut: yakni jangan meremehkan orang lain, jangan menyksa sesama manusia terutama kaum wanita, tindakan berbohong untuk menyelamatkan nyawa seseorang dari pembunuhan, tanggung jawab seorang ayah sebagai kepala rumah tangga, sikap beribadah orang mukmin, sikap toleransi agama yang berlebihan, saling tolong menolong kepada orang lain, perilaku dalam makan, dan kedurhakaan seorang anak kepada ayahnya. Penelitian ini meneliti decara kritis tentang pesan yang terkandung di dalam keduafilm The Raid dan The Raid 2 “berandal” Rekomendasi, dengan adanya pesan moral dalam film ini dapat dimanfaatkan masyarakat untuk menjadi dasar dalam menggali pesan-pesan yang ada pada film apapun, bukan hanya pesan moral saja, namun juga bisa pesan-pesan yang lainnya. 3. Penelitian dalam skripsi yang dilakukan oleh Siti Sudusiah dengan judul “Analisis Wacana Makna Perjuangan Hidup dalam Film Tampan Tailor Karya: Guntur Soerjanto”. Penelitian ini menggunakan

pendekatan

kualitatif dengan metode analisis wacana Teun A Van Djik . Teun A Van Djik membagi analisis wacana menjadi tiga bagian yaitu level teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Level teks terbagi menjadi tiga, pertama struktur

makro yaitu tematik/topik, kedua superstruktur yaitu skematik/skema, dan ketiga struktur mikro yaitu semantik (latar, detail, maksud), sintaksis (bentuk kalimat, koherensi, kata ganti), stilistik, dan retoris (grafis, metafora,ekspresi). Level kognisi sosial melihat permasalahan dari kognisi/mental penulis naskah/skenario. Level konteks sosial melihat bagaimana wacana tersebut berkembang di masyarakat. Tema besar dalam film ini adalah perjuangan hidup, cinta ayah ke anak dan kepedulian sosial. Bahasa yang digunakan oleh pemain adalah bahasa Indonesia. Dari segi kognisi sosial Alim Sudio selaku penulis skenario film ini memandang bahwa banyak masyarakat Indonesia yang kekurangan pekerjaan dan mengalami bagaimana susahnya berjuang

demi memenuhi kebutuhan

setiap hari. Dari segi konteks sosial semua orang menginginkan hidup yang terbaik, walaupun kita harus berjuang dimanapun dan kapanpun demi hidup yang jauh lebih baik dan layak. Film ini merupakan kisah inspiratif dari penjahit jas terkenal dijakarta. Selain itu banyaknya masyarakat yang mengalami hal serupa. Perjuangan hidup sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Seseorang hendaknya tidak cepat putus asa dan tetap berjuang demi kelangsungan hidup yang seimbang dan bahagia. 4. Penelitian dalam skripsi yang dilakukan oleh Muhammad Badruzzaman dengan judul “ANALISIS NARASI FUNGSI KARAKTER MAKNA PERJUANGAN DALAM FILM SURAT DARI PRAHA”. peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis narasi yang menggunakan karakter fungsi pelaku Vladimir Propp. Fokus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggambaran 31 fungsi karakter,

mengetahui karakter oposisi berlawanan dalam film. Beberapa komponen dan elemen yang dapat diinterpretasikan melalui unsur-unsur sinematografi dalam adegan-adegan yang diteliti. Karena narasi tidak cukup pada analisis teks semata. Teknik pengumpulan data, penulis menonton original film Surat Dari Praha serta melakukan wawancara dengan penulis film Surat Dari Praha yaitu M. Irfan Ramli. Jika dianalisa, secara umum pembuat film dalam film Surat Dari Praha menyampaikan pesannya mengenai perjuangannya Laras untuk menyerahkan kotak surat dan mnyelesaikan tugas yang diamanahkan kepadanya. Serta perjuangan Jaya terhadap keyakinannya untuk menolak orde baru, sehingga harus menetap dan menghabiskan sisa hidup di negeri orang. Juga kekuatan keikhlasan untuk memaafkan masa lalu dan terus menjalankan kehidupan. Karena terdapat unsur dan tanda yang menghadirkan interpretasi pesan-pesan simbolik. Dari sanalah muncul pesan perjuangan dalam film Surat Dari Praha. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu fungsi pelaku sebanyak 16 fungsi pelaku makna perjuangan dari 31 fungsi pelaku. Diawali dengan situasi awal yang kemudian diikuti dengan fungsi pelaku. Terdapat pengulangan fungsi yang terjadi namun pada peristiwa yang berbeda. Seperti pada narasi ke 4 dan 8 sama-sama memiliki fungsi Mediasi. Struktur fungsi pelaku makna perjuangan dalam film Surat Dari Praha apabila disusun yaitu sebagai berikut: α, M, ↑, B, A, Rs, γ, B, D, δ, ε, E, C, N, H, dan Ex. Untuk karakter oposisi berlawanan mengikuti pola narasi modern yang menggambarkan karakter kebaikan dan kejahatan berdasarkan karakter yang dinarasikan

dalam film. Dalam tujuh fungsi karakter, hanya ada enam fungsi dalam film Surat Dari Praha karena fungsi pahlawan palsu tidak ada.

