LAPORAN KASUS Perempuan 44 Tahun dengan Pneumonia + Unstable Angina Pectoris (UAP) PEMBIMBING : dr. Widiati Rahayu Sp. P OLEH : Nabilla Kirara (17710034) 1
IDENTITAS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Nama Status Umur Alamat Pekerjaan Jenis Kelamin Status Marital Agama No. RM Tanggal masuk RS Tanggal pemeriksaan Tanggal keluar RS
: : : : : : : : : : : :
Ny. M BPJS 44 tahun Jl. Muharto Gang VII/76 RT 8 RW 7 Kedung Kandang Swasta Perempuan Menikah Islam 254477 11 Oktober 2017 11 Oktober 2017 21 Oktober 2017 2
ANAMNESA Autoanamnesa 1. Keluhan Utama: Sesak 2. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke IGD RST dr.Soepraoen dengan keluhan sesak,sesak di rasakan sudah 1,5 bulan Setiap sesak dada semakin sakit memberat 3 hari yang lalu sesak hilang timbul, timbul secara tiba – tiba waktu beraktifitas dan istirhat (tidak tentu), disertai juga nyeri dada, baru di rasakan kemarin malam, dada terasa tertindih beban berat menjalar ke tangan, tengkuk belakang hingga punggung belakang. Pasein juga mengeluhkan batuk yang di rasakan kurang lebih 2 minggu, dahak kuning kehijauan kental,tidak ada darah, badan terasa sumer-sumer saat pagi dan malam sejak kemarin, mual (+), muntah (-), pusing cekot-cekot terkadang, makan (-) mual saat melihat makanan,BAB (+), BAK (+) 3
3. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat alergi: amoxicillin. Riwayat HT Hipertensi 6 th DM disangkaL Asma disangkal 4. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat alergi disangkal Hipertensi disangkal Diabetus Melitus disangkal
4
5. Riwayat Pengobatan Tidak sedang mengonsumsi obat-obatan. 6. Riwayat Kebiasaan Merokok (-) Kopi (-) Jamu (-) Anamnesa Status Gizi BB : 50 cm TB : 156 cm BMI : 20,55 (Normal) 5
PEMERIKSAAN FISIK • • • •
Keadaan Umum Kesadaran GCS Vital Sign Tensi Nadi RR Suhu
: : : :
: Cukup : Compos Mentis : 4/5/6 :
100/60 mmHg 104x/menit regular 19x/menit 37,5 C axilla
6
Kepala :
• Bentuk : oval, simetris (+) • Warna rambut : hitam dan beruban • Turgor : normal
Telinga
Mata: • • • •
Pupil Reflek cahaya Anemia Ikterik
: : : :
isokor +/+ -/-/-
• Pendengaran : DBN
Hidung
• Epistaksis (-) • Pernafasan cuping hidung (-)
Mulut: • Bibir cianosis : • Gusi berdarah : • Lidah kotor : 7
Leher: • Deviasi trakea (-) • JVP (n+5) • Hepatojuglar Reflux (+) • Pembesaran KGB (-)
Thorax: Bentuk simetris Spider nevi (-)
Pembesaran kelenjar getah bening aksilla (-) 8
PEMERIKSAAN PARU
Depan
Belakang
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Inspeksi • Bentuk • Gerak nafas • Penonjolan • Otot nafas bantuan • Penyempitan ICS
simetris simetris -
simetris simetris -
simetris Simetris -
simetris simetris -
Palpasi • Gerak nafas • Stem fremitus
simetris simetris
simetris simetris
simetris simetris
simetris simetris
Sonor
Sonor
Sonor
Sonor
Vesikuler Ronkhi basah
Vesikuler Ronkhi basah
Vesikuler Ronkhi basah
Vesikuler Ronkhi basah
Perkusi • Suara perkusi • Batas paru – hati
Auskultasi • Suara nafas • Suara tambahan
9
PEMERIKSAAN JANTUNG Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat Palpasi : Ictus cordis tidak teraba Perkusi : • Batas kiri : ICS V MCL Sinistra • Batas kanan : PSL Dextra Auskultasi : • Suara jantung S1-S2 reguler • Murmur (-) • Gallop (-) 10
PEMERIKSAAN ABDOMEN Inspeksi
Palpasi
Perkusi
• •
• • • •
•
Bentuk simetris Umbilicus tidak menonjol • Ascites (+) • Benjolan (-) • Distanded (-)
Dinding perut supel (+) Hepar tidak teraba Lien tidak teraba Nyeri tekan (-)
Redup (+) • Meteorismus (-) • Shifting dullness(-)
Auskultasi • •
BU (+) 7 x/menit Bruit (-) 11
PEMERIKSAAN EKSTREMITAS Edema Akral dingin
Atas Kanan -
Kiri -
Bawah Kanan Kiri -
12
