MAKALAH AGAMA ISLAM EKONOMI & MUAMMALAH DALAM ISLAM
Dibuat oleh : 1. Diyah Ayu Amaliyah
NIM 1603067
2. Noufal Ibrahim
NIM 1603080
3. Stephan Dwiki Alkine
NIM 1603085
4. Triyani Ramadhani
NIM 1603086
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA POLITEKNIK NEGERI INDRAMAYU 2019
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama Islam dengan judul “EKONOMI & MUAMALAH DALAM ISLAM” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat mempelancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusunan sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalhan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
Indramayu, 13 Februari 2019
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2 2.1
Pengertian dan Dasar Ekonomi Islam .............................................................................. 2
2.2
Ekonomi Dalam Islam dan Karakteristiknya ................................................................... 3
2.3
Prinsip dan Karakteristik Ekonomi dalam Islam.............................................................. 3
2.4
Pengertian Muammalah.................................................................................................... 6
2.5
Fiqih Muammalah Jual Beli dalam Islam ........................................................................ 6
2.6
Prinsip Muammalah Islam ............................................................................................... 6
2.7
Jual Beli yang Dilarang Menurut Fiqih Islam .................................................................. 7
2.8
Ayat dan Hadist Dalil tentang Riba.................................................................................. 9
2.9
Kegiatan Perekonomian Rasulullah SAW. .................................................................... 10
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 13
ii
BAB I PENDAHULUAN Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas untuk berhubungan dengan orang lain dalam kerangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia sangat beragam, sehingga terkadang secara pribadi ia tidak mampu untuk memenuhinya, dan harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara satu manusia dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhan, harus terdapat aturan yang menjelaskan hak dan kewajiban keduanya berdasarkan kesepakatan. Proses untuk membuat kesepakatan dalam kerangka memenuhi kebutuhan keduanya, lazim disebut dengan proses untuk berakad atau melakukan kontrak. Hubungan ini merupakah fitrah yang sudah ditakdirkan oleh Allah. karena itu ia merupakan kebutuhan sosial sejak manusia mulai mengenal arti hak milik. Islam sebagai agama yang komprehensif dan universal memberikan aturan yang cukup jelas dalam akad untuk dapat diimplementasikan dalam setiap masa. Dalam pembahasan fiqih, akad atau kontrak yang dapat digunakan bertransaksi sangat beragam, sesuai dengan karakteristik dan spesifikasi kebutuhan yang ada. Sebelum membahas lebih lanjut tentang pembagian atau macam-macam akad secara spesifik, akan dijelaskan teori akad secara umum yang nantinya akan dijadikan sebagai dasar untuk melakukan akad-akad lainnya secara khusus . Maka dari itu, dalam makalah ini saya akan mencoba untuk menguraikan mengenai berbagai hal yang terkait dengan akad dalam
pelaksanaan muamalah di dalam
kehidupan kita sehari-hari.
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Dasar Ekonomi Islam Ekonomi dalam islam adalah satu kesatuan dengan ajaran islam lainnya. Ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan aturan shalat, puasa, berumah tangga, dan aturan lainnya. Jika ada umat islam yang menganggap dirinya muslim, maka ia tidak boleh menolak aturan islam dengan aturan ekonomi islam. Islam dan Ekonomi adalah satu kesatuan yang tidak dipisah satu per satu bagian. Banyak yang berpikiran bahwa ekonomi berbeda dengan islam. Islam hanya mengatur ibadah sedangkan tidak mengatur ekonomi. Tentu saja ini keliru. Islam adalah agama rahmatan lil alamin yang artinya mengatur keseluruhan sektor manusia. Untuk itu segala aktivitas manusia mengarah pada landasan dan prinsip islam. Ekonomi dalam Islam diantaranya mengatur hal-hal seperti:
Cara Berhutang
Menunaikan Zakat
Transaksi Jual Beli
Membeli Mata Uang
Melarang Riba
Cara Menunaikan Transaksi dengan Akuntable
Dsb.
