KEJUJURAN
Disusun oleh Kelompok 3:
Abdul Faqah Januar Aldi Budi Bagaskara Bayu Ary Bimantoro Hiveara Secharindyah Nadia Armelia Amanda Nurudin Anwar Fauzi Septiana Tri Amaliya( 34 ) Siti Kholifah
( 01 ) ( 04 ) ( 07 ) ( 18 ) ( 23 ) ( 25 ) ( 35 )
Kelas X-MIPA-D
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan presentasi sekaligus penulisan hasil laporan presentasi dalam sebuah Karya Tulis yang kami beri judul “KEJUJURAN“ ini dengan baik. Karya tulis ini kami lakukan untuk memenuhi tugas Agama Islam Bab 1 sekaligus memperdalam dan mempraktekkan teori pelajaran yang kami terima. Karya Tulis ini dapat kami selesaikan dengan baik atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Orang tua kami yang selalu memberi fasilitas dan semangat untuk terus giat belajar maupun doa yang selalu dipanjatkan untuk keberhasilan putra putrinya. 2. Pak Baehaqi yang telah membimbing kami dalam menyusun dan menyelesaikan tugas ini. 3. Bu Nidaa selaku wali kelas X MIPA D yang telah menginspirasi, mendukung dan membimbing kami selama berada di sini. 4. Teman-teman sekelas yang selalu memberikan semangat, dukungan dan memberi masukan jika ada hal-hal yang kurang atau salah saat kami melakukan presentasi. 5. Dan berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Demikian karya tulis ini kami susun dengan sedemikian rupa. Ibarat pepatah “Tiada gading yang tak retak”, kami juga menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dari hasil karya tulis ini. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan yang berupa kritik ataupun saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Semoga Karya Tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Jakarta,17 Agustus 2016
Kelompok 3
DAFTAR ISI 2
KATA PENGANTAR ......................................................................... 2 DAFTAR ISI ............................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 4 1.1 LATAR BELAKANG ................................................................ 4 BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 5 2.1 PENGERTIAN .......................................................................... 5 2.2 HADITS .................................................................................... 6 2.3 PEMBAGIAN SIFAT JUJUR ................................................... 11 2.4 CIRI-CIRI ORANG JUJUR ................................................... 13 2.5 KEUNTUNGAN SIFAT JUJUR ......................................... 14 BAB III PENUTUP .................................................................................. 16 3.1 KESIMPULAN ........................................................................ 16 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sungguh Rasulullah SAW telah menjelaskan di dalam haditsnya satu masalah diantara masalah akhlaq yang sangat penting , yaitu cara mendidik akhlaq dan pembentukannya serta cara memperkuatnya di dalam jiwa dan 3
memantapkannya, bahkan beliau telah menjadikannya pada urutan beberapa tabi’at, yaitu agar supaya manusia mempunyai tujuan berkata baik dan berbuat yang terpuji serta mengerjakannya berulang-ulang, sehingga sangat berpengaruh pada dirinya bahkan dijadikannya sebagai kebiasaan yang berjalan lancar dan agar bertambah mendalam setiap sudah diamalkan. Barang siapa yang ingin agar kejujuran itu menjadi kebiasaan dan akhlaqnya ingin menjadi agama dan tabiatnya, maka hendaknya dia mempunyai tujuan jujur dalam semua ucapan, dan jujur dalam semua perbuatannya. Jika kejujuran itu sesudah menjadi karakternya, maka yang demikian dia menjadi orang yang paling jujur. Kedudukan sifat jujur sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat para nabi, yakni Nabi Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub, sebagaimana firman Allah : Artinya: “Dan Kami telah anugrahkan kepada mereka rahmat- Ku dan Kami telah ciptakan bagi mereka lisan yang jujur, yakni pujian yang baik yang tinggi nilainya.” ( QS. Maryam : 50 ). Dan Ismail dipuji karena jujur, sebagaimana firman Allah : Artinya : “Perhatikan dalam (hal) Ismail yang tersebut dalam Al kitab (yakni Al Qur’an), sesungguhnya dia adalah jujur dalam janjinya dan dia adalah Rasul dan Nabi.” (QS. Maryam : 54 ).
BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN Apa pengertian jujur itu? Dalam bahasa Arab, kata jujur sama maknanya dengan “ash-shidqu” atau “shiddiq” yang berarti nyata, benar, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam bahasa Arab ”al-kadzibu”. 4
Secara istilah, jujur atau ash-shidqu bermakna: (1) kesesuaian antara ucapan dan perbuatan; (2) kesesuaian antara informasi dan kenyataan; (3) ketegasan dan kemantapan hati; dan (4) sesuatu yang baik yang tidak dicampuri dengan kedustaan. Dalam bahasa Indonesia, jujur merupakan kata dasar dari kejujuran, menurut jenis katanya, jujur merupakan kata sifat sedangkan kejujuran merupakan kata benda. Menurut KBBI, kata "jujur" berarti lurus hati; tidak berbohong (misal dengan berkata apa adanya); 2 tidak curang (misal dalam permainan, dengan mengikuti aturan yang berlaku): mereka itulah orang-orang yang jujur dan disegani; 3 tulus; ikhlas; Sedangkan "kejujuran" berarti sifat (keadaan) jujur; ketulusan (hati); kelurusan (hati): ia meragukan kejujuran anak muda itu. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa saat ini kejujuran sudah menjadi barang langka. Terlepas dari benar atau tidaknya pendapat tersebut, kita harus tetap optimis bahwa masih banyak kejujuran di sekeliling kita, dan kita harus tetap menggemakan semangat kejujuran. Contoh kisah nyata yang menarik diperlihatkan oleh Bapak Abdul Mukti dari Kediri. Ia mampu menggemakan semangat kejujuran tidak hanya dengan omongan, tapi dengan tindakan jujur yang nyata. Sejak tahun 2011, Pak Mukti menjual bensin dengan menaruhnya ke dalam botol-botol yang ditatanya di atas sebuah rak di depan rumahnya. Di rak tersebut ditulisnya tulisan 'Kejujuran', 'Ambil sendiri', 'Bayar dengan pas dan masukkan ke dalam toples', Kios bensin "kejujuran" tersebut tidak pernah dijaga, karena Pak Mukti percaya bahwa "kejujuran" masih banyak berada di sekelilingnya. (dikutip dari detik.com) 2.2HADITS a. Perintah untuk Berlaku Jujur Dalam beberapa ayat, Allah Ta’ala telah memerintahkan untuk berlaku jujur. Di antaranya pada firman Allah Ta’ala,
يِناَّ أنيَيِهناَّ الصقذيِنن آننمننوُا اتصنقوُا ص صاَّقدققيِنن ان نونكوُننوُا نمنع ال ص 5
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At Taubah: 119). Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman,
صندنقوُا ص ان لننكاَّنن نخميِررا لنهنمم فنلنموُ ن “Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21) Dalam hadits dari sahabat 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu juga dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
َّق يِنمهقدىِ إقنلىَ املبقرر نوإقصن املبقصر يِنمهقدىِ إقنلىَ املنجنصقة نونما ق فنإ قصن ال ر نعلنميِنكمم بقاَّل ر صمد ن صمد ق ب قعمنند ص صند ن يِننزانل الصرنجنل يِن م صرديِقراَّ نوإقيِصاَّنكمم ق نويِنتننحصرىِ ال ر صمد ن ق نحصتىَ يِنمكتن ن اق ق َّب يِنمهقدىِ إقنلىَ املفننجوُقر نوإقصن املفننجوُنر يِنمهقدىِ إقنلىَ النصاَّقر نونما ب فنإقصن املنكقذ ن نواملنكقذ ن ب قعمنند ص َّاق نكصذابرا يِننزانل الصرنجنل يِنمكقذ ن ب نحصتىَ يِنمكتن ن ب نويِنتننحصرىِ املنكقذ ن “Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hatihatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” Begitu pula dalam hadits dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ب قريِبنةة ك فنإ قصن ال ر صمد ن ك إقنلىَ نماَّ لن يِنقريِبن ن دندمع نماَّ يِنقريِبن ن ق طننمأمقنيِننةة نوإقصن املنكقذ ن “Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” Jujur adalah suatu kebaikan sedangkan dusta (menipu) adalah suatu kejelekan. Yang namanya kebaikan pasti selalu mendatangkan ketenangan, sebaliknya kejelekan selalu membawa kegelisahan dalam jiwa. b. Perintah Jujur bagi Para Pelaku Bisnis 6
