Lintas Budaya.docx

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lintas Budaya.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,887
  • Pages: 5
1. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu. Manajer vs Pemimpin Perbedaan antara manajer dan pemimpin dipaparkan oleh Warren Bennis sebagai berikut :            

Manajer mengelola; pemimpin menginovasi. Manajer adalah tiruan; pemimpin adalah orisinal. Manajer mempertahankan; pemimpin mengembangkan. Manajer berfokus pada sistem dan struktur; pemimpin berfokus pada orang. Manajer bergantung pada pengawasan; pemimpin membangkitkan kepercayaan. Manajer melihat jangka pendek; pemimpin melihat perspektif jangka panjang. Manajer bertanya kapan dan bagiamana; pemimpin bertanya apa dan mengapa. Manajer melihat hasil pokok; pemimpin menatap masa depan. Manajer meniru; pemimpin melahirkan. Manajer menerima status quo; pemimpin menentangnya. Manajer adalah prajurit yang baik; pemimpin adalah dirinya sendiri. Manajer melakukan hal-hal dengan benar; pemimpin melakukan hal-hal yang benar.

Apakah manajer yang baik selalu menjadi pimpinan yang baik? Belum tentu. Fenomena di atas telah menunjukkan bahwa bisa jadi seseorang bisa menjadi manajer yang baik dimata atasan karena target-target pekerjaan bisa tercapai, karena laporan bisa dikirimkan tepat waktu dan masalah-masalah bisa di selesaikan dengan baik. Tetapi bisa jadi dia bukan pemimpin yang baik karena mencapaian hasil tersebut dilakukan dengan kepemimpinan yang otoriter, tidak memahami dan mengerti kondisi bawahan, memandang bawahan sebagai alat untuk bekerja bukan sebagai manusia. Sehingga memberikan kesan buruk dimata bawahan dan bahkan berharap pimpinannya segera dipindahkan. 2. Masyarakat dan kebudayaannya pada dasarnya merupakan tayangan besar dari kehidupan bersama antara individu-individu manusia yang bersifat dinamis. Pada masyarakat yang kompleks memiliki banyak kebudayaan dengan standar perilaku yang berbeda dan kadangkala bertentangan, perkembangan kepribadian individu pada masyarakat ini sering dihadapkan pada model-model perilaku yang suatu saat diimbali sedang saat yang lain disetujui oleh beberapa kelompok namun dicela atau dikutuk oleh kelompok lainnya, dengan demikian seorang anak yang sedang berkembang akan belajar dari kondisi yang ada, sehingga perkembangan kepribadian anak dalam masyarakat majemuk menunjukkan bahwa pola asuh dalam keluarga lebih berperan karena pengalaman yang dominan akan membentuk kepribadian, satu hal yang perlu dipahami bahwa pengalaman seseorang tidak hanya sekedar bertambah dalam proses pembentukan kepribadian, namun terintegrasi dengan pengalaman sebelumnya, karena pada dasarnya kepribadian yang memberikan corak khas pada perilaku dan pola penyesuaian diri, tidak dibangun dengan menyusun suatu peristiwa atas peristiwa lain , karena arti dan pengaruh suatu pengalaman tergantung pada pengalaman-pengalaman yang mendahuluinya. Masalah yang biasanya dihadapi oleh masyarakat majemuk adalah adanya persentuhan dan saling hubungan antara kebudayaan suku bangsa dengan kebudayaan umum lokal, dan dengan kebudayaan nasional. Diantara hubungan-hubungan