Untuk itu, ekonomi dalam islam bersifat prinsip-prinsip dasar. Sedangkan teknisnya tergantung kepada zaman yang berkembang dan teknologi yang digunakan. Selagi tidak melanggar prinsip dasar ekonomi islam tentu tidak menjadi masalah dan itu di bolehkan dalam islam. Misalnya saja, menggunakan online untuk jual beli. Selagi masih ada akad dan kejelasan barang atau jasa yang ditawarkan serta jelas halal-haramnya barang tersebut, maka ulama-ulama memperbolehkan.
2
2.2 Ekonomi Dalam Islam dan Karakteristiknya Islam dalam hal ekonomi mengatur keseluruhan hidup manusia, termasuk dalam hal ekonomi. Terkadang banyak orang yang enggan untuk mengikuti aturan islam dalam hal ekonomi karena dianggap tidak sesuai atau sudah berpersepsi negatif terhadap aturan islam. Jika dikaji lebih mendalam ekonomi islam memiliki karakteristik dan juga ciri-ciri yang terkadang tidak dipahami dengan benar. Untuk itu, berikut adalah mengenai ekonomi dalam islam dan karakteristiknya. 2.3 Prinsip dan Karakteristik Ekonomi dalam Islam Di dalam Islam, masalah ekonomi diatur secara jelas. Ada beberapa hal teknis yang islam tidak mengaturnya secara rigid dan manusia bisa mengembangkan ekonomi tersebut sesuai dengan perkembangan teknologi. Namun, ada beberapa hal yang menjadi prinsip ekonomi islam dan hal ini tidak bisa berubah. Prinsip ekonomi dan karakteristik islam sepanjang zaman dan perkembagan zaman tidak akan berubah dan harus diikuti. Hal ini bukan membatasi manusia, melainkan menjaga hukum ekonomi dan transaksi tersebut dapat saling menguntungkan dan mendapatkan keadilan darinya. Berikut adalah prinsip dan karakteristik ekonomi islam yang dapat kita pahami dan juga terapkan dalam kehidupan keseharian atau bisnis yang kita miliki. 1. Keadilan dan Keseimbangan “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.” (QS Al-An’am : 152) Dalam ayat di atas di jelaskan bahwa prinsip ekonomi dalam islam haruslah menyempurnakan takaran dan timbangan. Artinya, dalam proses ekonomi harus ada alat ukur dan standart sehingga proses ekonomi bisa dilakukan dengan seimbang. Misalnya saja ketika orang akan membeli buah maka harus ada timbangan yang nanti mengukur berapa buah yang didapatkan dan berapa harga yang harus dibayarkan sesuai nilai 3
buah tersebut. Atau jika ada orang yang ingin menukar mata uang, maka harus ada kurs yang disepakati terlebih dahulu dan adil kedua belah pihak. 2. Sama-sama Menguntungkan Ekonomi islam mengedepankan prinsip sama-sama menguntungkan. Di dalam transaksi ekonomi, tidak bisa ada yang saling merugi atau rugi salah satunya. Untuk itu, transaksi ekonomi dalam islam diatur agar ada kesepakatan atau akad terlebih dahulu, agar satu sama lain tidak ada yang merasa dirugikan setelahnya. Jangan sampai ada transaksi yang baru disadari merugikan setelah melihat barangnya, setelah digunakan, atau merasa dizalimi setelahnya. Itulah pentingnya akad jual beli, memilih barang, dan menyepakati harga terlebih dahulu. Untuk itu, islam mengaturnya agar manusia bertransaksi sama-sama menguntungkan. 3. Tidak Mencekik Fakir Miskin atau Orang yang Tidak Mampu Prinsip ekonomi selanjutnya adalah jangan sampai transaksi ekonomi kita mencekik fakir miskin atau orang yang tidak mampu. Hendaknya orang-orang yang memiliki harta dan ekonomi berlebih tidak sampai menjadikan fakir miskin dan orang tidak mampu semakin sulit dan tidak bisa membiayai hidupnya. Hal ini sebagaimana disampaikan dalam Surat Al-An’am diatas. Sering kali ada orangorang yang bertransaksi ekonomi lalu mencekik fakir miskin dengan hutang yang mengandung riba. Tentu saja orang-orang miskin tersebut sangat kesulitan untuk membayar kebutuhan hidupnya, apalagi harus membayar bunga dari hutangnya yang sangat mencekik hidupnya. Bagaimanapun islam mengatur hubungan ekonomi orang yang mampu dengan tidak. Untuk itu, zakat infaq shodaqoh adalah salah satu cara untuk menyeimbangkan ekonomi islam agar seimbang diantara keduanya. Dan jika fakir miskin semakin sedikit dan terbantukan, tentu yang untung adalah semua umat. Karena semakin banyak yang mampu dan sejahtera, ekonomi pun makin melesat. 