PEMERIKSAAN PENUNJANG 11 Oktober 2017 Parameter Hematologi • Hemoglobin • Lekosit • Trombosit • PCV Faal Ginjal • Ureum • Kreatinin
Hasil
Nilai rujukan
9,2 17.300 344.000 27,2
( L : 14,4-17,5 ) / ( P : 12,0 – 15,3 g/dl ) ( 4 – 10 ribu / cmm ) ( 150 – 450 ribu ) ( 40 – 50 %)
23 0,74
(15-45 mg/dl) (0,7-1,4 mg/dl)
Diabettes • Gula darah sesaat
168
(< 125 mg/dl)
Elektrolit • Natrium • Kalium • Chlorida
137,5 3,16 107,1
(135 – 155 mmol / L) (3,60 – 5,20 mmol / L ) (98 – 107 mmol / L)
Troponin I
Negatif
(NEGATIF) 13
11 Oktober 2017
THORAX X-RAY • Trakea posisi ditengah • COR : CTR ratio dalam batas normal • Pulmo : Corakan bronkovaskular hazzines Tampak multiple nodule dengan infiltrat • Sinus phrenicocostalis kanan, kiri tajam • Hemidiaphragma kiri, kanan: baik • Tak tampak lesi soteoytic maupun osteoblastic
Kesimpulan : pneumonitis (mengarah ke metastase proses paru) 14
EKG 11 Oktober 2017
15
RESUME • Telah di periksa pasien wanita 44 tahun dengan keluhan utama dyspnea. • Dari anamnesa di dapatkan : 1. Dyspnea d’effort 2. Torakodinia 3. Batuk 4. Dahak purulen 5. Nausea 6. Cephalgia 7. Anorexia 8. Riwayat hipertensi
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan : 1. takikardi (104x/menit) 2. sub febris 3. peningkatan JVP (+5) 4. Hepatojugular Reflux (+) 5. Ronkhi basah 6. Acites
16
RESUME • • • • • • •
Dari pemeriksaan laboratrium di dapatkan : Anemia Lekositosis Hematokrit meningkat Hiperglikemi Hiperkalemi Bacaan jantung dan paru
17
FOLLOW UP
18
FOLLOW UP 12 Oktober 2017
19
Subjective
Objective
Assesment
Pasien mengeluhkan perutnya terasa sakit, kembung, mual tetapi tidak muntah. Dada terasa sesak. Ada batuk. Kepala terasa pusing. BAK (+), BAB (+).
KU : Lemah GCS : 4/5/6 T: 110/70 mmHg N: 80x/mnit RR : 20 x/mnit S : 37 ͦ C axilla A/I/C/D = -/-/-/Kep/leher : Thoraks : Rh : (+) Wh(-) Cor : S1 S2 Tunggal reguler Abd : -I : simetris, caput medusa (-), spider nevi (-) -Aus : BU (+) 7x/menit, bruit (-) -Pal : meteorismus (-) : Shifting dullnes(-) : nyeri tekan (-) -Per : Timpani --Ekstremitas : Akral Dingin (-) Edema (-)
Pneumonia + UAP
Planning Inf. NS 20 tpm Inj. Omeprazole 1 x 40 mg IV Inj. Ceftriaxone 2 x 1 IV Inj. Ondansetron 3 x 4 mg IV KSR 3 x 1 p.o Tanapres 2,5 mg 0-0-1/2 Clopidogrel 1 x 1 p.o Syr Antasida 4 x cII p.o Aspirin 1 x 80 mg p.o ISDN 3 x 1 p.o Atorvastatin 1 x 1 p.o
20
PEMERIKSAAN PENUNJANG (12 Oktober 2017) Parameter
Hasil
Nilai rujukan
Hematologi • Hemoglobin • Lekosit • LED • Diff count: eos/bas/neut/lympo/mono • Trombosit • PCV
8,3 18.300 60 -/-70/21/9 341.000 24,5
( L : 14,4-17,5 ) / ( P : 12,0 – 15,3 g/dl ) ( 4 – 10 ribu / cmm ) ( 4 – 20 mm / 1 jam ) ( 1-2/0-1/54-62/25-33/3-7 ) ( 150 – 450 ribu ) ( 40 – 50 %)
Lemak • LDL Kolesterol • Trigliserid
65 279
( 150 mg / dl ) ( 150 mg / dl )
Faal Ginjal • Uric Acid
4,6
( 2,5 – 7,7 mg / dl )
Urine Lengkap • Protein / Reduksi • Bilirubin / Urobilin • PH / BJ • Blood / Keton • Leko / Nitrit
+/-/7,0/1,015 +++/+ -/-
( neg / neg ) ( neg / neg )
Sedimen • Lekosit / Eritrosit • Epitel Squamous • Silinder • Kristal • Lain-lain
1-2/tidak terhitung 1-2 -
( 0 – 4 / 0 – 1 / lpb ) ( 5 – 15 / lpk ) ( neg / lpk )
( neg / neg ) ( neg / neg )
21
PEMERIKSAAN PENUNJANG (12 Oktober 2017)
Assay Information
Assay
Assay Version
Xpert MTB-RIF Assay G4 Test Result
5
Assay Type In Vitro Diagnostic
MTB NOT DETECTED
22
FOLLOW UP 13 Oktober 2017
23
Subjective
Objective
Assesment
Pasien mengeluh dadanya semakin bertambah sesak. Batuk berdahak. Kepala tersa pusing dan nyeri. Perut terasa mual tetapi tidak muntah. Nafsu makan menurun, tidak mau makan, hanya minum saja tetapi sedikit. BAK (+), BAB (+), kemarin sore BAB cair 2x.
