MAKALAH DENAH INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT PERMATA KESEHATAN
Disusun Oleh: Bida Nur Fadila
(161141005)
Sharul Saifutdin
(161141020)
Ritma Danty Angelica
(161141043)
STIKes WIDYA CIPTA HUSADA PROGRAM STUDI DIII RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI 2018
1
MAKALAH DENAH INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT PERMATA KESEHATAN Rumah Sakit Permata Kesehatan, yang selanjutnya disingkat menjadi RSPK, merupakan sebuah pusat pelayanan kesehatan yang berada di Kabupaten Malang dan beroperasi sejak tanggal 15 Februari 1990. Diatas sebidang tanah seluas 2.180 m2 di Jl. Linuwih, RSPK merupakan salah satu Rumah Sakit swasta terkemuka di Kabupaten Malang dengan tipe C yang memiliki keunggulan termasuk didalamnya mutu yang baik, kemudahan akses, kualitas pelayanan kelengkapan spesialistik, dan alat penunjang medis. Peningkatan status menjadi rumah sakit umum, Rumah Sakit Permata Kesehatan berupaya terus melengkapi diri dengan fasilitas dan sarana kesehatan yang terbaru serta sesuai dengan perkembangan dunia kesehatan. Dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 42 tempat tidur dan telah mampu memberikan layanan paripurna yang terdiri dari layanan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif yang merupakan ciri khas Rumah Sakit Permata Kesehatan. Rumah Sakit Permata Kesehatan memiliki beberapa fasilitas penunjang antara lain instalasi radiologi. Instalasi radiologi di Rumah Sakit Permata Kesehatan memiliki motto, visi dan misi sebagai berikut: Motto : Your health Our Care Visi
: Menciptakan pelayanan Radiodiagnostik yang professional dan bermutu untuk masyarakat kabupaten malang dan sekitarnya
Misi : 1. Menyelenggarakan pelayanan radiologi yang mengutamakan kecepatan, ketepatan, keselamatan, keamanan radiasi, kemudahan, dan kenyamanan pasien 2. Meningkatkan mutu pelayan radiologi yang sesuai dengan perkembangan iptek 3. Meningkatkan sarana, prasarana, dan SDM di Instalasi Radiologi
2
1.
Instalasi Radiologi Modalitas kebutuhan pemeriksaan radiodiagnostik Rumah Sakit Permata Kesehatan meliputi radiografi konvensional seperti foto polos, pemeriksaan radiografi kontras, dan ultrasonografi (USG). Instalasi radiologi Rumah Sakit Permata Kesehatan terdiri dari 1 ruang X-ray, 1 ruang CR, 1 ruang pemeriksaan USG , 1 ruang dokter, 1 ruang administrasi, 1 dan 1 ruang penyimpanan. Instalasi radiologi Rumah Sakit Permata Kesehatan melayani pemeriksaan untuk pasien rujukan, dari dalam maupun luar rumah sakit.Instalasi pelayanan radiologi telah mampu memberikan pelayanan di ruang sentral instalasi radiologi sehingga mampu memberikan pelayanan radiodiagnostik yang baik dan sangat membantu dalam pendiagnosaan klinis dengan cepat. Hal ini karena telah diberlakukannya pelayanan radiologi 24 jam. Instalasi radiologi pada rumah sakit kelas D atau setara deskripsi tenaga kerja sebagai Berikut :
Setiap tenaga kerja yang ada di dalam instalasi atau unit radiologi diagnostik mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap semua kegiatan yang berhubungan dengan mutu teknis dan proteksi atau keamanan pelayanan radiodiagnostik. Tugas pokok masing – masing jenis tenaga adalah: 1) Dokter Spesialis Radiologi a. Meyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP tindak medik radiodiagnostik, imejing diagnostik dan radiologi intervensional serta melakukan revisi bila perlu. b. Melaksanakan dan mengevaluasi
tindak radiodiagnostik,
imejing
diagnostik dan radiologi intervensional sesuai yang telah ditetapkan dalam SOP.
3
c. Melaksabakan pemeriksaan dengan kontras dan fluoroscopy bersama dengan radiografer. Khusus pemeriksaan yang memerlukan penyuntikan intravena, dikerjakan oleh dokter spesialis radiologi atau dokter lain / tenaga kesehatan yang mendapat pendelegasian. d. Menjelaskan dan mendatangani informed consent atau izin tindakan medik kepada pasien atau keluarga pasien. e. Melakukan pembacaan terhadap hasil pemerikaan radiodiagnostik, imejing diagnostik dan tindakan radiologi intervensional. f. Melaksanakan teleradiologi dan konsultasi radiodiagnostik, imejing diagnostik dan radiolgi intervensional sesuai kebutuhan. g. Memberikan layanan konsultasi terhadap pmeriksaan yang akan dilaksanakan. h. Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin untuk mendapatkan citra radiografi yang seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan tingkat panduan paparan medik. i. Memberikan rujukan dan justifikasi intervensional
dengan
pelaksanaan diagnosis atau
mempertimbangkan
informasi
pemeriksaan
sebelumnya. j. Megevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis k. Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK radiologi.
2) Radiografer a. Mempersiapkan pasien, obat – obatan, dan peralatan untuk pemeriksaan dan pembuatan foto radiologi. b. Memposisikan pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan. c. Mengoperasionalkan
peralatan
radiologi
sesuai
SOP.
Khusus
pemeriksaan dengan kontras dan fluoroskopi pemeriksaan dikerjakan bersama dokter spesialis radiologi. d. Melakukan kegiatan processing film (kamar gelap dan work station). e. Melakukan penjaminan dan kendali mutu. f. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri, dan masyarakat di sekitar ruang pesawat sinar-x. g. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan paparan yang diterima pasien sesuai kebutuhan.
4
h. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin.
3) Fisikawan Medik a. Pengukuran dan analisa data radiasi dan menyusun tabel data radiasi untuk penggunaan klinik. b. Pelaksanaan aspek teknis dan perencanaan radiasi. c. Pengadaan prosedur QA dalam radiologi diagnostik, meliputi pelaksanaan dianosa dan terapi, keamanan radiasi dan kendali mutu. d. Melakukan perhitungan dosis, terutama untuk menentukan dosis janin pada wanita hamil. e. Jaminan bahwa spesifikasi peralatan radiologi diagnostik sesuai dengan keselamatan radiasi. f. “acceptance test” dari unit yang baru. g. Supervisi perawatan berkala peralatan radiologi diagnostik. h. Berpartisipasi dalam meninjau ulang secara terus menerus keberadaan sumber daya manusia, peralatan, prosedur, dan perlengkapan proteksi radiasi. i. Meningkatkan kemampuan sesuai perkembangan iptek.
4) Tenaga teknik elektromedis a. Melakukan perawatan peralatan radiologi diagnostik, bekerjasama dengan fisikawan medis secara rutin. b. Melakukan perbaikan ringan. c. Turut serta dengan supplier pada tiap pemasangan alat baru atau perbaikan besar.
5) Tenaga PPR (Petugas Proteksi Radiasi) a. Membuat program proteksi dan keselamatan radiasi. b. Memantau aspek operasional program proteksi dan keselamatan radiasi. c. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan proteksi radiasi, dan memantau pemakaiannya. d. Meninjau secara sistematik dan periodik, program pemantauan di semua tempat dimana pesawat sinar-x digunakan.
5
e. Memberikan konsultasi yang terkait dengan proteksi dan keselamatan radiasi. f. Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas radiologi. g. Memelihara rekaman. h. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan. i. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangan dalam hal kedaruratan. j. Melaporkan kepada pemegang izin setiap kejadian kegagalan operasi yang berpotensi kecelakaan radiasi. k. Menyaipkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program proteksi dan keselamatan radiasi, dan verifikasi keselamatan yang diketahui oleh pemegang izin untuk dilaporkan kepada kepala bapeten. l. Melakukan inventarisasi zat radioaktif.