Terkhusus lagi, terdapat perintah khusus untuk jujur bagi para pelaku bisnis karena memang kebiasaan mereka adalah melakukan penipuan dan menempuh segala cara demi melariskan barang dagangan. Dari Rifa'ah, ia mengatakan bahwa ia pernah keluar bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ke tanah lapang dan melihat manusia sedang melakukan transaksi jual beli. Beliau lalu menyeru, “Wahai para pedagang!” Orang-orang pun memperhatikan seruan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sambil menengadahkan leher dan pandangan mereka pada beliau. Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إقصن اليَتصجاَّنر يِنمبنعنثوُنن يِنموُنم املققيِناَّنمقة فنصجاَّررا إقلص نمقن اتصنقىَ ص ق صند ن ان نوبنصر نو ن
“Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa pada Allah, berbuat baik dan berlaku jujur.” Begitu sering kita melihat para pedagang berkata, “Barang ini dijamin paling murah. Jika tidak percaya, silakan bandingkan dengan yang lainnya.” Padahal sebenarnya, di toko lain masih lebih murah dagangannya dari pedagang tersebut. Cobalah lihat ketidakjujuran kebanyakan pedagang saat ini. Tidak mau berterus terang apa adanya. c. Keberkahan dari Sikap Jujur Jika kita merenungkan, perilaku jujur sebenarnya mudah menuai berbagai keberkahan. Yang dimaksud keberkahan adalah tetap dan bertambahnya kebaikan. Dari sahabat Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ك صندقناَّ نوبنيِصنناَّ نبوُقر ن فنإقمن ن- َّ أنمو قناَّنل نحصتىَ يِنتنفنصرقنا- َّاملبنيِرنعاَّقن بقاَّملقخيِناَّقر نماَّ لنمم يِنتنفنصرقنا نوإقمن نكتننماَّ نونكنذبناَّ نمقحقن م، َّلنهننماَّ قفىَ بنميِقعقهنما َّت بننرنكةن بنميِقعقهنما “Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu.”
7
Di antara keberkahan sikap jujur ini akan memudahkan kita mendapatkan berbagai jalan keluar dan kelapangan. Coba perhatikan baik-baik perkataan Ibnu Katsir rahimahullah ketika menjelaskan surat At Taubah ayat 119. Beliau mengatakan, “Berlaku jujurlah dan terus berpeganglah dengan sikap jujur. Bersungguh-sungguhlah kalian menjadi orang yang jujur.Jauhilah perilaku dusta yang dapat mengantarkan pada kebinasaan. Moga-moga kalian mendapati kelapangan dan jalan keluar atas perilaku jujur tersebut.” d. Akibat Berperilaku Dusta Dusta adalah dosa dan ‘aib yang amat buruk. Di samping berbagai dalil dari Al Qur’an dan dan berbagai hadits, umat Islam bersepakat bahwa berdusta itu haram. Di antara dalil tegas yang menunjukkan haramnya dusta adalah hadits berikut ini,
ق ثنلن ة ث إقنذا نحصد ن ف نوإقنذا امئتنقمنن نخاَّنن ب نوإقنذا نونعند أنمخلن ن ث نكنذ ن آيِنةن املنمنناَّفق ق “Tanda orang munafik itu ada tiga, dusta dalam perkataan, menyelisihi janji jika membuat janji dan khinat terhadap amanah.” Dari berbagai hadits terlihat jelas bahwa sikap jujur dapat membawa pada keselamatan, sedangkan sikap dusta membawa pada jurang kehancuran. Di antara kehancuran yang diperoleh adalah ketika di akhirat kelak. Kita dapat menyaksikan pada hadits berikut,