KU : Lemah GCS : 4/5/6 T: 100/60 mmHg N: 80x/mnit RR : 24 x/mnit S : 36,5 ͦ C axilla A/I/C/D = -/-/-/Kep/leher : Thoraks : Rh : (+) Wh(-) Cor : S1 S2 Tunggal reguler Abd : -I : simetris, caput medusa (-), spider nevi (-) -Aus : BU (+) 6x/menit, bruit (-) -Pal : meteorismus (-) : Shifting dullnes(-) : nyeri tekan (-) -Per : Timpani Ekstremitas : Akral Dingin (-) Edema (-)
Pneumonia + UAP
Planning Inf. NS 20 tpm Inj. Omeprazole 1 x 40 mg IV Inj. Ceftriaxone 2 x 1 IV Inj. Ondansetron 1 x 4 mg IV Inj. ODR 3 x 4 mg IV KSR 3 x 1 p.o Tanapres 2,5 mg 0-0-1/2 CPG 1 x 1 p.o ASA 1 x 80 mg p.o ISDN 3 x 1 p.o Atorvastatin 1 x 1 p.o
24
FOLLOW UP 14 Oktober 2017
25
Subjective
Objective
Assesment
Pasien mengeluh masih sesak. Batuk berdahak. Kepala masih terasa pusing. Perut terasa mual tetapi tidak muntah. Sudah mau makan dan minum sedikit. Punggung terasa nyeri. BAK (+), BAB (+).
KU : Lemah GCS : 4/5/6 T: 100/70 mmHg N: 90x/mnit RR : 20 x/mnit S : 37,2 ͦ C axilla A/I/C/D = -/-/-/Kep/leher : Thoraks : Rh : (+) Wh(-) Cor : S1 S2 Tunggal reguler Abd : -I : simetris, caput medusa (-), spider nevi (-) -Aus : BU (+) 6x/menit, bruit (-) -Pal : meteorismus (-) : Shifting dullnes(-) : nyeri tekan (-) -Per : Timpani Ekstremitas : Akral Dingin (-) Edema (-)
Pneumonia + UAP
Planning Inf. NS 20 tpm Inj. Omeprazole 1 x 40 mg IV Inj. Ceftriaxone 2 x 1 IV Inj. Ondansetron 1 x 4 mg IV Inj. ODR 3 x 4 mg IV KSR 3 x 1 p.o Tanapres 2,5 mg 0-0-1/2 CPG 1 x 1 p.o Antasida 4 x 1 p.o ASA 1 x 80 mg p.o ISDN 3 x 1 p.o Atorvastatin 1 x 1 p.o Asam folat 1 x 1 p.o NAC 1x 1 p.o
26
FOLLOW UP 15 Oktober 2017
27
Subjective
Objective
Assesment
Pasien mengeluh masih sesak. Masih batuk namun sedikit berkurang. Kepala masih terasa pusing. Perut terasa mual tetapi tidak muntah. Makan dan minum sedikit. BAK (+), BAB (+).
KU : Cukup GCS : 4/5/6 T: 100/70 mmHg N: 80x/mnit RR : 20 x/mnit S : 37,6 ͦ C axilla A/I/C/D = -/-/-/Kep/leher : Thoraks : Rh : (-) Wh(-) Cor : S1 S2 Tunggal reguler Abd : -I : simetris, caput medusa (-), spider nevi (-) -Aus : BU (+) 6x/menit, bruit (-) -Pal : meteorismus (-) : Shifting dullnes(-) : nyeri tekan (-) -Per : Timpani --Ekstremitas : Akral Dingin (-) Edema (-)
Pneumonia + UAP
Planning Inf. NS 20 tpm Inj. Omeprazole 1 x 40 mg IV Inj. Ceftriaxone 2 x 1 IV Inj. Ondansetron 1 x 4 mg IV Inj. ODR 3 x 4 mg IV KSR 3 x 1 p.o Tanapres 2,5 mg 0-0-1/2 CPG 1 x 1 p.o Antasida 4 x 1 p.o ASA 1 x 80 mg p.o ISDN 3 x 1 p.o Asam folat 1 x 1 p.o NAC 1x 1 p.o
28
FOLLOW UP 16 Oktober 2017
29
Subjective
Objective
Assesment
Pasien mengeluhkan batuk berdahak, dahak susah keluar. Kepala terasa pusing. Dada terasa nyeri dan sesak. Perut terasa mual dan muntah. Nafsu makan menurun. BAK (+), BAB (+).