6) Tenaga perawat a. Mempersiapkan pasien dan peralatan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan radiologi. b. Membantu dokter dalam pemasangan alat – alat pemeriksaan dengan bahan kontras. c. Membersihkan dan melakukan sterilisasi alat. d. Bertanggungjawab atas keutuhan dan kelengkapan peralatan.
7)
Tenaga administrasi a. Melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan pemeriksaan yang dilakukan di institusi pelayanan. b. Sebagai staf yang bertanggung jawab terhadap rekam medik dan administrasi di Instalasi Radiologi. c. Melakukan pengontrolan dan pengarsipan surat menyurat di Instalasi Radiologi. d. Melaksanakan kegiatan loket. e. Melakukan pengarsipan hasil pemeriksaan di Instalasi Radiologi. f. Menerima surat permintaan pemeriksaan beserta persyaratan administrasi. g. Memilah surat permintaan pemeriksaan.
6
h. Mengirim surat permintaan ke ruang pemeriksaan sesuai dengan permintaan. i. Menyalin hasil diagnosa dokter radiologi. j. Memberikan hasil foto dan diagnosa pada pasien / keluarga pasien. k. Mengentry data pasien Ruangan ke billing system.
7
2.
Denah Ruang Menurut Kemenkes Nomor 1014/MENKES/SKXI/2008, pendekatan yang dipakai dalam menetapkan jenis dan luas ruangan adalah: ₋
Fungsi ruangan atau jenis kegiatan.
₋
Proteksi terhadap bahaya radiasi bagi petugas, pasien, dan lingkungan.
₋
Efisiensi.
Persyaratan ruangan: a.
Letak unit atau instalasi radiologi hendaknya mudah dijangkau dari ruangan gawat darurat, perawatan intensive care, kamar bedah dan ruangan lainnya.
b.
Di setiap instalasi radiologi dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan alarm sesuai dengan kebutuhan.
c.
Suhu ruang pemeriksaan 20 – 240C dan kelembapan 40 – 60%.
d.
Suhu untuk alat sesuai dengan kebutuhan alat tersebut.
Persyaratan ruangan meliputi jenis, kelengkapan dan ukuran atau luas ruangan yang dibutuhkan sebagai berikut: 1) Ketebalan dinding Bata merah dengan ketebalan 25cm dan kerapatan jenis 2,2g/cm3 atau beton dengan ketebalan 20cm atau setara dengan 2mm timah hitam (Pb), sehingga tingkat radiasi di sekitar ruangan pesawat sinar-x tidak melampaui Nilai Batas Dosis (NBD) 1mSv/tahun. 2) Pintu dan ventilasi ₋
Pintu ruangan pesawat sinar-x dilapisi dengan timah hitam dengan ketebalan tertentu sehingga tingkat radiasi di sekitar ruangan pesawat sinar-x tidak melampaui Nilai Batas Dosis (NBD) 1mSv/tahun.
₋
Ventilasi setinggi 2m dari lantai sebelah luar agar orang diluar tidak terkena paparan radiasi.
8
₋
Diatas pintu masuk ruang pemeriksaan dipasang lampu merah yang menyala pada saat pesawat dihidupkan sebagai tanda sedang dilakukan penyinaran (lampu peringatan tanda bahaya radiasi).
3) Ruangan dilengkapi dengan sistem pengaturan udara sesuai dengan kebutuhan. 4) Pada tiap – tiap sambungan Pb, dibuat tumpang tindih atau overlapping.
5) Jenis dan ukuran ruangan: a.
Ruang penyinaran atau ruang x-ray ₋
Ukuran ruangan: sesuai kebutuhan atau besarnya alat.
₋
Ruang x-ray tanpa fluoroskopi, minimal:
Alat dengan kekuatan sampai dengan 125kV: 4m (p) x 3m (l) x 2,8m (t).
b.
c.
Alat dengan kekuatan >125kV: 6,5m (p) x 4m (l) x 2,8m (t).
Ruang USG ₋
Ukuran: 4m (p) x 3m (l) x 2,7m (t).
₋
Dinding: terbuat dari batu bata, tanpa Pb.
₋
Perlengkapan: meja atau tempat tidur pemeriksaan, kursi pasien.
Ruang baca dan konsultasi dokter ₋
Terpisah dengan ruang pemeriksaan.
₋
Luas: disesuaikan dengan kebutuhan, minimal 2m (p) x 2m (l) x 2,7m (t) per dokter spesialis radiologi dan dapat menampung:
₋ d.
1 buah meja kerja, 2 buah kursi, 1 buah almari.
Perlengkapan: viewing box.
Ruang CR dan PACS ₋
Ukuran: minimal 3m (p) x 2m (l) x 2,8m (t).
₋
Dapat menampung: 1.
Tempat printer
2.
Tempat processing
9
3. ₋
Tempat rekam medik elektronik
Dilengkapi dengan AC. Suhu dan kelembaban disesuaikan dengan kebutuhan alat.
e.
Ruang ganti pakaian ₋
Ada disetiap ruang pemeriksaan.
₋
Ukuran: disesuaikan dengan kebutuhan, minimal 1m (p) x 1,5m (l) x 2,7m (t).
f.
g.
Kamar mandi dan WC ₋
Ada di ruang BNO/IVP, USG.
₋
Ukuran: 1,5m (p) x 1m (l) x 2,7m (t).
Gudang untuk film dan non film -
Ukuran, suhu dan kelembaban disesuaikan dengan kebutuhan.
Denah Instalasi Radiologi Rumah Sakit Permata Kesehatan
10
Keterangan : 1) Ruang Petugas / Administrasi 2) Ruang USG (Ultrasonografi) 3) Ruang Dokter Spesialis 4) Toilet Dokter Spesialis 5) Ruang Petugas / Radiografer 6) Ruang Arsip 7) Toilet Radiografer 8) Ruang Pemeriksaan X-Ray 9) Toilet Pasien 10) Ruang Ganti Pasien
11
1.
Ruang Administrasi
Keterangan Gambar : 1. Ruang Administrasi, Panjang 2 m dengan ketebalan tembok 20 cm, Lebar 4 m dengan ketebalan tembok 20 cm, dan Tinggi 2,75 m Fasilitas yang ada di ruang administrasi yaitu : a. Meja b. Kursi c. Komputer d. Printer
2. Ruang USG
12
Keterangan Gambar : 2. Ruang USG, Panjang 6 m dengan ketebalan tembok 25 cm, Lebar 4 m dengan ketebalan tembok 25 cm, Tinggi 2,75 m
Fasilitas yang ada pada ruang USG yaitu : a. USG, Mindray DP-10 V3 b. Bed USG c. Kursi Dokter d. Meja e. Pintu USG f. Tempat Limbah g. Lampu Pembacaan dokter 3. Ruang Dokter Spesialis, Panjang 2, lebar 3 m, tinggi 2,75 m Fasilitas yang tersedia di ruang Dokter Spesialis yaitu : a. Meja b. Kursi c. Komputer
13
4. Kamar Mandi, panjang 2 m, lebar 2m, tinggi 2,75 m Referensi Kepmenkes : ₋ Ukuran: 4m (p) x 3m (l) x 2,7m (t). ₋ Dinding: terbuat dari batu bata, tanpa Pb. 3. Ruang X-Ray
Keterangan Gambar : 5. Ruang Petugas / Radiografer , Panjang 6 m dengan ketebalan tembok 25 cm dilapisi pb 2 mm, Lebar 4 m dengan ketebalan tembok 25 cm dilapisi pb 2 mm, dan Tinggi 2,75 m Fasilitas yang ada pada ruang Petugas / Radiografer yaitu : a. Control Panel X-Ray b. Meja c. Kursi d. Computer Radhiography e. Komputer
14
f. Lemari 6. Ruang Arsip, Panjang 2 m, lebar 2 m, tinggi 2,75 m 7. Toilet Radiografer, Panjang 2m, lebar 2 m, tinggi 2,75 m 8. Ruang Pemeriksaan X-Ray, Panjang 8 m, lebar 5 m, tinggi 2,75 m Fasilitas yang ada pada Ruang Pemeriksaan X-Ray yaitu : a.