F. Definisi Konsep 1. Pesan Perjuangan Perjuangan menurut KBBI merupakan perkelahian (merebut sesuatu). yang kedua, Perjuangan juga diartikan sebagai usaha yang penuh dengan kesukaran dan bahaya, Sedangkan dalam konteks politik dapat diartikan sebagai salah satu bentuk interaksi sosial, termasuk konflik persaingan, dan pelanggaran seperti perselisihan antara suatu golongan atau kelompok (buruh tani) dengan kelompok lain (pemilik lahan) atau golongan lain.2 Perjuangan dan pengorbanan didalam hidup manusia sangat diperlukan dalam kehidupan seseorang yang hidup di dunia ini, sehingga bisa disimpulkan bahwa dalam kehidupan manusia haruslah berjuang dan berusaha guna terwujudnya cita-cita dan keinginan yang hendak di capai walaupun itu dalam bentuk imateri maupun materi. Kedua, Pesan merupakan setiap pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik secara lisan maupun tulisan, yang dikirimkan dari seseorang ke orang lain. Pengertian lain dari pesan yaitu sesuatu yang disampaikan kepada komunikan oleh komunikator melalui proses komunikasi.3 Menurut deddy mulyana Pesan merupakan susunan simbol non verbal maupun verbal yang mewakili perasaan, nilai ide atau yang dimaksud oleh sumber tadi.4 Pesan merupakan inti dari setiap kegiatan komunikasi yang terjadi. Pesan merupakan keseluruhan dari inti yang disampaikan dari komunikator.

2

Kamus Besar Bahasa Indonesia Cangara Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo, 2004), hal. 14. 4 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Jakarta: Rosdakarya, 2015), hal. 63. 3

Pesan terbentuk dari 2 aspek, yang pertama isi pesan kemudian lambang atau simbol untuk mengutarakannya. Umumnya lambang utama

dari

komunikasi adalah bahasa, karena hanya bahasa yang bisa mengungkapkan fakta dan opini, pikiran dan perasaan, hal yang kongkrit dan abstrak, pengalaman yang sudah lalu dan yang akan datang dan sebagainya. 2. Film Sultan Agung Film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta” karya sutradara Hanung Bramantyo adalah sebuah film bergenre Drama Kolosal yang menceritakan

bagaimana

sejarah

indonesia

yaitu

Sultan

Agung

Hanyakrakusuma (1593-1646), raja ketiga Kerajaan Mataram yang memerintah pada 1613-1646. Kisah Sultan Agung dalam film ini tentunya bukan film biografi pertama dari Hanung. Sang sutradara pernah cukup sukses menggarap film biografi lainnya yang berjudul Sang Pencerah pada tahun 2010 yang lalu. Film yang rilis pada agustus tahun 2018 lalu ini menceritakan sejarah dan perjuangan Sultan Agung di masa lampau. Raden Mas Rangsang yang sejak dini dilatih dibawah asuhan sunan kalijaga tidak ingin menjadi Sultan agung melainkan ingin menjadi brahmana seperti gurunya. Namun, setelah ayahnya Panembahan Hanyokrowati wafat, Raden Mas Rangsang yang masih belia menjadi orang nomor satu dan diberi gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma. Masih muda, mengorbankan cinta sejatinya hingga diragukan kepemimpinannya adalah gambaran dari Raden Mas Rangsang. Beranjak dewasa dan kian matang, permasalah Raden Mas Rangsang semakin

bertambah. Permasalahannya adalah ketika VOC mulai nyinyir dengan menadu domba para adipati. Beberapa pengkhianatan pun terjadi. Raden Mas Ransang yang kini bergelar Sultah Agung pun murka. Apalagi ketika ia mengetahui VOC tidak memenuhi kesepakatan dagangnya dengan kantor dagang yang berada di Batavia. Perang adalah pilihan Sultan Agung. Ia tidak peduli harus menyebrang ribuan kilomter ke tanah Sunda dan Batavia hanya untuk menghancurkan VOC yang mulai merusak kehidupan masyarakatnya. Untuk menggambarkan hal-hal sangat nyata di filmnya, sutradara Hanung Bramantyo menyiapkan segalanya dengan detil. Lokasi syuting misalnya, Hanung memilih melakukan pengambilan gambar di sebuah desa wisata yang, terletak di Gamplong, yang terletak di Sleman, Yogyakarta. Bahkan, film ini dibuat sangat sempurna dengan menggunakan dialek Jawa yang sangat kental. Menarik untuk melihat proses pembuatan film yang mendekati sempurna ini mampu menampilkan keseluruhan cerita yang bisa diterima dan siukai masyarakat. Apalagi untuk memainkan film ini, Hanung menggaet beberapa aktor dan aktris yang memiliki karakter kuat seperti Ario Bayu, Adina Wirasti hingga Lukman Sardi.

