Jenis-Jenis Majas 1. Majas Perbandingan
A. Majas Asosiasi B. Majas Metafora C. Majas Personifikasi D. Majas Alegori E. Majas Simbolik F. Majas Metonimia G. Majas Sinekdokhe o 1. Majas Pars pro toto o 2. Majas Totem pro parte H. Majas Simile I. Majas Alusio J. Majas Antropomorfisme K. Majas Sinestesia L. Majas Antonomasia M. Majas Aptronim N. Majas Hipokorisme O. Majas Litotes P. Majas Hiperbola Q. Majas Depersonifikasi R. Majas Eufimisme S. Majas Disfemisme T. Majas Fabel U. Majas Parabel V. Majas Perifrasa W. Majas Eponim
2. Majas Pertentangan
A. Majas Oksimoron B. Majas Paradoks C. Majas Antitesis D. Majas Kontradiksi Interminus E. Majas Anakronisme
3. Majas Sindiran
A. Majas Ironi B. Majas Sarkasme C. Majas Sinisme D. Majas Satire E. Majas Innuendo
4. Majas Penegasan
A. Majas Apofasis B. Majas Pleonasme C. Majas Repetisi D. Majas Pararima E. Majas Aliterasi F. Majas Paralelisme G. Majas Tautologi H. Majas Sigmatisme I. Majas Antanaklasis J. MajasKlimaks K. Majas Antiklimaks L. Majas Inversi
M. Majas Retoris N. Majas Elipsis O. Majas Koreksio P. Majas Polisindenton Q. Majas Asindeton R. Majas Interupsi S. Majas Eksklamasio T. Majas Enumerasio U. Majas Preterito V. Majas Alonim W. Majas Kolokasi X. Majas Silepsis Y. Majas Zeugma
Pengertian majas Belajar tentang majas, tentu Anda perlu tahu apa maksud dari majas itu sendiri. Banyak penjelasan atau definisi dari majas itu sendiri. Namun kurang lebih pengertian itu tidak jauh beda. Seperti misalnya Wikipedia menulis: Majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Definisi majas wikipedia tersebut diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. 2002. Sementara menurut pakar bahasa Gorys Keraf, dalam buku Diksi dan Gaya Bahasa (Komposisi Lanjutan I) terbitan PT Gramedia Pustaka Utama tahun 2004, di halaman 113, mengungkapkan: gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Lalu menurut Henry Guntur Tarigan, dalam buku Pengajaran Semantik terbitan Angkasa tahun 2009 dalam halaman 104, menjelaskan: majas adalah bahasa yang dipergunakan secara imajinatif, bukan dalam pengertian yang benar-benar secara alamiah. Majas, kiasan, atau figurative of speech adalah bahasa kias, bahasa indah, yang dipergunakan untuk meninggikan dan meningkatkan efek dengan memperkenalkan serta membandingkan benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata, penggunaan tertentu dapat mengubah serta menimbulkan nilai rasa atau konotasi tertentu. Kalau menurut blog Arrazi Ibrahim ini, majas adalah cara berbahasa sehingga menghasilkan nuansa yang lebih indah, imajinatif, dan ekspresif. Ya, benar secara umum, dapat ditarik kesimpulan kalau definisi majas di atas tidak jauh berbeda. Penggunaan majas memang membuat penggunaan bahasa lebih menarik, tidak kaku, dan dapat menghasilkan efek yang lebih mengena. Berikutnya, mari kita kupas apa saja macam-macam majas yang ada.
Jenis-Jenis Majas Jika dikategorikan, majas secara umum dapat dimasukkan ke dalam kelompok, sebagai berikut. 1. Majas Perbandingan 2. Majas Pertentangan 3. Majas Sindiran
4. Majas Penegasan Untuk lebih jelasnya, mari kita telisik satu demi satu jenis dari majas tersebut.
1. Majas Perbandingan Majas Perbandingan adalah kata-kata berkias yang memunculkan perbandingan untuk membuat kesan atau pengaruh tertentu bagi pendengar atau pembaca. Ciri dari majas perbandingan ini adalah adanya hal yang diperbandingkan, baik secara langsung maupun tidak. Nah, untuk majas perbandingan ini juga banyak jenisnya. Anda bisa menyimaknya di bawah ini. A. Majas Asosiasi Majas Asosiasi atau ada juga yang menyebutnya sebagai perumpamaan adalah majas yang membandingkan dua hal yang beda, tapi dianggap sama. Ciri dari majas asosiasi ini, biasanya terdapat kata-kata berikut ini: laksana, bagai, bak, seumpama, bagaikan, seperti. Contoh majas asosiasi ini seperti: 1. 2. 3. 4.
