PROGRAM ALIH JALUR PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH TAHUN AJARAN 2018/2019
Materi : Keperawatan Gawat Darurat Judul
: Askep Luka Bakar
Dosen pengampu : Bp. Romadhani Tri Purnomo
Di Susun Oleh : Kelompok 3 Lidya Permatasari
B1801023
Lisyaroh Nurul A’ini
B1801025
Parwoso
B1801034
Roby Noor Jayadi
B1801041
Sri Pujiastuti
B1801044
Sulistyani
B1801048
Sunardi
B1801049
Sutrisno
B1801052
YoanAditia Murti
B1801063
Yulia Marasofi
B1801064
Yustina Sri Maryanti
B1801065
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Salam serta salawat tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita rasakan sepertti saat-saat sekarang ini.
Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada bapak dan ibu dosen yang telah ikut serta membimbing kami dalam pembuatan makalah megenai Askep Luka Bakar makalah ini kami buat untuk memperdalam ilmu kita tentang Keperawatan Gawat Darurat.
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan yang kami miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dengan menyediakan sumber informasi, memberikan masukan pemikiran, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan orang banyak supaya mengetahui apa-apa yang ada dalam pelajaran Ilmu Keperawatan Dasar.
Klaten, Maret 2018
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI Halaman Judul Kata pengantar ................................................................................................. 2 Daftar Isi........................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 4 A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 4 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5 C. Tujuan Masalah ......................................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 7 A. Definisi ................................................................................................ 7 B. Klasifikasi Luka Bakar ......................................................................... 8 C. Fase Luka Bakar ................................................................................... 12 D. Etiologi ................................................................................................ 13 E. Pathway ............................................................................................... 15 F. Pathofisiologi ...................................................................................... 16 G. Manifestasi Klinis ................................................................................ 18 H. Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 19 I. Penatalaksanaan .................................................................................. 20 J. Komplikasi Luka Bakar ....................................................................... 23 K. Asuhan Keperawatan ........................................................................... 24 BAB III PENUTUP ......................................................................................... 41 A. Kesimpulan ............................................................................................... 41 B. Saran ......................................................................................................... 41 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 42
3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius. Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus
yang
berbeda.
Karakteristik
ini
meliputi
luasnya,
penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki
4
atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai. Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai.
B. Rumusan Masalah a) Apa definisidari luka bakar? b) Apa saja klasifikasi dari luka bakar? c) Apa saja fase dari luka bakar? d) Bagaimana etiologi dari luka bakar? e) Bagaimana pathway dari luka bakar? f) Bagaimana patofisiologi dari luka bakar? g) Bagaimana manifestasi klinik dari luka bakar? h) Bagaimana pemeriksaan penunjang dari luka bakar? i) Bagaimana penatalaksanaan dari luka bakar? j) Apa saja komplikasi dari luka bakar? k) Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari luka bakar?
C. Tujuan Adapun tujuan dari pemuatan makalah ini adalah : 1.
Untuk mengetahui Definisi dari luka bakar
2.
Untuk mengatahui klasifikasi dari luka bakar
3.
Untuk mengetahui fase- fase dari l.uka bakar
4.
Untuk mengetahui etiologi dari luka bakar
5
5.
Untuk mengetahui pathway dari luka bakar
6.
Untuk mengetahui patofisiologi dari luka bakar
7.
Untuk mengetahui manifestasi klinik dari luika bakar
8.
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari luka bakar
9.
Untuk mengeatahui penatalaksanaan dari luka bakar
10. Untuk mnegetahui komplikasi dari luka bakar 11. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari luka bakar
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Combustio/ Luka Bakar Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh hantaran/radiasi electromagnet (Brunner & Suddarth, 2002). Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontrak dengan sumber panas seperti api, air, panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenajar, 2002). Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia atau radio aktif (Wong, 2003). Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2003). Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas/penyebabnya. Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan integritas kulit dan kematian sel-sel (Yepta, 2003).