Meja Pemeriksaan
b.
P3K
c.
Bucky Stand
d.
X – Ray, Shimadzu Tegangan tabung 125 KVp, 500 mA
9. Toilet Pasien, panjang 2 m, lebar 2 m, tinggi 2,75 m 10. Kamar Ganti, panjang 2 m, lebar 3 m, tinggi 2,75 m 11. Pintu, Besi di lapisi Pb 2 mm Menurut Kepmenkes : ₋ Ukuran ruangan: sesuai kebutuhan atau besarnya alat. ₋ Ruang x-ray tanpa fluoroskopi, minimal: Alat dengan kekuatan sampai dengan 125kV: 4m (p) x 3m (l) x 2,8m (t). Alat dengan kekuatan >125kV: 6,5m (p) x 4m (l) x 2,8m (t). ₋ Ketebalan dinding : batu merah 25 cm Pintu ruangan pesawat sinar-x dilapisi dengan timah hitam dengan ketebalan tertentu sehingga tingkat radiasi di sekitar ruangan pesawat sinar-x tidak melampaui Nilai Batas Dosis (NBD) 1mSv/tahun.
15
4. Landasan Hukum Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar pelayanan radiologi diagnostic di sarana pelayanan kesehatan. Pelayanan radiologi sebagai bagian yang terintergrasi dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat undang-undang dasar 1945 diana kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dan amanat undang-undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, akan pelayanan radiologi sudah selayaknya diberikan pelayanan yang berkualitas.
5. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Ketenagakerjaan adalah segala hal yg berhubungan dg tenaga kerja pd waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja,
setiap orang yg mampu
melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yg penting sebagai pelaku sekaligus tujuan pembangunan, adanya peningkatan kualitas dan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai harkat dan martabat manusia. Kualifikasi tenaga dalam penggunaan pesawat sinar-X radiologi diagnostic dan USG terdiri dari satu dokter spesialis radiologi yang berkompeten sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, PPR bidang kesehatan atau diagnostic, dua radiographer D III teknik radiologi dan tenaga IT. Standar Ketenagaan ditentukan berdasarkan 1. Jenis sarana kesehatan 2. Kemampuan / kompetensi 3. Beban kerja 4. Jumlah peralatan (pesawat)
16
17
6. Distribusi Ketenagaan A. Tugas dr Sp.Rad 1. Menyusun & mengevaluasi secara berkala SOP tindakan medis radiodiagnostik, imejing diagnostik dan radiologi intervensional serta melakukan revisi bila diperlukan 2. Melaksanakan dan mengevaluasi tindakan radiodiagnostik, imejing diagnostik dan radiologi intervensional sesuai SOP 3. Melaksanakan pemeriksaan dengan kontras dan floroskopi bersama dengan radiografer 4. Menjelaskan dan menandatangani informed consent (izin tindakan medis) kepada pasien / keluarga pasien 5. Membaca hasil pemeriksaan radiodiagnostik, imejing diagnostik dan radiologi intervensional 6. Melaksanakan teleradiologi dan konsultasi radiodiagnostik, imejing diagnostik dan radiologi intervensional 7. Memberikan
layanan
konsultasi
thd
pemeriksaan
yg
akan
dilaksanakan 8. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi thd pasien 9. Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin utk mendptkan citra radiografi yg seoptinal mungkin dg mempertimbangkan tingkat panduan paparan medic 10. Memberikan rujukan dan justifikasi pelaksanaan diagnosis atau intervensional
dg
mempertimbangkan
informasi
pemeriksaan
sebelumnya 11. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari aspek klinis 12. Meningkatkan
kemampuan
diri
sesuai
perkembangan
IPTEK
radiologi
B. Tugas Radiografer
18
1. Mempersiapkan pasien, obat-2an & peralatan utk pemeriksaan dan pembuatan foto radiologi 2. Memposisikan pasien sesuai dg teknik pemeriksaan 3. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP, khusus utk pemeriksaan dg kontras dan floroskopi, pemeriksaan dikerjakan bersama dr. sp.rad 4. Melakukan kegiatan prosesing film (kamar gelap dan work station) 5. Melakukan penjaminan & kendali mutu 6. Memberikan proteksi radiasi thd pasien, diri sendiri dan masyarakat di sekitar ruang pesawat sinar-X 7. Menerapkan teknik dan prosedur yg tepat utk meminimalkan paparan yg yg diterima pasien sesuai kebutuhan 8. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi scr rutin
C. Tugas tenaga PPR 1. Membuat program proteksi dan keselamatan radiasi 2. Memantau aspek operasional program proteksi dan keselamatan radiasi 3. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan proteksi radiasi dan memantau pemakaiannya 4. Meninjau scr sistematik dan periodik, program pemantauan di semua tempat dimana pesawat sinar-X digunakan 5. Memberikan konsultasi yg terkait dg proteksi dan keselamatan radiasi 6. Berpartisipasi dlm mendesain fasilitas radiologi 7. Memelihara rekaman 8. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan 9. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangan dlm hal kedaruratan 10. Melaporkan kpd pemegang izin setiap kejadian kegagalan operasi yg berpotensi kecelakaan radiasi
19
11. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program proteksi dan keselamatan radiasi serta verifikasi keselamatan yg diketahu PI utk dilaporkan kepada Ka. Bapeten. 12. Melakukan inventarisasi zat radioaktif
D. Tugas tenaga IT 1. Memasukkan dan menyimpan data secara elektronik dg rutin 2. Memelihara dan memperbaiki alat-alat IT
20
Struktur Organisasi di Instalasi Radiologi RS Graha Sehat Direktur RS dr. Luluk, MM
Kepala Instalasi Radiologi dr. Michael, Sp. Rad
Penanggung jawab Pelayanan USG dr. Sharul, Sp. Rad Penanggung Jawab Pelayanan Foto Tanpa Kontras Bida, Amd. Rad
Petugas Proteksi Radiasi
Penanggung Jawab Pelayanan Foto Dengan Kontras Ritma, Amd. Rad
Penanggung jawab administrasi
Ria, Amd.Rad
Winda, S.Kom Penanggung jawab alat – alat radiologi Ipin, S.T
21
Referensi “ KepMenKes RI, Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008 ” Struktur Organisasi Dalam setiap instalasi/unit pelayanan radiologi diagnostik ada struktur organisasi yang mengatur jalur komando dan jalur koordinasi dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan pelayanan radiologi diagnostik. Struktur organisasi bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam upaya manajemen pelayanan radiologi diagnostik. Bagan dan komponen dalam struktur organisasi disesuaikan dengan jenis kegiatan yang dilakukan dan disesuaikan dengan kondisi serta struktur organisasi induk sarana pelayanan kesehatan tersebut. Komponen yang ada dalam struktur organisasi adalah : 1. Kepala instalasi/unit radiologi atau radiologi diagnostik 2. Kepala Pelayanan Radiologi diagnostik 3. Staf fungsional Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Instalasi/Unit dapat dibantu oleh Koordinator yang jenis dan jumlahnya disesuaikan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan tanpa meninggalkan unsur efisiensi dan efektivitas. Setiap tenaga yang berada dalam instansi tersebut mempunyai uraian tugas yang ditetapkan atau disahkan oleh penanggung jawab atau pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Bagan struktur organisasi dan uraian tugas masingmasing tenaga ditetapkan atau disahkan oleh Pimpinan atau Direktur sarana pelayanan kesehatan tersebut.
Biaya foto rontgen di Instalasi Radiologi RS Permata Kesehatan No
Jenis Pemeriksaan
Harga
FOTO RONTGEN (Tanpa Kontras) 1.
Thorax ( 1 Film )
Rp. 65.000
2.