KU : Lemah GCS : 4/5/6 T: 100/60 mmHg N: 80x/mnit RR : 22 x/mnit S : 36 ͦ C axilla A/I/C/D = -/-/-/Kep/leher : Thoraks : Rh : (-) Wh(-) Cor : S1 S2 Tunggal reguler Abd : -I : simetris, caput medusa (-), spider nevi (-) -Aus : BU (+) 7x/menit, bruit (-) -Pal : meteorismus (-) : Shifting dullnes(-) : nyeri tekan (-) -Per : Timpani --Ekstremitas : Akral Dingin (-) Edema (-)
Pneumonia + UAP
Planning Inf. NS 20 tpm Inj. Omeprazole 1 x 40 mg IV Inj. Ceftriaxone 2 x 1 IV Inj. Ondansetron 1 x 4 mg IV Inj. ODR 3 x 4 mg IV KSR 3 x 1 p.o Tanapres 2,5 mg 0-0-1/2 CPG 1 x 1 p.o Antasida 4 x 1 p.o ASA 1 x 80 mg p.o ISDN 3 x 1 p.o Asam folat 1 x 1 p.o NAC 1x 1 p.o
30
FOLLOW UP 17 Oktober 2017
31
Subjective
Objective
Assesment
Pasien mengeluhkan kepala terasa pusing. Batuk, dahak tidak dapat keluar, dan tenggorokan terasa kering dan sakit. Dada terasa sesak. Perut terasa mual tetapi tidak muntah. Nafsu makan menurun, pasien tidak mau makan. BAK (+), BAB (+).
KU : Lemah GCS : 4/5/6 T: 100/70 mmHg N: 88x/mnit RR : 26 x/mnit S : 36 ͦ C axilla A/I/C/D = -/-/-/Kep/leher : Thoraks : Rh : (-) Wh(-) Cor : S1 S2 Tunggal reguler Abd : -I : simetris, caput medusa (-), spider nevi (-) -Aus : BU (+) 7x/menit, bruit (-) -Pal : meteorismus (-) : Shifting dullnes(-) : nyeri tekan (-) -Per : Timpani --Ekstremitas : Akral Dingin (-) Edema (-)
Pneumonia + UAP
Planning Inf. NS 20 tpm Inj. Omeprazole 1 x 40 mg IV Inj. Ceftriaxone 2 x 1 IV Inj. Ondansetron 1 x 4 mg IV Inj. ODR 3 x 4 mg IV KSR 3 x 1 p.o Tanapres 2,5 mg 0-0-1/2 CPG 1 x 1 p.o Antasida 4 x 1 p.o ASA 1 x 80 mg p.o ISDN 3 x 1 p.o Asam folat 1 x 1 p.o NAC 1x 1 p.o
32
FOLLOW UP 18 Oktober 2017
33
Subjective
Objective
Assesment
Planning
Pasien mengeluhkan kepala terasa pusing. Batuk, dahak tidak dapat keluar, dan dada terasa sesak. Perut terasa mual dan sempat muntah. Nafsu makan menurun. BAK (+), BAB (+).
KU : Lemah GCS : 4/5/6 T: 100/60 mmHg N: 80x/mnit RR : 28 x/mnit S : 36 ͦ C axilla A/I/C/D = -/-/-/Kep/leher : Thoraks : Rh : (-) Wh(-) Cor : S1 S2 Tunggal reguler Abd : -I : simetris, caput medusa (-), spider nevi (-) -Aus : BU (+) 8x/menit, bruit (-) -Pal : meteorismus (-) : Shifting dullnes(-) : nyeri tekan (-) -Per : Timpani --Ekstremitas : Akral Dingin (-) Edema (-)
Pneumonia + UAP
Inf. NS 20 tpm Drip Azytromycin dalam NS 500 cc Inj. Ceftriaxone 2 x 1 IV Nebul Combivent 3x/hari KSR 3 x 1 p.o Asam folat 3 x 1 p.o Tanapres 2,5 mg 0-0-1/2 CPG 1 x 1 p.o Antasida 4 x 1 p.o Syr. OBH 3 x C I p.o NAC 3 x 1 p.o Caps. Racikan 3 x 1 p.o ISDN 3 x 1 p.o Valsartan 40 mg 0-0-1/2 p.o
34
EKG (18 Oktober 2017)
35
FOLLOW UP 19 Oktober 2017
36
Subjective
Objective
Assesment
Planning
Pasien mengeluhkan kepala terasa pusing. Ada batuk dan dada terasa sesak. Perut terasa mual dan muntah. Nafsu makan menurun. BAK (+), BAB (-).
