Makalah Hadits Ahkam Jinayah.docx

  • Uploaded by: Teguh Setiaji
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Hadits Ahkam Jinayah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,374
  • Pages: 9
MAKALAH PEMBUNUHAN BERSAMA-SAMA Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Hadits Ahkam Jinayah Dosen Pengampu : Prof. Dr. Abdul Fattah Idris, M.A.

Disusun Oleh : Teguh Setiaji

1602026079

HUKUM PIDANA ISLAM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2019

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia. Allah menciptakan manusia sebagai sebaik-baiknya makhluk. Allah menjamin segala macam hak-hak yang di butuhkan manusia, mulai dari hak hidup, hak kepemilikan, hak memelihara kehormatan, hak kemerdekaan, hak persamaan, hak menuntut ilmu pengetahuan, dan hak-hak yang lain. Hak yang paling utama dan wajib mendapat perhatian ialah hak hidup. Sebab hal itu merupakan hak yang suci dan tidak seorang pun yang dibenarkan secara hukum untuk melanggar hak ini, dengan alasan apapun yang tidak dibenarkan. Allah SWT berfirman dalam (Q.S. Al-Isra : 33) : َّ ‫فس الَّتِي َح َّر َم‬ .....‫َّللاُ اِالَّ ِب ْال َح ْق‬ َ َّ‫َوالت َ ْقتُلُ ْوالن‬ “ dan jangan kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu alasan yang dibenarkan.” (Q.S. Al-Isra : 33). Dalam makalah ini penulis akan menguraikan tentang dasar hukum (hadits) terkait pembunuhan yang dilakukan bersama-sama (pengeroyokan), serta penjelasan-penjelasan mengenai pembunuhan bersama-sama yang ditinjau dari perspektif hukum islam maupun hukum positif yang berlaku di Indonesia. B. Dasar hukum (hadits) tengtang Pembunuhan Dasar hukum yang mengatur tentang hukuman pembunuhan di dalam hadits di uraikan di bawah ini, antara lain sebagai berikut : ُ ‫ الَت ُ ْقتَ ُُل َنَ ْفس‬: ‫س َّل ََم‬ َّ ‫صلَي‬ َّ ‫س ْو ُل‬ َّ ‫ي‬ َّ ‫َع ْن َع ْبد‬ ‫ُظ ْلًما ِِإالَّ ََكاَنَ َعلَي ا ْب ِن آدَ َم‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:َ‫َّللاُ َع ْنهُ قَال‬ َ ‫َّللاُ َعلَ ْْي ِه َو‬ ِ ‫َِّللاِ ب ِْن َم ْسعُ ْو ٍد َر‬ َ ِ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ْ َ َ َ ْ ْ .َ‫س َّن القَتُْل‬ َ ‫ال َّو ِل َِكفُل ِم ْن دَ ِم َها ِلَنَّهُ أ َّو ُل َم ْن‬ Artinya : “Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra. Berkata : Rasulallah saw. Bersabda : Setiap pembunuhan secara dzalim, maka putra Nabi Adam yang pertama itu akan mendapat bahagian darahnya, (mendapat dosa) karena dialah orang yang pertama melakukan pembunuhan”.1 ‫ ال يحُل دم امرىء مسلَم يشهد أَن ال‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا علْيه وسلَم‬: ‫عن عبد هللا ابن مسعود رضي هللا عنه قال‬ )‫(متفق علْيه‬.‫ الثْيب الزاَني والنفس بالنفس والتارك لدينه الًمفارق للجًماعة‬: ‫ِإله ِإال هللا وأَني رسول هللا ِإال بإحدى ثالث‬ Artinya : ” Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a, katanya : “Rasulullah SAW bersabda: “Tidak dihalalkan darah seorang muslim yang telah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah, kecuali salah satu di antara tiga 1