Abdomen Polos / BNO (1 Film )
Rp. 70.000
3.
BNO Dua Posisi Dewasa
Rp. 140.000
22
4.
BNO Dua Posisi Anak
Rp. 140.000
5.
BNO Tiga Posisi Dewasa
Rp. 210.000
6.
BNO Tiga Posisi Anak
Rp. 200.000
7.
Skull Dua Posisi
Rp. 140.000
8.
Skull Tiga Posisi / SPN
Rp. 200.000
9.
Lumbal-Sacral
Rp. 140.000
10.
Cervical AP-Lat
Rp. 130.000
11.
Thoracolumbal AP-Lat-Bending
Rp. 280.000
12.
Pelvis Dewasa
Rp. 70.000
13.
Pelvis Anak
Rp. 60.000
14.
Femur AP-Lat
Rp. 70.000
15.
Genue
Rp. 65.000
16.
Cruris AP-Lat Dewasa
Rp. 70.000
17.
Cruris AP-Lat Anak
Rp. 60.000
18.
Ankle AP-Lat
Rp. 65.000
19.
Pedis AP-Lat
Rp. 65.000
20.
Shoulder AP
Rp. 65.000
21.
Humerus
Rp. 65.000
22.
Elbow
Rp. 65.000
23.
Antebrachi AP-Lat
Rp. 65.000
24.
Wrist AP-Lat
Rp. 65.000
25.
Manus AP-Lat
Rp. 65.000
FOTO RONTGEN (Dengan Kontras) 1.
HSG
Rp. 350.000
2.
BNO-IVP 1 Vial
Rp. 600.000
3.
BNO-IVP 2 Vial
Rp. 750.000
4.
Appendikogram
Rp. 250.000
5.
CIL
Rp. 400.000
23
FOTO GIGI 1.
Foto Panoramik
Rp. 90.000
ULTRASONOGRAFI (USG) 1.
USG Andomen
Rp. 250.000
2.
USG Mammae
Rp. 200.000
3.
USG Thyroid
Rp. 200.000
4.
USG Jaringan
Rp. 200.000
7. Standart Laboratorium Radiologi Kegiatan radiologi memerlukan bangunan khusus dan kontruksinya disesuaikan dengan pekerjaan radiologi yang dilakukan. Luas dan bentuk ruang penyinaran tergantung pada jenis peralatan yang dipasang di dalamnya.Di ruang peemriksaan dilakukan pekerjaan penyinaran terhadap pasien untuk pemeriksaan diagnostik. Dinding ruang penyinaran termasuk pintu-pintunya harus memberikan perlindungan yang memadai terhadap radiasi, sehingga tidak membahayakan mereka yang berada di luar ruang penyinaran Persyaratan ruangan : 1. Letak unit/instalasi radiologi hendaknya mudah dijangkau dari ruangan gawat darurat, perawatan intensive care, kamar bedah dan ruangan lainnya. 2. Di setiap instalasi radiologi dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran dan alarm sesuai dengan kebutuhan. 3. Suhu ruang pemeriksaan 20-24 °C dan kelembaban 40 - 60 %. 4. Suhu untuk alat sesuai dengan kebutuhan alat tersebut.
24
Persyaratan ruangan, meliputi jenis, kelengkapan dan ukuran/luas ruangan yang dibutuhkan sebagai berikut : 1. Ketebalan Dinding Bata merah dengan ketebalan 25 cm dan kerapatan jenis 2,2 g/cm3, atau beton dengan ketebalan 20 cm atau setara dengan 2 mm timah hitam (Pb), sehingga tinkat radiasi di sekitas ruangan pesawar sinar-X tidak melampaui nilai batas dosisi 1 mSv/tahun. Diatas pintu masuk ruang pemeriksaan dipasang lampu merah yang menyala pada saat pesawat dihidupkan sebagai tanda sedang dilakukan penyinaran (lampu peringatan tanda bahaya radiasi). 2.
Pintu dan Ventilasi a. Pintu ruangan pesawat sinar-X dilapisi dengan timah dengan ketebalan tertentu sehingga tingkat radiasi di sekitar ruangan pesawat sinar-X tidak melampaui nilai batas dosis 1 mSv/tahun. b. Ventilasi setinggi 2 m dari lantai sebelah luar agar orang diluar tidak terkena paparan radiasi. Ruangan dilengkapi dengan sistem pengaturan udara sesuai dengan kebutuhan. Pada tiap-tiap sambungan Pb, dibuat tumpang tindih atau overlapping.
25
8. Tata Laksana Pelayanan Radiologi
1) Pendaftaran Pemeriksaan Pasien datang sendiri ke bagian radiologi atau ditemani perawat dengan membawa surat rujukan dari dokter / blangko permintaan pemeriksaan. Kemudian petugas radiologi mencatat identitas pasien di Log Book Operasi setelah selesai kemudian pasien di siapkan untuk pemeriksaan sesuai dengan permintaan di blangko pemeriksaan.
2) Persiapan Pemeriksaan Persiapan pasien tidak semuanya pemeriksaan menggunakan perisapan, hanya sebagian pemeriksaan yang menggunakan persiapan seperti pemeriksaan yang menggunakan media kontras ( BNO IVP, Colon In Loop dll ), Persiapan untuk pemeriksaan dilakukan sesuai prosedur tetap yang sudah ditentukan. Sedangkan pemeriksaan ekstremitas tidak perlu persiapan khusus hanya saja instruksi yang menyangkut
posisi
diberitahukan
penderita
dengan
jelas
dan
prosedur
terutama
jika
pemeriksaan pemeriksaan
harus dengan
menggunakan media kontras. Benda aksessoris seperti gigi paslu, rambut palsu, anting – anting, penjepit rambut dan alat bantu pendengar harus dilepas terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan karena akan menyebabkan artefak. Untuk kenyamanan pasien mengingat pemeriksaan dilakukan pada ruangan ber-AC sebaiknya tubuh pasien diberi selimut.
3) Pelaksanaan Pemeriksaan Pelayanan
dan
tindakan
radiodiagnostik
dilakukan
hanya
berdasarkan permintaan dokter secara tertulis dan mencantumkan diagnosa klinis dan hasil pemeriksaan medis lain yang terkait, seperti hasil laboratorium, karepa pada pemeriksaan tertentu seperti pemeriksaan BNO IVP harus mengetahui hasil laboratorium terlebih dahulu. Pasien
26
datang ke bagian radiologi dengan membawa surat permintaan rontgen maka pemeriksaan langsung bisa dilaksanakan.
4) Pencucian Film Pencucian film pada konventional x-ray masih menggunakan sistem pengolahan film secara autometik di proses dikamar gelap. Pengolahan film di kamar gelap dimulai dengan mengeluarkan film dari kaset, kemudian kertas identitas pasien diletakkan pada ID camera, setelah itu film dimasukkan pada mesin prosesing. Sedangkan pada flim CT Scan proses pencetakan gambar sudah menggunakan printer yang otomatis langsung akan keluar dalam bentuk gambaran slice sesuai yg diinginkan. 5) Pemberian Expertise Hasil pemeriksaan dan tindakan radiodiagnostik dalam tanggung jawab dokter spesialis radiologi. Semua foto harus dibaca/diekspertise dengan jelas dan ditanda tangani oleh dokter spesialis radiologi.
a. Di Dalam Jam Kerja Pada jam kerja dokter radiologi akan membaca semua hasil foto ronsen di ruangan baca dokter yaitu antara jam 08.00 WIB sampai jam 21.00 WIB b. Di Luar Jam Kerja Jika diluar jam kerja atau pasien Cito dan harus dibacakan oleh dokter radiologi maka petugas radiologi akan membawa / mengantarkan foto rontgen ke tempatnya / kerumahnya yaitu antara jam 21.00 WIB sampai dengan jam 07.00 WIB
6) Penyerahan Hasil Hasil radiograf rawat jalan merupakan milik pasien sepenuhnya dan dapat diambil satu hari setelah pemeriksaan, setelah hasil radiograf
27
dibaca oleh dokter radiolog. Pada pasien IGD dan Rawat jalan hasil radiograf langsung diambil oleh pengantar pasien ( perawat ). Prosedur pengambilan hasil pemeriksaan radiologi, setiap pasien yang datang untuk mengambil hasil pemeriksaan radiologi, harus membawa kuitansi / bukti pembayaran atau kartu pengambilan hasil. Hasil pemeriksaan radiologi dapat diambil di bagian radiologi.