KU : Lemah GCS : 4/5/6 T: 110/60 mmHg N: 88x/mnit RR : 20 x/mnit S : 36,1 ͦ C axilla A/I/C/D = -/-/-/Kep/leher : Thoraks : Rh : (-) Wh(-) Cor : S1 S2 Tunggal reguler Abd : -I : simetris, caput medusa (-), spider nevi (-) -Aus : BU (+) 7x/menit, bruit (-) -Pal : meteorismus (-) : Shifting dullnes(-) : nyeri tekan (-) -Per : Timpani --Ekstremitas : Akral Dingin (-) Edema (-)
Pneumonia + UAP
Inf. NS 20 tpm Drip Azytromycin dalam NS 500 cc Inj. Ceftriaxone 2 x 1 IV Nebul Combivent 3x/hari KSR 3 x 1 p.o Asam folat 3 x 1 p.o Tanapres 2,5 mg 0-0-1/2 CPG 1 x 1 p.o Antasida 4 x 1 p.o Syr. OBH 3 x C I p.o NAC 3 x 1 p.o Caps. Racikan 3 x 1 p.o ISDN 3 x 1 p.o Valsartan 40 mg 0-0-1/2 p.o
37
PEMERIKSAAN PENUNJANG (19 Oktober 2017)
JENIS PEMERIKSAAN
IMUNOSEROLOGI PENANDA TUMOR • CA 125
HASIL
28.33
NILAI RUJUKAN DEWASA NORMAL
SATUAN
U/mL
< 35
38
EKG (19 Oktober 2017)
39
FOLLOW UP 20 Oktober 2017
40
Subjective
Objective
Assesment
Pasien mengeluhkan batuk, dada terasa sesak. Perut terasa mual tetapi tidak muntah. Nafsu makan menurun. BAK (+), BAB (+).
KU : Lemah GCS : 4/5/6 T: 90/60 mmHg N: 90x/mnit RR : 26 x/mnit S : 36 ͦ C axilla A/I/C/D = -/-/-/Kep/leher : Thoraks : Rh : (-) Wh(-) Cor : S1 S2 Tunggal reguler Abd : -I : simetris, caput medusa (-), spider nevi (-) -Aus : BU (+) 8x/menit, bruit (-) -Pal : meteorismus (-) : Shifting dullnes(-) : nyeri tekan (-) -Per : Timpani --Ekstremitas : Akral Dingin (-) Edema (-)
Pneumonia + UAP
Planning Inf. NS 20 tpm Inj. Ceftriaxone 2 x 1 IV Nebul Combivent 3x/hari KSR 3 x 1 p.o Asam folat 3 x 1 p.o CPG 1 x 1 p.o Antasida 4 x 1 p.o Syr. OBH 3 x C I p.o NAC 3 x 1 p.o Caps. Racikan 3 x 1 p.o ISDN 3 x 1 p.o Valsartan 40 mg 0-0-1/2 p.o Azytromycin 2 x 1 p.o
41
FOLLOW UP 21 Oktober 2017
42
Subjective
Objective
Assesment
Pasien mengeluhkan perutnya terasa mual tetapi tidak muntah. Nafsu makan mulai baik, mau makan dan minum sedikit-sedikit. Masih batuk. Sesak berkurang. BAK (+), BAB (+).
KU : Lemah GCS : 4/5/6 T: 110/80 mmHg N: 76x/mnit RR : 20 x/mnit S : 36 ͦ C axilla A/I/C/D = -/-/-/Kep/leher : Thoraks : Rh : (-) Wh(-) Cor : S1 S2 Tunggal reguler Abd : -I : simetris, caput medusa (-), spider nevi (-) -Aus : BU (+) 7x/menit, bruit (-) -Pal : meteorismus (-) : Shifting dullnes(-) : nyeri tekan (-) -Per : Timpani --Ekstremitas : Akral Dingin (-) Edema (-)
Pneumonia + UAP
Planning Inf. NS 20 tpm Inj. Ceftriaxone 2 x 1 IV Nebul Combivent 3x/hari KSR 3 x 1 p.o Asam folat 3 x 1 p.o CPG 1 x 1 p.o Antasida 4 x 1 p.o Syr. OBH 3 x C I p.o NAC 3 x 1 p.o Caps. Racikan 3 x 1 p.o ISDN 3 x 1 p.o Valsartan 40 mg 0-0-1/2 p.o Azytromycin 2 x 1 p.o
43
PEMERIKSAAN PENUNJANG (21 Oktober 2017) Parameter Hematologi • Hemoglobin • Lekosit • LED • Diff count: eos/bas/neut/lympo/mono • Trombosit • PCV
Hasil
Nilai rujukan
6,6 10.230 105 3/-/76/17/4
( L : 14,4-17,5 ) / ( P : 12,0 – 15,3 g/dl ) ( 4 – 10 ribu / cmm ) ( 4 – 20 mm / 1 jam ) ( 1-2/0-1/54-62/25-33/3-7 ) ( 150 – 450 ribu ) ( 40 – 50 %)
302.000 20,9
44
Problem Clue List 1. Perempuan umur 44 tahun.