Sikapnya sangat keras seperti batu. Cintaku padamu seperti telur diujung tanduk. Dina dan Dian bagaikan pinang dibelah dua. Anggota DPR itu seperti kacang lupa akan kulitnya.
Nah, bisa Anda lihat dari contoh-contoh majas di atas yaitu adanya perbandingan dua hal. Seperti misalnya pada contoh pertama yang mengibaratkan kerasnya sikap seperti batu. Meski antara “sikap” dan “batu” itu adalah dua benda yang berbeda, tapi dibandingkan pada kesamaan sifatnya yang sama-sama kokoh dan keras. Nah, sudah mengerti kan maksud dari majas asosiasi ini? Yuk lanjut ke jenis majas perbandingan selanjutnya. B. Majas Metafora Majas metafora adalah majas membandingkan secara langsung dalam bentuk perbandingan analogis. Ciri dari majas metafora adalah tidak terdapat konjungsi (kata penghubung) pada kalimat. Majas ini sering dipakai pada karya sastra seperti syair, puisi, dan sejenisnya. Contoh dari majas metafora bisa dilihat berikut ini: 1. Cristiano Ronaldo adalah bintang sepakbola kelas dunia. 2. Dia merupakan anak emas juragannya. Bisa Anda pahami kan maksud dari majas metafora ini? Pada contoh pertama yang menyebutkan Cristiano Ronaldo dibandingkan langsung dengan bintang. Bintang seperti yang Anda tahu adalah hal yang bersinar di atas angkasa. Dengan begitu, maksudnya pesepakbola tersebut memiliki prestasi yang berkelas. C. Majas Personifikasi Majas personifikasi merupakan majas yang mengungkapkan benda yang tidak bernyawa seolah memiliki sifat seperti manusia. Ciri umum dari majas personifikasi ini adalah digunakan pada benda mati atau tidak bergerak dan kemudian diberikan sifat seperti manusia.
Contoh dari majas personifikasi ini bisa dilihat seperti berikut ini: 1. Matahari sedang bersedih. 2. Ombak laut berlarian ke tepi pantai. 3. Bulan sedang mengintip dibalik awan. Seperti pada contoh kedua, ombak diberi sifat berlari seperti yang dimiliki manusia. Begitupun pada contoh pertama, matahari dianggap memiliki rasa bersedih. D. Majas Alegori Majas alegori adalah majas yang ingin mengungkapkan sesuatu dengan cara kiasan atau penggambaran. Ciri dari majas alegori ini biasanya:
cukup panjang kalimat yang dibuat terdapat beberapa kiasan namun membentuk suatu kesatuan yang jelas dan tersurat.
Contoh majas alegori seperti berikut ini: 1. Agama merupakan kompas dalam mengarungi samudera kehidupan yang penuh badai serta gelombang. 2. Al Qur’an adalah rambu yang menjadi pedoman dan penerang untuk menunjuk jalan menuju Allah. Selama kita patuh dan mengikuti rambu dengan baik, maka insya Allah akan selamat sampai akhir. E. Majas Simbolik Majas simbolik adalah majas yang menggunakan benda, hewan atau tumbuhan sebagai simbol untuk menjelaskan maksud tertentu. Ciri dari majas simbolik ini bisa dilihat dari :
adanya penggunaan kata hewan, benda atau hewan pada majas tersebut. maksudnya disampaikan secara tersirat.
