MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI (Addison’s Disease)
DISUSUN OLEH : 1. Amylitta Dhejura (20144124A) 2. Ezra Pasaribu
(20144198A)
3. Willy Derizqi B.S (20144229A)
PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2016
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormone berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh. Salah satu organ utama dari sistem endokrin adalah kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal merupakan bagian dari suatu sistem yang rumit yang menghasilkan hormon yang saling berkaitan. Hipotalamus menghasilkan CRH (corticotropin-releasing hormone), yang merangsang kelenjar hipofisa utnuk melepaskan kortikotropin, yang mengatur pembentukan kortikosteroid oleh kelenjar adrenal. Fungsi kelenjar adrenal bisa berhenti jika hipofisa maupun hipotalamus gagal membentuk hormon yang dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai. Kekurangan atau kelebihan setiap hormon kelenjar adrenal bisa menyebabkan penyakit yang serius. Salah satu penyakit yang ditimbulkan adalah penyakit Addison. Penyakit Addison jarang dijumpai, di Amerika Serikat tercatat 0,4 per 100.000 populasi, sedang Di rumah sakit terdapat 1 dari 6.000 penderita yang dirawat. Dari Bagian Statistik Rumah Sakit Dr.Soetomo pada tahun 1983, Frekuensi pada laki-laki dan wanita hampir sama. Menurut Thom, laki-laki 56%, dan wanita 44%. Penyakit Addison dapat dijumpai pada semua umur, tetapi lebih banyak terdapat pada umur 20 – 50 tahun. Penyakit Addison merupakan masalah kesehatan masyarakat karena penyakit ini merupakan penyakit yang relatif langka dan masih perlu dipelajari untuk pemahaman yang lebih baik dalam mendeteksi dan menanggulanginya secara dini. Oleh sebab itu kelompok tertarik untuk membuat atau mengangkat makalah ilmiah yang berjudul “Addison”.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Addison’s Disease Penyakit Addison atau lebih dikenal dengan nama Addison’s Disease adalah suatu hipofungsi dari adrenal yang timbul secara spontan dan berangsur-angsur, dimana ketidak memadaian adrenal, dapat menjadi penyakit yang mengancam jiwa. Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggunya fungsi dari kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua bahan kimia penting ( hormon ) biasanya dirilis oleh korteks adrenal: kortisol dan aldosteron (Liotta EA et all 2010). Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormo777777777777777777777777777777777777777777778888888787887777777777777777 777777777777777777777777777777777777777n yang terjadi pada semua kelompok umur dan menimpa pria dan wanita sama rata. Penyakit ini di karakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot, kelelahan, tekanan darah rendah dan adakalanya penggelapan kulit pada kedua bagian-bagian tubuh yang terbuka dan tidak terbuka. Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon – hormon korteks adrenal (Soediman, 1996) Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau atrofik, biasanya auto imun atau tuberkulosa. (Baroon, 1994) Penyakit Addison terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal. (Bruner, dan Suddart Edisi 8 hal 1325). Penyakit Addison ialah kondisi yang terjadi sebagai hasil dari kerusakan pada kelenjar adrenal (Black, 1997). Penyakit Addison (juga dikenal sebagai kekurangan adrenalin kronik, hipokortisolisme atau hipokortisisme) adalah penyakit endokrin langka dimana kelenjar adrenalin memproduksi hormon steroid yang tidak cukup.
1. Epidemiologi Addison’s Disease Penyakit Adison merupakan penyakit yang jarang terjadi di dunia. Di Amerika Serikat tercatat 0,4 per 100.000 populasi. Frekuensi pada laki-laki dan wanita hampir sama. laki-laki 56% dan wanita 44% penyakit Addison dapat dijumpai pada semua umur, tetapi lebih banyak ter- dapat pada umur 30 – 50 tahun . 50% pasien dengan penyakit addison, kerusakan korteks adrenalnya merupakan manifestasi dari proses autoimun.