Dyspnea d’effort Torakodinia Batuk Dahak Purulen Nausea Cephalgia Anorexia Riwayat Hipertensi 10.Takikardi 11.Sub Febris 12.JVP (n+5) 13.Hepatojugular reflux (+) 14.Ronkhi basah 15.Acites 16.Anemia 17.Lekositosis 18.Hematokrit meningkat 19.Hiperglikemi 20.Hiperkalemi 21. paru 22.jantung
Problem List 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Acute Lung Disease
Diagnosa Kerja 1.
Planning Diagnosa
Pneumonia
1. 2. 3.
4. 5.
2.
Angina
2.
Unstable Angina Pectoris (UAP)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sputum BTA PA foto thorax Lab : DL/UL/B GA/LED Tumor Marker Meningkat kan kekebalan imun
Planning Terapi
Nebul Combivent 3x/hari KSR 3 x 1 p.o Asam folat 3 x 1 p.o CPG 1 x 1 p.o Antasida 4 x 1 p.o Syr. OBH 3 x C I p.o NAC 3 x 1 p.o ISDN 3 x 1 p.o Valsartan 40 mg 0-0-1/2 p.o Azytromycin 2 x 1 p.o
Planning Monitorin g 1.KU 2.TTV 3. Sesak 4. Ronkhi
EKG ECO Foto Thorax CK-MB Tromponin Exercise test
45
PEMBAHASAN
46
UNSTABLE ANGINA PECTORIS (UAP) DEFINISI ANGINA PEKTORIS
Angina pektoris adalah sindroma klinik yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan (demand) dan suplai aliran arteri koroner.
UNSTABLE ANGINA PECTORIS (UAP)
Angina pektoris tidak stabil adalah suatu spektrum dari sindroma iskemik miokard akut yang berada di antara angina pektoris stabil dan anfark miokard akut.
47
Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI) SINDROM KORONER AKUT
Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Angina pektoris tidak stabil (UAP)
Angina pektoris stabil ANGINA PEKTORIS
Angina pektoris tidak stabil
Angina pektoris printzmetal
48
• Angina pektoris tidak stabil adalah angina pektoris dengan sekurangkurangnya satu dari tiga hal berikut: 1.
timbul saat istirahat (atau dengan aktivitas minimal) biasanya berakhir setelah lebih dari 20 menit (jika tidak diberikan nitrogliserin)
2.
lebih berat dan digambarkan sebagai nyeri yang nyata dan merupakan onset baru (dalam 1 bulan)
3.
timbul dengan pola crescendo (bertambah berat, bertambah lama, atau lebih sering dari sebelumnya). Pasien dengan ketidaknyamanan iskemik dapat datang dengan atau tanpa elevasi segmen ST pada EKG
49
EPIDEMIOLOGI • Di Amerika Serikat setiap tahun 1 juta pasien dirawat di rumah sakit karena angina pektoris tak stabil.
• Penelitian dilakukan oleh Guthrie, Vlodaver, Nicoloff, dan Edwards terhadap 47 pasien dengan angina. angina tidak stabil: 12 pasien angina stabil: 35 pasien
50
ETIOLOGI
1. Faktor di luar jantung: penyakit paru menahun dan penyakit sistemik, seperti anemia 2. Sklerotik arteri koroner 3. Agreasi trombosit 4. Trombosis arteri koroner 5. Perdarahan plak ateroma 6. Spasme arteri koroner
51
FAKTOR RESIKO Tidak Dapat Diubah Umur Jenis kelamin Riwayat penyakit dalam keluarga
Dapat Diubah
Merokok Hiperlipidemia Hipertensi Obesitas Diabetes melitus
52
KLASIFIKASI • Yang dimasukkan ke dalam angina pektoris tak stabil, yaitu: 1.
Pasien dengan angina yang masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup berat dan frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali per hari.
2.
Pasien dengan angina yang semakin bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu serangan angina timbul lebih sering, dan lebih berat sakit dadanya, sedangkan faktor presipitasi makin ringan.
3.
Pasien dengan serangan angina pada waktu istirahat.
53
KLASIFIKASI (Oleh Braunwald) A. Berdasarkan beratnya angina: 1. Kelas I angina yang berat untuk pertama kali, atau makin bertambah beratnya nyeri dada. 2. Kelas II angina pada waktu istirahat dan terjadinya subakut dalam 1 bulan, tapi tidak ada serangan angina dalam 48 jam terakhir. 3. Kelas III adanya serangan angina waktu istirahat dan terjadinya secara akut baik sekali atau lebih, dalam waktu 48 jam terakhir.
54
KLASIFIKASI (Oleh Braunwald) B. Berdasarkan keadaan klinis: 1. Kelas A (angina tak stabil sekunder) terjadi akibat adanya kelainan ekstrakardiak yang memperberat iskemia miokard. 2. Kelas B (angina tak stabil primer) terjadi tanpa adanya kelainan ekstrakardiak. 3. Kelas C (angina pasca infark) terjadi dalam 2 minggu sesudah infark miokard akut.