Contoh majas simbolik misalnya seperti: 1. Dia akan dibawa ke meja hijau. (maksudnya=pengadilan) 2. Dia seperti bunglon. (maksudnya= sering berubah pendirian) 3. Dosenku adalah kamus berjalan. (maksudnya= menguasai banyak perbendaharaan kata) F. Majas Metonimia Majas metonimia adalah majas yang memakai ciri, merk, atau atribut tertentu untuk menggantikan pengucapan sebuah benda. Pada majas metonimia ini terselip ciri adanya pemakaian kata tertentu untuk menggantkan nama general dari benda tersebut. Contoh majas metonimia bisa disimak sebagai berikut: 1. Setiap malam kakek selalu minum Nescafe. (maksudnya kopi nescafe) 2. Dia datang dengan naik Innova. (maksudnya mobil Toyota Innova) 3. Karena haus, adik minum Aqua. (maksudnya air merk Aqua) G. Majas Sinekdokhe
Majas sinekdokhe merupakan majas yang menyebutkan sebagian untuk seluruh bagian; atau sebaliknya menyebut seluruh untuk sebagian. Pada majas sinekdok ini terbagi menjadi dua jenis sebagai berikut: 1. Majas Pars pro toto
Pars pro toto yaitu majas yang menyebutkan sebagian dengan maksud untuk keseluruhan. Misalnya, seperti contoh: Sejak minggu kemarin, ia tidak kelihatan batang hidungnya. Batang hidung tersebut disebutkan dengan maksud untuk menyebut person (orang) tersebut secara keseluruhan. 2. Majas Totem pro parte
Totem pro parte adalah majas yang menyebut seluruh objek, padahal faktanya adalah sebagian saja. Contoh totem pro parte ini seperti: Indonesia bertanding sepakbola melawan Brazil. Yang dimaksudkan adalah kesebelasan Indonesia melawan kesebelasan Brasil. Namun disebutkan keseluruhannya yaitu Indonesia. H. Majas Simile Majas simile adalah majas yang membandingkan secara jelas dengan memakai kata depan maupun kata hubung. Ciri majas simile ini yang paling kentara adalah dengan digunakannya kata seperti ibarat, bak, umpama, bagai, dan layaknya. Contoh penggunaan majas simile ini seperti: 1. Parasmu bagai bulan yang bersinar terang di waktu malam. 2. Wanita itu ibarat bunga mawar yang sedang mekar. Pada contoh pertama, adanya kata “bagai” yang membandingkan secara tegas antara paras seseorang dengan bulan yang bersinar. I. Majas Alusio Majas alusio adalah majas perbandingan yang memakai peribahasa atau kata kiasan yang sudah sering digunakan. Ciri dari majas alusio adalah penggunaan ungkapan yang tidak di selesaikan, sebab hal itu sudah umum diketahui. Contoh dari majas alusio ini seperti: 1. Kamu ini memang tua-tua keladi. 2. Bandung sering disebut sebagai Paris van java Pada contoh pertama maksud dari tua-tua keladi adalah makin tua makin menjadi. Perkataan tersebut tidak perlu penjelasan karena sudah jamak diketahui oleh umum. J. Majas Antropomorfisme Majas antropomorfisme adalah majas yang memakai kata yang terkait dengan manusia tapi dipakai pada benda lain. Contoh majas antropomorfisme seperti: 1. Mulut gua itu sangat sempit.
2. Kancil itu pandai. K. Majas Sinestesia Majas Sinestesia adalah majas metafora yang mengungkapkan sesuatu yangterkait dengan indera. Ciri majas sinestesia yang jelas adalah adanya penggunaan indera dalam kalimat tersebut. Contoh majas sinestesia ini seperti: 1. Suaranya merdu sekali. 2. Rio Haryanto mencetak sejarah manis dengan mencatatkan diri sebagai pembalap di F1. Pada contoh pertama adalah adanya penggunaaan kata “merdu” yang terkait dengan indera pendengaran. Sementara pada contoh kedua, terdapat kata “manis” yang terkait dengan indera perasa. L. Majas Antonomasia Majas antonomasia adalah majas yang menyebutkan sesuatu tidak secara langsung, melainkan dengan menggunakan sifat yang melekat pada obyek tersebut. Contoh majas antonomasia: 1. 2. 3. 4.
