Lansia.docx

  • Uploaded by: darlis arya
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lansia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,186
  • Pages: 42
Keterangan :Keterangan : 1. Diisi nomor urut anggota posyandu 2. Diisi biodata karakteristik anggota lansia,mulai nama, umur dan seterusnya.Keterangan : 3. Catatan ketentuan anjuran perilaku hidup sehat pada lansiayang meliputi makan minum,kegiatan fisik & sosial. 4. Kode & penggolongan keluhanyang lazim terjadi pada lansia.5. Catatan keluhan & tindakan yang diisi oleh kader dengan kolom yang meliputi; Tanggal/bulan saat kunjungan posyandu Keluhan yang dirasakan lansia saat periksa /kunjungan posyandu. Tindakan / kegiatan yang diberikan pada lansia saat kunjungan misal; pengobatan,penyuluhan, dll.Keterangan : 6. Kolom keterangan kunjungan dalam satuanbulan. 7. Kolom diisi tanggal kunjungan8. Kolom isian yang menggolongkan kemampuan lansia dalam aktivitas sehari ± hari; Kategori A : lansia mampu hidup / melakukan aktivitas mandiri tanpa bantuan orang lain. Kategori B : lansia hidup / melakukan aktivitas sebagian dibantu oleh orang lain. Kategori C : lansia dalam tidak mampuberaktivitas / total dibantu orang lain. 9. Kolom tentang ada atau tidaknya masalah secara emosional pada lansia. 10. Kolom tentang status Gizo lansia yang diisi sesuai dengan hasil penimbangan pada lembar ³Bagian dalam II´. Kemudian dituliskan beratbadan & tinggi badan pada kolom dibawahnya. 11. Kolom tekanan darah diisi sesuai dengan hasilpengukuran tekanan darah pada lansia.Siastole : hasil pengukuran pada detak I(atas)Diástole : hasil pengukuran pada detak II (bawah)(bawah) 12. Kolom diisi jika lansia diberikan obat13. Kolom isian hasil penghitungan denyut nadi menggunakan angka. 14. Kolom tempat isian hasil pemeriksaan Haemoglobin darah(Hb), kemudian ditulis angkahasil Hb dalam satuan g%. 15. Kolom tempat pengisian pemeriksaan urinereduksi dengan hasil ³positif´ / ³normal´, denganpenggunaan kode +++. 16. Kolom tempat pengisian pemeriksaanprotein urine dengan hasil ³positif´ /³normal´, dengan penggunaan kode +++. 17. Daftar nilai / catatan nilai standar normalyang dapat digunakan sebagai acuanpengisian.Keterangan : 18. Angka yang menandakan nilai berat badandalam satuan kilogram(kg). 19. Angka yang menandakan nilai tinggi badandalam satuan centimeter (cm).

20. Apabila hasil ´berat badan´ & ´tinggi badan´ditarik lurus apabila hasil menunjukkan padakolom warna kuning menandakan ´IMTkurang´. 21. Apabila hasil ´berat badan´ & ´tinggi badan´ditarik lurus apabila hasil menunjukkan pada kolom warna hijau menandakan ´IMT normal´. 22. Apabila hasil ´berat badan´ & ´tinggi badan´ditarik lurus apabila hasil menunjukkan padakolom warna merah menandakan ´IMT lebih´. 23. Garis ambang batas.24. Angka ± angka untuk menentukan ukuran hasil berat badan yang diukur Pengertian KMS uisa lanjut KMS usia lanjut adalah alat untuk mencatat kesehatan pribadi usia lanjut baik fisisk maupun mental emosionalnya.KMS ini diisi tiap bulan oleh petugas kesehatan bekerjasama dengan kader pada kegiatan kelompok Usila / kunjungan Puskesmas. KMS ini disimpan oleh usila dan keluarga dan selalu dibawa pada setiap kunjungan ke Puskesmas atau kelompoknya. Kegunaan KMS : Memantau dan menilai kemajuan usia lanjut Mernnemukan secara dini penyakit pada usia lanjut Sebagai bahan informasi bagi usia lanjut dan keluarga nya dalm mememlihara dan meningkatkan kesehatannya.