4. Transparansi atau Keterbukaan Prinsip yang juga harus dipahami oleh umat islam dalam hal ekonomi adalah trnasparansi dan keterebukaan. Ketika melakukan jual beli misalnya, maka hendaklah terbuka mengenai kondisi barang atau hal yang diperjual belikan. Terangkanlah mengenai baik dan cacatnya dan jangan menutup-nutupi kondisi yang ada. 4
Efek dari ketidakterbukaan itu tentu membuat yang rugi adalah diri kita sendiri. tentunya ketidak jujuran membuat orang enggan untuk bisa kembali bertransaksi dengan kita. Untuk itulah yang dinamakan ketidakberkahan dalam ekonomi. 5. Pencatatan Transaksi “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya.” (QS Al Baqarah : 282) Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa dalam bermuammalah dan melangsungkan transaksi ekonomi harus ada pencatatan dan penulisan. Hal ini agar transaksi ekonomi yang dijalankan bisa sesuai dan tidak terlupakan. Biasanya seiring berjalan waktu masalah transaksi yang tercatat akan terlupakan. Jika masalah pencatatan ini terlupakan, akan berakibat konflik dan menjadi masalah yang tidak terselesaikan karena tidak ada pencatatan yang jelas. Untuk itu pentingnya pencatatan dan ilmu akuntansi bisa digunakan untuk memperjelas masalah transaksi ekonomi. Itulah prinsip-prinisp dan karakteristik ekonomi islam. Tentunya prinsip ekonomi islam berbeda dengan prinisp yang cenderung pada kapitalisme, pembebasan modal, yang cenderung tidak memihak kepada rakyat kecil. Untuk itu, ekonomi islam haruslah dijaga dan ditegakkan. Karena dampak ekonomi islam bukan hanya satu pihak melainkan seluruh ummat, rahmatan lil alamin. Beruntungnya kita sebagai manusia yang menegakan aturan Rukun Islam, Dasar Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT, Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman. Karena di dalamnya mengandung keadilan, keseimbangan, dan jalan yang mensejahterakan bagi ummat Islam.
5
2.4 Pengertian Muammalah Pengertian muammalah pada mulanya memiliki cangkupan yang luas, sebagaimana dirumuskan oleh Muhammad Yusuf Musa, yaitu peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan dita’ati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.
Namun
belakangan ini pengertian muammalah lebih banyak dipahami sebagai aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam memperoleh dan mengembangkan harta benda atau lebih tepatnya dapat dikatakan sebagai aturan islam tentang kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia. 2.5 Fiqih Muammalah Jual Beli dalam Islam Fiqih muammalah adalah pengetahuan tentang kegiatan atau transaksi yang berdasarkan huku-hukum syariat, mengenai perilaku manusia dalam kehidupannya yang diperoleh dari dalil-dalil islam secara rinci. Islam dalam hal ini mengatur segala aspek kehidupan manusia sebagaimana islam mengaturnya dengan tujuan melindungi dan membuat kemaslahatan untuk manusia itu sendiri. Salah satunya adalah dengan jual beli. Istilah dalam islam adalah bermuammalah yang sesuai dengan hukum syariat. Jual beli adalah aktivitas sehari-hari yang pasti dilakukan oleh semua manusia, termasuk umat islam. Pada kenyataannya di masyarakat, jual beli terkadang menjadi hal yang melanggar aturan dan melanggar hak-hak orang lain. Jual beli ini menjadi sarana untuk melakukan kedzaliman seperti penipuan, pengambilan untung yang tidak sesuai, dan lain sebagainya. Untuk itu, berikut adalah kaidah fiqih muamalah jual beli dalam islam. 