LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN : HARGA DIRI RENDAH
OLEH: AZKIYATUL FITRI 20174663118
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA 2018
LAPORAN PENDAHULUAN HRGA DIRI RENDAH 1.1
Definisi Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadp diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal diri (Keliat, 2007). Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Harga diri meningkat bila diperhatikan/dicintai dan dihargai atau dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Harga diri tinggi/positif ditandai dengan ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman (Yoseph, 2009). Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti: Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam. (Yoedhas, 2010). 1.2
Etiologi Menurut Fitria (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya harga diri
rendah yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi. 1. Faktor predisposisi Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung 2.
jawab personal, ketergantungan pada orang lain ideal diri yang tidak realistis. Faktor presipitasi Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah hilannya sebagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, mengalami kegagalan serta menurunya produktivitas. Sementara menurut Purba, dkk (2008) gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara
situasional dan kronik. Gangguan harga diri yang terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi
korban perkosaan, atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga menyebabkan rendahnya harga diri seseorang diakibatkan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Sedangkan gangguan harga diri kronik biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat. Menurut Peplau dan Sulivan dalam Yosep (2009) mengatakan bahwa harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good me, bad me, not me, anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amannya tidak terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut Caplan, lingkungan sosial akan mempengaruhi individu, pengalaman seseorang dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.
1.3
Pohon Masalah
Resiko isolasi social: menarik diri
Gangguan Konsep:Harga diri rendah Koping individu tidak efektif
Berduka Disfungsional 1.4
Tanda Dan Gejala Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri rendah adalah:
1.
Mengkritik diri sendiri.
2.
Perasaan tidak mampu.
3.
Pandangan hidup yang pesimis.
4.
Penurunan produkrivitas.
5.
Penolakan terhadap kemampuan diri. Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan harga diri rendah juga
tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun,tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah.
1.5
Penatalaksanaan Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan
sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep diri yang mengarah pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku harga diri rendah, yaitu: 1. Psikofarmakologi Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu: a. Golongan generasi pertama (typical) Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace). b. Golongan kedua (atypical) Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal, Rizodal, 2.
Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine (Clozaril). Psikotherapi Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah
kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok (TAK). Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi 3.
atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005,hal.49). Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy) ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika
4.
oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005) Therapy Modalitas Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan
5.
yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998,hal.728). Terapi somatik Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009). Beberapa jenis terapi somatik, yaitu: a. Restrain Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk b.
c.
membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009). Seklusi Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus (Riyadi dan Purwanto, 2009). Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan) (Riyadi d.
dan Purwanto, 2009). Rehabilitasi Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi)
1.6 1.
Pengkajian Keperawatan Identitas Klien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, dan nomer
2.
register. Keluhan utama Merupakan alasan klien datang atau dibawa ke RSJ. Gejala utama adalah kesadaran
3.
menurun. Faktor predisposisi Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaan. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak
4.
percaya pada anak, tekanan teman sebaya, dan kultur sosial yang berubah. Faktor presipitasi Ketegangan peran adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran atau posisi yang diharapkan. Konflik peran adalah ketidak sesuaian peran antara yng dijalankan dengan yang diinginkan. Peran yang tidak jelas adalah kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya. Peran berlebihan adalah kurangnya sumber adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang kompleks. Perkembangan yang transisi yaitu perubahaan norma yang berkaitan dengan nilai untuk
5.
menyesuaikan diri. Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurang. Pemeriksaan fisik Meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, tensi menurun, takikardi, pengukuran BB
6.
menurun akibat tidak nafsu makan atau tidak mau makan. Psikososial a. Genogram: Dari hasil penelitian ditemukan kembar monozigot memberi pengaruh lebih tinggi dari kembar dizigot . b. Konsep diri 1) Gambaran diri, tressor yang menyebabkan berubahnya gambaran diri karena proses patologik penyakit. 2) Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan individu. 3) Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, ketidak sesuaian antara satu peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu diman aindividu tidak tahun dengan jelas perannya, serta peran berlebihan sementara tidak mempunyai kemmapuan dan sumber yang cukup.