7) Pengarsipan Pengarsipan di instalasi radiologi berupa permintaan dan hasil bacaan disusun berdasarkan nomor urut pasien. Laporan pembukuan pengambilan hasil radiograf di instalasi radiologi dilakukan pertahun. Laporan ini meliputi jenis pemeriksaan, jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap, jumlah pemakaian film dan kerusakan filim.
9. Keselamatan Kerja Pemanfaatan
sinar-X
diagnostik
meliputi
disain
ruangan,
pemasangan dan pengoperasian setiap pesawat Sinar-X sesuai dengan spesifikasi keselamatan alat, perlengkapan proteksi radiasi, keselamatan operasional, proteksi pasien, dan uji kepatuhan (compliance test). Keselamatan kerja yang diterapkan antara lain : 1.
Dilakukan pengujian pesawat sinar-x dan CT Scan / kalibrasi setiap satu tahun sekali
2.
Pesawat Sinar-X dan Pesawat CT Scan dalam kondisi yang baik dan dirawat dengan program jaminan kualitas.
3.
Ruangan Sinar-X harus dibangun dengan cukup kuat untuk menahan beban perlatan yang ada di dalamnya dan dibangun sedemikian, sehingga memberikan proteksi yang cukup terhadap operator (petugas) dan orang lain yang berada di sekitar ruangan pesawat Sinar-X.
28
4.
Ruang operator terdapat tabir Pb dan dilengkapi dengan kaca intip dari Pb sehingga dapat melindungi operator dari radiasi bocor dan hamburan..
5.
Pintu ruang pesawat Sinar-X dan Pesawat CT Scan terdapat penahan radiasi yang cukup sehingga terproteksi dengan baik.
6.
Lampu merah sebagai tanda radiasi harus terpasangdi atas pintu, yang dapat menyala pada saat pesawat Sinar-X digunakan dan terdapat tanda peringatan radiasi seperti berikut :” AWAS SINARX”
7.
Apron pelindung yang mempunyai ketebalan minimum yang setara dengan 0,25 mm Pb dengan ukuran yang cukup pada bagian badan dan gonad untuk pemakai dari radiasi langsung.
8.
Sarung tangan pelindung harus mempunyai ketebalan yang setara dengan 0,25 mm Pb dengan ukuran yang cukup dari radiasi langsung yang mengenai tangan dan pergelangan tangan.
9.
Terdapat fasilitas untuk imobilisasi pasien, untuk mengurangi pergerakan pasien pada saat pemeriksaan dengan Sinar-X dan CT Scan.
10.
Tersedia peralatan untuk mencegah atau mengendalikan bahaya konvensional seperti kebakaran, banjir, dan kedaruratan yang berkaitan dengan listrik.
11.
Arah berkas utama dari pesawat Sinar-X tidak diarahkan ke panel kontrol.
12.
Orang yang membantu memegang pasien anak-anak atau orang yang lemah pada saat penyinaran dilakukan oleh orang dewasa / keluarga dengan menggunakan apron, tidak dilakukan oleh petugas.
13.
Usaha yang dilakukan dalam melaksanakan penyinaran Sinar-X sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang baik dengan paparan minimum pada pasien atau petugas.
29
14.
Selama penyinaran, tidak seorangpun kecuali petugas yang berhubungan dan pasien berada dalam ruang penyinaran.
15.
Pesawat Sinar-X dilarang dioperasikan oleh petugas yang tidak berwenang.
16.
Apabila terjadi kerusakan pesawat, perbaikan peralatan Sinar-X dilakukan oleh teknisi yang telah diberi mandat oleh penguasa yang berwenang. Teknisi tersebut mempunyai keahlian dan latar belakang proteksi radiasi untuk mengerjakan pekerjaannya dengan aman.
17.
Terdapat peralatan monitoring personil yaitu film badge untuk memantau paparan radiasi yang diterima setiap satu bulan sekali
10.
Proteksi Radiasi Pengertian Proteksi Radiasi Proteksi radiasi atau keselamatan radiasi ini kadang-kadang dikenal juga sebagai proteksi radiologi ini memiliki beberapa pengertian yaitu : -
Proteksi radiasi adalah perlindungan masyarakat dan lingkungan
dari efek berbahaya dari radiasi pengion , yang meliputi radiasi partikel energi tinggi dan radiasi elektromagnetik -
Proteksi radiasi adalah suatu system untuk mengendalikan bahaya
radiasi dengan menggunakan peralatan proteksi dan kerekayasaan yang canggih serta mengikuti peraturan proteksi yang sudah dibakukan. -
Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan atau teknik
yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang atau sekelompok
orang
ataupun
kepada
keturunannya
terhadap
kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat paparan radiasi.
30
-
Proteksi Radiasi adalah suatu ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan
kepada
seseorang
atau
sekelompok
orang
terhadap
kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi pengion. -
Menurut BAPETEN, proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa proteksi radiasi adalah ilmu yang mempelajari tentang teknik yang digunakan oleh manusia untuk melindungi dirinya, orang disekitarnya maupun keturunannya dari paparan radiasi.
Dari segi ilmiah dan teknik, ruang lingkup proteksi radiasi terutama meliputi : 1. Pengukuran fisika berbagai jenis radiasi dan zat radioaktif 2. Menentukan hubungan antara tingkat kerusakan biologi dengan dosis radiasi yang diterima organ/ jaringan 3. Penelaahan transportasi radionuklida di lingkungan, dan 4. Melakukan desain terhadap perlengkapan kerja, proses dan sebagainya untuk mengupayakan keselamatan radiasi baik di tempat kerja maupun lingkungan.
Falsafah Proteksi Radiasi Falsafah proteksi radiasi disebut juga dengan tujuan proteksi radiasi. Tujuan dari proteksi radiasi adalah sebagai berikut : 1. Mencegah terjadinya efek non stokastik yang membahayakan 2. Meminimalkan terjadinya efek stokastik hingga ke tingkat yang cukup rendah yang masih dapat diterima oleh individu dan lingkungan di sekitarnya. Pengalaman telah membuktikan bahwa dengan menggunakan system pembatasan dosis terhadap penyinaran tubuh (baik radiasi eksterna maupun internal) kemungkinan resiko bahaya radiasi dapat diabaikan petugas
31
proteksi radiasi dengan mengikuti peraturan proteksi radiasi dan menggunakan peralatan proteksi yang canggih dapat menyelamatkan pekerja radiasi dan masyarakat pada umumnya.
Prosedur yang biasa dipakai untuk mencegah dan mengendalikan bahaya radiasi adalah : a.
Meniadakan bahaya radiasi
b.
Mengisolasi bahaya radiasi dari manusia
c.
Mengisolasi manusia dari bahaya radiasi
Untuk menerapkan tiga prosedur proteksi radiasi di atas dilaksanakan oleh petugas proteksi radiasi. Prosedur utama cukup jelas dengan mentaati dan melaksanakan peraturan proteksi radiasi; kedua dengan merancang tempat kerja dan menggunakan peralatan proteksi radiasi yang baik dan penahan radiasi yang memadai sehingga kondisi kerja dan lingkungannya aman dan selamat; dan ketiga memerlukan pemonitoran dan pengawasan secara terus menerus baik pekerja radiasi maupun lingkungannya dengan menggunakan alat pemonitoran perorangan, pemonitoran lingkungan dan surveimeter.