Si Gempal Si Pandai Si Keriting Si Rajin
Keempat contoh majas antonomasia di atas adalah dengan menyebutkan sifat yang melekat pada seseorang. Jelas kan maksudnya? M. Majas Aptronim Majas aptronim adalah majas yang melekatkan sifat atau pekerjaan pada bagian nama seseorang. Contoh majas aptronim ini misalnya: 1. Sukasah Tukang Suntik 2. Alex Pertanian Pada contoh pertama majas aptronim di atas karena Sukasah merupakan dokter, sering kemudian disebut sebagai Sukasah tukang suntik. Begitupun dengan pada contoh kedua, karena Alex bekerja di Dinas Pertanian, maka sering kemudian disebut sebagai Alex Pertanian. N. Majas Hipokorisme Majas Hipokorisme adalah majas yang menggunakan nama panggilan tertentu yang menunjukkan dekatnya hubungan. Majas ini juga sering dipakai untuk memperlihatkan akrabnya hubungan. Contoh majas hipokorisme ini seperti: 1. Si Ujang suka main bola. 2. Kambing Banu sangat lucu, karena itu Banu sangat suka dan merawatnya setiap hari. Pada contoh pertama majas hipokorisme ini adanya sebutan Si Ujang, yang menunjukkan bahwa yang mengucapkan kata ini punya hubungan yang akrab dengan Ujang. Sementara pada contoh kedua hipokorisme itu ditunjukkan adanya kekraban hubungan antara Banu dengan kambingnya yang lucu. O. Majas Litotes
Majas litotes adalah majas yang menurunkan kualitas sesuatu dengan maksud untuk merendahkan diri. Dengan begitu, ada fakta yang dikecil-kecilkan saat penggunaan majas ini. Contoh dari majas litotes misalnya: 1. Mari mampir ke gubuk kami. 2. Kalau boleh, saya antar Anda dengan mobil jelek ini. Pada kedua contoh majas litotes di atas, baik makna “gubuk” atau pun “mobil jelek” adalah bukan makna sebenarnya. Sebab kenyataannya adalah gubuk itu adalah rumah yang bagus. Begitupun dengan “mobil jelek” itu faktanya adalah mobil yang bagus. P. Majas Hiperbola Majas hiperbola adalah kebalikan dari majas litotes. Dengan begitu majas hiperbola ini bisa diartikan sebagai pengungkapan dengan maksud untuk melebihkan dari kenyataan yang sebenarnya. Sehingga kemudian terkesan lebay dan tidak masuk akal. Contoh dari penggunaan majas hiperbola ini misalnya: 1. Sehari diriku tak bertemu denganmu seperti 10 abad kita tak bertemu. 2. Harga BBM kini meroket ke langit angkasa. 3. Suaranya bagus mengguncang dunia. Pada tiga contoh majas hiperbola ini terlihat bagaimana pernyataan berlebihan tersebut. Terdapat unsur melebih-lebihkan yang membuatnya seperti mustahil. Q. Majas Depersonifikasi Majas depersonifikasi adalah kebalikan dari majas personafikasi, yaitu mengungkapkan proses atau kegiatan manusia yang disifatkan kepada hewan atau benda non-manusia. Contoh dari majas depersonifikasi ini misalnya: 1. Penonton sepakbola tampak menyemut di tribun. 2. Orang itu berdiam diri dan mematung. Pada contoh majas depersonifikasi yang pertama di atas, kumpulan penonton disebut menyemut. Nah, kata itulah yang membuat kalimat tersebut termasuk majas depersonifikasi. Begitupun dengan kalimat kedua yang terdapat kata “mematung” yang menyematkan sifat patung sebagai benda mati kepada kegiatan manusia. R. Majas Eufimisme Majas eufimisme adalah majas yang bermaksud untuk menghaluskan makna. Digunakan kata tertentu yang lebih halus dari kata lainnya yang terkesan lebih kasar. Contoh dari majas eufimisme ini misalnya sebagai berikut: 1. Dia adalah siswa tunarungu. 2. Saya mohon ijin untuk pergi ke belakang. Pada contoh pertama, yang dimaksud “tunarungu” adalah siswa yang tidak bisa mendengar. Tidak digunakan kata “tuli” yang bermakna lebih kasar dan digantikan dengan “tunarungu”. Sementara pada contoh kedua, maksudnya adalah hendak buang hajat (kencing/BAB). Agar lebih halus, maka kemudian dipilihlah untuk menggunakan kata yang “ke belakang” itu. S. Majas Disfemisme