Di Amerika Serikat, penyakit addison terjdai pada 40-60 kasus per satu juta penduduk. Secara global, penyakit addison jarang terjadi. Bahkan hanya negara-negara tertentu yang memiliki data prevalensi dari penyakit ini. Prevalensi di Inggris Raya adalah 39 kasus per satu juta populasi dan di Denmark mencapai 60 kasus per satu juta populasi. Mortalitas/morbiditas terkait dengan penyakit addison biasanya karena kegagalan atau keterlambatan dalam penegakkan diagnosis atau kegagalan untuk melakukan terapi pengganti glukokortikoid dan mineralokortikoid yang adekuat. Jika tidak tertangani dengan cepat, krisis addison akut dapat mengakibatkan kematian. Ini mungkin terprovokasi baik secara de novo, seperti oleh perdarahan kelenjar adrenal, maupun keadaan yang menjadi penyerta pada insufisiensi adenokortikal kronis atau yang tidak terobati secara adekuat. Dengan onset lambat penyakit addison kronik, kadar yang rendah signifikan, non spesifik, tapi melemahkan, maka gejala dapat terjadi. Bahkan setelah diagnosis dan terapi, risiko kematian lebih dari 2 kali lipat lebih tinggi dengan penyakit addison. Penyakit kardiovaskuler, keganasan dan penyakit infeksi bertanggung jawab atas tingginya angka kematian. Penyakit addison predileksinya tidak berkaitan dengan ras tertentu. Sedangkan penyakit addison idiopatik autoimun cenderung lebih sering pada wanita dan anak-anak. Usia paling sering pada penderita addison disease adalah orang dewasa antara 30-50 tahun. Tapi, penyakit ini tidak dapat timbula lebih awal pada pasien dengan sindroma polyglanduler autoimun, congenital adrenal hyperplasia (CAH), atau jika onset karena kelainan metabolisme rantai panjang asam lemak. 1. Gejala Penyakit Addison Disease Sesudah penyakit Addison terjadi, penderita biasanya merasa lemah, lelah, dan pusing terutama jika berdiri sesudah duduk atau berbaring. Gejala penyakit Addison mungkin berkembang secara perlahan – lahan dan tak kentara biasanya dalam waktu beberapa bulan. Gejala umum dari penyakit Addison’s Disease, antara lain :
Kelemahan dan kelelahan pada otot Penurunan nafsu makan yang menyebabkan hilangnya berat badan Tekanan darah rendah dan gula darah rendah Mudah marah Depresi Diare, mual, dan / atau muntah yang menyebabkan dehidrasi Kehilangan kesadaran
Sementara, gejala yang khas atau spesifik dari penyakit Addison’s Disease meliputi
:
Keinginan mengonsumsi garam Kulit gelap ( hiperpigmentasi ) Sakit di kaki, punggung bawah, dan perut
Gejala penyakit Addison kadang dapat terjadi secara tiba-tiba dan berat. Kondisi ini disebut krisis Addisonian atau insufisiensi adrenal akut. Krisis adrenal biasanya terjadi jika tubuh mengalami stress berat, seperti pembedahan, cedera berat, atau infeksi hebat. Gejala – gejala yang dapat ditemukan pada krisis Addisonian meliputi : rasa nyeri menusuk pada punggung bagian bawah, perut, atau kaki yang tiba – tiba, muntah – muntah dan diare hebat, dehidrasi, tekanan darah yang rendah, kadar kalium yang tinggi ( hiperkalemia ), dan hilangnya kesadaran. Jika krisis Addisonian tidak ditangani, maka dapat berakibat fatal. Pada penyakit Addison, kelenjar hipofise menghasilkan lebih banyak kortikotropin sebagai usaha untuk merangsang pembentukan hormon – hormon oleh kelenjar adrenal. Namun kortikotropin juga merangsang produksi melanin, sehingga pada kulit dan mukosa penderita sering terbentuk pigmentasi yang gelap ( hiperpigmentasi ). Kulit yang lebih gelap mungkin nampak seperti akibat sinar matahari, tetapi terdapat pada area yang tidak merata. Hiperpigmentasi paling jelas terlihat pada jaringan parut kulit, lipatan – lipatan kulit, tempat – tempat yang sering mendapat penekanan, seperti siku, lutut, ibu jari, bibir, dan membran mukosa. 1. Patomekanisme dan Patofisiologi Addison’s Disease
Patomekanisme
Antigen adrenal spesifik yang autoantibodinya meliputi 21-hidroksilase ( CYP21A2 ) dan enzim pemecah rantai mungkin bertanggung jawab atas serangkaian proses yang menyebabkan insufisiensi meskipun tidak diketahui apakah antibody ini secara signifikan dapat menyebabkan insufisiensi kelenjar adrenal. Beberapa antibody menyebabkan insufisiensi adrenal dengan memblok proses pengikatan ACTH dengan reseptornya.