Para penguasa instalasi nuklir sesuai dengan segala keturunan yang berlaku wajib menyusun program proteksi radiasi sejak proses perencanaan, tahap pembangunan instalasi, dan pada tahap operasi. Program proteksi radiasi ini dimaksudkan untuk menekan serendah mungkin kemungkinan terjadinya kecelakaan radiasi. Dalam penyusunan program ini diperlukan adanya prinsip penerapan prinsip keselamatan radiasi dalam pengoperasian suatu ignstalasi nuklir sesuai dengan rekomendasikan oleh Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiologi (ICRP).
Dalam pemanfaatan teknologi nuklir, faktor keselamatan manusia harus mendapatkan
prioritas
utama.
Program
proteksi
radiasi
bertujuan
32
melindungi para pekerja radiasi serta masyarakat umum dari bahaya radiasi yang ditimbulkan akibat penggunaan zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya. Ada tiga hal penting yang perlu mendapatkan perhatian untuk mencegah terjadinya kecelakaan radiasi sehubungan dengan pengoperasian instalasi nuklir, yaitu : 1. Adanya peraturan perundangan dan standar keselamatan dalam bidang keselamatan nuklir; 2. Pembangunan instalasi nuklir dilengkapi dengam sarana peralatan keselamatan kerja dan sarana pendukung lainnya yang sempurna sesuai dengan
perencanaan
yang
telah
ditetapkan
sebelumnya,
dengan
memperhatikan laporan analisis keselamatan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan ketentuan lain yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang; 3. Tersedianya personil dengan bekal pengetahuan memadai dan memahami sepenuhnya tentang keselamatan kerja terhadap radiasi.
Acuan Dasar Proteksi Radiasi Untuk mencapai tujuan program proteksi radiasi , baik untuk pekerja radiasi maupun anggota masyarakat, diperlukan adanya acuan dasar sehingga setiap kegiatan proteksi harus selalu sesuai dengan acuan dasar tadi. Sesuai dengan rekomendasi ICRP, dalam setiap kegiatan proteksi dikenal adanya standar dalam nilai batas dan tingkat acuan. Nilai batas terdiri atas nilai batas dasar, nilai batas turunan dan nilai batas ditetapkan. Sedang tingkat acuan terdiri atas tingkat pencatatan, tingkat penyelidikan dan tingkat intervensi. Nilai batas dasar untuk tujuan proteksi radiasi tidak dapat diukur secara langsung. Sedang dalam pelaksanaan program proteksi, rancangan program pemantauan radiasi memerlukan metode interpretasi untuk secara langsung dapat menunjukan bahwa hasil pemantauan itu sesuai dengan nilai batas dosis. Untuk mencapai efisiensi dalam proteksi radiasi, dipandang
33
perlu untuk memperkenalkan nilai batas turunan yang menunjukan hubungan langsung antara nilai batas dasar dan hasil pengukuran. Nilai batas turunan adalah besaran terukur yang dapat dihubungkan dengan nilai batas dasar dengan menggunakan suatu model. Dengan demikian hasil pengukuran yang sesuai dengan nilai batas turunan secara otomatis akan sesuai dengan nilai batas dasar. Sedang nilai batas ditetapkan adalah besaran terukur yang ditetapkan oleh pemerintah maupun peraturan lokal pada suatu instalasi. Nilai batas ditetapkan umumnya lebih rendah dari nilai batas turunan, namun ada kemungkinan nilai keduanya adalah sama. Tingkat acuan bukan merupakan nilai batas, tetapi dapat digunakan untuk menentukan suatu tindakan dalam suatu nilai besaran melampaui atau diramalkan dapat melampaui tingkat acuan. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan program pemantauan radiasi perlu menggunakan tingkat acuan. Pelaksanaan program proteksi radiasi memerlukan perencanaan yang hati-hati dalam menentukan tingkat acuan dan tindakan nyata yang perlu diambil jika nilai suatu besaran mencapai nilai acuan. Tingkat acuan ini secara operasional akan sangat membantu penguasa instalasi atom dalam upaya mencapai tujuan proteksi radiasi. Ada tiga tingkat acuan, yaitu : 1.
Tingkat Pencatatan, yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka suatu hasil pengukuran harus dicatat. Nilai dari tingkat pencatatan harus kurang dari 1/10 dari nilai batas dosis ekuivalen tahunan. Hasil pengukuran yang berada di bawah nilai tingkat pencatatan tidak perlu proses lebih lanjut.
2.
Tingkat Penyelidikan,yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka penyebab atau implikasi suatu hasil pengukuran harus diselidiki. Tingkat penyelidikan harus kurang dari 3/10 dari nilai batas dosis ekuivalen tahunan.
3.
Tingkat Intervensi,yaitu suatu tingkat yang jika dilampaui maka beberapa tindakan penanggulangan harus diambil. Tingkat intervensi harus ditentukan sehingga tindakan penanggulangan tidak mempengaruhi kondisi operasi normal.
34
Asas-asas Proteksi Radiasi Asas-asas dalam proteksi radiasi atau disebut juga prinsip-prinsip proteksi radiasi ini terdiri atas beberapa macam yaitu asas legislasi yang sering disebut asas justifikasi yang artinya pembenaran, asas optimalisasi dan asas limitasi. Penjelasannya adalah sebagai berikut : 1. Asas legislasi atau justifikasi yang artinya pembenaran Penerapan asas justifikasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar sebelum tenaga nuklir dimanfaatkan, terlebih dahulu harus dilakukan analisis resiko manfaat. Apabila pemanfaatan tenaga nuklir menghasilkan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan resiko akibat kerugian radiasi yang mungkin ditimbulkannya, maka kegiatan tersebut boleh dilaksanakan. Sebaliknya, apabila manfaatnya lebih kecil dari resiko yang ditimbulkan, maka kegiatan tersebut tidak boleh dilaksanakan. Berikut adalah contoh penerapan asas legislasi atau justifikasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu : a. Seorang ibu menderita kelainan jantung tetapi ibu tersebut tidak dapat di roentgen karena ibu tersebut sedang hamil. Karena ditakutkan radiasi tersebut akan tersalurkan ke janinnya. Maka pemotretan akan dilakukan setelah ibu tersebut melahirkan. b. Jika seseorang pasien datang ke ruang pemeriksaan tanpa membawa rekomendasi dari dokter maka sebagai radiografer tidak diharuskan untuk melakukan pemeriksaan terhadap pasien tersebut. c. Seorang radiografer tidak boleh seenaknya menggunakan pesawat roentgen di dalam Rumah Sakit tempat ia bekerja, misalnya dengan mengekspose binatang peliharaannya untuk kepentingan pribadinya. 2. Asas Optimalisasi Penerapan asas ini dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar paparan radiasi yang berasal dari suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial. Asas ini dikenal dengan sebutan ALARA (As Low As Reasonably Achievable).