7
Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuidajat, 2004) Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan disebabkan banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti kabel listrik yang mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat (Triana, 2007). Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Kusumaningrum, 2008). Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif (PRECISE, 2011) Ada empat tujan utama yang berhubungan dengan luka bakar : 1. Pencegahan 2. Implementasi tindakan untuk menyelamatkan jiwa pasien – pasien luka bakar yang 3. Pencegahan ketidakmampuan dan kecacatan melalui penanganan dini , spesialistik serta individual 4. Pemulihan atau rehabilitasi pasien melalui pembedahan rekontruksi dan program rehabilitasi (brunner & suddarth vol 3:1912).
B. Klasifikasi Combustio/ Luka Bakar 1. Berdasarkan penyebab: a. Luka bakar karena api b. Luka bakar karena air panas c. Luka bakar karena bahan kimia
8
d. Luka bakar karena listrik e. Luka bakar karena radiasi f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite) 2. Berdasarkan kedalaman luka bakar: a. Luka bakar derajat I (super ficial partial-thickness) Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis. Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak
sebagai
eritema
dengan
keluhan
rasa
nyeri
atau
hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama akan sembuh tanpa bekas. b. Luka bakar derajat II (Deep Partial-Thickness) Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua: 1) Derajat II dangkal (superficial) Kerusakan
yang
mengenai
bagian
superficial dari dermis, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari. 2) Derajat II dalam (deep) Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
9
sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung
apendises
kulit
yang
tersisa.
Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan. c. Luka bakar derajat III ( Full Thickness) Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abuabu atau coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan. 3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka a. Luka bakar ringan/ minor 1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa 2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut 3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum. b. Luka bakar sedang (moderate burn) 1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 % 2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 % 3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum. c.
Luka bakar berat (major burn) 1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun 2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama
10
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum 4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka bakar 5) Luka bakar listrik tegangan tinggi 6) Disertai trauma lainnya 7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi. 4. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu : a. Rule of Nine 1) Kepala dan leher
: 9%
2) Lengan masing-masing 9%
: 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18%
: 36%
4) Tungkai maisng-masing 18%
: 36%
5) Genetalia/perineum
: 1%
i. Total
: 100%
b. Diagram Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan Browder sebagai berikut :
11
C. Fase Combustio/Luka Bakar 1. Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. 2. Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
12
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: a.
Proses inflamasi dan infeksi.
b.
Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
c.
Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur
D. Etiologi Combustio/ Luka Bakar Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi: 1. Paparan api Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak. 2. Scalds (air panas)
13
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan. 3. Uap panas Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru. 4. Gas panas Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas akibat edema. 5. Aliran listrik Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan. 6. Zat kimia (asam atau basa) 7. Radiasi 8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
14
Pathway 1. Bahan Kimia
Termis
Radiasi
Biologis
LUKA BAKAR
Listrik/petir
Masalah Keperawatan:
Psikologis
Pada Wajah
Di ruang tertutup
Kerusakan kulit
Kerusakan mukosa
Keracunan gas CO
Penguapan meningkat
Oedema laring
CO mengikat Hb
Peningkatan pembuluh darah kapiler
Obstruksi jalan nafas
Hb tidak mampu mengikat O2
Gangguan Citra Tubuh Defisiensi pengetahuan Anxietas
Masalah Keperawatan:
Resiko infeksi Nyeri akut Kerusakan integritas kulit
Ektravasasi cairan (H2O, Elektrolit, protein)
Gagal nafas
Masalah Keperawatan:
Hipoxia otak
Tekanan onkotik menurun. Tekanan hidrostatik meningkat
MK: ketidak efektifan pola nafas
Hambatan mobilitas fisik
tidak efektif Cairan intravaskuler menurun Masalah Keperawatan:
Hipovolemia dan hemokonsentrasi
Kekurangan volume cairan
Gangguan sirkulasi makro
Gangguan sirkulasi seluler
Gangguan perfusi organ penting
Otak
Kardiovaskuler
Ginjal
Hepar
Hipoxia
Kebocoran kapiler
Hipoxia sel ginjal
Pelepasan katekolamin
Penurunan curah jantung
Fungsi ginjal menurun
Hipoxia hepatik
Sel otak mati Gagal fungsi sentral
Gagal jantung
Gagal ginjal
GI Traktus
Dilatasi lambung
Neurologi
Imun
Gangguan Neurologi
Daya tahan tubuh menurun
Gangguan perfusi
Laju metabolisme meningkat
Hambahan pertumbuhan Glukoneogenesis glukogenolisis
Gagal hepar MK: Ketidakseimbanga n njutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
MULTI SISTEM ORGAN FAILURE 15
E. Patofisiologi Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi. Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial. Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen
16
vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen. Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi
yang mencakup trombositopenia dan masa
pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar. Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal. Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.
17
F. Manifestasi Klinis Kedalaman dan Penyebab Luka Bakar Derajat Satu Tersengat matahari Terkena Api dengan intensitas rendah
Bagian Kulit Yang terkena Epidermis
Derajat Dua Tersiram air mendidih Terbakar oleh nyala api
Epidermis dan Bagian Dermis
Derajat Tiga Terbakar nyala api Terkena cairan mendidihdalam waktu yang lama Tersengat arus listrik
Epidermis, Keseluruhan Dermis dan kadang – kadang jaringan subkutan
Gejala
Penampilan Luka
Kesemuta Hiperestesia (super sensitive) Rasa nyeri mereda jika didinginkan Nyeri Hiperestesia Sensitif terhadap udara yang dingin
Memerah;menja di putih jika ditekan Minimal atau tanpa edema
Kesembuhan lengkap dalam waktu satu minggu Pengelupasan kulit
Melepuh, dasar luka berbintik – bintik merah,epidermis retak, permukaan luka basah Edema
Kesembuhan luka dalam waktu 2 – 3 minggu Pembentukan parutdan depigmentasi Infeksi dapat mengubahnya menjadi derajat tiga
Tidak terasa nyeri Syok Hematuri dan kemungkinan hemolisis Kemungkin terdapat luka masuk dan keluar (pada luka bakar listrik)a
Kering ;luka bakarberwarna putih seperti badan kulit atau berwarna gosong. Kulit retak dengan bagian kulit yang tampak edema
Pembentukan eskar Diperlukan pencangkokan Pembentukan parut dan hilangnya kountur serta fungsi kulit. Hilangnya jari tangan atau ekstermitas dapat terjadi
18
Perjalanan Kesembuhan
G. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium : a. Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera b. Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah. c. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi d. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida. e. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis. f. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress. g. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan. h. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan. i. Ureum j. Protein k. Hapusan Luka l. Urine Lengkap, dllRontgen : Foto Thorax, dll 2. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
19
3. CVP : Untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari 30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak
H. Penatalaksanaan Luka Bakar Pengoabatan luka bakar diberikan berdasarkan luas dan beratnya luka bakar serta pertimbangan penyebabnya.Resusitasi cairan penting dalam menangani kehilangan cairan intravascular.Oksigen diberikan melalui masker atau ventilasi buatan.Luka bakarnya sendiri dapat di tutupi balutan steril basah atau kering.Penambahan obat topkal dapat juga diindikasikan.Luka baka berat memerlukan debridement luka dan transpalasi. Menurut R. Sjamsuhidajat, (2010) Penatalaksanaan medis pada penderita luka bakar sebagai berikut: 1. Mematikan sumber api 2. Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada seluruh tubuh (menyelimuti, menutup bagian yang terbakar, berguling, menjatuhkan diri ke air). 3. Merendam atau mengaliri luka 4. Setelah sumber panas hilang adalah dengan merendam luka bakar dalam air atau menyiram dengan air mengalir selama kurang lebih 15 menit. Pada luka bakar ringan tujuan ini adalah untuk menghentikan proses koagulasi protein sel jaringan dan menurunkan suhu jaringan agar memperkecil derajat luka dan mencegah infeksi sehingga sel-sel epitel mampu berfoliferasi. 5. Rujuk ke Rumah Sakit 6. Pada luka bakar dalam pasien harus segera di bawa ker Rumah Sakit yang memiliki unit luka bakar dan selama perjalanan pasien sudah terpasang infus. 7. Resusitasi 8. Pada luka bakar berat penanganannya sama seperti diatas .namun bila terjadi syok segera di lakukan resusitasi ABC. a) Pernafasan:
20
1)
Udara panas
2)
Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin
mukosa rusak
Bronkhokontriksi
obstruksi
oedem
obstruksi. iritasi
gagal nafas.