ini yang paling kritis adalah hubungan antara kebudayaan suku bangsa dan umum local di satu pihak dan kebudayaan nasional di pihak lain. Pemaksaan untuk merubah tata nilai atau upaya penyeragaman budaya seringkali dapat memperkuat penolakan dari budaya-budaya daerah, atau yang lebih parah bila upaya mempertahankan tersebut, justru disertai dengan semakin menguatnya Etnosentrime. 3. Teori atau model kontingensi (Fiedler, 1967) sering disebut teori situasional karena teori ini mengemukakan kepemimpinan yang tergantung pada situasi. Model atau teori kontingensi Fiedler melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan antara gaya pemimpin yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi menjadi pengendali dan berpengaruh terhadap pemimpin. Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin mencoba melakukan pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan situasi-situasi yang spesifik. Karena situasi dapat sangat bervariasi sepanjang dimensi yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan selalu terbaik. Namun, sebagaimana telah kita pahami bahwa strategi yang paling efektif mungkin akan bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya. Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin yang dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency Approach. Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal yakni karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan situasi. Untuk dapat memahami secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua hal tersebut harus dipertimbangkan. 4. Salah satu cara dimana para manajer mengubah norma dan nilai agar dapat menjadi lebih adaptif terhadap lingkungan eksternal atau untuk proses integrasi internal yang mulus adalah melalui kepimpimpinan budaya. Pemimpin budaya mendefinisikan dan menggunakan sinyal serta simbol untuk mempengaruhi budaya perusahaan. Pemimpin budaya mempengaruhi budaya dalam dua bidang penting : a. Pemimpin budaya mengartikulasikan suatu visi tentang budaya organisasi yang diyakini oleh para karyawan dan yang menghasilkan semangat sangat besar. Hal ini berarti para pemimpin mengartikan dan mengomunikasikan nilai-nilai inti yang diyakini dan yang didukung terus oleh karyawan. b. Pemimpin budaya harus menuntut kegiatan harian yang menekankan visi budaya. Para pemimpin harus memastikan bahwa prosedur kerja dan system penghargaan sesuai dan menekankan kembali nilai-nilai. Tindakan sering kali lebih bermakna daripada kata-kata,sehingga para pemimpin budaya”menjalankan perkataan mereka”. 5. Kedudukan pemimpin dalam organisasi sering dinilai sebagai jabatan yang terbuka ‘hanya’ bagi laki-laki. Kecenderungan pembagian kerja yang didasarkan oleh jeniskelamin lebih merupakan pencerminan sikap dan pandangan masyarakat yangmenempatkan derajat dan posisi laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Bila ada perempuan yang ingin memasuki wilayah ini, maka ia harus orang yang hebat, istimewa,dan mampu bersaing dengan laki-laki. Sampai saat ini pandangan tersebut masih dianutmasyarakat umumnya, baik di Indonesia, maupun di Amerika dan Eropa.Walaupun demikian, kondisi masyarakat saat ini telah berkembang pesat ke arah perubahan yang mendunia sifatnya. Perubahan ini memungkinkan terjadinya pergeseran pan