Bagian-bagian KMS usia lanjut KMS usia lanjut terdiri dari dua halaman : halamnan luar dan dalam Halaman luar dibagi menjadi 3 bagian : 

Bagian kanan Bertuliskan judul, nama Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, nomor regigster dan identitas lengkap usia lanjut pemilik KMS



Bagian tengah Beirsi ruang catatan untuk mencatat keluhan yang perlu diperhatikan sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan penyakit yang diferita usia lanjut.



Bagian kiri

Berisi pesan dan isi untuk hidup sehat serta keluhan yang perlu di[erhatikan sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan penyakit yang diderita uisa lanjut. Halaman dalam memuat: Catatan pemantauan yang meliputi : tanggal kunjungan \, kegiatan sehari-hari, status mental/ masalah emosional, indeks masa tubuh (IMT), tekanan darah, nadi, hasil pengukuran Hb, hasil pemmeriksaan reduksi urine dan protein urine, disertai nilai normal dari IMT, tekanan darah dan HB. Grafik IMT utnuk menunjukkan keadaan IMT yang berlebih, normal, kurang.

Cara pengisian kMS usia lanjut 

Identitas uisa lanjut

Tulis identitas lengkap usia lanjut pemilik KMS yang terdapat pada halaman luar bagian kanan. Coretlah data yang tidak sesuai. Lalu ukur tinggi badan dalam centimeter tanpa alas kaki dalam keadaan berdiri tegak dan catatlah hasil pengukuran di tempat yang tersedia. 

Tanggal kunjungan

Isilah tanggal dan bulan pada kolom kunjungan pertama, kedua dan seterusnya pada setiap bulan pada saat diadakan pemantauan usia lanjut di Puskesmas / kelompok. Apabila usia lanjut tidak dating pada bulan tersebut kosongkan 0kolom untuk bulan tersebut dan pencatatan berpindah utnuk bulan berikutnya. 

Kegiatan hidup sehari-hari

1. Tanyakan kepada usia lanjut atau keluarganya, apakah usia lajut masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan sama sekali? ( mandiri = kategori C ) 2. Ataukah ada gangguan dalam melakukan kativitas sendiri, hingga kadang-kadang perlu bantuan ? ( ada gangguan = kategori B) 3. Ataukah sama sekali tidak mampu melakukan egiatan sehari-hari, sehingga sangat ytergantung dengan orang lain? (ketergantungan = kategori A )

4. yang dimaksud dengan kehidupan sehari-hari adalah kegiatan dasar dalam kebidupan, seperti : makan, minum, berjalan, mandi berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar atau buang air kecil dan sebagainya. 5. Kegiatan pekerjan di luar rumah, seperti berbelanja, mencari nafkah, mengambil pensiun, arisan, pengajian dll. 6. Beri tanda (V) pada kolom yang sesuai (mandiri, ada gangguan, ketergantungan) 7. Pemeriksaan ini dilakuakn setiap bulan. 

Status mental

Lakukan pemeriksaan status mental yang berhubungan dnegan keadaan mental emosional, dengan menggunakan pedoman berikut yang disebut metode 2 menit. :Pada tahap ini perlu dipersiapkan oleh petugas/ kader, hal-hal sebagai berikut : o

Ciptakan lingkungan dan suasana yang nyaman, agar usia lanjut betah.

o

Sikap ramah dan penuih perhatian akan kebutuhan usia lanjut secara menyeluruh sehingga mempermudah hubungan yang terbuka dan lancara antara usia lanjut dan petugas/ kader.

o

Ajukan pertanyaan dengan ramah dan tanpa menyinggung perasaan

Dapat dipergunakan acuan dan pentahapan

PERTANYAAN TAHAP SATU : 

Apakah Anda mengalami sukar tidur ?



Apakah Anda merasa sering gelisah ?



Apakah Anda sering merasa murung dan atau menangis sendiri ?



Apakah Anda sering merasa khawatir ?

tidak ada masalah emosional emosional “TIDAK” Ada satu atau lebih jawaban “YA” 

Apakah lama keluhan lebih dari tiga bulan atau lebih dari satu kali dalam satu bulan ?



Apakah Anda mempunyai masalah atau pikiran banyak ?



Apakah Anda mempunyai gangguan atau masalah dengan keluarga atau orang lain ?



Apakah Anda mempergunakan obat tidur atau penenang atas petunjuk dokter ?



Apakah Anda cenderung mengurung diri di dalam kamar ?