Patofisiologi
Penyakit addison atau insufiensi adrenokortikal, terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon-hormon korteks adrenal. Atrofi autoimun atau idiopatik pada kelenjar adrenal merupakan penyebab pada 75% kasus penyakit addison ( Stern & Tuck, 1994 ). Penyebab lainnya mencakup operasi peningkatan kelenjar adrenal atau infeksi yang paling sering di temukan dan menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjar tersebut. Tuberkulosis ( TB ) dan histoplasmosis merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada kedua kelenjar adrenal. Meskipun kerusakan adrenal akibat proses autoimun telah menggantikan tuberkulosis sebagai penyebab penyakit addison, namun penigkatan tuberkulosis yang terjadi akhir-akhir ini harus mempertimbangkan pencantuman penyakit infeksi kedalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH ynag tidak adekuat dari kelenjar hipofisis juga akan menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal. Kerusakan pada korteks adrenal mempengaruhi insufisiensi kortisol yang menyebabkan hilangnya glukoneogenesis, glikogen hati menurun yang mengakibatkan hipoglikemia,
insufisiensi kortisol mengakibatkan ACTH dan sehingga merangsang sekresi melanin meningkat sehingga timbul ® MSH hiperpigmentasi. Defisiensi aldosteron dimanifestasikan dengan peningkatan kehilangan natrium melalui ginjal dan peningkatan reabsorpsi kalium oleh ginjal kekurangan garam dapat dikaitkan dengan kekurangan air dan volume. Penurunan volume plasma yang bersirkulasi akan dikaitkan dengan kekurangan air dan volume mengakibatkan hipotensi. 1. Klasifikasi Penyakit Addison Penyakit Addison diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu
:
1. Addison Primer Merupakan penyakit addison yang disebabkan karena infeksi kronis terutama infeksi jamur pada bagian kelenjar adrenal, sel kanker yang menyebar dari bagian tubuh lain ke kelenjar adrenal, pengangkatan kelenjar adrenal karena operasi. 2. Addison Sekunder Merupakan penyakit Addison yang disebabkan karena tumor atau infeksi dari area khususnya di bagian otak dan kelenjar pituitary, kehilangan aliran darah ke pituitary, radiasi untuk perawatan tumor pituitary, operasi pengangkatan kelenjar pitutary, operasi pengangkatan bagian hypotalamus. 3. Addison Idiopatik Merupakan penyakit Addison yang disebabkan karena komplikasi penyakit lain, seperti TBC dan penyakit autoimun. 1. Diagnosis Diagnosis dari penyakit Addison tergantung terutama pada tes darah dan urin. Tes diagnostic fungsi adrenal kortikal meliputi: 1. Uji ACTH Pemeriksaan ini adalah tes yang paling sering dilakukan untuk mendiagnosa insufisiensi adrenal. Pemeriksaan ini akan mengukur kadar kortisol di dalam air kemih dan darah sebelum dan sesudah diberikan ACTH sintetik melalui suntikan. Normalnya, setelah mendapat suntikan ACTH, kadar kortisol di dalam air kemih dan darah akan meningkat. Tetapi pada penyakit Addison atau insufisiensi adrenal sekunder jangka panjang, kadar kortisol tidak atau hanya sedikit meningkat. 2. Pemeriksaan Stimulasi CRH
Jika pemeriksaan stimulasi ACTH memberikan hasil yang abnormal, maka pemeriksaan stimulasi CRH dapat dilakukan untuk membantu menentukan penyebab insufisiensi adrenal. Pada penyakit Addison, dengan pemberian CRH sintetik akan menghasilkan ACTH yang tinggi tetapi tanpa kortisol. 3. Tes Insulin-Induced Hypoglycemia Dalam tes ini gula darah dan kadar kortisol diperiksa pada berbagai interval setelah suntikan insulin diberikan. Jika kadar glukosa turun dan terjadi peningkatan kortisol, orang tersebut dianggap sehat. 4. Tes Darah Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat potassium, kortisol natrium, dan ACTH dalam darah. Komponen tersebut akan memberikan indikasi awal apakah gangguan kelenjar adrenal adalah penyebab dari tanda dan gejala yang dialami pasien. Tes ini juga digunakan untuk mengukur antibodi yang berkaitan dengan penyakit Addison. 5. Tes Pencitraan Tes computerized tomography (CT) scan mungkin diperlukan untuk memeriksa ukuran kelenjar adrenal serta untuk mencari adanya kelainan untuk diagnosa lebih lanjut. Jika diagnosis penyakit Addison telah dibuat, maka dapat dilakukan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi yang berkaitan dengan penyakit Addison karena autoimun. BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan Penyakit Addison atau lebih dikenal dengan nama Addison’s Disease adalah suatu hipofungsi dari adrenal yang timbul secara spontan dan berangsur-angsur, dimana ketidakmemadaian adrenal, dapat menjadi penyakit yang mengancam jiwa. Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggunya fungsi dari kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua bahan kimia penting ( hormon ) biasanya dirilis oleh korteks adrenal: kortisol dan aldosteron ( Liotta EA et all 2010 ). Penyakit Adison merupakan penyakit yang jarang terjadi di dunia. Di Amerika Serikat tercatat 0,4 per 100.000 populasi. Frekuensi pada laki-laki dan wanita hampir sama. laki-laki 56% dan wanita 44% penyakit Addison dapat dijumpai pada semua umur, tetapi lebih banyak ter- dapat
pada umur 30 – 50 tahun . 50% pasien dengan penyakit addison, kerusakan korteks adrenalnya merupakan manifestasi dari proses autoimun. Gejala umum yang ditimbulkan dari penyakit Addison’s Disease adalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kelemahan dan Kelelahan pada otot Penurunan nafsu makan yang menyebabkan Kehilangan berat badan Tekanan darah rendah dan Gula darah rendah Mudah marah Depresi Diare, mual, dan / atau muntah yang menyebabkan dehidrasi Kehilangan kesadaran
Sementara, gejala yang khas atau spesifik dari Addison’s Disease adalah : 1. Keinginan mengonsumsi garam 2. Kulit gelap 3. Sakit di kaki, punggung bawah, dan perut Penyakit Addison diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu : Addison Primer, Addison Sekunder, serta Addison Idiopatik. Diagnosis dari penyakit Addison tergantung terutama pada tes darah dan urin. Tes diagnostic fungsi adrenal kortikal meliputi: uji ACTH, tes Stimulasi CRH, tes Insulin-Induced Hypoglycemia, tes darah, serta tes pencintraan.