Majas disfemisme adalah majas yang menggunakan kata-kata kasar dengan sengaja. Majas disfemisme ini merupakan kebalikan dari eufemisme. Contoh dari majas disfemisme ini seperti: 1. Saya minta ijin untuk kencing. 2. Apa kabar John? (saat bicara dengan ayahnya sendiir yang bernama John) Kedua contoh majas disfemisme secara jelas bagaimana kesan kasar yang muncul. Namun perkataan tersebut sengaja dilakukan supaya mendapat simpati atau sebaliknya mendapat antipati. T. Majas Fabel Majas fabel adalah majas yang menjelaskan perilaku hewan seolah-olah bisa bertindak seperti manusia. Ciri dari majas fabel ini adalah adanya hewan atau binatang dalam kalimat tersebut. Contoh majas fabel ini misalnya: 1. Kucing itu sedang berdiskusi dengan kucing lainnya untuk menjebak tikus yang lewat. 2. Semut itu sedang bergotong-royong untuk mengangkut makanan yang berserakan itu. Seperti Anda lihat, pada contoh majas fabel ini ada unsur hewan yang berperilaku seperti manusia. Pada kalimat di atas terdapat kata “kucing berdiskusi” dan “semut bergotong-royong”. U. Majas Parabel Majas parabel adalah majas yang dalam seluruh ceritanya terdapat nilai atau falasafah hidup yang mendalam. Contoh dari majas parabel ini misalnya seperti: 1. Kisah Mahabarata yang mengisahkan bahwa yang benar pasti akan selalu menang. 2. Hikayat Bayan Budiman yang berisi kisah yang mengajarkan tentang teladan dan kebaikan. V. Majas Perifrasa Majas perifrasa adalah majas yang mengungkapkan dengan ungkapan yang lebih panjang untuk menggantikan ungkapan yang lebih pendek. Ciri dari majas perifrasa ini sering berupa sebutan atau julukan sesuatu. Contoh dari majas perifrasa ini misalnya: 1. Andi bekerja di kota Pahlawan. (maksudnya Surabaya) 2. Dia menempuh studi di negeri kincir angin. (yang dimaksud adalah Belanda) Seperti yang Anda lihat pada kedua contoh majas perifrasa ini, ada penggantian ungkapan berupa kota pahlawan dan negeri kincir angin. Penggantian ungkapan itu untuk membuat gaya berbahasa yang lebih dinamis. W. Majas Eponim Majas eponim adalah majas dengan menggunakan nama sesuatu untuk dipinjam sifatnya terkait dnegan konteks kalimat yang diutarakan. Ciri dari amjas eponim ini adalah adanya nama tokoh atau karakter yang terkenal. Contoh dari majas eponim ini misalnya: 1. Rakyat sedang menunggu kedatangan Robin Hood untuk menumpas ketidakadilan ini. 2. Negeri ini butuh Gajah Mada agar bisa maju.
Pada kedua contoh majas eponim ini terlihat ada Robin Hood dan Gaah Mada, dua karakter yang sudah dikenal dan sifatnya terkait dengan kondisi yang sedang terjadi. Selanjutnya, mari kita simak kategori majas selanjutnya yaitu majas pertentangan
2. Majas Pertentangan Seperti namanya, majas pertentangan adalah majas yang di dalamnya terdapat pertentangan dengan maksudnya untuk menciptakan efek yang lebih dahsyat. Majas pertentangan ini pun banyak jenisnya. Berikut ini macam-macam majas pertentangan itu. A. Majas Oksimoron Majas oksimoron adalah majas yang di dalam satu frase itu terdapat sebuah paradoks. Ciri penting dari majas oksimoron ini adalah hal yang seolah bertentangan itu diungkapkan dalam satu frase. Contoh dari majas oksimoron ini seperti: 1. Reuni itu penuh dengan isak tangis bahagia. 2. Cinta dan benci bergolak dalam dadaku. 3. Saat senang dan susah, kita akan jalani bersama. Seperti Anda lihat ada hal-hal yang bertentangan seperti pada kata “isak tangis bahagia”, “cinta dan benci”, dan “senang dan susah”. Mengerti kan maksud dari majas oksimoron ini? B. Majas Paradoks Majas paradoks adalah majas mengungkapkan dua hal yang berlawanan meski keduanya benar secara kenyataan. Berbeda dengan oksimoron yang diungkapkan dalam satu frase, pada paradoks tidak demikian. Contoh dari majas paradoks ini misalnya: 1. Walau berada di ruangan yang dipenuhi orang, aku merasa kesepian. 