4) Ideal diri, keinginann yang tidak sesuai dengan kenyataan dan kemampuan yang ada. 5) Harga diri, tidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga klien merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya. c. Hubungan sosial 1) Orang yang berarti Klien mungkin mengatakan orang yang berarti selama hidupnya adalah kedua orang tuanya, bahkan bisa saja saudara atau temannya. 2) Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat Klien mungkin mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok di masyarakat. Klien menjawab malas bergabung dengan masyarakat dan untuk apa tidak ada gunanya dan ia berkata dirinya tidak bisa apa-apa dan juga tidak dapat melakukan banyak hal untuk orang lain. Perkembangan hubungan sosial yang tidak adeguat menyebabkan kegagalan individu untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan orang lain, akibatnya klien cenderung memisahkan diri dari orang lain dan hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan kontrol orang lain. Keadaa ini menimbulkan kesepian, isolasi sosial, hubungan dangkal dan tergantung. 3) Spiritual Nilai dan keyakinan agama yang diakui klien dan kemampuan klien untuk melaksanakan kegiatan ibadah. d. Status mental 1) Penampilan Penampilan klien tidak rapi, wajah kotor, rambut klien tampak kusam, bau dan berkutu, terkadang tercium bau tidak sedap pada tubuh. Klien tidak mampu merawat dirinya. 2) Pembicaraan Pembicaraan klien terdengar pelan dan lambat, jika diajak berbicara berbelit-belit, berputar-putar tapi sampai pada titik pembicaraan. 3) Aktivitas motorik Klien sering berdiam diri sendiri di tempat tidur terkadang tampak gelisah,lesu,dan tampak seperti orang bingung, klien tampak menarik diri dari lingkungan pergaulan di RSJ,klien tampak sering melamun, pandangan mata kosong klien mengatakan bosan dan tidak hal yang bermanfaat yang dapat dilakukannya. 4) Alam perasaan
Klien tampak ketakutan, putus asa. 5) Afek Afek yang diberikan klien ketika sedang berbicara dengan perawat “datar” , tidak ada perubahan roman atau mimik muka saat stimulus menyenangkan ataupun menyedihkan 6) Interaksi selama wawancara Selama dilakukan wawancara dengan perawat, kontak mata kurang dan selalu mempertahankan pendapat dan kebenaran tentang dirinya 7) Persepsi / Halusinasi Terkadang klien tampak sedang berbicara sendiri, tetapi saat ditanya dengan perawat sedang berbicara dengan siapa, klien menyangkal dan mengatakan tidak berbicara dengan siapa-siapa, dan ketika ditanya adakah suara-suara yang didengar ketika sedang berbicara sendiri, klien pun menjawab tidak ada. 8) Proses pikir Saat ditanya oleh perawat klien tidak langsung menjawab pertanyaan tetapi klien menceritakan sesuatu hal yang ingin diceritakannya terlebih dahulu setelah itu baru klien menjawab apa yang ditanyakan kepadanya 9) Isi pikir Klien berobsesi, yang selalu muncul di dalam pikiran klien adalah saat dia pulang nanti ia ingin tinggal bersama dengan anak dan suaminya, ia membayangkan ingin membuat rumah tingkat yang ada garasi dan ingin memiliki mobil bagus. Klien tampak bahagia saat mengungkapkan perasaannya. 10) Tingkat kesadaran Klien tidak mengetahui di mana ia berada sekarang. Orientasi waktu klien baik dan mampu mengenali orang. 11) Memori Klien mengingat sedikit kejadian jangka panjang seperti pernah ikut reuni dengan teman teman dan pernah bekerja disebuah warung makan. 1.7 1. 2. 3.