dangan mengenai nilai-nilai sosial budaya yang selama ini telah mapan. Salah satunyaadalah penilaian mengenai pembagian kerja tidak lagi atas dasar peran jenis kelamin akantetapi lebih pada peran gender. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan bukan karenaadanya perbedaan jenis kelamin yang biologis sifatnya, namun lebih pada keyakinan yang secara sosial dianut oleh masyarakat tertentu. Jadi masyarakat memberikankeyakinan mengenai. Karakteristik-karakteristik apa yang cocok bagi pria dan bagi wanita.Dengan demikian, peran gender merupakan konseptualisasi peran individu atas dasar ciri-ciri seksual dengan menggunakan pendekatan keyakinan pada budaya tertentu.Hal inilah yang menyebabkan adanya variasi pemahaman dari waktu ke waktu, dari suatutempat ke tempat lain, dan dari suatu budaya ke budaya lain. Wanita yang bekerja di luarrumah dapat ke budaya lain. Wanita yang bekerja di luar rumah dapat dinilai positif olehmasyarakat tertentu, sebaliknya negatif untuk kelompok masyarkat lain. Demikian jugahalnya dengan kedudukan wanita sebagai pemimpin atau atasan dalam organisasi perusahaan.Mensosialisasikan peran gender dalam kaitannya dengan posisi kepemimpinan berarti membuka pemahaman dan sikap baru tentang pengakuan keberadaan wanita sebagaiindividu sama dengan laki-laki. Akibatnya, pemberlakuan hak dan kesempatan menerimatanggungjawab yang lebih besar bagi pekerja perempuan terdidik, berpengalaman, terampil,dan berprestasi di sektor formal tanpa mempersoalkan jenis kelamin. Dengan kata lain,wanita yang memiliki tingkat pendidikan, kemampuan, keterampilan, dan berpengalamandan berprestasi berhak dan berpetualang menempati posisi-posisi strategis untukmengoptimalkan perannya, misalnya jabatan manajer madya, dan eksekutif puncak dalamorganisasi.Dalam dunia usaha, sampai saat ini wanita ternyata masih ketinggalan dibandingkandengan laki-laki. Terutama dalam kaitan dengan posisi puncak, hanya ditemukan hampirsatu wanita dari 10 orang anggota komite eksekutif atau dewan direktur di berbagai belahandunia. Dalam hal ini representasi di Amerika lebih menggembirakan dibandingkan dengandi Eropa dan Asia. Sebuah studi baru yang dilakukan terhadap 300 perusahan terbesar di dunia dalam ukuran kapitalisasi pasar (100 di Eropa, 100 di Amerika dan 100 di Asia)menemukan, jumlah perempuan yang duduk di tingkat dewan dan komite eksekutif diAmerika dan Kanada dua kali lebih besar dibandingkan di Eropa. 6. Pemimpin wanita kerap kali dipandang sebelah mata oleh masyarakat pada umumnya karena pemimpin sendiri lebih banyak dipimpin oleh seorang kaum pria atau laki-laki karena dinilai memiliki sosok kepemimpinan yang lebih cocok dibanding dengan wanita karena berbagai alasan tertentu, tetapi akhir-akhir ini banyak sekali perusahaan atau organisasi dipimpin oleh seorang wanita karena dinilai lebih memiliki kepercayaan yang tinggi dan juga pengalaman yang mempuni oleh pemilik perusahaan. Karena lebih bisa dibilang untuk daya tarik dan juga persaingan dalam pemasaran antar perusahaan untuk menjaga eksistensi dari berdirinya perusahaan tersebut.

7. Contoh pemimpin wanita yang sukses: Presiden Lithuania, Dalia Grybauskaite Setelah Dalia Grybauskaite berkuasa pada tahun 2009, wartawan Eropa langsung menyebutnya Perempuan Bertangan Besi. Karena kata-katanya cukup keras dan memegang ban hitam karate. Putri seorang pramuniaga dan petugas listrik, Grybauskaite bekerja paruh waktu di pabrik sambil mendapatkan gelar PhD di bidang ekonomi. Dia kemudian menjadi Wakil Menteri Keuangan pada tahun 1999, sebelum akhirnya menjadi oposisi dalam Komisi Eropa. Pada tahun 2009, saat Lithuania terperosok resesi ekonomi yang dalam, Grybauskaite fokus kampanye untuk melindungi orang-orang yang berpendapatan rendah dan menanggulangi pengangguran yang naik menjadi 16%. Menjadi calon independen, ia menang dengan mayoritas suara 68%. Ini merupakan suara terbesar yang tercatat dalam sejarah pemilihan presiden Lithuania. Motivasi yang dimiliki oleh Presiden Lithuania tersebut yaitu memiliki proyeksi untuk menanggulangi penggangguran di negara tersebut dan memiliki keinginan yang kuat dan keras menjadi seorang pemimpin yang disegani. Kelemahan dan Kelebihan jika seorang wanita menjadi pemimpin: Kelebihan: a. Wanita mendengar Semua manusia diciptakan telinga dan mulut untuk mendengar dan berbicara. Namun, hanya wanita yang dianugerahi naluri yang kuat untuk mendengarkan dan berbicara memakai hati. Ini yang membuat wanita lebih baik menjadi pemimpin, karena sangat mendengar aspirasi bawahannya. b. Wanita bisa berkolaborasi Wanita memiliki passion untuk bekerja dengan orang lain. Ini memberi kesempatan kepada bawahan yang ingin menyuarakan opininya dan menjadi bagian dari percakapan. c. Wanita lebih fleksibel Fleksibilitas bukan hanya tentang fisik. Tak kaku kepada peraturan dan toleransi pada bawahan membuat wanita lebih baik dalam memimpin. d. Wanita fokus pada pertumbuhan pribadi Selalu ingin belajar, ini adalah salah satu kelebihan wanita. Riset membuktikan, pemimpin wanita mempunyai lebih banyak keinginan untuk melanjutkan sekolah dan pengembangan diri yang merupakan kunci sukses seorang pemimpin. e. Wanita pandai memotivasi Berkesinambungan dengan kemampuan mendengarnya, wanita juga pandai memotivasi. Karena lebih perasa, kebanyakan pemimpin wanita mengerti apa yang harus ditonjolkan apa yang harus dikurangi dari sebuah potensi. Kelemahan: Pertama, keterbatasan fisik dan ruang lingkup gerak yang dimiliki perempuan. Laki-laki diciptakan dengan kondisi fisik yang memang lebih kuat dan wanita setingkat di bawahnya, hal ini membuat penyikapan terhadap seorang pemimpin perempuan akan berbeda dengan pemimpin laki-laki.