2. Meski nakal, tapi murid itu rajin dalam mengerjakan PR. 3. Ketika yang kaya semakin kaya, yang miskin kian miskin. Pada ketiga contoh majas paradoks ini, Anda bisa lihat terdapat pertentangan yang keduanya merupakan benar. Anda juga bisa bandingkan dengan majas oksimoron sebelumnya untuk mengetahui perbedaannya. C. Majas Antitesis Majas antitesis adalah majas yang menggunakan kata-kata yang memiliki arti bertentangan satu dengan yang lain. Ciri dari majas antitesis ini, kata yang bertentangan itu sering berdekatan. Biar lebih jelas, mari lihat contoh majas antitesis berikut ini. 1. Dari tua-muda, laki-laki dan perempuan, semuanya datang ke acara itu. 2. Siang malam, pagi sampai petang, lelaki itu bekerja keras untuk keluarganya. 3. Masuk surga atau neraka sangat tergantung perbuatan saat masih hidup. Bisa Anda lihat kan ada kata “tua-muda”, “siang malam”, dan seterusnya yang bersifat antitesis. D. Majas Kontradiksi Interminus Majas kontradiksi interminus adalah gaya bahasa pengecualian. Sebelumnya disebutkan sesuatu yang diperbolehkan, dan kemudian diikuti dengan penyangkalan. Mari lihat contoh majas kontradiksi interminus berikut ini:
1. Semua orang dilarang masuk ruangan ini, kecuali yang berwenang. 2. Keluarga itu pergi ke Surabaya, kecuali si sulung yang masih kuliah. 3. Semua harga BBM naik, kecuali Pertamax. Nah, seperti yang Anda bisa lihat, ada makna pengecualian pada kalimat kontradiksio interminus di atas. E. Majas Anakronisme Majas anakronisme adalah jenis majas pertentangan yang mengatakan sesuatu di masa lalu, namun nampak ada yang bertentangan. Ciri dari majas anakronisme adalah dipakai untuk menceritakan hal yang terjadi di waktu lampau. Contoh majas anakronisme seperti: 1. Galileo Galilei membawa iPhone saat menunjukkan hasil penemuannya. 2. Tentara Majapahit itu bersiap menggunakan pesawat F-16. Seperti yang Anda tahu Iphone maupun F-16 belum ada di di zaman Galileo Galilei dan Majapahit.
3. Majas Sindiran Lanjut ke kategori selanjutnya yaitu majas sindiran. Majas sindiran adalah majas yang berisi sindiran untuk membuat kesan tertentu bagi orang yang mendengar. Macam-macam majas sindiran ini juga banyak. Anda bisa simak di bawah ini. A. Majas Ironi Majas ironi adalah majas yang didalamnya terdapat hal yang ironis. Ciri dari majas ironi ini adalah adanya hal yang seolah meninggikan, tapi setelah itu menjatuhkan orang tersebut. Contoh dari majas ironi ini bisa Anda lihat di bawah ini: 1. Kamu rajin sekali, selalu telat datang 2. Hebat sekali murid itu, sampai harus tinggal kelas. Seperti yang Anda lihat, ada dua hal yang bertentangan dalam kalimat majas ironi di atas. Maksudnya jelas untuk melakukan sindiran. B. Majas Sarkasme Majas sarkasame adalah gaya bahasa sindiran namun yang sifatnya kasar, langsung dan menohok. Berbeda dengan majas ironi yang kesannya halus namun dalem, pada majas sarkasme ini tanpa tedeng aling-aling langsung menyindir pada sasaran. Contoh majas sarkasme ini misalnya: 1. Dasar g*blok, ngerjain begini saja tidak bisa. 2. Aku mau muntah kalau ketemu kamu. Pada gaya sarkasme ini tidak ada sama sekali sopan-santun. Semuanya diucapkan dengan kasar. C. Majas Sinisme Majas sinisme adalah jenis sindiran langsung dan sifatnya lebih kasar dari ironi. Sering ungkapan ini terlontar dalam percakapan langsung. Contoh majas sinisme seperti berikut: 1. Kamu kan sudah pandai? Mengapa mesti harus bertanya padaku?
2. Tambah lama aku bisa jadi stres melihat kelakukanmu yang seperti itu. D. Majas Satire Majas satire yaitu majas dengan maksud untuk mengecam atau menertawakan ide seseorang. Pada majas ini kerap digunakan kombinasi antara ironi, sarkasme, atau parodi. Contoh dari gaya satire ini seperti pada kalimat: 1. Matamu buta atau p*cek? Jalan kok gak lihat. 2. Ya ampun, kerjaan gampang begitu aja kamu nggak bisa kerjain. E. Majas Innuendo Majas innuendo adalah majas yang bermaksud untuk mengecilkan keadaan yang sebenarnya. Misalnya contoh majas innuendo seperti berikut: 1. Dikatain begitu saja kok nangis. 2. Dia ranking satu karena sering menyontek.