b) Sirkulasi gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler
hipovolemi relatif
syok
ATN
gagal ginjal.
a. Airway Management 1) Bersihkan jalan napas dengan tangan dan mengangkat dagu pada pasien tidak sadar. 2) Lindungi jalan napas dengan nasofarigeal. 3) Pembedahan
(krikotiroldotomi)
bila
indikasi
trauma
silafasial/gagal intubasi. b. Breathing/Pernapasan 1) Berikan supplement O2. 2) Nilai frekuensi napas dan pergerakkan dinding toraks. 3) Pantau oksimetri nadi dan observasi. c. Circulation 1) Nilai frekuensi nadi dan karakternya 2) Ambil darah untuk cross match, DPL, ureum dan elektrolit. 3) Perawatan local Untuk luka bakar derajat I dan II biasa dilakukan perawatan lokal yaitu dengan pemberian obat topical seperti salep antiseptic contoh golongan: silver sulfadiazine, moist exposure burn ointment, ataupun yodium providon. 9. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka. 10. Resusitasi cairan
Baxter.
Untuk pemberian cairan intravena pada pasien luka bakar bias menggunakan rumus yang di rekomendasikan oleh Envans, yaitu:
21
Luas luka dalam persen x BB(kg) = mL NaCl /24 jam Luas luka dalam persen x BB (kg) = mL Plasma/24 jam 2000 cc gluksosa 5%/24 jam
Dewasa : Baxter. ( RL 4 cc x BB x % LB/24 jam. ) Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal ( RL : Dextran = 17 : 3 ) 2 cc x BB x % LB. Kebutuhan faal: < 1 tahun
: BB x 100 cc
1 – 3 tahun
: BB x 75 cc
3 – 5 tahun
: BB x 50 cc
½
diberikan 8 jam pertama
½
diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua : : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
Dewasa ( 3-x) x 80 x BB gr/hr 100
(Albumin 25% = gram x 4 cc)
1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal. 11. Monitor urine dan CVP. 12. Topikal dan tutup luka a. Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik. b. Tulle. c. Silver sulfa diazin tebal. d. Tutup kassa tebal. e. Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor. 13. Obat – obatan: a. Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian. b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
22
c. Analgetik : kuat (morfin, petidine) d. Antasida : kalau perlu
I. Komplikasi Combustio/ Luka Bakar 1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal 2. Sindrom kompartemen. Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. 3. Adult Respiratory Distress Syndrome. Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien. 4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling. Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling. 5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi. 6. Gagal ginjal akut. Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.
23
I.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN LUKA BAKAR
(COMBUSTIO) A. Pengkajian 1. Data biografi Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt, tnggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar agama dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan 2. Keluhan utama Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru. 3.
Riwayat penyakit sekarang Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian.