ب ثننلثنةة نل يِننكلرنمهننم ان يِنموُنم املققيِناَّنمقة نونل يِنمنظننر إقلنميِقهمم نونل يِننزركميِقهمم نولنهنمم نعنذا ة املنممسبقنل إقنزانرهن نواملنممنفق ن, املنمنصاَّنن: أنلقميِةم ب ف املنكاَّقذ ق ق قسملنعتنهن بقاَّملنحلن ق “Tiga (golongan) yang Allah tidak berbicara kepada mereka pada hari Kiamat, tidak melihat kepada mereka, tidak mensucikan mereka dan mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih, yaitu: orang yang sering mengungkit pemberiannya kepada orang, orang yang menurunkan celananya melebihi mata kaki dan orang yang menjual barangnya dengan sumpah dusta.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu mencela orang yang tidak transparan dengan menyembunyikan ‘aib barang dagangan ketika berdagang. Coba perhatikan kisah dalam hadits dari Abu Hurairah, ia berkata,
َّصمبنرقة طننعاَّمم فنأ نمدنخنل يِنندهن قفيِهنا نمصر نعنلىَ ن-صلىَ ا عليِه وسلم- ا أنصن نرنسوُنل ص ق فننناَّلن م صاَّبنمتهن الصسنماَّنء قناَّنل أن ن.« ب الطصنعاَّقم صاَّقح ن صاَّبقنعهن بنلنلر فنقناَّنل » نماَّ هننذا يِناَّ ن ت أن ن 8
س س نممن نغ ص ق الطصنعاَّقم نكمىَ يِننراهن النصاَّ ن قناَّنل » أنفنلن نجنعملتنهن فنموُ ن.ا ش فنلنميِ ن يِناَّ نرنسوُنل ص ق َ» قمرنى “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, "Apa ini wahai pemilik makanan?" Sang pemiliknya menjawab, "Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami." Jika dikatakan bukan termasuk golongan kami, berarti dosa menipu bukanlah dosa yang biasa-biasa saja. e. Jujur Sama Sekali Tidak Membuat Rugi Inilah pentingnya berlaku jujur dalam segala hal, terkhusus lagi dalam hal muamalah atau berbisnis. Dalam berbisnis hal ini begitu urgent. Karena begitu banyak orang yang loyal pada suatu penjual karena sikapnya yang jujur. Namun sikap jujur ini seakan-akan mulai punah. Padahal sudah sering kita dengar perilaku jujur dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat, dan ulama salafush sholeh lainnya. Mereka semua begitu semangat dalam memelihara akhlak yang mulia ini. Walaupun ujung-ujungnya, bisa jadi mereka merugi karena begitu terus terang dan terlalu jujur. Bandingkan dengan perangai jelek sebagian pelaku bisnis saat ini. Coba saja lihat secara sederhana pada penjual dan pembeli yang melakukan transaksi. “Mas, HP yang saya jual ini masih awet lima tahun lagi,” ucapan seseorang ketika menawarkan HP pada saudaranya. Padahal yang sebenarnya, HP tersebut sudah jatuh sampai sepuluh kali dan seringkali diservis. Perilaku tidak jujur ini pula seringkali kita saksikan dalam transaksi online (semacam pada toko online). Awalnya barang yang dipajang di situs, sungguh menawan dan membuat orang interest, tertarik untuk membelinya. Tak tahunya, apa yang dipajang berbeda jauh dengan apa yang sampai di tangan pembeli. Pahamilah wahai saudaraku! Jika pelaku bisnis mau berlaku jujur ketika berbisnis, mau menerangkan ‘aib barang yang dijual, tidak sengaja menyembunyikannya, sungguh keberkahan akan selalu hadir. Walaupun 9
mungkin keuntungan secara material tidak diperoleh karena saking jujurnya, namun keuntungan secara non material itu akan diperoleh. Karena jujur, sungguh akan membuahkan pahala begitu besar. Yakinlah bahwa keuntungan tidak semata-mata berupa uang atau material. Pahala besar di sisi Allah, itu pun suatu keuntungan. Bahkan pahala di sisi-Nya, inilah keuntungan yang luar biasa. Sungguh, nikmat dunia dibanding dengan nikmat akhirat berupa pahala di sisi Allah amat jauh sekali. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َّضنع نسموُمط قفىَ املنجنصقة نخميِةر قمنن اليَدمنيِناَّ نونماَّ قفيِهنا نمموُ ق
“Satu bagian kecil nikmat di surga lebih baik dari dunia dan seisinya.” Ya Allah, mudahkanlah hamba-Mu untuk selalu memiliki akhlak yang mulia ini, selalu berlaku jujur dalam segala hal. Hanya Allah yang memberi taufik.