Begitu juga dengan ruang lingkup gerak. Banyak perempuan yang belum mampu untuk menunjukkan potensi di bidang ekstrim. Maka dari itu ada profesi profesi yang jarang ditekuni oleh seorang perempuan, misalnya saja supir truk. Tetapi jika dilihat lebih dalam dan objektif, kekurangan ini adalah fitrah penciptaan manusia. Begitu pun dengan profesi tertentu yang juga jarang ditekuni oleh laki-laki, misalnya saja guru TK. Hal ini sebenarnya tidak menjadi hambatan utama bagi perempuan untuk maju menjadi seorang pemimpin, karena, toh, pada akhirnya pemimpin tidak akan berjuang sendirian. Kekurangan pemimpin perempuan selanjutnya adalah tanggung jawab merekasebagai seorang perempuan: seorang istri dan juga ibu yang sebenarnya sudah cukup berat untuk dilakukan. Pemimpin memiliki tanggung jawab yang cukup berat di setiap rumah mereka. Keduanya merupakan tanggung jawab dan peran yang tidak boleh ditinggalkan. Karena apabila perempuan melupakan perannya sebagai seorang istri dan seorang ibu, dunia justru akan dekat dengan ambang kehancuran. Maka, untuk membentuk peradaban baru yang lebih baik, kita bisa mulai revolusi dari kepemimpinan perempuan. Ada satu kunci, kemampuan multitasking seorang perempuan. Seharusnya perempuan memiliki potensi untuk menjadi seorang pemimpin di luar rumah dan juga pemimpin kedua di dalam rumah tangga. Mirisnya, kebanyakan perempuan justru menyerah dan malah menghindari dunia kepemimpinan. Jika begini, perubahan besar tidak akan mampu terjadi. Kita butuh keseimbangan. Kita butuh kelebihan dan kekurangan dari seorang pemimpin perempuan. Pada akhirnya segala kekurangan yang ada bukanlah hambatan untuk membangun peradaban yang lebih baik. Walaupun tugas seorang perempuan menjadi sangat berat, tetapi semua itu sebenarnya mampu mereka hadapi dengan kekuatan yang tidak disangka-sangka. Banyak negara maju yang sekarang pun sudah mulai menggalakkan kampanye emansipasi wanita. Zaman ini memang sudah waktunya bagi perempuan untuk juga berkarya, untuk juga tampil di depan semua kalangan. Berusaha untuk menjadi solusi, aksi konkret membawa perubahan dalam pembangunan dan penjagaan bangsa yang lebih baik.

Related Documents

Lintas Budaya.ppt
April 2020 21
Lintas Budaya.ppt
April 2020 15
Lintas Diare.docx
June 2020 9
Lintas Budaya.docx
May 2020 9
Lintas Sektor.docx
May 2020 12
Lintas Program
June 2020 15