G. Kerangka Pikir Penelitian Kerangka pikir pada penelitian ini dimulai dengan menganalisis film ini menggunakan semiotika film yang bertujuan untuk mencari scene-scene yang mengandung perjuangan. Kemudian dilanjutkan dengan pendekatan model roland barthes untuk mengetahui penanda dan petanda yang kemudian diolah dengan teori interaksi simbolik untuk menngetahui makna pesan perjuangan yang sebenarnya dari film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta. Semiotik Film

Perjuangan

Pendekatan semiotik roland barthes

Petanda

Penanda

Teori interaksi simbolik

Pesan Perjuangan Film Sultan Agung

H. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan analisis semiotik. Pendekatan ini digunakan karena pendekatan analisis semiotik adalah suatu cara guna memahami realita, situasi, kejadian (peristiwa), orang, benda, serta maksud dibalik makna yang langsung guna kemudian dikaji tandatandanya dalam suatu pesan secara mendalam. Sedangkan penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik yang mengacu pada teori Roland Barthes, dimana analisis Roland Barthes dapat membantu dalam menjelaskan pesan perjuangan melalui penanda (signifier) dan petanda (signified) yang terdapat pada film sultan agung. 2. Subjek Subjek pada penelitian ini adalah film “Sultan Agung: Tahta Perjuangan dan Cinta” karya hanung bramantyo. Film bergenre drama kolosal yang menceritakan sejarah kerajaan mataram yang kental akan budaya jawa. 3. Objek Pada penelitian ini objek yang digunakan adalah komunikasi masa, khususnya komunikasi teks media. Komunikasi masa adalah komunikasi yang disampaikan kepada komunikan oleh komunikator menggunakan media masa. Objek dalam penelitian ini dibagi dua bagian yaitu: visual berupa gambar dan audio yang berupa suara yang terkandung dalam film “Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta” yang kemudian akan

dianalisis oleh peneliti menggunakan metode analisis semiotik model roland barthes. 4. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan penulis ada dua dan akan dijelaskan sebagai berikut: a. Data Primer Data primer adalah data yang diambil dari subjek penelitian secara langsung. Dan yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah film sultan agung karya hanung bramantyo. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari sumber lain yang sifatnya mendukung. Data sekunder ini akan peneliti ambil dari buku dan literatur-literatur lain yang terkait dengan perfilman dan komunikasi. 5. Tahapan Penelitian dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yang harua dilakukan guna menyempurnakan hasil dari penelitian ini. Dan tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut: a. Mencari tema Dalam mencari tema penelitian ini, peneliti mencari dan mengamati lingkungan disekitar serta berbagai media yan ada guna mencari fenomena yang menarik untuk diteliti dan sesuai dengan kajian ilmu komunikasi. Setelah mencari dan mengamati peneliti

menemukan beberapa fenomena menarik yang kemudian dipilih salah satu dan peneliti memilih topik dari Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta. b. Merumuskan masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini brdasarkan bagian yang menarik beserta dengan tujuan yang hendak dicapai dalam topik yang akan dikaji. c. Merumuskan manfaat Dalam merumuskan manfaat yang ada dalam penelitian ini peneliti mendasarkan atas dua pandangan antara lain pandangan teoritis dan pandangan praktis. d. Menentukan metode penelitian Metode yang digunakan disini adalah dengan cara mengungkapan simbol-simbol yang terdapat pada film sultan agung. Maka peneliti memilh untuk menggunakan metode analisis semiotik model roland bartes. e. Melakukan analisis data Dalam melakukan analisis data peneliti menjelaskan data visual dan audio yang ada dalam tiap scene. Data-data tersebut kemudian dikelompokan menjadi dua makna tingkatan denotasi dan konotasi. Kemudian penarikan makna dengan berpikir jernih pada tiap-taip scene. f. Menarik kesimpulan Peneliti menarik kesimpulan dengan membuat laporan penelitian yang sebelumnya sudah dianalisa dan disusun secara sistematis.