Apabila dirawat
meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang) 4. Riwayat penyakit masa lalu
24
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol 5. Riwayat penyakit keluarga Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan 6. Riwayat psiko sosial Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut. a. Bernafas Pada klien yang terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi). Yang dikaji adalah serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas
atau
stridor/mengii
(obstruksi
sehubungan
dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi). b. Makan dan Minum Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. c. Eliminasi:
25
haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
d. Gerak dan Aktifitas : Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus. e. Istirahat dan Tidur Pola tidur akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh kondisi klien ddan akan mempengaruhi proses penyembuhan f. Pengaturan Suhu Klien dengan luka bakar mengalami penurunan suhu pada beberapa jam pertama pasca luka bakar, kemudian sebagian besar periode luka bakar
akan
mengalami
hipertermia
karena
hipermetabolisme
meskipun tanpa adanya infeksi g. Kebersihan diri Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena klien tidak dapat melakukan sendiri. h. Rasa Aman Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok. 1) Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah;
26
lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal. 2) Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera. 3) Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik). i. Rasa Nyaman Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri. j. Sosial masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Sehingga klien mengalami ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah. k. Rekreasi Mengetahui cara klien untuk mengatasi stress yang dialami l. Prestasi Mempengaruhi pemahaman klien terhadap sakitnya m. Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki oleh klien akan mempengaruhi respon klien terhadap penyakitnya
27
7. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat b. TTV Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama c. Pemeriksaan kepala dan leher 1) Kepala dan rambut Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar 2) Mata Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar 3) Hidung Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok. 4) Mulut Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake cairan kurang 5) Telinga Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen 6) Leher Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
28
d. Pemeriksaan thorak / dada Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi e. Abdomen Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis. f. Urogenital Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter. g. Muskuloskletal Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri h. Pemeriksaan neurologi Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik) i. Pemeriksaan kulit 1) Luas luka bakar Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah satu metode yang ada, yaitu metode “rule of nine” atau metode “Lund dan Browder” 2) Kedalaman luka bakar
29
Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi 4 macam, yaitu luka bakar derajat I, derajat II, derajat III dan IV, dengan ciri-ciri seperti telah diuraikan dimuka. 3) Lokasi/area luka Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu memerlukan perhatian khusus, oleh karena akibatnya yang dapat menimbulkan berbagai masalah. Seperti, jika luka bakar mengenai derah wajah, leher dan dada dapat mengganggu jalan nafas dan ekspansi dada yang diantaranya disebabkan karena edema pada laring . Sedangkan jika mengenai ekstremitas maka dapat menyebabkan penurunan sirkulasi ke daerah ekstremitas karena terbentuknya edema dan jaringan scar. Oleh karena itu pengkajian terhadap jalan nafas (airway) dan pernafasan (breathing) serta sirkulasi (circulation) sangat diperlukan. Luka bakar yang mengenai mata dapat menyebabkan terjadinya laserasi kornea, kerusakan retina dan menurunnya tajam penglihatan.
Bagian tubuh
1 th
2 th
Dewasa
Kepala leher
18%
14%
9%
18%
18%
18 %
Badan depan
18%
18%
18%
Badan belakang
18%
18%
18%
27%
31%
30%
Ekstrimitas
atas
(kanan dan kiri)
Ektrimitas (kanan dan kiri)
bawah
30
Genetalia
1%
1%
1%
B. Diagnosa Keperawatan 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal luka. 2. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan terganggunya respons imun. 3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka. 4. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka bakar. 5. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan deformitas dinding dada, keletihan otot-otot pernafasan, hiperventilasi.
C. Perencanaan Keperawatan Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Kekurangan volume cairan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC
Intervensi
NIC
Fluid balance
Fluid Management Timbang
Hydration Nutritional Status: Food and Fluid Intake
popok/pembalut
jika diperlukan Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor
Kriteria Hasil : Mempertahankan
status
(kelembaban
hidrasi membran
urine output sesuai
mukosa,
dengan usia dan BB,
tekanan darah ortostatik),
BJ urine normal, HT
jika diperlukan
nadi
Monitor vital sign
normal
31
adekuat,
Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh
dalam
batas normal Tidak tanda
ada
Monitor
masukan
makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
tanda-
dehidrasi,
Kolaborasikan
pemberian
cairan IV
elastisitas turgor kulit
Monitor status nutrisi
baik,
Berikan cairan IV pada suhu
mukosa
membran lembab,
ruangan
tidak ada rasa haus
Dorong masukan oral
yang berlebihan
Berikan
penggantian
nesogatrik sesuai output Dorong
keluarga
untuk
membantu pasien makan Tawarkan snack (jus buah, buah segar) Kolaborasi dengan dokter Atur kemungkinan tranfusi Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia Management Monitor
status
cairan
termasuk intake dan output cairan Pelihara IV line Monitor tingkat Hb dan hematokrit Monitor tanda vital Monitor
respon
pasien
terhadap penambahan cairan
32
Monitor berat badan Dorong
pasien
untuk
menambah intake oral Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan Monitor adanya tanda gagal ginjal
Resiko
infeksi NOC
NIC
berhubungan
Immune Status
dengan hilangnya
Knowledge
barier kulit dan terganggunya
Infection
Control
(Kontrol
: Infeksi)
Infection control Risk control
Bersihkan
lingkungan
setelah dipakai pasien lain Pertahankan teknik isolasi
respons imun.
