Materi.docx

  • Uploaded by: Ghina Nur
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Materi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,787
  • Pages: 63
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Bandung, November 2016

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR ………………………………………………………….....…i DAFTAR ISI ………………………………………………………………….…......ii

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………………………………………..…………..1 1.2 Rumusan Masalah ………………………………………..……….2 1.3 Tujuan ………………………………………………….…………2 1.4 Manfaat …………………………………………………………...3

BAB II

TINJAUAN TEORI 2.1 Perkembangan Anatomi System Pernapasan dari Lahir Sampai Dewasa ………………………………………………………….. 2.2 Produksi Surfaktan dari Janin Hingga Dewasa…………...……6 2.3 Otot Bantu Pernafasan…………………………...………….….21 2.4 Perkembangan Fisiologi System Pernapasan dari Lahir Sampai Dewasa. …………………………………………….………...…24 2.5 Faktor Perkembangan Pernapasan Selama Kehamilan………...28 2.6 Perbedaan Fisiologi Pernapasan Janin, Neonates, dan Dewasa...29 2.7 Histologi System Pernapasan……...…………………………...32 2.8 Fisiologi Pernapasan dari Mulai Ventilasi, Difusi, dan Perfusi....33 2.9 Hukum Fisika yang Mendasari Proses Pernapasan Seperti Hukum Bernouli, dan Hukum Tegangan Permukaan………………...…34 2.10 Proses Batuk, Bersin, dan Aspirasi………………………….…35 2.11 Kadar Oksigen dan Gas Lainnya dalam Tubuh…….……....…37 2.12 Proses Perpindahan Oksigen dari Alveoli ke Pembuluh Darah dan dari Pembuluh Darah ke Sel……………………..…………...…44

2.13 Pusat Pengendali Pernapasan dalam Otak ……………………...45 2.14 Proses Pengendalian Simpatis dan Parasimpatis Terhadap Pernapasan………………………………..……………………48

BAB III

PENUTUP 3.1 Kesimpulan ……………………………………………….……..53 3.2 Saran …………………………………………………………….54

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….…………55

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar belakang Sebagai makhluk hidup kita masih hidup sampai saat ini karena setiap saat kita selalu bernafas menghirup udara. Makhluk hidup, di dunia ini, baik itu hewan maupun manusia akan mati (wafat) jika sudah tidak dapat bernafas lagi. Sebenarnya bagaimana sistem pernafasan yang terdapat dalam tubuh kita ?maka dari itu penulis ingin mengetahui lebih banyak tentang sistem pernapasan pada mammalia khususnya manusia. Sistem pernapasan secara garis besarnya terdiri dari paru-paru dan susunan saluran yang menghubungkan paru-paru dengan yang lainnya, yaitu hidung, tekak, pangkal tenggorok, tenggorok, cabang tenggorok. Metabolisme normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan karbon dioksida sebagai sisa metabolisme yang harus dikeluarkan dari tubuh. Pertukaran gas O2 dan CO2 dalam tubuh makhluk hidup di sebut pernapasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan dengan cara difusi. Pernapasan atau respirasi dapat dibedakan atas dua tahap.Tahap pemasukan oksigen ke dalam dan mengeluarkan karbon dioksida keluar tubuh melalui organ-organ pernapasan disebut respirasi eksternal.Pengangkutan gas-gas pernapasan dari organ pernapasan ke jaringan tubuh atau sebaliknya dilakukan oleh sistem respirasi.Tahap berikutnya adalah pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan CO2 dari sel-sel dalam jaringan, disebut respirasi internal.

1.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan ulasan singkat latar belakang di atas, maka dapat disusunlah rumusan masalah sebagai berikut: 1.

Bagaimana perkembangan anatomi system pernapasan dari lahir sampai dewasa?

2.

Bagaimana produksi surfaktan dari janin hingga dewasa?

3.

Apa saja otot bantu pernafasan?

4.

Bagaimana perkembangan fisiologi system pernapasan dari lahir sampai dewasa?

5.

Apa saja faktor perkembangan pernapasan selama kehamilan?

6.

Bagaimana perbedaan fisiologi pernapasan janin, neonates, dan dewasa?

7.

Bagaimana histologi system pernapasan?

8.

Bagaimana fisiologi pernapasan dari mulai ventilasi, difusi, dan perfusi?

9.

Bagaimana hukum fisika yang mendasari proses pernapasan seperti Hukum Bernouli, dan Hukum tegangan permukaan?

10. Bagaimana proses batuk, bersin, dan aspirasi? 11. Bagaimana kadar oksigen dan gas lainnya dalam tubuh? 12. Bagaimana proses perpindahan oksigen dari alveoli ke pembuluh darah dan dari pembuluh darah ke sel? 13. Bagaimana pusat pengendali pernapasan dalam otak? 14. Bagaimana proses pengendalian simpatis dan parasimpatis terhadap pernapasan?

1.3 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui perkembangan anatomi system pernapasan dari lahir sampai dewasa. 2. Untuk mengetahui produksi surfaktan dari janin hingga dewasa. 3. Untuk mengetahui otot bantu pernafasan. 4. Untuk mengetahui perkembangan fisiologi system pernapasan dari lahir sampai dewasa. 5. Untuk mengetahui faktor perkembangan pernapasan selama kehamilan. 6. Untuk mengetahui perbedaan fisiologi pernapasan janin, neonates, dan dewasa. 7. Untuk mengetahui histologi system pernapasan.

8. Untuk mengetahui fisiologi pernapasan dari mulai ventilasi, difusi, dan perfusi. 9. Untuk mengetahui hukum fisika yang mendasari proses pernapasan seperti Hukum Bernouli, dan Hukum tegangan permukaan. 10. Untuk mengetahui proses batuk, bersin, dan aspirasi. 11. Untuk mengetahuikadar oksigen dan gas lainnya dalam tubuh. 12. Untuk mengetahui proses perpindahan oksigen dari alveoli ke pembuluh darah dan dari pembuluh darah ke sel. 13. Untuk mengetahui pusat pengendali pernapasan dalam otak. 14. Untuk mengetahui proses pengendalian simpatis dan parasimpatis terhadap pernapasan.

1.4 Manfaat Manfaat dari penulisan makalah ini adalah : 1. Mahasiswa mengetahui dan memahamiperkembangan anatomi system pernapasan dari lahir sampai dewasa. 2. Mahasiswa mengetahui dan memahamiproduksi surfaktan dari janin hingga dewasa. 3. Mahasiswa mengetahui dan memahamiotot bantu pernafasan. 4. Mahasiswa mengetahui dan memahamiperkembangan fisiologi system pernapasan dari lahir sampai dewasa. 5. Mahasiswa mengetahui dan memahamifaktor perkembangan pernapasan selama kehamilan. 6. Mahasiswa mengetahui dan memahamiperbedaan fisiologi pernapasan janin, neonates, dan dewasa. 7. Mahasiswa mengetahui dan memahamihistologi system pernapasan. 8. Mahasiswa mengetahui dan memahamifisiologi pernapasan dari mulai ventilasi, difusi, dan perfusi.

9. Mahasiswa mengetahui dan memahamihukum fisika yang mendasari proses pernapasan seperti Hukum Bernouli, dan Hukum tegangan permukaan. 10. Mahasiswa mengetahui dan memahamiproses batuk, bersin, dan aspirasi. 11. Mahasiswa mengetahui dan memahamikadar oksigen dan gas lainnya dalam tubuh. 12. Mahasiswa mengetahui dan memahamiproses perpindahan oksigen dari alveoli ke pembuluh darah dan dari pembuluh darah ke sel. 13. Mahasiswa mengetahui dan memahamipusat pengendali pernapasan dalam otak. 14. Mahasiswa mengetahui dan memahamiproses pengendalian simpatis dan parasimpatis terhadap pernapasan.

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Perkembangan Anatomi System Pernapasan dari Lahir Sampai Dewasa 2.1.1 Anatomi System Pernapasan pada Neonatus

Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system. Neonatus bukanlah miniatur orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak.Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam ke 24-72 pertama. Transisi ini hampir meliputi semua sistem organ tapi yang terpenting bagi anestesi adalah system pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Maka dari itu sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu tindakan anestesi terhadap neonatus. Jadi, Sistem Pernafasan pada Neonatus adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas pada masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim.

Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi.Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal  Usia 36-42 minggu.  Berat badan lahir 2500-4000 gr.  Dapat bernafas dengan teratur dan normal.  Organ fisik lengkap dan dapat berfungsi dengan baik. Adaptasi Fisik Bayi Baru Lahir Normal Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Biasanya anak mulai bernapas segera dan mempuyai irama pernapasan yang normal.Kecepatanfetus mulai bernapas menunjukkan bahwa pernapasan di mulai oleh terpaparnya bayi secara mendadak ke dunia luar,mungkin akibat dari keadaan asfiksia ringan karena proses kelahiran,tetapi juga akibat impuls sensori yang berasal dari kulit yang mendadak dingin. Janin dalam rahim sebenarnya sudah mampu bernafas dalam rahim.Namun air ketuban tidak masuk ke dalam alveoli paru-parunya. Pusat pernapasan ini dipengaruhi oleh kadar O2 dan CO2 di dalam tubuh janin. Paru-paru janin mulai berkembang pada saat berusia sekitar enam minggu di perut ibu dan akan ketika berusia sekitar delapan bulan. Selama bulan-bulan terakhir kehamilan, tubuh menghasilkan sejenis zat minyak yang akan melindungi paru-paru janin agar tak terisi cairan. Paru-paru manusia tercipta khusus untuk menampung udara, tidak yang lain. Meskipun paru-paru bayi baru berfungsi sesaat setelah lahir, paru-paru sudah mulai menunjukkan aktivitasnya sejak masih dalam perut ibu. Tali

pusar yang menempel pada ibu terdiri atas dua pembuluh nadi dan sebuah pembuluh vena: vena mengangkut oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan janin sedangkan nadi mengangkut karbon dioksida dan sisa-sisa nutrisi yang harus dibuang kembali kepada ibu. Pertukaran antara oksigen dengan karbon dioksida inilah yang disebut bernapas. Ketika tali pusar dipotong saat kelahiran, bayi yang baru lahir harus belajar untuk hidup tanpa bantuan ibunya.Hanya dalam beberapa detik paru-paru mulai terbuka, darah mulai mengalir, dan paru-paru bayi mulai berfungsi sebagaimana mestinya. A. Adaptasi Sistem Pernapasan Bayi Baru Lahir Selama dalam uterus janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta, setelah lahir melalui paru.Janin cukup bulan mengalami penurunan cairan paru pada hari-hari sebelum persalinan. Hal ini terjadi sebagai respons terhadap peningkatan hormone stress dan terdapat peningkatan protein plasma yang bersirkulasi, yang menyebabkan onkotik meningkat disertai dengan meningkatnya aliran cairan paru ke dalam ruang interstisial di paru untuk diabsorpsi ke dalam sirkulasi limfasik. Pernapasan awal ini dipicu oleh : 1. Faktor-faktor fisik, meliputi usaha untuk menggembangkan paru dan mengisi alveolus yang kolaps. Tekanan ronga toraks via jalan lahir mengakibatkan cairan paru (bayi normal 80-90 ml) kehilangan 1/3 dari jumlah tersebut sehingga cairan yang hilang ini di ganti dengan udara. 2. Faktor-faktor sensorik, meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan penurunan suhu. 3. Faktor-faktor kimia, meliputi perubahan dalam darah (misal: penurunan kadar oksigen dan peningkatan kadar CO2, dan penurunan pH merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotis. (Dompas, Robin. 2010). Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar antara 30/60 kali per menit (rata-rata 40 kali per menit), pernapasan diafragma dan abdomen.Bayi baru lahir biasanya bernafas melalui hidung.Respons pernafasan abnormal bila ditemukan retraksi interkosta, prosesus xifoideus, pernafasan cuping, hidung, dan suara dengkur saat ekspirasi.Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah, terutama selama 12-18 jam pertama.

Perkembangan sistem pulmoner terjadi sejak masa embrio, tepatnya pada umur kehamilan 24 hari.Pada umur kehamilan 24 hari ini bakal paruparu terbentuk.Pada umur kehamilan ke 26-28 hari kedua bronchi membesar.Pada umur kehamilan 6 minggu terbentuk segmen bronchus.Pada umur kehamilan 12 minggu terjadi deferensiasi lobus.Pada umur kehamilan 24 minggu terbentuk alveolus.Pada umur kehamilan 28 minggu terbentuk surfaktan.Pada umur kehamilan 34-36 minggu struktur paru-paru matang, artinya paru-paru sudah bisa mengembangkan sistem alveoli.Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Tabel Perkembangan Sistem Pulmoner Umur kehamilan

Perkembangan

24 Hari

Bakal paru-paru terbentuk

26-28 hari

Dua bronki membesar

6 minggu

Dibentuk segmen bronkus

12 minggu

Deferensiasi lobus

16 minggu

Dibentuk bronkiolus

24 minggu

Dibentuk alveolus

28 minggu

Dibentuk surfaktan

34-36 minggu

Maturasi struktur (paru-paru dapat mengembangkan system alveoli dan tidak mengempis lagi)

Keadaan yang mempercepat proses maturitas paru-paru adalah : Toksemia, Hipertensi, Diabetes yang berat, Infeksi ibu, Ketuban pecah dini, Insufisiensi plasenta. Keenam keadaan diatas dapat mengakibatkan stress pada janin. Hal ini dapat menimbulkan rangsangan untuk pematangan paru-paru. Keadaan yang memperngaruhi keterlambatan maturitas paru-paru adalah : 1.

Diabetes yang ringan

2.

Factor inkompabilitas Rh

Gameli satu ovum dengan berat badan yang berbeda dan biasanya berat badan yang lebih kecil paru-parunya belum matur. (Marmi dan Kukuh Rahardjo. 2012) Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta, setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada paru-paru (setelah tali pusat dipotong).Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama kali pada neonatus disebabkan karena adanya : (Arief dan Weni. 2009).    

Tekanan mekanis pada torak sewaktu melalui jalan lahir Penurunan tekanan oksigen dan kenaikan tekanan karbon dioksida merangsang kemoreseptor pada sinus karotis (stimulus kimiawi) Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permulaan gerakan (stimulus sensorik) Reflex deflasi Hering Breur

Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan yang tinggi pada toraksnya, dan tekanan ini akan hilang dengan tiba-tiba setelah bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan cairan yang ada didalam paru-paru hilang karena terdorong ke bagaian perifer paru untuk kemudian diabsorpsi, karena terstimulus oleh sensor kimia, suhu, serta mekanis akhirnya bayi memulai aktivasi napas untuk yang pertama kali. Tekanan intratoraks yang negatif disertai dengan aktivasi napas yang pertama memungkinkan adanya masuk ke dalam paru-paru.Setelah beberapa kalo nafas pertama, udara dari luar mulai mengisi jalan napas pada trakea dan bronkus, akhirnya semua alveolus mengembang karena terisi udara. Fungsi alveolus dapat maksimal jika dalam paru-paru bayi terdapat surfaktan yang adekuat.Surfaktan membantu menstabilkan dinding alveolus sehingga alveolus tidak kolaps saat akhir napas. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan di dalam alveoli itu sendiri adalah menarik napas dan mengeluarkan napas dengan cara menjerit sehingga oksigen tertahan di dalam alveoli. Dalam keadaan anoksia,neonatus masih dapat mempertahankan kehidupan karena adanya kelanjutan metabolisme anaerob yaitu kelanjutan

metabolisme tanpa oksigen.Pernapasan pada neonatus biasanya menggunakan pernapasan difragma dan abdominal sedangkan frekuensi dan dalamnya pernapasan biasanya belum teratur.Pernapasan normal pada neonatus pertama kali dimulai ketika kurang lebih 30 detik sesudah kelahiran.Pernapasan ini terjadi sebagai akibat adanya aktivitas normal dari susunan saraf pusat perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya.misalnya tekanan mekanis pada toraks melalui jalan lahir.Penurunan tekanan oksigen dan kenaikan tekanan karbon dioksida pada paru-paru merangsang kemoreseptor yang terletak pada sinus karotis sehingga bayi bernapas, rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang pemulaan gerakan pernapasan. Tekanan pada rongga pada bayi sewaktu melalui jalan lahir pervagian mengakibatkan kehilangan setengah dari jumlah cairan yang ada di paruparu (paru-paru pada bayi yang normal yang cukup bulan mengandung 80100 ml cairan) sehingga sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara, peru-paru berkembangan dan rongga dada kembali pada bentuk semula.

B. Faktor yang Berperan pada Sistem Pernafasan Neonatus Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi : a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak. b) Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paruparu secara mekanis. Interaksi antara system pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan. C. Upaya Pernafasan Pertama pada Neonatus a) mengeluarkan cairan dalam paru-paru. b) Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali. Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah.Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan mengantarkannya ke

jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar : a) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung. b) Penutupan ductus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi dan meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah. Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah : a) Pada saat tali pusat dipotong.Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan. Kedua hal ini membantu darah dengan kandungan O2 sedikit mengalir ke paru-paru untuk oksigenasi ulang. b) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. O2 pada pernafasan pertama menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paruparu.Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.Dengan pernafasan, kadar O2 dalam darah akan meningkat,mengakibatkan ductus arteriosus berkontriksi dan menutup. Vena umbilikus, ductus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem.Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.

2.1.2 Anatomi System Pernapasan pada Dewasa

Gambar. Sistem Respirasi Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru-paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya.Di

dalamrongga

dada

terdapat

juga

jantung

dalamnya.Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma. 1. Hidung = Naso = Nasal

di

Hidung adalah bagian yang paling menonjol diwajah.Yang berfungsi menghirup udara pernafasan, menyaring udara, menghangatkan udara pernafasan, juga berperan dalam resonasi suara.

Gambar. Bagian Hidung Hidung merupakan alat indera manusia yang menanggapi rangsang berupa bau atau zat kimia yang berupa gas .Di dalam rongga hidung terdapat serabut saraf pembau yang dilengkapi dengan sel-sel pembau.Setiap sel pembau mempunyai rambut-rambut halus (silia olfaktori) di ujungnya dan diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembab dan untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung. Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (cavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum

nasi).Didalam terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk kedalam lubang hidung. 1) Bagian luar dinding terdiri dari kulit 2) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan. 3) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah: a.konka nasalis inferior ( karang hidug bagian bawah) b. konka nasalis media(karang hidung bagian tengah) c. konka nasalis superior(karang hidung bagian atas). Diantara konka-konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah dan meatus inferior (lekukan bagian bawah).Meatusmeatus inilah yang dilewati oleh udara pernafasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, keatas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmodialis pada rongga tulang tapis. Pada sinus etmodialis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka nasalis.Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut terutama terdapat di bagian atas.Pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut-serabut syaraf atau reseptor dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius.

Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah, saluran ini disebut tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring.Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakminaris. 2. Tekak=Faring/ pharynx

Gambar.Faring Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain keatas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium. Ke bawah terdapat dua lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus.

Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat folikel getah bening.Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid.Disebelahnya terdapat 2 buah tonsilkiri dan kanan dari tekak.Di sebelah belakang terdapat epiglotis (empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan. Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian: 1) Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut nasofaring. 2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring 3) Bagian bawah sekali dinamakan laringgofaring.

3. Pangkal Tenggorokan(Laring)

Gambar. Laring Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat

ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain: 1. Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun sangat jelas terlihat pada pria. 2. Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker 3. Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin 4.Kartilago epiglotis (1 buah).

Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epiteliumnberlapis. Proses pembentukan suara merupakan hasil kerjasama antara rongga mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir. Perbedaan suara seseorang tergsantung pada tebal dan panjangnya pita suara.Pita suara pria jauh lebih tebal daripada pita suara wanita. 4. Batang Tenggorokan ( Trakea)

Merupakan lanjutan dari laring yang terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri

dari

tulang-tulang

rawan

yang

berbentuk

seperti

kuku

kuda.Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kearah luar.

Gambar. Trakea Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos.Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina. 5. Cabang Tenggorokan ( Bronkus)

Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris kanan

(3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus).Bronkus lobaris

kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki: arteri, limfatik dan saraf.

Gambar. Bronkus

6. Bronkiolus

Merupakan

percabangan

dari bronkus, saluran ini lebih halus dan dindingnya lebih tipis. Bronkiolus kiri berjumlah 2, sedangkan kanan berjumlah 3, percabangan ini akan mebentuk cabang yang lebih halus seperti pembuluh. Bronkiolus kiri dan bronkiolus kanan : 1) Bronkiolus Bronkus

segmental

bronkiolus.Bronkiolus

bercabang-cabang

mengandung

kelenjar

menjadi

submukosa

yang

memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan nafas. Dinding bronkiolus mengandung otot polos & persarafi oleh sistem saraf otonom, peka terhadap hormon tertentu dan zat kimia tertentu .

reaksi alergi

histamin

sympatik action

bronchodilatation

bronchocontriction

2) Bronkiolus terminalis Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang mempunyai kelenjar lendir dan silia).

3) Bronkiolus respiratori Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respirstori. Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara lain jalan nafas konduksi dan jalan udara pertukaran gas. 4) Duktus alveolar dan sakus alveolar Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar.Dan kemudian menjadi alvioli.

7. Alveolus

Berupa saluran udara buntu membentuk gelembung-gelembung udara, dinding tipis setebal selapis sel, lembab dan berdekatan dengan kapiler darah. Alveolus berfungsisebagai permukaan respirasi, luas total mencapai 100 m2(50 X luas permukaan tubuh) cukup untuk melakukan pertukaran gas ke seluruh tubuh.

Merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2. Terdiri atas 3 tipe: 1) Sel-sel alveolar tipe : sel epitel yang membentuk dinding alveoli 2) Sel-sel alveolar tipe II: sel yang aktif secara metabolik dan mensekresikan surfaktan ( suatu fosfolifid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps) 3) Sel-sel alveolar tipe III: makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.

8. Paru – paru

Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut.Terletak dalam rongga dada atau toraks.Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.Setiap paru mempunyai apeks dan basis, paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus dan fisura interlobaris.Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus.Lobus-lobus tersebut terbagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.paru kanan tiga belah lobus yaitu belah paru atas, belah

paru tengah dan belah paru bawah. Sedangkan yang kiri ada dua yaitu paru atas dan belah paru bawah. Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa/alveoli).Gelembung hawa terdiri dari selsel epitel dan endotel.Banyaknya gelembung- gelembung paru-paru kurang lebih 700.000.000 buah (paru–paru kanan dan kri).Di dalam paru–paru ini terdapat alveolus yang berjumlah lebih dari kurang dari 300 juta buah.Bagian luar paru-paru dibungkus oleh selaput pleura untuk melindungi paru-paru dari gesekan ketika bernapas, berlapis 2 dan berisi cairan.

Adapun macam-macam kapasitas volum paru – paru saat respirasi antara lain : 1) Volume tidal : banyaknya udara yang masuk dan keluar paru – paru selama pernafasan normal ( 500 ml)

2) Volume tidal dipengaruhi : berat badan seseorang, jenis kelamin, usia, kondisi fisik .

9. Pleura

Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis. Terbagi menjadi 2: 1) Pleura perietalis yaitu yang melapisi rongga dada 2) Pleura

viseralis

yaitu

yang

menyelubungi

setiap

paru-paru.

Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernafsan. Juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paruparu. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru.

2.2 Produksi Surfaktan dari Janin Hingga Dewasa Pembentukan paru dimulai pada kehamilan 3-4 minggu dengan terbentuknya trakea dari esofagus.Pada 24 minggu terbentuk rongga udara yang terminal termasuk epitel dan kapiler, serta diferensiasi pneumosit tipe I dan II.Sejak saat ini pertukaran gas dapat terjadi namun jarak antara kapiler dan rongga udara masih 2 -3 kali lebih lebar dibanding pada dewasa.Setelah 30 minggu terjadi pembentukan bronkiolus terminal, dengan pembentukan alveoli sejak 32–34 minggu. Surfaktan muncul pada paru-paru janin mulai usia kehamilan 20 minggu tapi belum mencapai permukaan paru. Muncul pada cairan amnion antara 28-32 minggu.Level yang matur baru muncul setelah 35 minggu kehamilan. Surfaktan mengurangi tegangan permukaan pada rongga alveoli, memfasilitasi ekspansi paru dan mencegah kolapsnya alveoli selama ekspirasi.Selain itu dapat pula mencegah edema paru serta berperan pada sistem pertahanan terhadap infeksi. Komponen utama surfaktan adalah Dipalmitylphosphatidylcholine (lecithin) – 80 %, phosphatidylglycerol –7%, phosphatidylethanolamine –3%, apoprotein (surfactant protein A, B, C, D) dan cholesterol. Dengan bertambahnya usia kehamilan, bertambah pula produksi fosfolipid dan penyimpanannya pada sel alveolar tipe II. Protein merupakan 10% dari surfaktan., fungsinya adalah memfasilitasi pembentukan film fosfolipid pada perbatasan udara-cairan di alveolus, dan ikut serta dalam proses perombakan surfaktan. Surfaktan disintesa dari prekursor 1) di retikulum endoplasma 2) dan dikirim ke aparatus Golgi 3) melalui badan multivesikular. Komponen-komponennya tersusun dalam badan lamellar 4) penyimpanan intrasel berbentuk granul sebelum surfaktan disekresikan. Setelah disekresikan (eksositosis) ke perbatasan cairan alveolus, fosfolipidfosfolipid surfaktan disusun menjadi struktur kompleks yang disebut mielin tubular 5) Mielin tubular menciptakan fosfolipid yang menghasilkan materi yang melapisi perbatasan cairan dan udara 6) di alveolus, yang menurunkan tegangan permukaan. Kemudian surfaktan dipecah, dan fosfolipid serta protein dibawa kembali ke sel tipe II, dalam bentuk vesikel-vesikel kecil

7) melalui jalur spesifik yang melibatkan endosome 8) ditransportasikan untuk disimpan sebagai badan lamella 9) untuk didaur ulang. Beberapa surfaktan juga dibawa oleh makrofag alveolar 10) Satu kali transit dari fosfolipid melalui lumen alveoli biasanya membutuhkan beberapa jam. Fosfolipid dalam lumen dibawa kembali ke sel tipe II dan digunakan kembali 10 kali sebelum didegradasi. Protein surfaktan disintesa sebagai poliribosom dan dimodifikasi secara ekstensif di retikulum endoplasma, aparatus Golgi dan badan multivesikular. Protein surfaktan dideteksi dalam badan lamelar sebelum surfaktan disekresikan ke alveolus.

2.3 Otot Bantu Pernafasan Mekanisme Pernafasan Gerakan pernapasan diatur oleh pusat pernapasan (medulla oblongata) yang terdapat di otak.Sedangkan keinginan bernafas adalah karena adanya rangsangan dari konsentrasi CO2 dalam darah.Bila kita menahan napas dalam waktu tertentu, maka dorongan untuk bernapas semakin besar. Ini terjadi karena kadar CO2 dalam darah semakin meningkat dan akan memacu pusat pernapasan agar organ pernapasan melakukan gerakan bernapas. Ada dua cara pernafasan yang dilakukan manusia, yaitu pernafasan dada dan pernafasan perut. Organ yang terlibat pada pernafasan dada adalah tulang rusuk, otot antar rusuk (intercostae), dan paru-paru.Sedangkan pada pernafasan perut yang terlibat adalah diafragma, otot perut, dan paru-paru.

1. Pernapasan dada Inspirasi: Bila otot antar tulang rusuk berkontraksi, maka tulang rusuk terangkat, volume rongga dada akan membesar sehingga tekanan udara di dalamnya menjadi lebih kecil daripada tekanan udara luar, sehingga udara masuk ke paru-paru.

• Ekspirasi: Bila otot antar tulang rusuk relaksasi, maka posisi tulang rusuk akan menurun, akibatnya volume rongga dada akan mengecil sehingga tekanan udara membesar, akibatnya udara terdorong ke luar dari paru-paru.

2. Pernapasan perut • Inspirasi: Bila otot diafragma berkontraksi, maka posisi diafragma akan mendatar, akibatnya volume rongga dada bertambah besar, tekanan mengecil, sehingga udara masuk ke paru-paru • Ekspirasi:

Bila

otot

diafragma

relaksasi,

maka

posisi

diafragma

naik/melengkung, sehingga rongga dada mengecil, tekanan membesar, akibatnya udara terdorong keluar.

Ekspirasi bukan saja akibat otot-otot antar tulang rusuk dan diafragma yang berelaksasi, tetapi juga karena kontraksi otot dinding perut. Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.

Interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga. Sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada). Skalenus yang mengangkat 2 iga teratas. Interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga. Otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut mendorong diafragma ke atas. 6. Otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri.Masing-masing bronkus terus bercabang sampai dengan 20-25 kali sebelum sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan bronkus terakhir sebelum bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara lancar.

2.4 Perkembangan Fisiologi System Pernapasan dari Lahir Sampai Dewasa. Sistem pernapasan merupakan sistem yang paling tertantang ketika mengalami perubahan dari fase intrauterus menuju ekstrauterus. Bayi baru lahir

harus mulai segera mulai bernafas. Selama kehamilan organ yang berperan dalam respirasi janin sampai janin lahir adalah plasenta. Paru – paru yang bermula dari suatu titik yang muncul dari Pharynx yang bercabang dan kemudian cabang lagi sehingga membentuk struktur pencabangan bronkus. Proses tersebut terus berlanjut setelah kelahiran hingga kira-kira usia anak 8 tahun sampai jumlah bronkhiolus dan alveolus berkembang sepenuhnya. Agar alveolus dapat berfungsi, harus ada surfaktan yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Surfaktan adalah lipoprotein yang dapat mengurangi ketegangan permukaan dalam alveoli dan membantu dalam pertukaran gas. Bagian ini di produksi pertama kali dari usia kehamilan 20 minggu dan jumlahnya akan terus bertambah hingga paru–paru menjadi dewasa pada minggu 30–34 minggu. Ketidak dewasaan paru–paru inilah yang paling menentukan dan mengurangi kemungkinan hidupnya seorang bayi baru lahir oleh karena luas permukaan alveoli yang terbatas serta tidak adanya surfaktan yang memadai menyebabkan stress pada bayi. Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk nafas pertama kali, diantaranya; peristiwa mekanis seperti penekanan toraks pada proses kelahiran pervaginam (tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir) dan tekanan yang tinggi pada toraks tersebut tiba-tiba hilang ketika bayi lahir disertai oleh stimulus fisik, nyeri, cahaya suara menyebabkan perangsangan pusat pernafasan. Pada saat bayi mencapai cukupbulan, kurang dari 100 ml cairan paru–paru terdapat di dalam nafasnya. Selama proses kelahiran, kompresi dinding dada akan membantu pengeluaran sebagian dari cairan ini dan lebihnya akan diserap oleh sirkulasi pulmonum serta sistem limphatik setelah kelahiran bayi. Neonatus yang dilahirkan dengan SC (SecsioCesarea) tidak mendapat penekanan thorak sehingga paru–parunya terisi cairan dalam waktu yang lebih lama. Cairan yang mengisi mulut dan trakhea sebagian dikeluarkan dan udara mulai mengisi sistem pernafasan ini.

Aktifnya

pernafasan yang

pertama

menimbulkan

serangkaian

peristiwa

diantaranya : 1. Membantu perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi dewasa. 2. Mengosongkan cairan dari paru–paru 3. Menentukan volume paru neonatus dan karakteristik fungsi paru–paru bayi baru lahir. Dengan tarikan nafas yang pertama, udara di ruangan mulai mengisi saluran napas besar trakhea neonatus dan bronkus. Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangklan cairan paru. Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur.

2.5 Faktor Perkembangan Pernapasan Selama Kehamilan Perubahan sistem respirasi pada masa kehamilan diperlukan untuk pertumbuhan janin dan kebutuhan oksigen maternal.Perubahan sistem respirasi meliputi perubahan kebutuhan oksigen, dyspnea (sesak nafas) dan peningkatan volume tidal. Selama kehamilan terjadi perubahan fisiologi sistem pernafasan disebabkan oleh perubahan hormonal dan faktor mekanik. Pengaruh hormonal (peningkatan kadar estrogen) menyebabkan ligamen pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Sedangkan perubahan mekanis meliputi elevasi posisi istirahat diafragma kurang lebih 4 cm, peningkatan 2 cm tranversal saat sudut subkostal dan iga bawah melebar, serta lingkar toraks

melingkar kurang lebih 6 cm. Semua perubahan ini disebabkan oleh pembesaran uterus akibat tekanan keatas. Perubahan-perubahan ini diperlukan untuk mencukupi peningkatan kebutuhan metabolik dan sirkulasi untuk pertumbuhan janin, plasenta dan uterus.Adanya perubahan-perubahan ini juga menyebabkan perubahan pola pernapasan dari pernapasan abdominal menjadi torakal yang juga memberikan pengaruh untuk memenuhi peningkatan konsumsi

oksigen

maternal

selama

kehamilan.

Perubahan

hormonal

pembesaran mukosa saluran respirasi. Pernafasan melalui hidung akan semakin sulit, sehingga wanita hamil cenderung bernafas dengan mulut, terutama pada malam hari. Hal ini akan menyebabkan terjadinya xerostomia. Insidensi xerostomia pada wanita hamil adalah sekitar 44%. Xerostomia ini akan meningkatkan frekuensi karies gigi. Selain itu, peningkatan progesteron menyebabkan

hiperventilasi.Hiperventilasi

pada

kehamilan

adalah

hiperventilasi relatif, artinya kenaikan ventilasi alveolar diluar pengaruh CO2 sehingga PaCO2 menurun. 2.5.1 Pemenuhan kebutuhan oksigen Laju basal metabolisme meningkat selama kehamilan seperti terbukti oleh peningkatan konsumsi oksigen.Laju Metabolisme Basal (BMR) biasanya meningkat pada bulan ke-4 gestasi, meningkat 15%-20% pada akhir kehamilan, dan kembali ke nilai sebelum hamil pada hari ke-5 atau ke-6

pascapartum.Peningkatan

BMR

mencerminkan

peningkatan

kebutuhan O2 di unit janin-plasenta-uterus serta peningkatan konsumsi O2 akibat peningkatan kerja jantung ibu. Kebutuhan O2 ibu meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan O2 jaringan uterus dan payudara.Dengan

semakin

tuanya

kehamilan,

pernafasan

dada

menggantikan pernafasan perut dan penurunan diafragma saat inspirasi menjadi semakin sulit.

Namun karena adanya peningkatan kebutuhan O2, menyebabkan adanya penurunan kadar CO2 yang menyebabkan alkalosis. Selain itu, peningkatan vaskularisasi, sebagai respon peningkatan kadar estrogen, membuat kapiler membesar sehingga terbentuklah edema dan hiperemia pada traktus pernafasan atas. Kondisi ini meliputi sumbatan pada hidung dan sinus, epistaksis, perubahan suara, dll.Peningkatan ini juga membuat membran timpani dan tuba eustaki bengkak, nyeri pada telinga, atau rasa penuh di telinga. Selama melahirkan, konsumsi O2 dapat meningkat 20-25 %.Bila fungsi paru terganggu karena penyakit paru, kemampuan untuk meningkatkan konsumsi oksigen terbatas dan mungkin tidak cukup untuk mendukung partus normal, sebagai konsekuensi fetal distress dapat terjadi. 2.5.2 Dyspnea (ASMA) Produksi hormon seks wanita yang meningkat akan mempengaruhi mukosa saluran respirasi. Hal ini ditandai dengan adanya pembesaran pada nasofaring, laring, trakhea dan bronkus.Keadaan tersebut menyebabkan perubahan suara dan pernafasan melalui hidung mengalami gangguan.Oleh karena itu, keluhan dyspnea sering dijumpai pada wanita hamil. Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan. Asma bronkiale merupakan penyakit obstruksi saluran nafas yang sering dijumpai pada kehamilan dan persalinan, diperkirakan 1%-4% wanita hamil menderita asma.Efek kehamilan pada asma tidak dapat diprediksi.

Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya serangan asma pada setiap penderita tidaklah sama, bahkan pada seorang penderita asma serangannya tidak sama pada kehamilan pertama dan kehamilan berikutnya. Biasanya serangan akan timbul mulai usai kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu, dan akan berkurang pada akhir kehamilan. Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat bergantung dari frekuensi dan beratnya serangan asma, karena ibu dan janin akan mengalami hipoksia. Keadaan hipoksia jika tidak segera diatasi tentu akan memberikan pengaruh buruk pada janin, berupa abortus, persalinan prematur, dan berat janin yang tidak sesuai dengan umur kehamilan. 2.5.3 Pengaruh Kehamilan Terhadap Asma Pengaruh kehamilan terhadap perjalanan klinis asma, bervariasi dan tidak dapat diduga.Dispnea simtomatik yang terjadi selama kehamilan, yang mengenai 60%-70% wanita hamil, bisa memberi kesan memperberat keadaan asma. Wanita yang memulai kehamilan dengan asma yang berat, akan mengalami asma yang lebih berat selama masa kehamilannya dibandingkan dengan mereka yang dengan asma yang lebih ringan. Sekitar 60% wanita hamil dengan asma akan mengalami perjalanan asma yang sama pada kehamilan-kehamilan berikutnya. Gluck& Gluck menyimpulkan bahwa peningkatan kadar IgE diperkirakan akan memperburuk keadaan asma selama kehamilan, sebaliknya penderita dengan kadar IgE yang menurun akan membaik keadaannya selama kehamilan. Eksaserbasi serangan asma tampaknya sering terjadi pada trimester III atau pada saat persalinan, hal ini menimbulkan pendapat adanya pengaruh perubahan faktor hormonal, yaitu penurunan progesteron dan peningkatan

prostaglandin,

sebagai

faktor

yang

memberikan

pengaruh.Pada persalinan dengan seksio sesarea resiko timbulnya

eksaserbasi serangan asma mencapai 18 kali lipat dibandingkan jika persalinan berlangsung pervaginam.

2.5.4

Pengaruh Asma Terhadap Kehamilan Pengaruh asma terhadap kehamilan bervariasi tergantung derajat berat ringannya asma tersebut.Asma terutama jika berat bisa secara bermakna mempengaruhi hasil akhir kehamilan, beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan insidensi abortus, elahiran prematur, janin dengan berat badan lahir rendah, dan hipoksia neonatus.Beratnya derajat serangan asma sangat mempengaruhi hal ini, terdapat korelasi bermakna antara fungsi paru ibu dengan berat lahir janin.Angka kematian perinatal meningkat dua kali lipat pada wanita hamil dengan asma dibandingkan kelompok kontrol. Asma berat yang tidak terkontrol juga menimbulkan resiko bagi ibu, kematian ibu biasanya dihubungkan dengan terjadinya status asmatikus, dan

komplikasi

yang

mengancam

jiwa

seperti

pneumotoraks,

pneumomediastinum, kor pulmonale akut, aritmia jantung, serta kelemahan otot dengan gagal nafas.Angka kematian menjadi lebih dari 40% jika penderita memerlukan ventilasi mekanik. Asma dalam kehamilan juga dihubungkan dengan terjadinya sedikit peningkatan insidensi preeklampsia ringan, dan hipoglikemia pada janin, terutama pada ibu yang menderita asma berat. Beberapa

penelitian

menunjukkan

bahwa

dengan

penanganan

penderita secara intensif, akan mengurangi serangan akut dan status asmatikus, sehingga hasil akhir kehamilan dan persalinan dapat lebih baik. 2.5.5

Obat-Obat Anti Asma yang Sering Digunakan

Obat-obat yang digunakan untuk pengobatan asma secara garis besar dapat dibagi dalam 5 kelompok utama yaitu beta adrenergik, methylxanthine, glukokortikoid, cromolyn sodium dan anti kolinergik, di samping itu terdapat obat-obat lain yang sering digunakan sebagai terapi tambahan pada penderita asma seperti ekspektoran dan antibiotik.. Efek penggunaan obat anti asma dalam kehamilan terhadap janin Umumnya obat-obat anti asma yang biasanya dipergunakan relatif aman penggunaannya selama kehamilan, jarang dijumpai adanya efek teratogenik pada janin akibat penggunaan obat anti asma. 2.5.6

Penanganan Asma Kronik Pada Kehamilan Dalam penanganan penderita asma dengan kehamilan, dan tidak dalam serangan akut, diperlukan adanya kerja sama yang baik antara ahli kebidanan dan ahli paru. Usaha-usaha melalui edukasi terhadap penderita

dan

intervensi

melalui

pengobatan

dilakukan

untuk

menghindari timbulnya serangan asma yang berat. Adapun usaha penanganan penderita asma kronik meliputi : 1.

Bantuan psikologik menenangkan penderita bahwa kehamilannya tidak akan memperburuk perjalanan klinis penyakit, karena keadaan gelisah dan stres dapat memacu timbulnya serangan asma.

2.

Menghindari alergen yang telah diketahui dapat menimbulkan serangan asma.

3.

Desensitisasi atau imunoterapi, aman dilakukan selama kehamilan tanpa adanya peningkatan resiko terjadinya prematuritas, toksemia, abortus, kematian neonatus, dan malformasi kongenital, akan tetapi efek terapinya terhadap penderita asma belum diketahui jelas.

4.

Diberikan dosis teofilin per oral sampai tercapai kadar terapeutik dalam plasma antara 10-22 mikrogram/ml, biasa dosis oral berkisar antara 200-600 mg tiap 8-12 jam.

5.

Dosis oral teofilin ini sangat bervariasi antara penderita yang satu dengan yang lainnya.

6.

Jika diperlukan dapat diberikan terbulatin sulfat 2,5-5 mh per oral 3 kali sehari, atau beta agonis lainnya.

7.

Tambahkan kortikosteroid oral, jika pengobatan masih belum adekuat gunakan prednison dengan dosis sekecil mungkin.

8.

Pertimbangan antibiotika profilaksis pada kemungkinan adanya infeksi saluran nafas atas.

9.

Cromolyn sodium dapat dipergunakan untuk mencegah terjadinya serangan asma, dengan dosis 20-40 mg, 4 kali sehari secara inhalasi.

2.5.7

Penanganan serangan asma akut pada kehamilan Dalam menghadapi ibu hamil dengan serangan asma akut, harus secara cepat dinilai beratnya serangan, jika berat perlu dipertimbangkan perawat diruang unit perawatan intensif dengan tetap memonitor keadaan janin dalam kandungan. Penanganan serangan asma akut pada kehamilan adalah sebagai berikut: 1.

Pemberian oksigen yang telah dilembabkan, 2-4/menit, pertahankan pO2 70-80 mmHg. Janin sangat rentan terhadap keadaan hipoksia.

2.

Hindari obat-obat

penekan batuk,

sedatif dan

antihistamin.

Tenangkan penderita Berikan cairan intravena, biasanya penderita mengalami kekurangan cairan, cairan yang digunakan biasanya ringer laktat atau normal saline. 3.

Berikan aminofilin dengan loading dose 4-6 mg/kgBB dan dilanjutkan dengan dosis 0,8-1 mg/kgBB/jam sampai tercapai kadar terapeutik dalam plasma sebesar 10-20 mikrogram/ml.

4.

Jika diperlukan pertimbangan penggunaan terbulatin subkutan dengan dosis 0,25 mg.

5.

Berikan steroid : hidrokortison secara intravena 2 mm/kgBB loading dose, tiap 4 jam atau setelah loading dose dilanjutkan dengan infus 0,5 mg/kgBB/jam.

6.

Pertimbangan penggunaan antibiotika jika ada kecurigaan infeksi yang menyertai.

7.

Intubasi dan ventilasi bantuan, jarang dibutuhkan kecuali pada kasuskasus yang mengancam kehidupan.

8.

Serangan asma berat yang tidak memberikan respons setelah 30-60 menit dengan terapi infeksi (obat agonis beta & teofilin) disebut status asmatikus, pada keadaan ini penderita ini harus ditangani di unit perawatan intensif Selama kehamilan pertimbangan untuk intubasi lebih awal diperlukan jika fungsi pernapasan ibu terus menurun, meskipun dilakukan penanganan yang intensif. Melakukan intubasi dan ventilasi mekanis. Angka kesakitan dan kematian perinatal tergantung dari tingkat

penanganan asma. Gordon et al menemukan bahwa angka kematian perinatal meningkat 2 kali lipat pada kehamilan dengan asma dibandingkan kontrol, akan tetapi dengan penanganan penderita dengan baik, angka kesakitan dan kematian perinatal dapat ditekan mendekati angka populasi normal. 2.5.8

Peningkatan Volume Tidal Selama kehamilan kapasitas vital pernapasan tetap sama dengan kapasitas sebelum hamil yaitu 3200 cc, akan tetapi terjadi peningkatan volume tidal dari 450 cc menjadi 600 cc, yang menyebabkan terjadinya peningkatan ventilasi permenit selama kehamilan antara 19-50%. Peningkatan volume tidal ini disebabkan oleh efek progesteron terhadap resistensi saluran nafas dan dengan meningkatkan sensitifitas pusat pernapasan terhadap karbondioksida.

Dari faktor mekanis, terjadinya peningkatan diafragma terutama setelah pertengahan kedua kehamilan akibat membesarnya janin, menyebabkan turunnya kapasitas residu fungsional, yang merupakan volume udara yang tidak digunakan dalam paru, sebesar 20%.Selama kehamilan normal terjadi penurunan resistensi saluran napas sebesar 50%. Perubahan-perubahan ini menyebabkan terjadinya perubahan pada kimia dan gas darah. Karena meningkatnya ventilasi maka terjadi penurunan pCO2 menjadi 30 mm Hg, sedangkan pO2 tetap berkisar dari 90-106 mmHg, sebagai penurunan pCO2 akan terjadi mekanisme sekunder ginjal untuk mengurangi plasma bikarbonat menjadi 18-22 mEq/L, sehingga pH darah tidak mengalami perubahan.

2.6 Perbedaan Fisiologi Pernapasan Janin, Neonates, dan Dewasa Secara umum fungsi pernapasan pada manusia adalah: 1. Mengambil oksigen (O2) yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran 2. Mengeluarkan karbon dioksida (CO2) yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi oleh tubuh) 3. Melembabkan udara.

2.6.1Fisiologi Pernapasan Janin 1. Trisemester I Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat pada awal kehamilan yang mungkin diinterpretasikan sebagai dispneu.Hal itu sering mengesankan adanya kelainan paru atau jantung padahal

sebenarnya tidak ada apa-apa.Peningkatan usaha nafas selama kehamilan kemungkinan diinduksi terutama oleh progesteron dan sisanya

oleh

estrogen.Usaha

nafas

yang

meningkat

tersebut

mengakibatkan PCO2 atau tekanan karbokdioksida berkurang. 2. Trisemester II Selama kehamilan, sirkumferensia thorax akan bertambah kurang lebih 6 cm dan diafragma akan naik kurang lebih 4 cm karena penekanan uterus pada rongga abdomen. Pada kehamilan lanjut, volume tidal, volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara signifikan. 3. Trisemester III Pergerakan difragma semakin terbatas seiring pertambahan ukuran uterus dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan volume tidal, volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan mencapai puncaknya pada minggu ke 37. Wanita hamil akan bernafas lebih dalam sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesteron. 2.6.2 Fisiologi Pernapasan Neonatus Bayi baru lahir harus mulai segera mulai bernafas. Selama kehamilan organ yang berperan dalam respirasi janin sampai janin lahir adalah plasenta. Paru–paru yang bermula dari suatu titik yang muncul dari Pharynx yang bercabang dan kemudian cabang lagi sehingga membentuk struktur pencabangan

bronkus.

Proses

tersebut

terus

berlanjut

setelah

kelahiran hingga kira-kira usia anak 8 tahun sampai jumlah bronkhiolus dan alveolus berkembang sepenuhnya. Agar alveolus dapat berfungsi, harus ada surfaktan yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Surfaktan adalah lipoprotein yang dapat mengurangi ketegangan permukaan dalam

alveoli dan membantu dalam pertukaran gas. Bagian ini di produksi pertama kali dari usia kehamilan 20 minggu dan jumlahnya akan terus bertambah hingga paru–paru menjadi dewasa pada minggu 30–34 minggu. Ketidak dewasaan paru–paru inilah yang paling menentukan dan mengurangi kemungkinan hidupnya seorang bayi baru lahir oleh karena luas permukaan alveoli yang terbatas serta tidak adanya surfaktan yang memadai menyebabkan stress pada bayi. Fenomena yang menstimulasi neonatus untuk nafas pertama kali, diantaranya; peristiwa mekanis seperti penekanan toraks pada proses kelahiran pervaginam (tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir) dan tekanan yang tinggi pada toraks tersebut tiba-tiba hilang ketika bayi lahir disertai oleh stimulus fisik, nyeri, cahaya suara menyebabkan perangsangan pusat pernafasan. Pada saat bayi mencapai cukupbulan, kurang dari 100 ml cairan paru–paru terdapat di dalam nafasnya. Selama proses kelahiran, kompresi dinding dada akan membantu pengeluaran sebagian dari cairan ini dan lebihnya akan diserap oleh sirkulasi pulmonum serta sistem limphatik setelah kelahiran bayi. Neonatus yang dilahirkan dengan SC (SecsioCesarea) tidak mendapat penekanan thorak sehingga paru–parunya terisi cairan dalam waktu yang lebih lama. Cairan yang mengisi mulut dan trakhea sebagian dikeluarkan dan udara mulai mengisi sistem pernafasan ini. 2.6.3 Fisiologi Pernapasan Dewasa 1. Nasi (Hidung) Cavum nasi mempunyai fungsi agar tetap menyediakan saluran aliran udara walaupun mulut terisi oleh makanan. Di dalam cavum nasi ini, udara akan dibersihkan. Vestibulum yang dilapisi silia akan menangkap partikel-partikel besar yang terkandung dalam udara.

Septum nasi dan concha nasalis berperan untuk memperluas permukaan dari cavum nasi dan membuat aliran udara di dalamnya turbulen yang makin meningkatkan kontak udara dengan membran mukosa yang melapisinya.membran mukosa ini dilapisi epitel kolumner berlapis bersilia dan sel goblet yang menghasilkan sekresi mukus. Mukus ini akan menjebak partikel debris dan menyapunya ke pharynx, dimana kemudian akan dieliminasi di sistem digestivus. Cavum nasi juga berfungsi sebagai penghangat udara.Kelembaban didapat dari epithelium mukosa dan kelebihan air mata yang dialirkan ke cavum nasi melalui ductus lacrimalis manambah kelembaban udara sendiri. Udara yang hangat akan mencegah kerusakan saluran pernapasan dibanding udara yang dingin. Epitel olfactorius sendiri merupakan organ sensorik sebagai penghidu dan terletak pada bagian paling superior dari cavum nasi. Cavum nasi dan sinus-sinus paranasal juga turut berperan sebagai ruang resonansi saat berbicara. 2. Larynx Laring mempunyai tiga fungsi penting. Cartilago thyroid dan cricoid berfungsi untuk membuka jalan pergerakan aliran udara. Epiglotis dan plica vestibular mencegah material yang akan ditelan masuk ke dalam larynx. Plica vocalis adalah sumber utama produksi suara.Udara selama ekspirasi bergerak melewati plica vocalis sehingga menggetarkan dan memproduksi suara.

3. Percabangan Trache Obronchial Dilihat dari fungsinya, tracheobronchial dibagi menjadi dua zona, yaitu zona konduksi dan zona pernapasan.Zona konduksi berfungsi sebagai saluran pernapasan yang dilapisi oleh epitel dan membantu menghilangkan debris yang ada di dalam udaradan mengeluarkannya dari saluran tracheobronchial.Bronchus dilapisi oleh epitel kolumner berlapis bersilia. Pada bronchioles yang lebih besar dilapisi oleh epitel kolumner selapis bersilia yang kemudian akan berubah menjadi epitel kuboid pada bronchioles terminalis. Epitel di dalam zona konduksi ini berpungsi sebagaiseskaltor mukus-silia yang menangkap debris dan membuangnya dari sistem pernapasan.Zona pernapasan atau respiratorius tersusun dari

bronchiolus terminalis dan alveoli yang merupakan tempat pertukaran udara dan darah.Bronchus terminalis terbagi menjadi bronchiolus respiratorius yang lebih kecil dan terdapat alveoli di ujungnya. Bronchiolus respiratorius akan membesar menjadi ductus alveolus yang bercabang-cabang sehingga memperbanyak jalan keluar menuju alveoli. Ductus alveolus berakhir menjadi dua sampai tiga saccus alveoli.

4. PULMO Luas permukaan pulmo yang luas, yang hanya dipisahkan oleh membran tipis dari sistem sirkulasi, secara teoritis mengakibatkan seseorang mudah terserang oleh masuknya benda asing (debris) dan bakteri yang masuk bersama udara inspirasi.Padahal seharusnya saluran respirasi bagian bawah dalam keadaan normal adalah steril.Terdapat beberapa mekanisme pertahanan yang mempertahankan sterilitas ini.Terdapat refleks menelan atau refleks muntah yang mencegah masuknya makanan atau cairan ke dalam trachea, dan kerja mukosiliaris yang menjebak debris dan bakteri kemudian memindahkannya ke oesophagus.Selanjutnya, lapisan mukus yang mengandung faktor-faktor yang mungkin efektif sebagai pertahanan, yaitu immunoglobulin (terutama IgA), PMNs, interferon, dan antibodi spesifik. Refleks batuk merupakan suatu mekanisme lain yang lebih kuat untuk mendorong sekresi ke atas sehingga dapat ditelan atau dikeluarkan. Makrofag alveolar merupakan pertahanan yang paling akhir dan paling penting terhadap invasi bakteri ke dalam pulmo.Makrofag alveolar merupakan sel fagositik dengan ciri-ciri khas dapat bermigrasi dan mempunyai sifat enzimatik, Sel ini bergerak bebas pada permukaan alveolus dan meliputi serta menelan benda atau bakteri. Sesudah meliputi partikel mikroba maka enzim litik yang terdapat dalam makrofag akan membunuh dan mencernakan mikroorganisme tersebut tanpa menimbulkan reaksi peradangan yang nyata.

2.7 Histologi System Pernapasan

Gambar. Histologi Pernapasan Sistem pernapasan dibagi menjadi dua daerah utama, yaitu: 1. Bagian konduksi, yang terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronki, bronkiolus, dan bronkiolus terminalis. 2 fungsi utamanya,

yaitu menyediakan sarana bagi udara yang keluar-masuk paru dan mengondisikan udara yang dihirup tersebut. Sebagian besar bagian konduksi dilapisi oleh epitel khusus yang ada pada sistem pernapasan, yaitu epitel respirasi. 2. Bagian respirasi (tempat berlangsungnya pertukaran gas), yang terdiri atas bronkiolus

respiratorius,

duktus

alveolaris,

dan

alveoli.

Epitel

RespirasiEpitel respirasi merupakan epitel bertingkat silindris bersilia yang mengandung banyak sel goblet. Epitel respirasi yang khas terdiri atas 5 jenis sel: a) Sel terbanyak, sel epitel silindris bersilia. Setiap selnya memiliki lebih kurang 100 silia pada permukaan apikalnya. b) Sel kedua terbanyak, sel goblet mukosa. Bagian apikal sel ini mengandung droplet mukus yang terdiri atas glikoprotein. c) Sel silindris selebihnya dikenal sebagai sel sikat(brush cells) karena banyaknya mikrovili pada permukaan apikalnya. Sel sikat memiliki ujung saraf aferen pada permukaan basalnya dan dianggap sebagai sel reseptor sensorik. d) Sel basal (pendek), yaitu sel bulat kecil yang terletak di atas lamina basal namun tidak meluas sampai permukaan lumen epitel. Sel-sel ini diduga merupakan sel induk generatif yang mengalami mitosis dan kemudian berkembang menjadi jenis sel lain. e) Jenis sel terakhir adalah sel granul kecil, yang mirip sel basal kecuali bahwa sel ini memiliki banyak granul berdiameter 100-300 nm dengan bagian pusat yang padat.

2.8 Fisiologi Pernapasan dari Mulai Ventilasi, Difusi, dan Perfusi 2.8.1 Ventilasi Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru. Ventilasi paru mencakup gerakan dasar atau kegiatan bernafas atau inspirasi dan ekspirasi. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada saat inspirasi tekanan intrapleural lebih negatif (752 mmHg) dari pada tekanan atmosfer (760 mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli. Hukum Boyle’s : Jika volume meningkat maka tekanan menurun Jika volume menurun maka tekanan meningkat Inspirasi → bersifat aktif Selama inspirasi terjadi kontraksi otot diafragma dan intercosta eksterna, hal ini akan meningkatkan volume intrathorak → menurunkan tekanan intratorak → tekanan intrapleural makin negatif → paru berkembang → tekanan intrapulmonary menjadi makin negatif → udara masuk paru. Ekspirasi → bersifat pasif Selama ekspirasi terjadi relaksasi otot diafragma dan interkosta eksterna, hal ini akan menurunkan volume intratorak → meningkatkan tekanan intratorak → tekanan intrapleural makin positif → paru mengempis → tekanan intrapulmonal menjadi makin positif → udara keluar paru. Kepatenan ventilasi tergantung pada faktor :    

Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan nafas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru. Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan. Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosta, internal interkosta, otot abdominal.

2.8.2 Perfusi paru Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung.Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga dapat dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sistemik. Adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi oleh keadaan ventilasi dan perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat ventilasi alveolar (volume tidal = V) sekitar 4,0 lt/menit, sedangkan aliran darah kapiler pulmonal (Q) sekitar 5,0 lt/menit, sehingga rasio ventilasi dan perfusi adalah : Alveolar ventilasi (V) = 4,0 lt/mnt = 0,8 Aliran darah kapiler pulmonar(Q) 5,0 lt/mnt Besarnya rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas. Misalnya jika ada penurunan ventilasi karena sebab tertentu maka rasio V/Q akan menurun sehingga darah yang mengalir ke alveolus kurang mendapatkan oksigen. Demikian halnya dengan jika perfusi kapiler terganggu sedangkan ventilasinya adekuat maka terjadi penigkatan V/Q sehingga daya angkut oksigen juga akan rendah. 2.8.3 Difusi Difusi adalah pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah.Oksigen terus menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbondioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli.Difusi udara respirasi terjadi antara alveolus dengan membran kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P)O2 di alveoli sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan alveoli 40 mmHg maka CO2akan berdifusi keluar alveoli.

Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :      

Luas permukaan paru Tebal membran respirasi Jumlah darah Keadaan/jumlah kapiler darah Afinitas Waktu adanya udara di alveoli

2.9 Hukum Fisika yang Mendasari Proses Pernapasan Seperti Hukum Bernouli, dan Hukum Tegangan Permukaan

2.9.1Hukum Bernouli Aplikasi prinsip Bernoulli dalam tubuh manusia Aliran darah dalam tubuh manusia Sirkulasi darah dalam tubuh merah : oksigenasi biru : deoksigenasi distribusi sel darah : (a). eritrosit, (b) neutrofil (c) eosinofil (alergi) dan (d) limposit (antibodi) sel darah merah sel darah putih. Dalam bidang kesehatan persamaan Bernoulli digunakan untuk menjelaskan TIA (transient ischemic attack) yaitu kekurangan supplai darah secara temporer kedalam otak).Akibatnya syaraf tidak berfungsi. TIA (mini stroke) biasanya terjadi kurang dari 24 jam. Jika lebih dari 24 jam, maka terjadi stroke.Akibat dari TIA bergantung pada daerah otak yang terlibat. Umumnya rendahnya daya pandang mata (low of vision), kesulitan bicara (aphasia) dan lemahnya satu sisi dari tubuh (hemiparesis) TIA terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah (arteri) di otak, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, migren, vertigo, merokok, kolesterol tinggi, diabetes, penggunaan obat terus menerus dalam waktu yang lama, alkohol. Penyumbatan arteri Arteri normal

2.9.2 Tegangan Permukaan Permukaan suatu zat cair dalam keadaan diam berperilaku sangat menarik, seolah-olah diregangkan oleh suatu tegangan (tension).Contoh : tetesan air pada keran, embun di ujung daun yang berbentuk bulat seolah-olah seperti balon tipis berisi air atau serangga air yang berjalan diatas permukaan air. Permukaan zat cair berperan seperti dibawah tekanan yang menyebar diseluruh permukaannya akibat gaya tarik-menarik antar molekulnya. Efek ini disebut dengan tegangan permukaan : Tegangan permukaan darah (37 0 C) adalah 0,058 N/m, air (0 0 C) = 0,076 N/m, air pada C = 0,059 N/m, larutan sabun (20 0 C) = 0,025 N/m.



Komponen Udara Komponen udara adalah gas nitrogen (N 2 ), oksigen(O 2 ) dan air (H 2 O). Menghirup udara (menarik nafas) 80% N 2 19% O 2 0,04% CO 2 mengeluarkan udara 80% N 2 16% O 2 4% CO 2 Setiap hari manusia menghirup udara sebanyak 10 kg, dan yang diserap paru-paru sekitar 0,5 kg dan sedikit CO 2.



Mekanika Paru-Paru Terdapat pleura viseralis yang menjadi satu dgn jaringan paruparu.Ruang antara pleura viseralis.Diluarnya terdapat pleura parietalis.dan pleura parietalis adalah ruang intrapleural yang berisi cairan yang tipis. pleura viseralis pleura parietalis ruang intrapleural. Pleura viseralis pleura Jika Piston ditarik maka volume di ruangparietalis ruang intrapleural Padaintrapleural meningkat, sedangkan tekanannya berkurang drastik. penyakit fibrosis paru-paru ( pembentukan jaringan pada paru- paru), ketika piston ditarik, pegasnya lemah sehingga pleura visceralis juga kompliansi Mekanismetertatik, sehingga perubahan tekanan kecil pernafasan paru-paru dapat dimodelkan dengan piston yang bergerak atau ditarik, jika sedang menarik nafas) Hubungan antara tekanan dan volume udara dalam paru-paru tekanan volume PV = konstan Paru-paru normal tekanan volume PV = konstan Paru-paru tidak-normal Hukum-Hukum Fisika yang Berlaku dalam Pernafasan

Hukum-hukum Fisika yang berlaku adalah : 1. Hukum Dalton tentang tekanan parsial 2. Hukum Boyle : bahwa PV adalah konstan 3. Hukum Laplace

1. Hukum Dalton Jika udara merupakan campuran dari beberapa gas, maka tekanan total adalah jumlah dari masing-masing tekanan dari komponen udara tersebut. Contoh : Jika dalam paru-paru tekanannya adalah 760 mmHg (1 atm), maka tekanan oksigen adalah 20% x 760 = 152 mmHg, tekanan nitrogen 80% x 760 = 608 mmHg. Tekanan parsial udara bergantung pada kelembaban. % O2 PO2 (mmHg) % CO2 PCO2 (mmHg) Udara inspirasi 20,91500,040,3 Alveoli paru-paru 14,01005,640 Udara ekspirasi 16,31164,532. 2. Hukum Boyle Untuk gas ideal, dimana PV = nRT, untuk massa dan tekanan tetap, maka PV adalah tetap. Jika terjadi peningkatan volume paru-paru (inspirasi/ menarik nafas), maka tekanan intrapleura akan berkurang. Pada saat ekspirasi, volume udara paru-paru akan berkurang, sehingga tekanan udara akan meningkat. Tekanan intrapleura normal (cm H2O) 0 inspirasiekspirasi t A. Tekanan Intrapleura 5 5. Volume paru-paru (liter) 2 inspirasiekspirasi t 3 B. Volume paru-paru C. Debit/Laju Debit/laju (liter/menit) 0 inspirasiekspirasi t 10. 3. Hukum Laplace Tekanan pada gelembung alveoli berbanding lurus dengan tegangan permukaan ( dan berbanding terbalik dengan radius (R) dari gelembung alveoli. Satuan tegangan permukaan : N/m atau dyne/cm P1P1 P2P2 Karena R 1 > R 2, maka : Jika katupP1P1 P2P2 Katup dibuka, maka udara yang bertekanan lebih tinggi P 2 akan mengalir ke P Akibatnya radius (P 1 ) akan mengembang atau membesar dan 1. tekanannya menjadi lebih kecil (P 3 ), sedangkan gelembung yang kecil menjadi setengah lingkaran dan tekanannya besar (P 4 ). P3P3 P4P4.

Walaupun alveoli tidak sama dengan P 2 yang mengalami kolaps, Namun jika gelembung alveoli Agar tidak kolaps, maka mengalami kolaps, maka disebut Atelectasis. diperlukan surfactant untuk menurunkan tegangan permukaan, sehingga Bayi lahir tanpa memiliki surfactant menimbulkantekanannya berkurang. : RESPIRATORY DISTRES SYNDROME. Efek ketinggian terhadap tekanan udara Semakin tinggi posisi dari permukaan laut (ketinggian), maka tekanan barometrik menurun. Penurunan tekanan barometrik diikuti oleh tekanan oksigen (O 2 ) dan tekanan parsial N 2 dan CO 2 di udara. Akibatnya tekanan udara didalam alveoli dan kandungan oksigen dalam darah arteri berkurang. Akibatnya tubuh akan anoksia, kolaps.

2.10 Proses Batuk, Bersin, dan Aspirasi 2.10.1 Batuk Bronkus dan trakea sedemikian sensitifnya terhadap sentuhan halus, sehingga benda asing dalam jumlah berapa pun atau penyebab iritasi lainnya akan menimbulkan refleks batuk. Laring dan karina (tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus) adalah yang paling sensitif, dan bronkiolus terminalis dan bahkan alveoli bersifat sensitif terhadap rangsangan bahan kimia yang korosif seperti gas sulfur dioksida dan klorin. Impuls aferen yang berasal dari saluran nafas terutama berjalan melalui nervus vagus ke medulla. Di sana, suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakan oleh lintasan neuronal medulla, menyebabkan efek sebagai berikut: Pertama kira-kira 2,5 liter udara diinspirasi. Kedua epiglotis menutup dan pita suara menutup erat-erat untuk menjerat udara dalam paru.Ketiga, otot-otot perut berkontraksi dengan kuat mendorong diafragma, sedangkan otot-otot ekspirasi lainnya, seperti interkostalis internus, juga berkontraksi dengan kuat.Akibatnya, tekanan dalam paru meningkat

sampai 100 mmHg atau lebih.Keempat, pita suara dengan epiglotis tibatiba terbuka lebar, sehingga udara bertekanan tinggi dalam paru meledak keluar.Tentu saja, udara ini kadang-kadang dikeluarkan dengan kecepatan 75-100 mil/jam.Selanjutnya, dan penting adalah penekanan kuat pada paru yang menyebabkan bronkus dan trakea menjadi kolaps sehingga bagian yang tidak berkartilago ini berinvaginasi ke dalam, akibatnya udara yang meledak tersebut benar-benar mengalir melalui celah-celah bronkus dan trakea. Udara yang mengalir dengan cepat tersebut biasanya membawa pula benda asing apa pun yang terdapat dalam bronkus atau trakea.

2.10.2 Bersin Refleks bersin sangat mirip dengan refleks batuk kecuali bahwa refleks ini berlangsung pada saluran hidung, bukan pada saluran napas bagian bawah.Rangsangan yang menimbulkan refleks bersin adalah iritasi dalam saluran hidung, implus aferen berjalan dengan nervus kelima menuju medulla, dimana refleks ini dicetuskan.Terjadi serangkaian reaksi yang mirip dengan refleks batuk, tetapi uvula ditekan sehingga sejumlah besar udara dengan cepat melalui hidung, dengan demikian membantu membersihkan saluran hidung dari benda asing.

2.10.3 Aspirasi Mekonium adalah tinja pertama dari bayi yang baru lahir.Sindrom aspirasi mekonium terjadi ketika bayi yang baru lahir bernafas yang bercampur dengan cairan mekonium dan ketuban ke paru-paru sekitar waktu persalinan.Sindrom aspirasi mekonium, penyebab utama penyakit parah dan kematian pada bayi baru lahir (5-10 persen).Hal ini biasanya terjadi ketika janin mengalami stres selama persalinan, terutama ketika bayi sudah lewat jatuh tempo untuk di lahirkan.

   

Warna kulit bayi kebiruan Mengalami masalah pernapasan Adanya mekonium dalam cairan ketuban Kelemasan pada bayi saat lahir

2.11 Kadar Oksigen dan Gas Lainnya dalam Tubuh Udara yang kita hirup sehari-hari selama hidup di dunia ini ternyata bukanlah oksigen murni. Saat bernapas, tubuh kita mengambil udara dari alam bebas untuk digunakan untuk berbagai keperluan tubuh. Udara yang masuk ke dalam tubuh mengandung berbagai gas seperti oksigen, karbon dioksida, argon, nitrogen, dan uap air. Namun tidak menutup kemungkinan terdapat gas lain yang tercapur di dalam udara yang dihirup manusia. Udara bebas yang digunakan oleh manusia untuk bernapas mengandung gas nitrogen sebesar 78%, mengandung gas oksigen sebesar 20%, mengandung gas argon sebesar kurang dari 1%, mengandung uap air kurang lebih sekitar 1% dan menganding karbon dioksida sebanyak kurang dari 0,1%. Gas-gas tersebut tercampur dengan baik di dalam udara yang ada di dunia ini. Jika kita lihat persentasenya maka manusia sebenarnya bernapas dengan menghirup nitrogen, karena sebagian besar gas yang dihirup manusia saat bernapas adalah gas nitrogen. Komposisi Kandungan Udara yang Digunakan Bernapas oleh Manusia 1) Nitrogen - 78% 2) Oksigen - 20% 3) Argon - kurang dari 1% 4) Karbon Dioksida - kurang dari 0,1% 5) Uap Air - kurang lebih 1%

Oksigen adalah gas yang paling dibutuhkan manusia saat bernapas. Oksigen memainkan peranan penting dalam proses perombakan bahan makanan di dalam tubuh. Tanpa oksigen, manusia akan mati secara perlahan. Itulah sebabnya mengapa tabung-tabung gas oksigen selalu tersedia di rumah sakit yang ada di sekitar kita. Di saat tertentu seseorang membutuhkan oksigen dengan alat bantu agar bisa bernapas dengan baik. Bukan nitrogen, argon, maupun karbon dioksida. Jika menghirup gas karbon dioksida terus menerus tanpa oksigen yang cukup, maka seseorang bisa mati lemas secara perlahan. Uap air yang kita hirup berbeda-beda kadarnya antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Ada tempat-tempat yang memiliki udara yang mengandung banyak uap air, dan ada pula tempat-tempat yang kadar air dalam udaranya sangat rendah. Air menguap dan bercampur dengan udara yang ada di sekitarnya. Sebagian uap air akan naik ke atas dan membentuk awan yang nantinya bisa menjadi hujan yang turun ke permukaan bumi.

2.12 Proses Perpindahan Oksigen dari Alveoli ke Pembuluh Darah dan dari Pembuluh Darah ke Sel

2.13 Pusat Pengendali Pernapasan dalam Otak Pengaturan pernapasan oleh persarafan dilakukan oleh korteks cerebri, medulla oblongata, dan pons. a. Korteks Cerebri Berperan dalam pengaturan pernapasan yang bersifat volunter sehingga memungkinkan kita dapat mengatur napas dan menahan napas.Misalnya pada saat bicara atau makan. b. Medulla oblongata

Terletak pada batang otak, berperan dalam pernapasan automatik atau spontan.Pada kedua oblongata terdapat dua kelompok neuron yaituDorsal Respiratory Group (DRG) yang terletak pada bagian dorsal medulla dan Ventral Respiratory Group (VRG) yang terletak pada ventral lateral medula.Kedua kelompok neuron ini berperan dalam pengaturan irama pernapasan. DRG terdiri dari neuron yang mengatur serabut lower motor neuron yang mensyarafi otot-otot inspirasi seperti otot intercosta interna dan diafragma untuk gerakan inspirasi dan sebagian kecil neuron akan berjalan ke kelompok ventral. Pada saat pernapasan kuat, terjadi peningkatan aktivitas neuron di DRG yang kemudian menstimulasi untuk mengaktifkan otot-otot asesoris inspirasi, setelah inspirasi selesai secara otomatis terjadi ekspirasi dengan menstimulasi otot-otot asesoris. Kelompol ventral (VRG) terdiri dari neuron inspirasi dan neuron ekspirasi.Pada saat pernafasan tenang atau normal kelompok ventral tidak aktif, tetapi jika kebutuhan ventilasi meningkat, neuron inspirasi pada kelompok ventral diaktifkan melalui rangsangan kelompok dorsal. Impuls dari neuron inspirasi kelompok ventral akan merangsang motor neuron yang mensyarafi otot inspirasi tambahan melalui N IX dan N X. Impuls dari neuron ekspirasi kelompok ventral akan menyebabkan kontraksi otototot ekspirasi untuk ekspirasi aktif.

c. Pons Pada pons terdapat 2 pusat pernapasan yaitu pusat apneutik dan pusat pnumotaksis.Pusat apneutik terletak di formasio retikularis pons bagian bawah. Fungsi pusat apneutik adalah untuk mengkoordinasi transisi antara inspirasi dan ekspirasi dengan cara mengirimkan rangsangan impuls pada area inspirasi dan menghambat ekspirasi. Sedangkan pusat pneumotaksis terletak di pons bagian atas. Impuls dari pusat pneumotaksis adalah membatasi durasi inspirasi, tetapi meningkatkan frekuensi respirasi sehingga irama respirasi menjadi halus dan teratur, proses inspirasi dan ekspirasi berjalan secara teratur pula. 2. Kendali Kimia Banyak faktor yang mempengaruhi laju dan kedalaman pernapasan yang sudah diset oleh pusat pernapasan, yaitu adanya perubahan kadar oksigen, karbon dioksida dan ion hidrogen dalam darah arteri. Perubahan tersebut menimbulkan perubahan kimia dan menimbulkan respon dari

sensor yang disebut kemoreseptor.Ada 2 jenis kemoreseptor, yaitu kemoreseptor pusat yang berada di medulla dan kemoreseptor perifer yang berada di badan aorta dan karotid pada sistem arteri. a) Kemoreseptor pusat, dirangsang oleh peningkatan kadar karbon dioksida dalam darah arteri, cairan serebrospinal peningkatan ion hidrogen dengan merespon peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan. b) Kemoreseptor perifer, reseptor kimia ini peka terhadap perubahan konsentrasi oksigen, karbon dioksida dan ion hidrogen. Misalnya adanya penurunan oksigen, peningkatan karbon dioksida dan peningkatan ion hidrogen maka pernapasan menjadi meningkat. 3. Pengaturan Oleh Mekanisme Non Kimiawi Beberapa faktor non kimiawi yang mempengaruhi pengatuan pernapasan di antaranya : pengaruh baroreseptor, peningkatan suhu tubuh, hormon epineprin, refleks hering-breuer. a) Baroreseptor, berada pada sinus kortikus, arkus aorta atrium, ventrikel dan pembuluh darah besar. Baroreseptor berespon terhadap perubahan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah arteri akan menghambat respirasi, menurunnya tekanan darah arteri dibawah tekanan arteri rata-rata akan menstimulasi pernapasan. b) Peningkatan suhu tubuh, misalnya karena demam atau olahraga maka secara otomatis tubuh akan mengeluarkan kelebihan panas tubuh dengan cara meningkatkan ventilasi. c) Hormon epinephrin, peningkatan hormon epinephrin akan meningkatkan rangsangan simpatis yang juga akan merangsang pusat respirasi untuk meningkatkan ventilasi. d) Refleks hering-breuer, yaitu refleks hambatan inspirasi dan ekspirasi. Pada saat inspirasi mencapai batas tertentu terjadi stimulasi pada reseptor regangan dalam otot polos paru untuk menghambat aktifitas neuron inspirasi. Dengan demikian refleks ini mencegah terjadinya overinflasi paru-paru saat aktifitas berat.

2.14 Proses Pengendalian Simpatis dan Parasimpatis Terhadap Pernapasan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan system di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.Alat-alat respirasi pada manusia adalah rongga hidung, faring, laring, trakea, paru-paru, bronkus, bronkiolus, dan alveolus. Pada proses inspirasi dan ekspirasi, mekanisme pernapasan pada manusia dibagi atas pernapasan dada dan pernapasan perut. Sedangkan Faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan adalah Umur, Jenis Kelamin, Suhu Tubuh, Posisi Tubuh.Pernapasan atau

pertukaran gas pada manusia berlangsung melalui dua tahap yaitu Respirasi Eksternal dan Respirasi Internal.Serta ada beberapa gangguan pada system respirasi manusia. Pada pernapasan hewan Juga melibatkan alat-alat repirasi yang beragam.Hewan yang hidup di lingkungan darat kebanyakan bernapas menggunakan paru-paru, sedangkan hewan yang hidup di air bernapas menggunakan insang.Selain memiliki alat-alat respirasi utama, beberapa hewan tertentu memiliki alat respirasi tambahan sesuai tempat hidupnya.

3.2 Saran Tidak ada kata sempurna yang pantas untuk segala hal di dunia, begitu juga dengan makalah yang telah kami susun, oleh karena itu bagi pihak terkait kami mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

More Documents from "Ghina Nur"