2.6 Prinsip Muammalah Islam Untuk menjalankan muammalah jual beli, maka terdapat prinsip-prinsip yang harus dilaksanakan oleh umat islam. Hal ini sebagaimana nilai-nilai yang ada dalam Al-Quran dan Sunnah. Pengaturan islam ini berorientasi agar tidak melemahkan satu sama lain dan saling menguntungkan kedua belah pihak. Hal hal muamalah yang diatur islam misalnya permasalahan :
Hukum Jual Beli Tanah
Jual Beli Menurut Islam
Akad Jual Beli Dalam Islam
Khiyar dalam Jual Beli Islam 6
Pinjaman Dalam Islam
Macam-macam Riba dalam Ekonomi Islam, dsb.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka samasuka di antara kamu.” (QS An-Nisa : 29) Ayat diatas menjelaskan bahwa ummat islam dilarang untuk menjalankan praktik jual beli jika terdapat riba. Riba adalah harta yang haram dan melilit kaum yang kesulitan. Untuk itu hal ini harus dihindari. Harta riba yang haram akan membuat orang menambah besar dosanya dan Allah akan membalas dengan adzab di akhirat. Selain itu, islam pun juga mengajarkan agar perniagaan dilakukan berdasarkan sukarela, suka sama suka, atau sama-sama menginginkan. Bukan karena paksaan, apalagi keharusan yang merugikan salah satu pihak. Pada hakikatnya pelaksanaan apapun dalam kehidupan manusia diperbolehkan oleh Allah dengan kaidah dan hukum tertentu agar tidak salah dalam bertindak dan kedzaliman yang terjadi. Hal ini sebagaimana hadist, “Hukum asal semua bentuk muamalah adalah mubah (boleh), kecuali ada dalil yang mengharamkannya (melarang)” 2.7 Jual Beli yang Dilarang Menurut Fiqih Islam Sesuai dengan kaidah muammalah islam, jual beli ada yang diperbolehkan dan ada yang dilarang dalam islam. Berikut adalah jual beli yang dilarang oleh islam, dan hendaknya umat islam menjauhi langkah-langkah tersebut, sebagai jalan yang merugikan dan menyesatkan. 1. Menjauh dari Ibadah “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyakbanyak supaya kamu beruntung.” (QS Al Jumuah : 9-10) Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwa Allah menyuruh umat islam untuk bermuamalah dan bertebaran di muka bumi untuk mencari karunia dan rezeki Allah. Namun hal ini tidak boleh untuk meninggalkan shalat dan meninggalkan ibadah lainnya. Sebagaimana dalam ayat di atas, maka jual beli tidak boleh dilakukan ketika harus menjauhkan kita dari ibadah.
7
Sebaiknya kita melakukan evaluasi, jika proses jual beli kita malah menjauhkan diri dari Allah, menambah kemaksiatan, dan meninggalkan ibadah yang diperintahkan oleh Allah. 2. Jual Beli Barang-Barang yang Haram Jual beli yang dilarang oleh islam adalah ketika menjual dan membeli barang-barang yang haram. Hal ini tentu akan menambah mudharat bagi orang-orang islam, ketika menyebarluaskan keharaman di muka bumi. Misalnya saja jual beli narkoba, miras, barang hasil penggelapan atau pencurian, barang yang tidak taat pajak dan aturan. “Sesungguhnya Allah jika mengharamkan atas suatukaum memakan sesuatu, maka diharamkan pula hasil penjualannya” (HR Abu Daud dan Ahmad) Tentu umat islam tidak menginginkan jika hartanya tidak mendapatkan keberkahan. Keberkahan harta salah satunya berasal dari bagaiama kita melakukan jual beli dengan proses yang halal termasuk barang yang di jual pun adalah barang yang bukan dillarang oleh Allah untuk dikonsumsi. 3. Jual Beli Harta Riba “Rasulullah SAW melaknat orang yang makan riba, yang memberi makannya, penulisnya dan dua saksinya, dan beliau bersabda : “Mereka itu sama” (HR. Muslim) Pelarangan melaksanakan jual beli dalam islam adalah melarang riba. Hal ini seperti yang diungkap dalam hadist di atas bahwa pemberi atau pemakannya atau segala bentuk operasionalnya adalah salah, sehingga sama-sama kelirunya. Untuk itu, sebelum berjual beli hendaknya memeriksa terlebih dahulu apakah ada proses jual beli tersebut benar-benar bebas dari riba. 4. Al Inah “Apabila kalian telah berjual beli dengan cara Al-‘Inah dan kalian telah ridho dengan perkebunan dan kalian telah mengambil ekor-ekor sapi dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian suatu kehinaan yang (Allah) tidak akan mencabutnya sampai kalian kembali kepada agama kalian” (HR. Abu Daud) 5. Mulamasah Jual beli mulamasah adalah istilah untuk pembelian yang terjadi jika menyentuh barang yang dijual. Tentu ini tidak dibenarhkan bahwa sebelumnya pembeli berhak untuk melihat, menyentuh barang, dan mengecek apakah ada kecacatan atau yang ditawarkan sesuai dengan
8
barang real-nya. Tentu saja menjadi bermasalah jika hanya menyentuh lalu harus membayarkannya. Contohnya saja ketika berbelanja di pasar tentu kita sering sekali melihat-lihat terlebih dahulu dan memegang barangnya. Selagi tidak merusak dan membuat rugi si penjual tentu hal ini diperbolehkan, bukan hal yang diharamkan dalam islam. 2.8 Ayat dan Hadist Dalil tentang Riba o Dalil Riba dari Al Quran 1. Surat Al Baqarah ayat 278 tinggalkan Riba
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS: Al Baqarah: 278) 2. Surat Al Imron ayat 130 Larangan Memakan Riba
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.” (Qs. Ali Imron [3]: 130). o Dalil Riba dari Hadist 1. Hadist yang menyatakan Riba dosanya lebih dari pada zina 36 kali
“Satu dirham uang riba yang dimakan oleh seseorang dalam keadaan mengetahui bahwa itu adalah uang riba dosanya lebih besar dari pada berzina sebanyak 36 kali.” (HR. Ahmad dari Abdulloh bin Hanzholah dan dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih al Jami’, no. 3375)” [Nida-atur Rahman li Ahli Iman hal 41].
9
2. Hadist dalil Riba Dosa besar lebih dari zina 36 kali
"Satu dirham yang didapatkan dari transaksi riba lantas dimanfaatkan oleh seseorang dalam keadaan dia mengetahui bahwa itu berasal dari riba dosanya lebih ngeri dari pada berzina sebanyak 36 kali.” (HR Ahmad no 22008). 3. Hadist dalil Riba Dosanya sama dengan Seorang Menzinai Ibu kandungnya
“Riba Itu Ada 73 Pintu. Yang Paling Ringan Adalah Semisal Dosa Seseorang Yang Menzinai Ibu Kandungnya Sendiri.” (HR. Al Hakim Dan Al Baihaqi, shahih). 2.9 Kegiatan Perekonomian Rasulullah SAW. Sistem perekonomian pada masa Nabi Muhammad SAW merupakan sistem ekonomi yang berdasarkan syariat islam dan berlandaskan Al-Quran dan Sunnah Rasul. Sejumlah aturan yang tertanam pada landasan perekonomian tersebut berbentuk keharusan melakukan atau sebaiknya melakukan sesuatu, juga dalam bentuk larangan melakukan atau sebaliknya tidak melakukan sesuatu. Tentu aturan-aturan yang tersebut dalam Al-Quran dan Sunnah Rasul bertujuan untuk menjamin keselamatan manusia sepanjang hidupnya, baik agama diri, akal, harta benda maupun nasab keturunan. Rasulullah memulai implementasi perekonomian islam sejak diutusnya beliau sebagai utusan Allah SWT pada usia 40 tahun. Sistem perekonomian islam tampak cerah bukan pada masa Makkah, namun mulai pada masa Madinah atau hijrahnya Rasulullah ke kota Yastrib (Madinah). Ketika itu, kehidupan umat muslim bersama Rasulullah merupakan contoh teladan yang paling pantas untuk implementasi dari syariat islam. Madinah merupakan