Lanjutkan tidak ada masalah emosional emosional “TIDAK” Bila ada keragu-raguan dalam menentukan keadaan mental, emosional, rujuk ke dokter untuk diagnosa lebih lanjut Ada satu atau lebih jawaban “YA” Masalah emosional positif (+) Tanda (+) diisi pada kolom “ADA” Catatan : pemeriksaan ini dilakukan pada tiap tiga bulan sekali atau bila diperlukan 

Indeks Masa Tubuh

Pada masa kunjungan, timbanglah berat badan tanpa alas kaki dan catat di kolom yang tersedia. Tentukan indeks massa tubuh dengan mencatat tiitk temu antara garis bantu yangh menghubungkan berat badan yang sudah diukur dengan tinggi badan. Nilai normal IMT pria dan wanita uisa lanjut berkisar antara 18,5 sampai 25. 

Bila titik temu terdapat pada daerah grafik berwana merah, berarti IMT lebih.



Bila tiitk temu terdapat pada daerah hijau, berarti IMT normal/ sesuai



Bila ttitik temu berada pada daerah kuning, berarti Imt kurang



Beri tanda (V) pada kolom yang sesuai (kurang, normal, lebih)

Tekanan darah 

Ukur tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop. Catat angka sistole dan diastole pada kolom yang tersedia. Cocokkan dengn nilai normalnya, yaitu sistole antara 120-160 mmHg dan diastole 90 mmHg atau kurang.



Apabila slaah stau sisitole atua diastole atua keduanya di atas normal, maka msuk kriteria tinggi



Apabila sistole dan diastolenya di bwah normal, mnaka masuk kriteria rendah



Beri tanda (V) pada kolom yang sesuai (tinggi, normal, rendah), tanyakan apakah waktu itu sedang minum obat tekanan darah, beri tanda (V) pada kolom yang tersedia bila menjawab “Ya”.



Pada saat itu dihitung juga denyut nadi selama satu menit dan hasilnya diisikan pada kolom yang tersedia.



Pemeriksaan ini dilakukan setiap bilan pada saat kunjungan Puskesmas/ kelompok.

Hemoglobin(Hb) 

Pewriksa Hb dengan salah satu cara, yaitu talquist, sahli, atau cupri sulfat



Catatlah hasilnya pada kolom yang tersedia. Tanda % apabila memakai cara talquist, 13 g% untuk pria dan 12 g% untuk wanita bila menggunakan cara sahli atau cupri sulafat



Berikan tanda (V) pada kolom yang sesuai (kurang atau normal)



Pemeriksaan hemoglobin idlakukan tiap tiga bulan sekali atau bila ada indikasi

Kadar gula darah 

Periksalah kadar gula melalui pememriksaan reduksi urine, dan hasilnya dicatat dengan menndai tanda (V) pada kolom yang tersedia



Positif nila terdapat gula dalam urine, dan tulis jumlah positifnya pada kolom yang tersedia



Normal bila tidak terdapat gula dalam urine (hasil pemeriksaan kadar gula dalam urine negatif)



Tanyakan waktu itu apakah sedang minum obat untuk kencing manis, jika “ya” beri tanda (V) pada kolom yang tersedia



Pemeriksaan kadar gula urine dilakukan tiap tiga bulan sekali atau bila ada indikasi

Proitein dalam urine 

Periksalah kadar protein uirine melalui pemeriksaan dalam uirne dan hsilnya dicacat dengan memberi tanda (V) pda kolom yang sesuai



Positif bila terdapat protein dalm urine dan tulis jumlah posityifnya pada kolom yang tersedia



Normal bila tidak terdapat protein dalam urine (haisl pemeriksaan urine pprotein negatif)



Tanyakan pada waktu itu apakah sedang minum obat, misalnya untuk gangguan ginjal, jika “ya” beri tanda pada kolom yang tersedia



Pemeriksaan portein dalam urine dilakukan tiap tiga bulan sekali atau bla ada indikasi

Catatan keluhan dan tindkaan 

Pada pemeriksaan, tanyakan pada usia lanjut apakah ada keluhan-keluhan yang dirasakan?