35
Dalam kaitannya dengan penyusunan program proteksi radiasi, asas optimalisasi mengandung pengertian bahwa setiap komponen dalam program telah dipertimbangkan secara saksama, termasuk besarnya biaya yang dapat dijangkau. Suatu program proteksi dikatakan memenuhi asas optimalisasi apabila semua komponen dalam program tersebut disusun dan direncanakan sebaik mungkin dengan memperhitungkan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi. Tujuan dari asas optimalisasi dalam proteksi radiasi adalah untuk mendapatkan hasil optimum yang meliputi kombinasi penerimaan dosis yang rendah, baik individu maupun kolektif, minimnya resiko dari pemaparan yang tidak dikehendaki, dan biaya yang
murah. Asas
optimalisasi sangat ditekankan oleh ICRP. Setiap kegiatan
yang
memerlukan tindakan proteksi, terlebih dahulu harus dilakukan analisis optimalisasi proteksi. Penekanan ini dimaksudkan untuk meluruskan kesalahpahaman tentang sistem pembatasan dosis yang sebelumnya dikenal dengan konsep ALARA (As Low As Reasonably Achievable). Baik asas optimalisasi maupun ALARA keduanya sangat menekankan pada pertimbangan faktor-faktor ekonomi dan sosial, dan tidak semata-mata menekankan pada rendahnya penerimaan dosis oleh pekerja maupun masyarakat. Berikut adalah contoh penerapan asas optimalisasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu : a. Pada saat mengisi kaset radiografer harus memperhatikan kaset yang akan digunakan, ukuran film yang sesuai dan jumlah film yang dimasukkan ke dalam kaset. b. Pada pemeriksaan Thorax untuk bayi sebaiknya menggunakan film 18x24 cm atau 24x30 cm. Hal ini dimaksudkan agar dosis yang diterima pasien dapat diminimalkan dan tidak merugikan pasien dalam hal ekonomi. c. Sebelum dilakukan pemeriksaan radiografer terlebih dahulu harus memberikan instruksi yang jelas kepada pasien agar pengulangan foto dapat dihindari sehingga pasien tidak mendapat dosis radiasi yang sia-sia.
36
3. Asas Limitasi Penerapan asas ini dalam pemanfaatan tenaga nuklir menuntut agar dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Yang dimaksud Nilai Batas Dosis (NBD) ini adalah dosis radiasi yang diterima dari penyinaran eksterna dan interna selama 1 (satu) tahun dan tidak tergantung pada laju dosis. Penetapan NBD ini tidak memperhitungkan penerimaan dosis untuk tujuan medik dan yang berasal dari radiasi alam. NBD yang berlaku saat ini adalah 50 mSv (5000 mrem) pertahun untuk pekerja radiasi dan 5 mSv (500 mrem) per tahun untuk anggota masyarakat. Sehubungan dengan rekomendasi IAEA agar NBD untuk pekerja radiasi diturunkan menjadi 20 mSv (2000 mrem) per tahun untuk jangka waktu 5 tahun (dengan catatan per tahun tidak boleh melebihi 50 mSv) dan untuk anggota masyarakat diturunkan menjadi 1 mSv (100 mrem) per tahun, maka tentunya kita harus berhati-hati
dalam
mengadopsinya. Dengan menggunakan program proteksi radiasi yang disusun secara baik, maka semua kegiatan yang mengandung resiko paparan radiasi cukup tinggi dapat ditangani sedemikian rupa sehingga nilai batas dosis yang ditetapkan tidak akan terlampaui. Berikut adalah contoh penerapan asas limitasi dalam kehidupan sehari-hari yaitu : a. Pada saat ingin mengekspose pasien yang perlu diperhatikan adalah jumlah radiasi yang akan digunakan. Misalnya seorang pasien dewasa ingin memeriksakan ekstremitas atas (antebrachi), kV yang digunakan sebesar 45. Apabila ada seorang pasien anak-anak juga ingin memeriksakan antebrachinya maka kita sebagai radiografer harus menurunkan kondisi yang tadi digunakan menjadi kV 40 karena dengan kondisi tersebut sudah dapat dihasilkan gambar radiografi yang bagus karena tebal objek sudah dapat ditembus dengan kondisi tersebut.
37
b. Pada pemeriksaan Thorax untuk bayi sebaiknya menggunakan film 18x24 cm atau 24x30 cm. Hal ini dimaksudkan agar dosis yang diterima pasien dapat diminimalkan. Jika radiografer melakukan foto x-ray, untuk mengurangi dosis radiasi yang diterima oleh pasien, kita sebisa mungkin mengatur luas kolimasi sesuai dengan kebutuhan. Sebab semakin besar kolimasi maka semakin besar pula radiasi yang diterima oleh pasien begitupun sebaliknya
Satuan-Satuan Radiasi a. Rontgen Rontgen adalah satuan pemaparan radiasi yg memberikan muatan 2,58.10-4 Coulomb per kg udara. b. Rad Rad adalah satuan dosis serap. 1 rad : radiasi yang diperlukan untuk melepaskan tenega 100 erg dalam 1 gram bahan yang disinar (1 rad = 100 erg/gram) Rad tidak tergantung komponen bahan yang disinar dan tenaga radiasi, tetapi jumlah rad per R pemaparan berbeda dengan tenaga berkas sinar dan komposisi bahan serap. c. Gray (Gy) 1 Gray= 100 rad 1Cgy= 1 rad d. Rem(Rad Equivalent Man) Rem adalah satuan dosis ekuivalen. Rem = rad x factor kualitas Rem merupakan ukuran efek biologis akibat radiasi. Karena faktor kualitas untuk sinar x dan g = 1, maka Roentgen = 1 Rad = 1 Rem Karena tenaga yang dilepaskan ke dalam jaringan lunak oleh 1 Rontgen pemaparan hanya 5% lebih besar dari 1 Rad.
38
e. Sievert (Sv) 1 Sievert (Sv) = 100 rem f. RBE (relatives biological effectivemen) Perbandingan dosis sinar x 250 K dengan dosis radiasi lain yang efek biologis sama dengan dosis sinar x 250 K dengan efek biologik tertentu / dosis radiasi lain dengan efek biologik yang sama. Faktor kualitas berbagai jenis radiasi
Proteksi radiasi a. Pada pasien: 1. Pemeriksaan sinar x hanya atas permintaan seseorang dokter. 2. Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer. 3. Pemakaian voltage yang lebih tinggi (bila mungkin) sehingga daya tembusnya lebih kuat 4. Jarak focus pasien jangan terlalu pendek. 5. Daerah yang disinari harus sekecil mungkin, misalnya dengan menggunakan konus (untuk radiografi) atau diafragma (untuk sinar tembus). 6. Waktu penyinaran sesingkat mungkin. Contoh : pemeriksaan sinar tembus tidak boleh melebihi 5 menit pada salah satu bagian tubuh. 7. Alat-alat kelamin dilindungi. 8. Pasien hamil, terutama trisemester pertama tidak boleh diperiksa radiologik. 9. Peningkatan sistem pertahanan seluler radiasi dengan antioksidan: Cystein, vitamin E dan vitamin C. b. Pada dokter pemeriksa dan petugas radiologi:
39
1. Hindari penyinaran bagian-bagian tubuh tidak terlindungi 2. Pemakaian sarung tangan, apron atau gaun pelindung yanqg berlapis Pb dengan tebal maksimum 0,5 mm Pb. 3. Hindari melakukan sinar tembus, usahakan melakukan radiografi 4. Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang-tulang kepala (head fluoroscopy) 5. Akomodasi mata sebelum melakukan pemekrisaan sinar tembus paling sedikit selama 20 menit. 6. Gunakan alat-alat pengukur sinar Rontgen. 7. Pemeriksaan pesawat sebelum dipakai. Contoh: Perlindungan terhadap bahaya elektris, Adanya kebocoran pada tabung pesawat,dan Voltage yang aman dan lamanya. 8. Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan bocor / rusaknya perlengkapanperlengkapan pelindung berlapis Pb.
Alat Ukur Proteksi Radiasi Sebagai suatu ketentuan yang diatur dalam undang-undang bahwa setiap pengguna zat radioaktif atau sumber radiasi pengion lainnya harus memiliki alat ukur proteksi radiasi. Alat ukur proteksi radiasi dibedakan menjadi tiga :
dosimeter perorangan
surveimeter
monitor kontaminasi. Dosimeter perorangan digunakan untuk “mencatat” dosis radiasi yang telah mengenainya secara akumulasi dalam selang waktu tertentu, misalnya selama satu bulan. Contoh dosimeter perorangan adalah film badge, TLD dan dosimeter saku. Setiap pekerja radiasi diwajibkan menggunakan dosimeter perorangan. Surveimeter digunakan untuk mengukur laju dosis (intensitas) radiasi secara langsung. Surveimeter mutlak diperlukan dalam setiap pekerjaan yang menggunakan zat radioaktif atau sumber radiasi pengion lainnya agar setiap
40
pekerja mengetahui atau dapat memperkirakan dosis radiasi yang akan diterimanya setelah melaksanakan kegiatan tersebut. Surveimeter harus bersifat portabel, mudah dibawa dalam kegiatan survei radiasi di segala medan. Monitor kontaminasi digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi zat radioaktif, baik di udara, di tempat kerja, maupun yang melekat di tangan, kaki atau badan pekerja. Peralatan ini mutlak diperlukan bagi fasilitas yang menggunakan zat radioaktif terbuka, misalnya untuk keperluan teknik perunut menggunakan zat radioaktif.
I.
Pengolahan Limbah Limbah di instalasi radiologi ada beberapa golongan,diantara nya yaitu : 1.
Limbah yang berasal dari manusia
2.
Limbah medis
3.
Limbah non medis Pembuangan limbah yang berasal dari manusia akan langsung menuju
ke pusat sanitasi rumah sakit. Untuk limbah medis ada dua macam yaitu tajam (jarum suntik dan pecahan ampul) dan non tajam (handscoon dan kapas). Limbah medis tajam di instalasi radiologi, setelah digunakan akan dimasukkan ke dalam box
yang kemudian akan dimusnahkan bersama
dengan sampah medis non tajam oleh pihak pengolahan limbah rumah sakit. Untuk limbah non medis terdiri dari sampah plastik, organik dan kertas. Sampah plastik dan sampah kertas masih bisa diolah kembali, sedangkan sampah organik akan di busukkan.
41
SOP PENANGANAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH KHUSUS PADAT RS PERMATA KESEHATAN
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
B/Protap/26/07/
00
½
2018
Tanggal Terbit
Ditetapkan
26/07/2018
Ka. Instalasi Radiologi
PROSEDUR
dr.Bernard, Sp. Rad
TETAP
NIP : 561151070
Pengertian
Limbah khusus padat adalah limbah yang berasal dari peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarung tangan (handscoon), kapas, film bekas rontgen
42
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial Tujuan
2. Untuk menjaga kebersihan dan keselamatan kerja 3. Untuk memudahkan pengangkutan dan pengolahan limbah
Kebijakan
Menciptakan suasana kerja yang optimal, aman dan nyaman
1. Petugas
menggunakan
sarung
tangan
(handscoon) dan masker ketika menampung limbah padat pada tempat sampah khusus yang Prosedur Kerja
dilapisi oleh plastik merah 2. Khusus jarum suntik dibuang pada tempat khusus yang disediakan 3. Petugas yang memakai sarung tangan membawa limbah padat tersebut ketempat pembuangan akhir limbah RS 4. Kemudian sampah dimusnahkan dengan cara dibakar di insenerator yang ada di instalasi radiologi pengolahan limbah akhir RS
Unit Terkait
Petugas radiologi dan petugas cleaning service
43
SOP PENANGANAN DAN PENGOLAHAN RS
LIMBAH UMUM
PERMATA KESEHATAN No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
B/Protap/26/07/2018
00
½
Tanggal Terbit
Ditetapkan
26/07/2018
Ka. Instalasi Radiologi
PROSEDUR dr.Bernard, Sp. Rad
TETAP
NIP : 561151070
Pengertian
Limbah umum adalah limbah yang berasal dari sampah umum radiologi misalnya plastik, kertas, tissue dll
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial Tujuan
2. Untuk menjaga kebersihan dan keselamatan kerja 3. Untuk memudahkan pengangkutan dan pengolahan limbah
44
Kebijakan
Menciptakan suasana kerja yang optimal, aman dan nyaman
1. Petugas menampung limbah pada tempat sampah khusus yang dilapisi oleh plastik berwarna hitam Prosedur Kerja
2. Kantung plastik yang berisi limbah umum diikat 2x sehari 3. Petugas
yang
memakai
sarung
tangan
(handscoon) dan masker membawa limbah umum tersebut ketempat pembuangan akhir limbah RS setiap pagi
Unit Terkait
J.
Petugas radiologi dan petugas cleaning service
Perizinan Instalasi Radiologi Persyaratan ijin baru kepemilikan dan penggunaan sumber radiasi di Indonesia diatur oleh BAPETEN dengan ketentuan sebagai berikut: A. Syarat administratif. a)
Formulir permohonan izin,
b) Identitas pemohon (KTP, KITAS, IKTA), c)
Akta pendirian badan hukum atau badan usaha,
d) Izin pelayanan kesehatan dari dinas kesehatan setempat. B. Syarat Teknis.
45
a)
Prosedur pengopersian pesawat sinar-x,
b) Denah ruangan radiografi dan sekitar, c)
Program proteksi radiasi dan keselamatan radiasi yang dibuat oleh PPR (Petugas Proteksi Radiasi) yang bekerja di tempat,
d) Laporan verifikasi keselamatan radiasi, e)
Sertifikat mutu sesuai standar internasional (ISO, TUV, IEC),
f)
Fotokopi spesifikasi pesawat sinar-x dari pihak pabrikan,
g) Bukti pelayanan film badge/hasil evaluasi film badge, h) Fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter (Intevensional), i)
Hasil pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi,
j)
Salinan ijazah data kualifikasi personil.
Permohonan izin baru diagnostik diajukan dengan mengisi formulir secara jelas, lengkap dan benar yang ditanda tangani oleh pimpinan atau yang diberi kuasa oleh pimpinan diatas materai Rp. 6000,-(enam ribu rupiah) dengan melampirkan : 1.
Fotokopi
izin
pelayanan
kesehatan
dari
Dinas
Kesehatan setempat. Untuk instansi pemerintah BUMN, Perjan, Perum dan PT Persero) tidak diperlukan fotokopi izin pelayanan kesehatan. 2.
Dokumen pengadaan pesawat sinar-X:Dalam hal impor : Air Waybill/Bill of Lading, Invoice, Packing list. Pesawat harus diimpor oleh importir yang telah mempunyai izin impor/Instalatir dari BAPETEN dan masih berlaku.
3.
Produksi dalam negeri : Dokumen pesawat sinar-x dari produsen
4.
Surat
Hibah/Kuitansi
pembelian
sinar-xFotokopi
46
spesifikasi teknis tabung pesawat sinar-x dan peralatan penunjang antara lain: merek alat, tipe dan nomor seri, kondisi maksimum disertai sertifikat dari pabrik. 5.
Berita acara uji fungsi dan hasil pengukuran paparan radiasi di sekitar ruang instalasi radiasi yang dilakukan oleh Petugas Proteksi Radiasi (PPR) instalatir yang memasang alat tersebut dan telah mempunyai izin impor/instalatir dari BAPETEN yang masih berlaku.
6.
Fotokopi ijazah (minimal SMU eksakta atau yang sederajat) dan SIB (Surat Izin Bekerja) PPR (Petugas Proteksi Radiasi) yang masih berlaku.
7.
Fotokopi ijazah pendidikan formal dan atau sertifikat penataran radiologi untuk pekerja radiasi.
8.
Surat pernyataan Petugas Proteksi Radiasi (PPR) diatas segel atau materai Rp. 6.000,- (enam ribu rupiah) bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi / perusahaan pemohon.
9.
Fotokopi bukti pelayanan film badge dari BPFK Depkes atau P3KRBiN- BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. Jumlah film badge harus sesuai dengan jumlah pekerja radiasi.
10. Prosedur pemanfaatan sumber radiasi yang dibuat Petugas Proteksi Radiasi. Catatan : a) Keterlambatan paling lama 30 hari sejak izin berakhir dikenakan denda sebesar 25% dari besarnya biaya izin. b) Biaya izin atas perubahan data (revisi) yang tercantum dalam izin dikenakan biaya tambahan sebesar 25%.
47
c) Keterlambatan yang melebihi 30 hari kalender dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 43 Undang-Undang No. 10 Tahun 1997 tentang ketenaganukliran.
48