6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dikumentasi. Teknik pengumpulan data yang berbentuk dokumentasi ini adalah dengan mengumpulkan data utama yang berbentuk data primer yaitu film Sultan Agung. 7. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan peneliti untuk mengungkapkan dan menganalisis data yang telah diperoleh untuk menyusun laporan adalah teknik analisis semiotika. Secara singkat kita dapat menyatakan bahwa Analisis Semiotik (semiotical analysis) merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambang-lambang pesan atau teks. Teks yang dimaksud dalam hubungan ini adalah segala bentuk serta sistem lambang (signs) baik yang terdapat pada media massa (seperti berbagai paket tayangan televisi, karikatur media cetak, film, sandiwara radio dan berbagai bentuk iklan) maupun yang terdapat di luar media massa (seperti karya lukis, patung, candi, monumen, fashion show, dan menu masakan pada suatu food festival).5 Dengan demikian, teks yang dimaksud disini bukanlah berbentuk tulisan melainkan teks dalam ranah semiotik. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teori semiotik roland barthes. Teknik analisis data roland barthes ini menggunakan dua tahap signifikasi dalam melakukan penganalisaan

5

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogya: PT. LkiS Pelangi Aksara, 2007), hal. 155-156.

terhadap tanda. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam model rolanda bartes ini adalah sebagai berikut. Semiotika Roland Barthes dalam Alex Sobur tersusun atas tingkatan-tingkatan sistem bahasa,

yang pada umumnya Barthes

membuatnya dalam dua tingkatan bahasa. Bahasa tingkat pertama adalah bahasa sebagai objek dan tingkat kedua adalah yang disebut dengan metabahasa. Yang dimana bahasa ini adalah satu sistem tanda yang memuat signifier (penanda) dan signified (petanda). Sistem tanda yang pertama ini kadang disebut sebagai denotasi, sedangkan sistem tanda yang kedua disebut dengan konotasi. Denotasi adalah hubungan eksplisit antara tanda dengan refrensi atau realitas dalam penandaan. Sedangkan konotasi adalah aspek makna yang berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideology Yang selanjutnya model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus perhatiannya tertuju pada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification). Seperti kolom dibawah ini: Tab

Signifikasi Dua Tahap Roland Barthes

1. Signifier

2. Signified

(penanda)

(petanda)

3. Denotative sign (Tanda denotatif) 4. Conotatif Signifier

5. Conotatif Signified

(penanda konotatif)

(petanda konotatif)

6. Conotatif Sign (tanda konotatif)

I.

Sistematika Pembahasan Sistematika Pembahasan merupakan urutan sekaligus kerangka berfikir dalam penulisan skripsi, untuk lebih mudah memahami penulisan skripsi ini, maka disusunlah sistematika pembahasan, antara lain: BAB I

: PENDAHULUAN Merupakan bab pendahuluan yang di dalamnya mencakup sub bahasan, antara lain: latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, definisi konsep, dan sistematika pembahasan.

BAB II

: KERANGKA TEORITIS Membahas tentang kajian pustaka yang berisi tentang pembahasan analisis semiotik, definisi film, dan sejarah perkembangan film. Pembahasan berikutnya mengenai kajian teori yang dalamnya berisi tentang pendekatan semiotika, semiotika pendekatan Roland Barthes, dan teori penetrasi sosial yang merupakan teori yang relevan dalam penelitian ini.

BAB III

: PENYAJIAN DATA Pada bab ini terdiri dari 2 sub bab, yang pertama deskripsi subjek, objek, dan wilayah penelitian. Subjek penelitian berisi tentang profil film Sultan Agung dan sinopsis dari film tersebut. Objek penelitian berupa komunikasi teks

media yang berupa gambar dan suara dalam film Sultan Agung. Wilayah penelitian ini berupa film Sultan Agung karya sutradara Hanung bramantyo. Sub bab yang kedua berisi tentang penyajian dan analisis data mengenai penanda dan petanda pesan perjuangan dalam film Sultan Agung, dan penjelasan mengenai makna petanda dan penanda pesan perjuangan dalam film Sultan Agung. BAB IV

: PEMBAHASAN Pada bab ini terdiri dari dua sub bab, yang pertama mengupas tentang teman penelitian yang dijelaskan secara detail dari scene-scene yang menjadi fokus penelitian dan yang kedua berisi tentang konfirmasi temuan dengan teori Roland Barthes.

BAB V

: PENUTUP Pada bab ini berisikan penutup yang memaparkan kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi tentang penanda dan petanda serta makna pesan perjuangan yang terkandung dalam film sebagai hasil akhir penelitian. Saran atau rekomendasi berisi tentang ajakan untuk penelitian selanjutnya agar dapat dilakukan penelitian tentang dampak atau respon dari masyarakat mengenai film Sultan Agung.

More Documents from "Hafidh NotSure"