suatu negara yang baru terbentuk dan tidak memiliki harta warisan sedikitpun. Hal ini diperparah adanya ancaman demi ancaman dari pihak luar yang terus menggeruguti kaum mulimin selepas hijrah dari Makkah ke Madinah. Banyak guncangan dan cobaan serta rintangan yang muncul baik dari dalam maupun pihak luar membuat Hijrahnya kaum muslimin dari Makkah bukan hanya diartikan sebagai melepaskan diri dari cobaan pihak Quraisy di Makkah, melainkan juga sebagai batu loncatan untuk mendirikan sebuah masyarakat baru di negeri yang aman. Oleh karena itu, setiap muslim pada saat itu harus 10
mampu, wajib ikut andil dalam mendirikan negara baru ini (Madinah), harus mengerahkan segala kemampuannya untuk menjaga dan menegakkannya. Tidak dapat disangsikan bahwa Rasulullah adalah pemimpin, komandan dan pemberi petunjuk dalam menegakkan masyarakat ini. Semua krisis dikembalikan kepada beliau tanpa ada yang menentangnya. Pemerintahan awal Rasulullah di Madinah tergolong sederhana, tetapi telah menunjukkan prinsip-prinsip yang mendasar bagi pengelolaan ekonomi. Dikarenakan landasan perekonomian yang merupakan Al-Quran, karakter perekonomian saat itu adalah komitmennya yang tinggi terhadap etika dan norma, serta perhatiannya terhadap keadilan dan pemerataan kerakyatan. Setiap kegiatan harus mencakup konsep maslahat yang bermuara pada ukhuwah islamiyah. Usaha-usaha ekonomi harus dilakukan secara etis dalam bingkai syariah islam. Sumber daya ekonomipun tidak boleh menumpuk pada seseorang saja melainkan harus terbagi-bagi antar masyarakat. Hal ini dilakukan agar masalah gap antara si miskin dan si kaya teratasi pada perekonomian islam di zaman Rasulullah. Banyak hal-hal strategis yang di lakukan oleh Rasulullah dalam masyarakat baru di Madinah, khususnya tentang perekonomiannya, yaitu : 1. Membangun Masjid 2. Mempersaudarakan di antara sesama orang-orang muslimin 3. Membangun konstitusi negara 4. Meletakkan dasar-dasar sistem keuangan negara
11
BAB III PENUTUP
Dari penjelasan diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa fiqih muammalah merupakan ilmu yang mempelajari segala perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan memperoleh falah (kedamaian dan kesejahteraan dunia akhirat). Perilaku manusia disini berkaitan dengan landasan-landasan syariah sebagai rujukan berperilaku dan kecenderungan-kecenderungan dari fitra manusia. Kedua hal tersebut berinteraksi dengan porsinya masing-masing sehingga terbentuk sebuah mekanisme ekonomi (muammalah) yang khas dengan dasar-dasar nilainya.
12
DAFTAR PUSTAKA D. Alfiansyah. 2019. MAKALAH AL-ISLAM KONSEP MUAMALAH DALAM ISLAM. https://www.academia.edu/9967521/MAKALAH_ALISLAM_KONSEP_MUAMALAH_DA LAM_ISLAM_Disusun_Oleh_Dimas_Lutfi_Alfiansyah_Program_Sarjana_S1_Teknik_M esin. Diakses pada tanggal 6 Februari 2019. finastri
annisa.
2017.
Ekonomi
Dalam
Islam
dan
https://dalamislam.com/hukum-islam/ekonomi/ekonomi-dalam-islam.
Karakteristiknya. Diakses
pada
tanggal 8 Februari 2019. finastri annisa. 2017. Fiqih Muamalah Jual Beli dalam Islam. https://dalamislam.com/hukumislam/ekonomi/fiqih-muamalah-jual-beli. Diakses pada tanggal 8 Februari 2019. Ghofar.
2016.
AYAT
DAN
HADIST
DALIL
TENTANG
RIBA.
https://ghofar1.blogspot.com/2017/04/ayat-dan-hadist-dalil-tentang-riba.html.Diakses pada tanggal 8 Februari 2019. Muslim.Or.Id. 2019. Muamalah Ribawi dan Bahayanya (Bag. 1). https://muslim.or.id/118muamalah-ribawi-dan-bahayanya-1.html. Diakses pada tanggal 8 Februari 2019. Nahdlatul
Ulama.
2018.
Berdagang
Ala
Nabi
http://www.nu.or.id/post/read/93604/berdagang-ala-nabi-muhammad.
Muhammad. Diakses
pada
tanggal 8 Februari 2019.
13