C. Berdasarkan intensitas pengobatan dibagi menjadi 3 kelompok tergantung pada apakah angina tak stabil: 1. Timbul tanpa pengobatan untuk angina stabil kronik. 2. Timbul selama pengobatan untuk angina stabil kronik. 3. Masih timbul serangan angina walaupun telah diberikan terapi obat antiiskemik yang maksimal. 55
PATOFISIOLOGI Proses patofisiologi yang dapat menyebabkan terjadinya angina tidak stabil ada 5, yaitu:
56
GEJALA KLINIS Didapatkan rasa tidak enak di dada yang tidak selalu sebagai rasa sakit, tetapi dapat pula sebagai rasa penuh di dada, tertekan, nyeri, tercekik atau rasa terbakar. Rasa tersebut dapat terjadi pada leher, tenggorokan, daerah antara tulang skapula, daerah rahang ataupun lengan. Nyeri dada seperti pada angina biasa tapi lebih berat dan lebih lama, mungkin timbul pada waktu istirahat, atau timbul karena aktivitas yang minimal. Dapat disertai sesak napas atau rasa lemah, palpitasi, berkeringat dingin, pusing yang menghilang setelah angina hilang.
57
PEMERIKSAAN FISIK Sewaktu angina dapat tidak menunjukkan kelainan. Auskultasi: terdengar derap atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di daerah apeks. Frekuensi denyut jantung dapat me, menetap atau me pada waktu serangan angina.
58
PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Elektrokardiografi (EKG) Gambaran EKG pada penderita UAP dapat berupa: depresi segmen ST, depresi segmen ST disertai inversi gelombang T, elevasi segmen ST, hambatan cabang ikatan His dan tanpa perubahan segmen ST dan gelombang T. 2. Ekokardiografi Tidak memberikan data untuk diagnosis UAP secara langsung. 3. Foto thoraks Biasanya normal pada pasien dengan angina.
59
4. Pemeriksaan laboratorium Petanda biokimia seperti troponin I (TnI) dan troponin T (TnT) mempunyai nilai prognostik yang lebih baik dari pada CKMB. Troponin C, Troponin I dan Troponin T berkaitan dengan konstraksi dari sel miokrad. Kadar serum creatinine kinase (CK) dan fraksi MB merupakan indikator penting dari nekrosis miokard. 5. Exercise test EKG perlu dilakukan pada waktu serangan angina, bila EKG istirahat normal, exercise test harus dilakukan dengan treadmill ataupun sepeda ergometer.
60
DIAGNOSA • Kriteria diagnosa berdasarkan pada: 1. Anamnesa 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan penunjang: a.
Pemeriksaan EKG
b.
Pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan abnormal enzim CK-MB dan/atau Troponin
61
PENATALAKSANAAN 1.
Pasang infus intravena : dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%.
2.
Aktivitas: istirahat di tempat tidur dengan kursi commode di samping tempat tidur dan mobilisasi sesuai toleransi setelah 12 jam.
3.
Diet: puasa sampai nyeri hilang, kemudian diet cair. Selanjutnya diet jantung (rendah lemak tinggi serat).
4.
Medikamentosa untuk mencegah dan menghilangkan serangan angina. a. Obat anti-iskemia Nitrat: isosorbid dinitrat, nitrogliserin -blocker: propanolol, metoprolol, atenolol Antagonis kalsium: nifedipin, verapamil, diltiazem b. Obat anti-agregasi trombosit Aspirin, Tiklopidin, Klopidogrel c. Obat anti-trombin Unfractionated Heparin Low Molecular Weight Heparin (LMWH)
5.
Pembedahan 62
PNEUMONIA DEFINISI
Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit), tidak termasuk Mycobacterium tuberculosis.
DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang dapat terjadi pada semua umur.
ETIOLOGI Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu: Bakteri: Streptococcus pneumoniae (penyebab tersering pada anak), Hemophillus influenza type B (Hib). Bakteri Gram Positif Pneumonia Komuniti Bakteri Gram Negatif Pneumonia Nosokomial Bakteri Anaerob Pneumonia Aspirasi Virus: Respiratory syncytial virus. Jamur Protozoa
KLASIFIKASI Berdasarkan klinis dan epidemeologis : 1. Community Acquired Pneumonia (CAP) atau pneumonia komunitas 2. Hospital Acquired Pneumonia (HAP) atau pneumonia nosokomial 3. Ventilator Acquired Pneumonia (VAP) Berdasarkan kuman penyebab : 1. Pneumonia bakterial/tipikal 2. Pneumonia atipikal 3. Pneumonia virus. 4. Pneumonia jamur Berdasarkan predileksi infeksi : 1. Pneumonia lobaris: sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasan. 2. Bronkopneumonia: ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkus 3. Pneumonia interstisial.
Berdasarkan usia : 1. Bayi < 2 bulan 2.