Diagnosa Resiko Isolasi Sosial menarik diri berhubungan dengan Gangguan Konsep diri : harga diri rendah Gangguan Konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional Defisit perawatan diri berhubungan dengan harga diri rendah
1.8
Rencana Tindakan
DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko Isolasi Sosial menarik diri berhubungan dengan Gangguan Konsep diri :harga diri rendah
RENCANA TINDAKAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI TUM : a) Klien mengungkapkan Klien tidak terjadi apa yang sebenarnya isolasi sosial menarik terjadi dengannya diri dan berinteraksi b) Klien mampu mengenal normal dengan orang aspek aspek positif lain yang dimiliki oleh nya c) Klien memilih cara TUK : yang efektif untuk a) Klien dapat menunjukkan membina hubungan kemampuan yang saling percaya dimilikinya b) Klien dapat d) Klien mampu mengidentifikasi menggunakan cara kemampuan dan yang efektif untuk aspek positif yang membuat kegiatan dimiliki sesuai dengan c) Klien dapat menilai kemampuan yang kemampuan yang dimilikinya dapat digunakan e) Klien dapat d) Klien dapat melaksanakan kegiatan menetapkan / yang telah merencanakan direncanakan dengan kegiatan sesuai baik sesuai dengan dengan kemampuan kemampuan yang yang dimiliki dimilikinya e) Klien dapat f) Keluarga memberikan melakukan kegiatan dukungan. sesuai kondisi dan kemampuan
TINDAKAN KEPERAWATAN
RASIONAL
1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan) 2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya 3. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 4. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 5. Beri pujian atas keberhasilan klien 6. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
1. Hubungan saling percaya merupakan dasar utama dalam pendekatan secara terapetik 2. Dengan memberikan kesempatan kepada klien maka klien akan merasa bahwa dirinya dihargai 3. Dengan melaksanakan hal demikian klien akan memikirkan bahwa dirinya memiliki segi positif sehingga meningkatkan harga dirinya 4. Merencanakan aktivitas yang dapat dilakukan klien secara tidak langsung akan membuat klien memiliki kegiatan 5. Memberikan pujian dan hadiah merupakan hal yang sangat baik untuk meningkatkan keyakininan diri klien bahwa dia berguna
f) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Gangguan Konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional
TUM: a. Klien dapat 1. Diskusi atau membantu Klien dapat mengatasi menyebutkan yang ada mengidentifikasi kelebihan dan gangguan konsep pada dirinya setelah 3 kemampuan positif yang dirinya, klien akan kali pertemuan. dimiliki klien dan dapat meningkatkan harga b. Klien dapat dilakukan oleh klien dirinya menyebutkan kelemahan 2. Diskusikan kelemahan yang yang dimilki dan dimiliki klien TUK: menjadi halangan untuk 3. Beritahukan klien bahwa a. Klien dapat m encapai keberhasilan manusia tidak ada yang memperluas c. Klien dapat sempurna semua memiliki kesadaran diri menyebutkan kelebihan dan kekurangan b. Klien dapat keberhasilan yang telah 4. Anjurkan klien untuk lebih mengevaluasi dicapai setelah 3 kali meningkatkan kelebihan dan dirinya bertemu kemampuan yang dimiliki c. Klien dapat d. Klien dapat 5. Bantu klien melatih membuat rencana menyebutkan tujuan kemampuan yang telah dipilih yang realistis yang ingin dicapai klien dan memberi kesempatan setelah 4 kali pertemuan kepada klien untuk berhasil. e. Klien dapat membuat 6. Berikan pujian atas keputusan dan mencapai keberhasilan klien tujuan setelah 4 kali pertemuan.
6. Keluarga sangat penting perannya karena mereka yang setiap hari bertemu dengan klien yang berfungsi sebagai penyemangat dan dukungan agar klien menghilangkan rasa tidak percaya dirinya 1. Mengidentifikasi kelebihan yang dimiliki dapat meningkatkan harga dri klien 2. Mengetahui kelemhan yang dimiliki akan membantu mengetahui strategi untuk mengatasi kelemahan tersebut 3. Meningkatkan harga diri dan rada percaya diri klien 4. Dengan meningkatkan kelebihan yang dimiliki klien tidak akan merasa harga dirinya rendah dihadapan orang lain 5. Dengan melatih kemampuan klien bisa mengetahui potensi yang dimiliki klien 6. Memberikan pujian dan hadiah merupakan hal
yang sangat baik untuk meningkatkan keyakininan diri klien bahwa dia berguna Defisit perawatan diri TUM: 1. Klien dapat mandi sendiri berhubungan dengan Klien mampu merawat tanpa paksaan. harga diri rendah dirinya dan menjaga 2. Klien dapat berpakaian penampilannya sendiri dengan rapi dan bersih. TUK: 3. Klien dapat menyikat 1. Klien mengetahui giginya sendiri dengan kebutuhan bersih. jasmaninya 2. Klien memperhatikan penampilannya
1. Libatkan klien untuk makan bersama diruang makan. 2. Menganjurkan klien untuk mandi. 3. Menganjurkan pasien untuk mencuci baju. 4. Membantu dan menganjurkan klien untuk menghias diri. 5. Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi
1. Proses sosialisasi dapat membantu klien pada proses penyembuhan 2. Diharapkan mandiri 3. Diharapkan mandiri 4. Diharapkan mandiri 5. Diharapkan mandiri
DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Linda Juall. 2009. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Pada Praktik Klinis. Jakarta : EGC Keliat, Budi Anna dll. (2007). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta. Purba J. M, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: Usu Press Stuart dan Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta. Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Stuart, Gail. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Ed. 5. Jakarta : EGC. Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi 2. Bandung: PT Refrika Aditama. Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama