ALOE VERA Keunggulan lidah buaya sebagai obat alami sudah tak diragukan lagi. Sebagai penyubur rambut, sebagai obat luka bakar, atau sebagai obat untuk meredakan demam, panas dalam, dan menyembuhkan batuk. Bukan itu saja, ternyata zat aktif dalam lidah buaya, terutama antrakinon dan klorofil, serta sejumlah zat gizi seperti seng, vitamin B kompleks, vitamin C, vitamin E, merupakan antioksidan kuat. Tak heran bila sebagai sumber antioksidan alami, lidah buaya ini banyak digunakan dalam pengobatan dan industry kosmetika. Alasan ilmiah ini pulalah yang kemudian menjadikan lidah buaya atau aloe vera diandalkan sebagai pengusir kerut, krim malam dan tabir surya alami, serta minuman untuk awet muda. Selain itu, lidah buaya juga manjur untuk mengobati wasir. Pemakaian sebagai suppositoria (obat wasir yang dimasukkan ke dalam dubur), membuat lidah buaya yang dingin dan berkhasiat antiradang bisa mengurangi rasa sakit dan bengkak yang muncul saat wasir meradang. Sarat Nutrisi Ilmu pengetahuan tentang obat-obatan tradisional pun mencatat bahwa lidah buaya yang sudah dikenal bangsa Mesir sejak 1500 SM ini juga memiliki kandungan yang cukup bagi tubuh manusia sehingga mampu dimanfaatkan sebagai sumber tenaga. Selain sebagai antioksidan alami, kandungan zat aloemoedin dan aloebarbadoid dalam aloe vera ternyata juga bermanfaat untuk melancarkan buang air besar (BAB) dan membantu memelihara kesehatan pencernaan. Karena kita tahu stress dan sering terlambat makan dapat merangsang keluarnya asam lambung secara berlebihan, dan bila hal ini berlangsung terus menerus bisa berakibat gangguan lambung yang parah. Untuk mencegah hal ini terjadi, kita bisa mencoba cara sederhana dengan lebih sering mengonsumsi lidah buaya yang banyak mengandung serat. Dari sekitar 200 jenis tanaman aloe vera yang ada, yang baik digunakan untuk pengobatan adalah aloe vera jenis Barbedensis miller. Mengandung 72 jenis zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Seperti, 18 macam asam amino, karbohidrat, air, vitamin, mineral, dan enzim. Unsur mineral yang terkandung dalam aloe vera juga berfungsi dalam pembentukan antioksidan alami seperti vitamin C, vitamin E dan zinc.
FLAXSEED Flaxseed, maksudnya biji (seed) dari tanaman flax. Dalam kehidupan sehari-hari, anda mungkin akan menjumpainya dengan nama javas, jawash, alashi, linseed, atau biji rami. Nama lainnya Linum usitatissimum. Dalam bahasa Yunani, linum artinya tali, dan usitatissimum artinya yang saat bermanfaat. Disebut demikian, karena flax mulanya dikenal sebagai serat bahan
kain linen. Beberapa sumber mengatakan, serat flax pertama kali dipanen pada 3000 SM oleh bangsa Babilonia (Mesir Kuno). Serat tersebut berasal dari kulit batang flax. Sebagai bahan kain, flax memang sungguh cocok karena batangnya lumayan panjang. Bila tumbuh di lahan yang cocok, tanaman bertubuh super kurus dan berdaun jarang ini tingginya mencapai 1,2 meter. Bunganya cantik, dengan lima mahkota berwarna biru keunguan, kadang disertai semburat merah di bagian tengahnya. Setelah tua, flax menghasilkan buah yang bijinya mirip kuaci, dengan ukuran 4-7 mm. Biji flax yang kemudian popular dengan nama flaxseed ini memiliki dua varian warna -cokelat dan kuning keemasan- yang sama-sama berkhasiat. Hippocrates -bapak kedokteran dunia- sudah mengonsumsi dan menulis tentang manfaatnya sejak 500 SM, namun khasiat flaxseed baru meroket pada 10 tahun terakhir. Di dunia Barat, minyak flaxseed (faxseed oil) digunakan dalam terpai untuk mengatasi penyakit yang berhubungan dengan jantung (kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan angina); kesehatan kuku, rambut, dan kulit; mengurangi peradangan pada jaringan (termasuk jerawat); mengatasi nyeri haid dan sindrom pramenopouse, serta gangguan pada saraf otak (termasuk autis, ADHA, dan kerusakan saraf akibat diabetes). Namun Schuyler W. Lininger dalam bukunya, The Natural Pharmacy, mengatakan flaxseed memiliki manfaat utama sebagai obat sembelit.
Ashitaba Ashitaba dalam bahasa latin disebut Angelica keiskei koidzumi yang juga popular dengan nama Japanese Angelica karena masih satu genus dengan Angelica sinensis atau lebih populer sebagai dang gui. Di dunia Barat disebut Tomorrow’s Leaf atau Earth Growth. Disebut begitu karena kalau daunnya dipetik hari ini, esok paginya sudah bertunas kembali. Bentuknya mirip seledri karena masih satu family, hanya saja ashitaba berukuran jauh lebih besar. Samapi saat ini, ada dua versi asal ashitaba yang beredar di masyarakat Jepang. Yang satu bilang ashitaba berasal dari Pulau Hachijo, lainnya bilang dari Pulau Izu. Keduanya pulau kecil di wilayah Jepang, terletak di Samudera Pasifik sekitar 300 meter di sebelah timur Tokyo.