Prof. Dr. H. Zainudin Ali, M.A, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika , 2007), hlm . 30

kelompok orang ini, yaitu seorang janda ( orang yang telah menikah ) yang berzina, seseorang yang membunuh orang lain, dan orang yang meninggalkan agamanya, yakni orang yang memisahkan dirinya dari jama’ah. ( HR. Muttafaq ‘Alaih )”2. ‫وعن ابن عًمر رضي هللا عنهًما قال قتُل غالم غْيلة فقال عًمر لو اشترك فْيه أهُل صنعاء لقتلتهَم به أخرجه البخاري‬ Artinya : “Dari Ibnu Umar r.a, dia berkata:“Seorang anak telah dibunuh secara sembunyisembunyi. Kemudian Umar berkata,“Seandainya penduduk Shan’a’ ikut serta dalam pembunuhan tersebut, saya akan membunuh mereka karena perbuatannya.”( HR. Bukhari)”3. C. Pokok Masalah Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai hadis-hadis yang berkaitan dengan pembunuhan. Dalam pembahasannya pun masih terkait dengan pembunuhan menurut hadis ahkam jinayah, perlu diketahui pada dasarnya dasar hukum pembunuhan dalam hadis itu hampir sama antara pembunuhan sengaja, pembunuhan tidak sengaja, pembunuhan karena kesalahan dan pembunuhan bersama-sama (pengroyokan). Dari sekian hadis yang menjelaskan mengenai pembunuhan, subyeknya sama, yang membedakan adalah motif dari pembunuhan tersebut. Akan tetapi pada makalah kali ini penulis akan membahas motif pembunuhan bersama-sama (Pengroyokan), jadi pokok masalah dari penulisan makalah ini adalah pembunuhan bersama-sama (Pengroyokan), yang diambil dari beberapa hadis yang terkait dengan delik tersebut.

2 3

Prof. Dr. H. Zainudin Ali, M.A, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika , 2007), hlm . 31. Hadis ini dikutip dari CD Holy Qur’an & Hadits : Kumpulan Hadis Riwayat Bukhary & Muslim, 2002.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pembunuhan (al-qatl). Salah satu tindak pidana menghilangkan nyawa seseorang dan termasuk dosa besar. Dalam fikih, tindak pidana pembunuhan (al-qatl) disebut juga dengan aljinayah ‘ala an-nafs al-insaniyyah (kejahatan terhadap jiwa manusia)4. Ulama fikih mendefinisikan pembunuhan dengan “Perbuatan manusia yang berakibat hilangnya nyawa seseorang” (Audah, 1992 Juz 2:6). Menurut Wakban Zuhaili pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau mencabut nyawa seseorang (Zuhaili, 1984:2:7)5. Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pembunuhan adalah suatu perbuatan yang dilakukan seseorang dengan tujuan untuk menghilangkan nyawa seseorang. Dalam pembahasan kali ini penulis lebih mengfokuskan tentang pembunuhan bersama-sama (pengroyokan). Pembunuhan bersama-sama (pengroyokan) adalah suatu perbuatan yang di lakukan dua orang atau lebih dengan tujuan untuk menghilangkan nyawa seseorang. Pada dasarnya pengroyokan itu sama-sama bertujuan untuk menghilangkan nyawa seseorang, namun motif nya berbeda, pengroyokan dilakukan lebih dari satu orang dan dilakukan bersamsama. B. Kandungan Hadits Dalam hadits yang membahas mengenai pembunuhan, itu hampir sama dalam penerapan dasar hukumnya. Dibawah ini penulis akan memberi contoh hadits dan kandungan yang terkait dengan pengroyokan. ‫وعن ابن عًمر رضي هللا عنهًما قال قتُل غالم غْيلة فقال عًمر لو اشترك فْيه أهُل صنعاء لقتلتهَم به أخرجه البخاري‬ Artinya : “Dari Ibnu Umar r.a, dia berkata: “Seorang anak telah dibunuh secara sembunyi-sembunyi. Kemudian Umar berkata, “Seandainya penduduk Shan’a’ ikut serta dalam pembunuhan tersebut, saya akan membunuh mereka karena perbuatannya.” ( HR. Bukhari ). Penjelasan Hadits Hadits di atas memiliki latar belakang kisah sebagaimana yang tercantum di dalam riwayat Ath-Thahawi dan Al-baihaqi, dari Ibnu Wahhab, dia berkata, yang artinya: “Jarrir bin Hazim telah menceritakan kepadaku bahwa al-Mughirah bin Hakim AshShan’ani telah menceritakan kisah kepadanya yang diperoleh dari ayahnya, “Seorang wanita penduduk Shan’a ditinggal pergi oleh suaminya dengan meninggalkan seorang anak 4