4. Majas Penegasan Majas penegasan adalah jenis majas yang isinya adalah menegaskan sesuatu untuk membuat efek tertentu bagi yang mendengar maupun membaca. Mengenai macam-macam majas penegasan ini Anda bisa menyimaknya di bawah ini. A. Majas Apofasis Majas apofasis adalah majas yang seolah-olah menyangkal sesuatu, namun justru menegaskannya. Majas ini sering disebut juga sebagai majas preterisio. Contoh dari majas apofasis ini misalnya: Jujur saya enggan untuk menjelaskan dalam forum ini bahwa Anda sudah korupsi uang negara. Seperti pada contoh apofasis di atas, seolah-alih hendak menyembunyikan sesuatu, namun justru hal itu menegaskannya. B. Majas Pleonasme Majas pleonasme adalah pemberian keterangan tambahan untuk hal yang sudah jelas. Keterangan itu sebenarnya tidak dibutuhkan. Contoh dari majas pleonasme ini seperti: 1. Saya maju ke depan. 2. Saya turun ke bawah. C. Majas Repetisi Majas repetisi adalah adanya pengulangan kata, frasa, atau klausa dalam sebuah kalimat. Pengulangan tersebut dimaksudkan untuk menegaskan. Contoh majas repetisi sebagai berikut: 1. Aku mencintaimu, aku menyayangimu, aku mengasihimu. 2. Inilah dia pahlawan kita, jagoan kita, dan kebanggaan kita semua. Seperti yang Anda lihat pada majas repetisi tersebut, ada beberapa pengulangan yang sebetulnya maknanya sama. Namun hal itu sengaja dilakukan untuk menegaskan hal yang ingin dikatakan.
D. Majas Pararima Majas pararima adalah majas yang mengulang pada bagian konsonan awal dan akhir dalam sebuah kata atau pada bagian kata yang berlainan. Contoh majas pararima ini misalnya: 1. Kocar-kacir 2. Bolak-balik E. Majas Aliterasi Majas aliterasi adalah majas dengan melakukan pengulangan konsonan di awal kata dengan berurutan. Jadi pada huruf pada awal kata itu, diulang pada kata berikutnya. Majas ini sering dipakai dalam karya puisi. Contoh majas aliterasi sebagai berikut: 1. Lintasi laut lewati lembah 2. Susah senang sehidup semati Seperti yang Anda lihat, pada contoh majas aliterasi tersebut terdapat pengulangan konsonan secara berurutan. F. Majas Paralelisme Majas paralelisme adalah majas yang sering dipakai dalam puisi. Pada majas ini terdapat penegasan dengan cara mengulang kata, frasa, atau klausa secara sejajar. Misalnya, Anda bisa lihat contoh majas paralelisme sebagai berikut: Shalat adalah ibadah Shalat adalah kewajiban Shalat adalah kebutuhan G. Majas Tautologi Majas tautologi merupakan majas yang mengulang beberapa kali sebuah kata pada kalimat. Terkadang digunakan kata yang bersinonim. Contoh dari majas tautologi ini misalnya: 1. Tidak, tidak, tidak, sama sekali bukan itu yang aku inginkan. Aku ke sini hanya ingin silaturahmi. 2. Tendangan pemain sepakbola itu begitu hebat, dahsyat dan luar biasa. H. Majas Sigmatisme Majas sigmatisme adalah majas yang memakai bunyi “s” untuk diulang sehingga menghasilkan efek tertentu. Majas ini sering kali ditemukan pada sajak maupun puisi. Contoh dari majas sigmatisme ini seperti: 1. Kutulis surat ini kala gerimis. 2. Kaumeringis saat aku menangis. I. Majas Antanaklasis Majas antanaklasis adalah majas yang mengulang kata namun maknanya menjadi berbeda. Biar lebih jelas, bisa dilihat contoh majas antanaklasis berikut ini.
