Mangkok Merah.docx

  • Uploaded by: Daiva Collin
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mangkok Merah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 735
  • Pages: 5
Tugas Terstruktur PENGANTAR SOSIOLOGI Tentang: TRADISI MANGKOK MERAH

Disusun Oleh: DAIVA COLLIN BAPUAKA E1042181026

PROGRAM STUDI: SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2018/2019

ADAT ISTIADAT SUKU DAYAK TRADISI MANGKOK MERAH

Kalau kita mendengar kata perang, pasti yang pertama kali terbayang dikepala kita adalah pertumpahan darah dan kekacauan dimana-mana. Di kalimantan barat dan kalimantan utara pernah terjadi tragedi berdarah yang memakan hingga ribuan korban jiwa dari keturunan Tionghoa yang dikenal sebagai “Peristiwa Pembantaian Mangkok Merah” yang disebabkan adanya politik adu domba yang terjadi pada 1967 atas tuduhan PGRS/Paraku sebagai bagian dari PKI. Seperti yang dipaparkan di judul. Mangkok merah merupakan sebuah tradisi adat suku Dayak yang digunakan sebagai pemberi pesan kepada sesama rumpun suku dayak yang ditujukan untuk melakukan pembalasan dendam terhadap musuh. Maksud balas dendam disini seperti kasus-kasus yang meliputi pelecehan seksual atau pembunuhan terhadap suku dayak yang mana apabila kasus tersebut sudah tidak bisa selesaikan secara damai atau pihak pelaku tidak mau menyelesaikan masalah secara adat, maka ahli waris dari pihak korban dapat melakukan aksi balas dendam yang melibatkan adat mangkok merah Tradisi mangkok merah tidaklah boleh dilakukan oleh sembarang orang, karena ketika adat mangkok merah sudah berjalan, sudah dipastikan akan memakan korban jiwa dalam jumlah yang besar. Pelaku yang dianggap sudah menentang adat akan diberi label kepada dirinya untuk dihajar layaknya seekor binatang yang tak beradat. Bisa dibilang bahwa tradisi mangkok merah ini adalah pilihan terakir yang dapat dipilih untuk menyelesaikan suatu perkara. Adat ini bernama mangkok merah dikarena menggunakan mangkok yang berwarna merah, warna tersebut berasal dari getah pohon jaranang . Jaranang adalah sejenis tanaman akar yang mempunyai getah berwarna merah dan digunakan sebagai pewarna sebelum masyarakat Dayak mengenal cat. Akar jaranang yang berwarna merah dioleskan pada dasar mangkuk bagian dalam Dalam adat Mangkok Merah, pelaksanaanya meliputi musyawarah sampai pemberangkatan bala yang dilaksanakan secara relijius. panglima adat akan menyiapkan beberapa perangkat dan perlengkapan penting dalam ritual upacara memanggil kamang (roh para leluhur). Selain mangkok yang dasarnya diolesi getah jaranang, dibutuhkan juga bulu atau sayap ayam, daun rumbia, longkot api, tali simpul, dan umbi jerangau merah. Masing-masing perangkat tersebut memiliki makna dan arti sendiri. Bulu atau sayap ayam yang mengandung pengertian cepat, segera, kilat seperti terbang. Daun rumbia (Metroxylon sagus) mengandung pengertian bahwa pembawa berita tidak boleh terhambat oleh hujan karena sudah dipayungi. Longkot api (bara api kayu bakar yang sudah dipakai untuk memasak di dapur) yang mempunyai pengertian bahwa pembawa berita tidak boleh terhambat oleh petang (gelap) malam hari karena sudah disediakan penerangan. Tali simpul dari kulit kepuak sebagai lambang persatuan. Umbi jerangau merah (Acorus calamus) yang melambangkan keberanian. Jadi adat ini sangat sakral. Ketika adat ini sudah berjalan, wajib hukumnya masyarakat dayak untuk ikut berpatisipasi didalamnya, karena suku Dayak sangat menghargai yang namanya ikatan kekeluargaan dan persahabatan, jikalau salah satu anggota keluarga atau sahabat mereka tersakiti maka mereka tidak akan tinggal diam.

Mangkok Merah kemudian akan dibawa oleh Panglima Adat ke tempat suci yang dianggap keramat pada saat senja. Panglima Adat akan meminta petunjuk dari kamang. Saat Panglima Adat mendapat jawaban, tubuhnya akan kerasukan roh kamang kemudian pulang ke desanya sambil meneriakkan kata-kata magis tertentu. Ia kemudian akan menularkan roh kamang kepada penduduk, lalu diutuslah kurir untuk mengantarkan mangkok merah ke desa lain. Kurir yang ditunjuk punya tugas untuk menyampaikan berita mengenai maksud dan tujuan mangkok merah kepada siapa saja yang ditemui (atau para ahli waris). Panglima Adat dari desa lain dipercaya mengetahui kedatangan kurir dengan kekuatan supernaturalnya dan akan menjemputnya bersama dengan penduduk desanya. Setelah mengetahui siapa musuh yang akan dihadapi, Panglima Adat desa tersebut akan menularkan roh kamang kepada seluruh penduduk desa. Upacara mengedarkan mangkuk merah berlangsung di seluruh wilayah yang bisa dijangkau hingga dianggap cukup untuk menghadapi musuh. Masyarakat Dayak yang berada di bawah pengaruh magis serta dikomando panglima perang konon kebal akan senjata, tahan tidak makan hingga berbulan-bulan, dan bisa bergerak cepat di dalam hutan. Setelah perang usai dan kondisi sudah aman kondusif, maka adat yang harus dilakukan adalah adat mulangatn tariu. Mulangatn tariu adalah sebuah adat yang dilakukan untuk memulangkan roh kamang yang dipanggil ketika perang, jika tidak maka roh kamang akan marah dan akan berkeliaran untuk mengganggu manusia bahkan sampai mencari korban, karena mereka tidak diberi tau bahwa perang sudah usai yang mana pada awalnya mereka dipanggil dengan tujuan perang.

Berikut foto adat mangkok merah:

Perangkat adat mangkok merah

Daftar Pustaka Wikipedia, 2018. “Mangkok merah”. https://id.wikipedia.org/wiki/Mangkok_merah/ Diakses pada Jumat, 30 November 2018. Herry, Mulyadi,S.H Interview. 2018. “Adat Mangkok Merah”. Ngabang, Kab.Landak, Kalimantan Barat.

Related Documents


More Documents from "Esdeempat Kandangmas"