Batasi pengunjung bila perlu
Kriteria Hasil : Klien tanda
bebas dan
dari gejala
infeksi
pada
pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
Mendeskripsikan proses
Instruksikan
setelah
penularan
penyakit, faktor yang mempengaruhi
meninggalkan pasien Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
penularan
serta
penatalaksanaannya Menunjukkan kemampuan
berkunjung
Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah
tindakan
keperawatan untuk
33
Gunakan baju, sarung tangan
mencegah timbulnya
Pertahankan
infeksi Jumlah
sebagai alat pelindung
leukosit
dalam batas normal Menunjukkan
lingkungan
aseptik selama pemasangan alat Ganti letak IV perifer dan
perilaku hidup sehat
line central dan dressing sesuai
dengan
petunjuk
umum Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing Tingkatkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik bila perlu
infection
protection
(proteksi terhadap infeksi) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Monitor hitung granulosit, WBC Monitor kerentanan terhadap infeksi Pertahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko Pertahankan teknik isolasi k/p Berikan
perawatan
kulit
pada area epidema Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
34
Inspeksi kondisi luka/insisi bedah Dorong masukkan
nutrisi
yang cukup Dorong masukkan cairan Dorong istirahat Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik
sesuai
resep Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Ajarkan
cara
menghindar
infeksi Laporkan kecurigaan infeksi Laporkan kultur positif
Nyeri
akut NOC :
berhubungan dengan inflamasi dan
kerusakan
jaringan
NIC :
Pain Level,
Paint management
pain control,
1. Lakukan
comfort level Setelah tinfakan
dilakukan keperawatan
selama …. Pasien tidak
pengkajian
nyeri
secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
mengalami nyeri, dengan 2. Observasi reaksi nonverbal dari kriteria hasil:
ketidaknyamanan.
1. Mampu mengontrol
35
3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
nyeri
(tahu
dukungan.
penyebab
nyeri, 4. Kontrol lingkungan yang dapat
mampu
mempengaruhi nyeri seperti
menggunakan
suhu
tehnik
dan kebisingan.
nonfarmakologi untuk
5. Kurangi
mengurangi
nyeri,
ruangan,
pencahayaan
faktor
presipitasi
nyeri.
mencari 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
bantuan).
untuk menentukan intervensi.
2. Melaporkan bahwa 7. Ajarkan tentang teknik non nyeri
berkurang
farmakologi:
relaksasi, distraksi, kompres
menggunakan
hangat/ dingin.
3. Mampu
mengenali
nyeri
8. Berikan
4. Menyatakan
rasa setelah
nyeri berkurang. 5. Tanda vital dalam rentang normal. 6. Tidak
untuk
(skala, 9. Tingkatkan istirahat.
dan tanda nyeri).
nyaman
analgetik
mengurangi nyeri: ……...
intensitas, frekuensi 10.
mengalami
gangguan tidur
Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama
berkurang
nyeri
antisipasi
ketidaknyamanan
dari
prosedur. 11. dan
Monitor vital sign sebelum sesudah
pemberian
analgesik pertama kali
NOC :
NIC :
Tissue Integrity : Skin
Pressure Management
36
akan
dan
integritas kulit berhubungan
dala,
dengan
manajemen nyeri.
Kerusakan
napas
dengan lesi pada
and
Mucous
kulit
Membranes dilakukan keperawatan
selama….. integritas
pasien
menggunakan
Setelah tindakan
1. Anjurkan
kerusakan kulit
pasien
teratasi dengan kriteria hasil:
untuk pakaian
yang longgar. 2. Hindari
kerutan
pada
tempat tidur. 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering. 4. Mobilisasi pasien (ubah
1. Integritas
kulit
yang
bisa
baik
dipertahankan
5. Monitor kulit akan adanya
6. Oleskan
elastisitas,
atau
oil
pada
derah yang tertekan .
hidrasi,
7. Monitor
pigmentasi) 2. Tidak
ada
luka/lesi
pada
kulit. jaringan
baik.
proses kulit
mencegah
terjadinya sedera berulang. 5. Mampu melindungi
37
dan
mobilisasi pasien. 8. Monitor
status
nutrisi
pasien. 9. Memandikan dengan
10. Kaji
pemahaman
perbaikan
aktivitas
sabun
pasien dan
air
hangat.
4. Menunjukkan
dalam
lotion
minyak/baby
temperatur,
dan
jam sekali.
kemerahan .
(sensasi,
3. Perfusi
posisi pasien) setiap dua
kulit
lingkungan
peralatan
dan yang
menyebabkan tekanan.
dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan
alami
Ketidakefektifan pola
NOC :
nafas
Respiratory status Airway Management
berhubungan
: Ventilation
dengan
Respiratory status
deformitas dinding
dada,
keletihan
otot-
otot
NIC :
pernafasan,
hiperventilasi
: Airway patency Vital sign Status Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama….ketidakefektifa n
pola
nafas
pasien
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Buka
jalan
nafas,
gunakan
teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu 2. Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan ventilasi 3. Identifikasi
pasien
perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan 4. Pasang mayo bila perlu 5. Lakukan fisioterapi dada jika
1. Mendemonstrasik
perlu
an batuk efektif 6. Keluarkan sekret dengan batuk dan suara nafas
atau suction
yang bersih, tidak 7. Auskultasi suara nafas, catat ada sianosis dan
adanya suara tambahan
dyspneu ( mampu 8. Lakukan suction pada mayo mengeluarkan
9. Berikan bronkodilator bila perlu
sputum,
mampu 10. Berikan pelembab udara kassa
bernafas
dengan
basah NACl Lembab
mudah, tidak ada 11. Atur pursed lips )
38
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan keseimbangan
2. Menunjukkan
12. Monitor respirasi dan status
jalan nafas yang
O2
paten ( klien tidak
Oxygen Therapy
merasa
tercekik,
irama
nafas,
frekuensi
1. Bersihkan mulut, hidung dan sekret trakea
pernafasan dalam rentang normal , 2. Pertahankan jalan nafas yang tidak
da
suara
nafas abnormal )
paten 3. Atur peralatan oksigenasi
3. Tanda Tanda vital 4. Monitor aliran oksigen dalam
rentang 5. Pertahankan posisi pasien
normal ( tekanan 6. Observasi adanya tanda-tanda darah,
nadi,
pernafasan )
hipoventilasi 7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi Vital sign Monitoring 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 2. Catat adanya fuktuasi tekanan darah 3. Monitor
VS
saat
pasien
berbaring, duduk, atau berdiri 4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan 5. Monitor
TD,
nadi,
RR,
sebelum, selama, dan setelah aktivitas 6. Monitor kualitas dari nadi 7. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
39
8. Monitor suara paru 9. Monitor
pola
pernafasan
abnormal 10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit 11. Monitor sianosis perifer 12. Monitor adanya cushing triad ( tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan
sistolik ) 13. Identifikasi
penyebab
perubahan vital sign
40
dari
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.
B. Saran Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat memicu luka bakar.
41
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Cetakan II. Jakarta : Salemba Mahardika. Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W, editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Amin & Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarata : Percetakan Mediaction Publishing Jogjakarta Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta. Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media Erick Chandowo. 2011. Laporan Pendahuluan Luka Bakar 3. Available.on http://www.academia.edu/7710988/LAPORAN_PENDAHULUAN_LUK A_
BAKAR_3 diakses tanggal 25 Oktober 2015
https://www.academia.edu/8542579/Askep_Luka_Bakar_Combustio_,dia kses
tanggal 6 Oktober 2015
Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC. Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Lukman Abdul. 2011. Askep Luka Bakar Combustio. Available.on Masoenjer,dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta : Media Aeuscullapius Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Moenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003. Nanda International. 2013.Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC- NOC Jilid 1 & 2. Jakarata: Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC
42