Anak umur 2 bulan sampai 5 tahun
Bayi < 2 bulan: 1. Pneumonia berat 2. Pneumonia sangat berat Anak umur 2 bulan sampai 5 tahun: 1. Pneumonia ringan 2. Pneumonia berat 3. Pneumonia sangat berat
FAKTOR RESIKO • • • • • • • • • •
Umur. Infeksi saluran pernapasan atas yang tidak tertangani. Status gizi Merokok. Kekebalan tubuh yang menurun. Menderita penyakit kronis seperti Diabetes Melitus, penyakit Autoimmune, penyakit paru kronis, dll. Mengkonsumsi obat-obatan golongan kortikosteroid. Terpajan polutan/bahan kimia berbahaya. Kepadatan hunian rumah. Ventilasi hunian rumah.
PATOFISIOLOGI
GAMBARAN KLINIS Demam, menggigil, dengan suhu > 40° C. Batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah.
Sesak nafas dan nyeri dada.
PEMERIKSAAN FISIK • Tergantung dari luas lesi di paru. • Inspeksi: terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas. • Palpasi: fremitus dapat mengeras. • Perkusi: redup. • Auskultasi: bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.
69
PEMERIKSAAN PENUNJANG • Radiologi: pada foto thorax (PA/Lateral) ditemukan gambaran infiltrat sampai konsolidasi dengan “air broncogram’, penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran cavitas. • Laboratorium: peningkatan leukosit > 10.000/uL hingga 30.000/uL, gambaran leukosit “shift to the left”, dan peningkatan LED. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. • Untuk diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi.
70
PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN Perhatikan Klinis Perhatikan faktor modifikasi keadaan yang dapat meningkatkan risiko infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik
• Pengobatan Suportif/simptomatik 1. Istirahat di tempat tidur 2. Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi 3. Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas 4. Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
• Terapi definitif pemberian antibiotik harus diberikan < 8 jam 1. Pasien Rawat Jalan 2. Pasien yang sebelumnya sehat dan tidak ada risiko kebal obat: a. Makrolid: azitromisin, klaritromisin atau eritromisin (rekomendasi kuat) b. Doksisiklin (rekomendasi lemah) 3. Terdapat komorbid seperti penyakit jantung kronik, paru, hati atau penyakit ginjal, diabetes mellitus, alkoholisme, keganasan, kondisi imunosupresif atau penggunaan obat imunosupresif, antibiotik lebih dari 3 bulan atau faktor risiko lain infeksi pneumonia: a. Florokuinolon respirasi: moksifloksasisn, gemfloksasin atau levofloksasin (750 mg) (rekomendasi kuat) b. β-lactam + makrolid : Amoksisilin dosis tinggi (1 gram, 3x1/hari) atau amoksisilin-klavulanat (2 gram, 2x1/hari) (rekomendasi kuat) Alternatif obat lainnya termasuk ceftriakson, cefpodoxime dan cefuroxime (500 mg, 2x1/hari), doksisiklin
• Pasien perawatan, tanpa rawat ICU 1. Florokuinolon respirasi (rekomendasi kuat) 2. β-laktam+makrolid (rekomendasi kuat) Agen β-laktam termasuk sefotaksim, seftriakson, dan ampisilin; ertapenem untuk pasien tertentu; dengan doksisiklin sebagai alternatif untuk makrolid. Florokuinolon respirasi sebaikanya digunakan untuk pasien alergi penisilin.
• Konseling dan Edukasi 1. Edukasi Edukasi diberikan kepada individu dan keluarga mengenai pencegahan infeksi berulang, pola hidup sehat termasuk tidak merokok dan sanitasi lingkungan. 2. Pencegahan Vaksinasi influenza dan pneumokokal, terutama bagi golongan risiko tinggi (orang usia lanjut atau penderita penyakit kronis).
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya: Efusi pleura Empiema Abses Paru Pneumotoraks Gagal napas Sepsis
DAFTAR PUSTAKA Anwar, T. B. 2004. Angina Pektoris Tak Stabil. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri2.pdf (diunduh pada 31 Oktober 2017 pukul 14.00 WIB). Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. 2006. Pharmaceutical Care untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner: Fokus Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Bakti Husada. Integra Newsletter. 2016. Pneumonia. Hal. 1. Tersedia di http://www.integra.co.id/wpcontent/uploads/2016/11/pneumonia-Nov-2016.pdf . Diunduh pada 31 Oktober 2017. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokterdi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi 2. Hal. 382-383. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2016. Panduan Praktik Klinis (PPK) dan Clinical Pathway (CP) Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Edisi Pertama. Jakarta: Indonesian Heart Association. Putri Rizki M. Dan Hasan Helmia. 2014. Tinjauan Imunologi Pneumonia pada Pasien Geriatri. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FK UNAIR RSUD Dr. Soetomo Surabaya. CDK-212. Vol. 41. Hal. 14-17. Rahman Faisal. 2014. Gambaran Efektivitas Terapi Antibiotik Penyakit Pneumonia pada Pasien Dewasa Rawat Inap di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Periode Tahun 2011 sampai tahun 2012. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada.
78