Yusuf Imaning, Journal Pembunuhan Dalam Perspektif Hukum Islam, (Palembang : Fakultas Syariah IAIN Raden Fatah, 2013), hlm.1. 5 Ibid, hlm. 1.

laki-laki bernama Ushail dari istri yang lain dalam asuhan wanita tersebut. Karena ditinggal lama oleh suaminya, wanita tersebut mempunyai kekasih lagi. Kemudian wanita itu berkata kepada kekasihnya, “Sesungguhnya anak ini akan membuka rahasia kita. Oleh karena itu, sebaiknya anak ini dibunuh saja. Akan tetapi, kekasihnya menolak untuk membunuh anak tersebut. Wanita itu terus-menerus menekan kekasihnya untuk membunuh anak tersebut sehingga lelaki itupun menyetujuinya. Maka bersepakatlah seorang lelaki dan seorang lelaki lainnya lagi bersama istri dan pembantunya untuk membunuh anak tersebut. Setelah membunuh anak itu, mereka memotong-motongnya dan memasukkan potongan-potongan tersebut ke dalam suatu kantong, kemudian mereka buang ke sebuah sumur tidak berair yang ada di pinggiran kampung. Dalam kisah berikutnya, kekasihnya itu ditangkap dan dia mengakui perbuatannya. Begitu pula lelaki yang lainnya, mengakui perbuatan yang telah dilakukannya. Ya’la, kepala pemerintahan mereka pada waktu itu, melaporkan kejadian tersebut kepada Umar r.a, maka Umar pun menyuruhnya untuk membunuh mereka semua, seraya dia berkata, “Demi Allah, seandainya semua penduduk Shan’a bersekongkol dalam membunuh anak ini, maka sungguh saya akan membunuh mereka semuanya.6” Dari peristiwa ini mengisyaratkan bahwa pengroyokan itu dilarang di dalam ajaran islam. C. Pandangan Para Ulama Dalam hukum islam, ulama fiqh dari dulu sampai sekarang masih banyak perbedaan pendapat mengenai suatu hukum tertentu di dalam hukum islam, namun dari perbedaan itulah terdapat hikmah dari suatu fatwa ulama. Sama hal nya dengan perkara yang di bahas dalam makalah ini yaitu pembunuhan bersama-sama (pengroyokan) para ulama berbeda dalam menyikapi ataupun menyimpulkan mengenai delik pengroyokan. Pandangan ulama mengenai mengenai pengroyokan tidak lepas dari hadits yang telah penulis paparkan dalam poin kandungan hadits, dibawah ini beberapa pandangan ulama terkait hadits tersebut serta penjelasannya. 1. Imam Malik dan mayoritas ulama fiqih berpendapat bahwa apabila sekelompok orang yang bersepakat atau bersekongkol untuk membunuh seseorang, semuanya dapat dihukum dengan pembunuhan juga, meskipun tidak semua orang membunuhnya secara langsung. 2. Imam Syafi’i dan mayoritas ulama lainnya berpendapat bahwa mereka tidak dibunuh semuanya, melainkan diadakan undian dan orang yang keluar dalam undian tersebut, dialah yang dibunuh, sedangkan sisanya yang lain diharuskan membayar denda, mereka beralasan bahwa perwakilan dari mereka telah cukup untuk menebusnya. Akan tetapi, pendapat ini dibantah karena kelompok tersebut semuanya ikut serta dalam membunuh. 3. Rabi’ah dan Dawud berpendapat bahwa bagi sekelompok orang yang bersekongkol dalam pembunuhan tidak memiliki qishash untuk dibunuh semuanya, tetapi mereka dikenakan denda yang setimpal. Sebagian ulama berpendapat bahwa denda yang dikenakan kepada setiap orang yang terlibat senilai 1.100 ekor unta7.

6 7

Al-‘Asqalani, Al-Hafidz Ibn Hajar, 1998, Bulugul Maram Min Adillatil Ahkam, Beirut: Darul Fikri. Ibid.

BAB III ANALISI HADITS A. Analisis Hadits ‫وعن ابن عًمر رضي هللا عنهًما قال قتُل غالم غْيلة فقال عًمر لو اشترك فْيه أهُل صنعاء لقتلتهَم به أخرجه البخاري‬ Artinya : “Dari Ibnu Umar r.a, dia berkata: “Seorang anak telah dibunuh secara sembunyi-sembunyi. Kemudian Umar berkata, “Seandainya penduduk Shan’a’ ikut serta dalam pembunuhan tersebut, saya akan membunuh mereka karena perbuatannya.” ( HR. Bukhari ). Hadits di atas memiliki latar belakang kisah sebagaimana yang tercantum di dalam riwayat Ath-Thahawi dan Al-baihaqi, dari Ibnu Wahhab, dia berkata, yang artinya: “Jarrir bin Hazim telah menceritakan kepadaku bahwa al-Mughirah bin Hakim AshShan’ani telah menceritakan kisah kepadanya yang diperoleh dari ayahnya, “Seorang wanita penduduk Shan’a ditinggal pergi oleh suaminya dengan meninggalkan seorang anak laki-laki bernama Ushail dari istri yang lain dalam asuhan wanita tersebut. Karena ditinggal lama oleh suaminya, wanita tersebut mempunyai kekasih lagi. Kemudian wanita itu berkata kepada kekasihnya, “Sesungguhnya anak ini akan membuka rahasia kita. Oleh karena itu, sebaiknya anak ini dibunuh saja. Akan tetapi, kekasihnya menolak untuk membunuh anak tersebut. Wanita itu terus-menerus menekan kekasihnya untuk membunuh anak tersebut sehingga lelaki itupun menyetujuinya. Maka bersepakatlah seorang lelaki dan seorang lelaki lainnya lagi bersama istri dan pembantunya untuk membunuh anak tersebut. Setelah membunuh anak itu, mereka memotong-motongnya dan memasukkan potongan-potongan tersebut ke dalam suatu kantong, kemudian mereka buang ke sebuah sumur tidak berair yang ada di pinggiran kampung. Dalam kisah berikutnya, kekasihnya itu ditangkap dan dia mengakui perbuatannya. Begitu pula lelaki yang lainnya, mengakui perbuatan yang telah dilakukannya. Ya’la, kepala pemerintahan mereka pada waktu itu, melaporkan kejadian tersebut kepada Umar r.a, maka Umar pun menyuruhnya untuk membunuh mereka semua, seraya dia berkata, “Demi Allah, seandainya semua penduduk Shan’a bersekongkol dalam membunuh anak ini, maka sungguh saya akan membunuh mereka semuanya. Dari hadits diatas penulis menyimpulkan bahwa hadits tersebut mengisahkan seseorang yang merencanakan pembunuhan secara sembunyi-sembunyi dengan bekerjasama dengan orang lain yang terlibat dalam pembunuhan tersebut. Penulis juga menyimpulkan bahwa pembunuhan tersebut dilakukan bersama-sama (pengroyokan). Jadi hadits tersebut bisa menjadi dasar hukum bahwa pembunuhan bersama-sama (pengroyokan) itu dilarang di dalam ajaran islam. Mengenai hukuman bagi orang yang melakukan pembunuhan bersama-sama (pengroyokan) penulis lebih condong kepada pendapat Imam Malik yang mengatakan bahwa apabila sekelompok orang yang bersepakat atau bersekongkol untuk membunuh seseorang, semuanya dapat dihukum dengan pembunuhan juga, meskipun tidak semua

orang membunuhnya secara langsung. Mengapa demikian, karena pada dasarnya mereka itu melakukan perbuatan keji itu secara bersama dan mereka bekerja sama untuk melakukan pembunuhan tersebut. B. Pembunuhan Bersama-sama menurut Hukum Positif di Indonesia Di Indonesia setiap orang yang bernyawa itu mempunyai hak hidup dan mempertahankan hidupnya. Seperti yang tertera dalam pasal 28A UUD 1945 yang berbunyi : “Setiap Orang berhak hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Dan dalam pasal 9 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM yang berbunyi : 1. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya, 2. Setiap orang berhak hidup tentram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin. 3. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Dari keterangan undang-undang diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa hak hidup di Indonesia itu sangat lah di prioritaskan, akan tetapi walaupun ada aturan yang mengatur hak hidup, kadang kala masih banyak orang-orang yang melakukan tindak pidana pembunuhan. Entah itu pembunuhan sengaja, maupun tidak sengaja dan pembunuhan dengan cara pengroyokan, apapun motifnya yang namanya pembunuhan itu di larang dan dapat melanggar pasal 340 KUHP yang berbunyi : ”Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun. Kemudian bagaimana jika pembunuhan itu dilakukan bersama-sama dalam hal ini berarti dilakukan dengan pengroyokan. Dalam hal ini, penulis mengacu pada pasal 170 KUHP. Ayat 1 yang berbunyi : “Barang siapa terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan. Ayat 2 yang berbunyi : “Yang bersalah diancam : - dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun, jika dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka. - dengan pidana penjara paling lama 9 (sembilan) tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat. - dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut8.

8

Prof. Moeljatno, SH, (Kitab Undang-undang Hukum Pidana ; Cet.20, Jakarta : Bumi Aksara, 1999, hal.147).

Dari keterang pasal diatas bahwa pembunuhan yang di lakukan bersama-sama (pengroyokan) yang dapat mengakibatkan kematian seseorang dapat di jerat dengan hukuman pidana penjara paling lama 12 tahun. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Pembunuhan (al-qatl). Salah satu tindak pidana menghilangkan nyawa seseorang dan termasuk dosa besar. Dalam fikih, tindak pidana pembunuhan (al-qatl) disebut juga dengan aljinayah ‘ala an-nafs al-insaniyyah (kejahatan terhadap jiwa manusia)9. Ulama fikih mendefinisikan pembunuhan dengan “Perbuatan manusia yang berakibat hilangnya nyawa seseorang” (Audah, 1992 Juz 2:6). Menurut Wakban Zuhaili pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau mencabut nyawa seseorang (Zuhaili, 1984:2:7)10. Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pembunuhan adalah suatu perbuatan yang dilakukan seseorang dengan tujuan untuk menghilangkan nyawa seseorang. Dalam pembahasan kali ini penulis lebih mengfokuskan tentang pembunuhan bersama-sama (pengroyokan). Pembunuhan bersama-sama (pengroyokan) adalah suatu perbuatan yang di lakukan dua orang atau lebih dengan tujuan untuk menghilangkan nyawa seseorang. Pada dasarnya pengroyokan itu sama-sama bertujuan untuk menghilangkan nyawa seseorang, namun motif nya berbeda, pengroyokan dilakukan lebih dari satu orang dan dilakukan bersamsama.

9

Yusuf Imaning, Journal Pembunuhan Dalam Perspektif Hukum Islam, (Palembang : Fakultas Syariah IAIN Raden Fatah, 2013), hlm.1. 10 Ibid, hlm. 1.

Daftar Pustaka Prof. Dr. H. Zainudin Ali, M.A, Hukum Pidana Islam, (Jakarta : Sinar Grafika , 2007). CD Holy Qur’an & Hadits : Kumpulan Hadis Riwayat Bukhary & Muslim, 2002. Yusuf Imaning, Journal Pembunuhan Dalam Perspektif Hukum Islam, (Palembang : Fakultas Syariah IAIN Raden Fatah, 2013) Al-‘Asqalani, Al-Hafidz Ibn Hajar, 1998, Bulugul Maram Min Adillatil Ahkam, Beirut: Darul Fikri Prof.Moeljatno,SH,(Kitab Undang-undang Hukum Pidana ; Cet.20, Jakarta : Bumi Aksara, 1999.

Related Documents

Makalah Hadits
May 2020 16
Makalah Kritik Matan Hadits
October 2019 11
Makalah Hadits 3
July 2020 10
Ahkam
November 2019 13
Hadits
April 2020 41

More Documents from ""