Ayah membawa buah tangan berupa buah durian. J. MajasKlimaks Majas klimaks adalah majas yang menjelaskan secara bertingkat dari yang paling bawah ke yang lebih atas. Contoh dari majas klimaks ini seperti berikut ini: Dari masyarakat kecil, masyarakat menengah, sampai masyarakat atas, semuanya berjubel memborong barang di toko itu. K. Majas Antiklimaks Majas antiklimaks adalah kebalikan dari majas klimaks. Mulai dari yang terpenting sampai yang yang tidak penting. Contoh dari majas ini adalah: Dari kota, desa sampai pelosok semuanya bersyukur atas keberhasilan pemilu yang lancar dan aman. L. Majas Inversi Majas inversi adalah majas yang susunannya dibalik dengan menyebutkan predikat terlebih dahulu, baru kemudian diikuti oleh subjeknya. Contoh dari majas inversi ini misalnya: Dikejar oleh satpol PP, pedagang kaki lima itu lari tunggang langgang. Seperti Anda lihat, terdapat penyebutan predikat terlebih dulu sebelum subjek pada majas inversi tersebut. M. Majas Retoris Majas retoris adalah majas berupa pertanyaan yang sebenarnya jawabannya terdapat pada kalimat tersebut. Dengan begitu, pertanyaan ini tidak perlu dijawab. Contoh dari majas retoris ini misalnya: Apakah ini yang disebut merdeka? N. Majas Elipsis Majas elipsis adalah majas dengan menghilangkan unsur kalimat tertentu. Misalnya seperti pada contoh berikut ini: Saya ke rumah teman. Pada contoh majas elipsis di atas terdapat penghilangan unsur predikat berupa kata “pergi”. O. Majas Koreksio Majas koreksio adalah majas yang menyebutkan sesuatu dan kemudian dikoreksi untuk menyatakan maksud sesusungguhnya. Contoh majas koreksio ini seperti: Silahkan jika saudara-saudara ingin pulang, eh maaf maksudnya silahkan untuk menginap. P. Majas Polisindenton Majas polisindenton adalah majas yang memanfaatkan penggunaan kata hubung dalam sebuah kalimat atau wacana.
Contoh majas polisindenton ini misalnya: Setelah bangun tidur, aku lalu mandi, setelah itu membantu ibu, dan kemudian berangkat sekolah. Pada contoh majas polisindenton tersebut terlihat dipakainya kata hubung dalam kalimat. Q. Majas Asindeton Majas asindeton adalah kebalikan dari polisindenton. Artinya, pada majas ini tidak digunakan kata penghubung dalam sebuah kalimat maupun wacana. Biar lebih jelas, mari lihat contoh majas asindenton berikut ini. 1. veni, vidi, vici 2. kakek, nenek, ayah, ibu R. Majas Interupsi Majas interupsi merupakan majas dengan memberikan sisipan keterangan tambahan pada unsur kalimat. Contoh majas interupsi ini seperti berikut: 1. Pak Hasan, Ketua RT-ku, orangnya ramah dan suka menolong. 2. Andi, teman sekolahku, sedang sakit. Nah seperti yang Anda lihat, ada sematan keterangan tambahan untuk menjelaskan subyek pada kalimat. S. Majas Eksklamasio Majas eksklamasio adalah majas yang memakai kata-kata seru. Contohnya seperti berikut ini: 1. Wah hebat sekali! 2. Luar biasa penampilannya! T. Majas Enumerasio Majas enumerasio yaitu majas yang menjelaskan secara detail per bagian sehingga keseluruhan kondisi atau keadaan bisa dipahami pendengar atau pembaca. Contoh penggunaan majas enumerasio ini sebagai berikut: Banjir sedada, listrik mati, anak-anak menangis, kelaparan menunggu pertolongan. U. Majas Preterito Majas preterito adalah majas yang seolah-olah ingin menyembunyikan sesuatu untuk dirahasiakan. Contoh majas ini seperti: Aku tak akan membuka kedoknya kalau dia adalah preman Tanah Abang. V. Majas Alonim Majas alonim adalah majas dengan menggunakan variasi nama tertentu. Penggunaan majas ini dengan maksud untuk menegaskan. Contoh dari majas alonim seperti 1. Prof, ada yang perlu saya tanyakan. 2. Dok, dia sudah siuman.
W. Majas Kolokasi Majas kolokasi adalah penggunaan asosiasi tetap antara sata kata dengan kata lain yang berdampingan dalam sebuah kalimat. Contoh dari majas kolokasi ini seperti: Nasibku, harus berhubungan dengan si bebal itu. X. Majas Silepsis Majas silepsis adalah majas yang menggunakan satu kata yang memiliki lebih dari satu makna dan berfungsi lebih dari satu susunan sintaksis. Contoh penggunaan majas silepsis ini misalnya: Sirna sudah segala harkat dan harga diri orang itu. Y. Majas Zeugma Majas zeugma yaitu majas yang memakai kata tidak logis dan tidak gramatis pada susunan konstruksi sintaksis kedua. Efeknya kemudian kalimat itu terasa ada kerancuan. Contoh majas zeugma ini sebagai berikut: Perlu saya beritahu, nenek saya itu peramah dan juga pemarah.