2.3 PEMBAGIAN SIFAT JUJUR Imam al-Gazali membagi sifat jujur atau benar (shiddiq) sebagai berikut. 1.
Jujur dalam niat atau berkehendak maksudnya adalah tiada dorongan bagi seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain karena dorongan dari Allah Swt.
2.
Jujur dalam perkataan (lisan), yaitu sesuainya berita yang diterima dengan berita yang disampaikan. Setiap orang harus bisa memelihara perkataannya. Ia tidak berkata kecuali kata-kata yang jujur. Barangsiapa yang menjaga lidahnya dengan selalu menyampaikan berita yang sesuai dengan 10
fakta yang sebenarnya, ia termasuk jujur jenis ini. Menepati janji juga termasuk jujur jenis ini. 3.
Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguh-sungguh sehingga perbuatan akhirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya.
Kejujuran merupakan pondasi utama atas tegaknya nilai-nilai kebenaran karena jujur itu identik dengan kebenaran. Allah Swt. berfirman dala al-Qur'an yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (Q.S. al-Ahzāb/33:70) Orang yang beriman perkataannya harus sesuai dengan perbuatannya (jujur) karena sangat berdosa besar bagi orang-orang yang tidak mampu menyesuaikan perkataannya dengan perbuatan, atau berbeda apa yang di lidah dan apa yang diperbuat. Allah Swt. berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. ash-Saff/61:2-3) Pesan moral dari ayat tersebut tidak lain adalah untuk memerintahkan satunya perkataan dengan perbuatan, atau dengan kata lain berkata dan berbuat jujur. Dosa besar di sisi Allah Swt., jika mengucapkan sesuatu yang tidak disertai dengan perbuatannya. Perilaku jujur dapat menghantarkan manusia yang melakukannya menuju kesuksesan dunia dan akhirat. Bahkan, sifat jujur adalah sifat yang wajib dimiliki oleh setiap nabi dan rasul Allah. Orang-orang yang selalu istiqamah atau konsisten mempertahankan kejujuran, sesungguhnya ia telah mamiliki separuh dari sifat kenabian. Jujur merupakan sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang diamanatkan, baik itu berupa harta maupun tanggung jawab. Orang yang melaksanakan amanah disebut al-Amin, yakni orang yang terpercaya, jujur, dan setia. Dinamai al-Amin karena segala sesuatu yang diamanatkan kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk gangguan, baik gangguan yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain. Sifat jujur dan terpercaya merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan, seperti dalam kehidupan rumah tangga, 11
perusahaan, perniagaan, dan hidup bermasyarakat. Sifat-sifat dan akhlaknya yang sangat terpuji merupakan salah satu faktor yang menyebabkan Nabi Muhammad saw. berhasil dalam membangun masyarakat Islam. Salah satu sifatnya yang menonjol adalah kejujurannya sejak masa kecil sampai akhir hayat beliau sehingga ia mendapat gelar al-Amin (orang yang dapat dipercaya atau jujur). Kejujuran akan membuat seseorang mendapatkan cinta kasih dan keridhaan Allah Swt. Sedangkan kebohongan adalah kejahatan yang tiada tara, yang merupakan faktor terkuat yang dapat mendorong seseorang berbuat kemunkaran dan menjerumuskannya ke jurang api neraka. Kejujuran sebagai sumber keberhasilan, kebahagian, serta ketenteraman, yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Bahkan, seorang muslim wajib menanamkan nilai kejujuran tersebut kepada anak-anaknya sejak dini hingga diharapkan mereka dapat menjadi generasi yang meraih sukses dalam mengarungi kehidupan. Adapun kebohongan adalah sumber dari segala keburukan dan muara dari segala kecaman karena akibat yang ditimbulkannya adalah kejelekan, dan hasil akhirnya adalah kekejian. Akibat yang ditimbulkan oleh kebohongan adalah namimah (mengadu domba), dan namimah dapat melahirkan kebencian, sedangkan kebencian adalah awal dari permusuhan. Dalam permusuhan tidak ada keamanan, kenyamanan, dan kedamaian. Dapat dikatakan bahwa, “orang yang tidak jujur niscaya akan sedikit temannya dan lebih dekat kepada kesengsaraan.” 2.4 CIRI-CIRI ORANG JUJUR Imam Husein as berkata: "Manusia yang jujur hidup dengan tenang dan tanpa ketakutan, sementara manusia yang berkhianat senantiasa merasa takut." (Majma' az-Zawaid, jilid 9, hal 186) Manusia pengkhianat dalam perbuatannya tidak pernah menjadikan keridhaan Allah sebagai tujuannya. Hal itu dikarenakan seorang pengkhianat tidak pernah mempercayai orang lain. Bahkan lebih dari itu, ia sendiri takut akan dirinya.
12
Sesuai dengan peribahasa "Seorang pengkhianat adalah penakut". Orang yang seperti ini senantiasa khawatir pengkhianatannya terbongkar. Sebaliknya, manusia yang jujur senantiasa berusaha mencari keridhaan Allah dan berjalan di jalan kebenaran. Orang seperti ini selalu merasa tenang dan percaya diri. Karena ia telah melakuan kewajibannya di hadapan Allah. Ia merasa gembira ketika orang lain mengetahui perbuatannya atau saat rahasia perbuatan baiknya diketahui orang lain. Tidak ada rasa takut dan khawatir, karena bila diketahui orang lain maka itu dianggapnya sebagai upaya mendorong orang lain juga melakukan kebaikan. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)
2.5 KEUNTUNGAN SIFAT JUJUR a. Kejujuran mendatangkan kebahagiaan Sangat sulit memang untuk selalu bersikap jujur. Namun, ini adalah jalan terbaik untuk bisa merasakan kebahagiaan. Akan tetapi, hendaknya kejujuran juga disertai dengan pola pikir yang dewasa agar kejujuran yang kita lakukan tidak menyinggung perasaan orang lain karena apa yang kita lakukan atau ucapkan. b. Kejujuran mendatangkan simpati 13
Ada kisah seorang bapak petugas kebersihan memperoleh hadiah sebuah sepeda motor karena dia mengembalikan bungkusan kresek yang ternyata di dalamnya berisi uang ratusan juta rupiah. Mungkin ada sebagian dari Anda berpikir mengapa dikembalikan, hadiah sepedah motor tidak sebanding dengan nominal uang yang ada di dalamnya. Namun, bagi si bapak uang bukanlah segala-galanya yang dia tahu bahwa uang tersebut bukanlah miliknya dan pasti orang yang kehilangan sedang mengalami depresi berat. Dari kebaikan dan teladan si bapak akhirnya banyak orang merasa simpati kepadanya, hingga terdengar sampai ke jajaran direksi dan akhirnya mengangkat bapak tersebut menjadi karyawan tetap pada posisi yang lebih baik. c. Kejujuran mendatangkan ketenangan Dengan selalu bersikap jujur tidak hanya kebahagiaan yang bisa kita rasakan, tapi juga ketenangan. Hal ini karena kita tidak perlu merasa takut karena merasa dikejar-kejar sesuatu akibat kebohongan yang kita lakukan. Oleh sebab itu, berusahalah meninggalkanlah apa yang meragukan menuju ke perkara yang tidak meragukan, sesungguhnya jujur adalah ketenangan sedangkan dusta adalah keraguan. d. Kejujuran mendatangkan pahala Tuhan tidak pernah tinggal diam dan pasti akan membalas kita dengan pahala yang yang berlimpah jika kita bisa selalu bersikap jujur dalam kehidupan ini.
e. Kejujuran mendatangkan rasa percaya diri Dengan bersikap jujur kita akan selalu merasa optimis dalam melakukan segala sesuatu meskipun hasil yang diperoleh mungkin tidak memuaskan. Namun, di balik itu semua kita tidak perlu merasa takut akibat dibayangbayangi oleh perasaan bersalah dari perbuatan yang kita lakukan. f. Kejujuran mendatangkan kedamaian Dalam beberapa kasus ketidakjujuran sering menjadi sumber utama perselisihan dengan orang lain. Sebagai contoh, fakta terbaru terungkapnya dugaan kasus kecurangan pada proses pemilihan kepala daerah beberapa waktu 14
yang lalu di Kalimantan Tengah diwarnai dengan perkelahian di antara masingmasing kubu pendukung calon kepala daerah. Hal ini patut disayangkan sekali, padahal bila masing-masing pihak mampu besikap jujur dan tidak melakukan kecurangan dengan cara menyuap ataupun memanipulasi data, maka perkelahian pasti bisa dihindari sehingga memungkinkan bagi terciptanya kedamaian. g. Kejujuran menciptakan keluarga yang nyaman Dampak bersikap jujur di dalam rumah tangga membuat seluruh anggota keluarga bisa merasakan kenyamanan, hal ini karena setiap orang tidak perlu merasa harus menyembunyikan sesuatu jika sedang menghadapi permasalahan. h. Menghindarkan seseorang dari tuduhan-tuduhan yang merugikan Kita hidup di dunia di mana berbagai macam karakter orang tinggal di dalamnya. Di manapun kita berada hedaknya segala yang kita lakukan dilandasi dengan kejujuran supaya kita terhindar dari tuduhan-tuduhan palsu yang dapat merugikan kita.
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Sifat jujur adalah keutamaan dari segala sendi akhlaq yang menjadi dasar peraturan masyarakat dan tertibnya semua urusan serta menjadikan lancarnya semua tugas-tugas dengan baik. Sifat jujur dapat mengangkat derajat seseorang di atas sekalianmanusia, menjadikannya tumpuan kepercayaan mereka, menjadikannya seseorang yang 15
terpuji di kalangan mereka, ucapannya dihormati mereka. Apabila manusia telah membiasakan dirinya benar dan jujur dalam segala ihwalnya, maka perangai itu akan melembaga pada dirinya sehingga menjadilah ia sebagai orang yang benar dan jujur, benar dalam ucapannya, benar dalam perbuatannya, benar dalam pemikiran-pemikirannya, kemudian dia akan dibawa oleh perangainya yang terpuji itu kepada menepati segala sifat kebaikan sehingga lapanglah jalan menuju ke syurga. Dan sebaliknya apabila seseorang telah membiasakan dirinya berdusta, maka perangai itupun akhirnya akan melembaga pada dirinya sehingga menjadilah ia sebagai orang pendusta sehingga hilanglah kepercayaan masyarakat kepadanya dan pada saatnya ia akan terbawa menuju jalan ke neraka. Berlaku jujurlah kepada semua orang karena disetiap kejujuran akan tumbuh satu kepercayaan dari orang tersebut,dan bersikap jujurlah dari sekarang sebelum semua orang tidak mempercayaimu
DAFTAR PUSTAKA http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/09/arti-dan-makna-kejujuran-dalamislam.html?m=1 http://tiarahayusman5.blogspot.co.id/2012/11/hadist-tentang-kejujuran.html? m=1 http://dannyferdiansyah.blogspot.co.id/2013/11/makalah-tentangkejujuran.html?m=1 http://indonesian.irib.ir/islam/keluarga/item/66038Nasihat_Imam_Husein_as-_Ciri-Ciri_Orang_Jujur_dan_Pengkhianat 16
https://keluarga.com/2537/pertumbuhan/8-keuntungan-bersikap-jujur-dalamkehidupan-sehari-hari
17