Gunakan tabel keluhan yang tercantum pada halaman luar bagian tengah KMS sebagai pedoman



Tulislah tanggal dan keluhan pada kolom yang disediakan



Keterangan atau catatn lain yang diperoleh dari hasil pemeriksaa ditiuliskan pada kartu atau status yang ada di Puskesmas



Bandingkan hasil pemeriksaan-pemeriksaan pada saat itu dengan waktu sebelumnya dan kolerasi terhadap hasil pemeriksaan lainnya untuk menentyukan diagnosa dan evaluasi



Selanjtnya catatlah yang diperlukan dan beritahukan halk inipada usia lanjut atau keluarganya untuk dilaksnakan



Bila tidak diperlukan tindakan, maka pemeriksaan pada saat itu selesai dan berilah nasehat pada usia lanjut untuk mempertahankan kesehatannya



Serahkan KMS kepada usia lanjut untuk disimpan sendiir dan sarankan untuk kembali pada pemeriksaan selanjtnya dengan membawa KMS



Jika dperlukan tindkan maka petugas kesehtaan/ kader melakukan tindakan atau merujuk sesuai prosedur yang berlaku



Apabila tindakan atau rujukan sudah selesai dilakukan, serahkan KMS kepada usia lanjut san sarankan untuk kembali sesuai jadwal

Memeriksa Kesehatan Gizi Lansia Waspadai kekurangan gizi pada lansia. Periksa apakah Anda atau orang tercinta di sekitar menderita kekurangan gizi dengan mengikuti kuis berikut ini. Jawablah setiap pertanyaan di bawah ini dengan ya atau tidak. Berikan nilai 1 untuk setiap jawaban ya. Setelah itu, hitung dan cocokkan dengan kunci jawaban di bawah. 1. Saya punya penyakit yang membuat saya menghindari makanan jenis tertentu atau mengurangi jumlahnya.

2. Saya makan kurang dari dua kali sehari. 3. Saya makan sedikit sayuran, buah, dan susu. 4. Saya minum tiga gelas atau lebih bir, minuman keras, atau anggur setiap hari. 5. Saya punya masalah dengan gigi dan mulut yang membuat saya kesulitan mengunyah makanan. 6. Saya tidak selalu punya cukup uang untuk membeli makanan. 7. Saya hampir selalu makan sendirian. 8. Saya mengasup tiga jenis atau lebih obat yang diresepkan dokter dalam sehari. 9. Tanpa diinginkan, berat badan saya berkurang lima kilogram dalam enam bulan terakhir. 10. Saya tidak selalu mampu pergi belanja, makan dan menyuap makanan untuk diri sendiri.

Jawaban : Bila nilai Anda: 0 - 2 : Anda tidak punya masalah dengan kesehatan gizi. Meskipun demikian, tidak ada salahnya untuk memeriksa kembali kesehatan gizi Anda enam bulan kemudian.

3 - 5 : Anda punya risiko menderita kekurangan gizi ringan. Segera ubah kebiasaan makan dan gaya hidup.

6 atau lebih : Anda menderita kekurangan gizi parah. Segera konsultasi dengan ahli gizi atau dokter. Minta saran ahli untuk memperbaiki kesehatan gizi Anda.

RENCANA KEGIATAN

PERESMIAN DAN PELAKSANAAN POSYANDU LANSIA DUKUH JETIS, TIRTOADI, MLATI, SLEMAN YOGYAKARTA

A. PENDAHULUAN Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya kelompok usia lanjut maka diperlukan suatu usaha yang mengarah kemandirian masyarakat untuk mencapai program Indenesia Sehat 2010. Bentuk dari kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan lansia adalah dengan membentuk Posyandu Lansia Berdasarkan hal tersebut, maka mahasiswa tahap profesi Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM yang sedang melakukan Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat (K3M ) di dusun Jetis, Tirtoadi, Mlati, Sleman bermaksud membantu masyarakat untuk menyelenggarakan Posyandu. 2. NAMA KEGIATAN “Peresmian Posyandu Lansia di Pedukuhan Jetis, Tirtoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta”. A.TUJUAN 1. Tujuan Umum Meningkatkan derajat kesehatan lansia di Pedukuhan Jetis melalui penyelenggaraan kegiatan Posyandu Lansia.

2. Tujuan Khusus 1. Melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan lansia di Dukuh Jetis 2. Melakukan pengukuran IMT lansia di Dukuh Jetis. 3. Melakukan pemeriksaan tekanan darah lansia di Dukuh Jetis. 4. Melakukan pemeriksaan kadar Hb lansia di Dukuh Jetis 5. Melakukan pemeriksaan urine lansia di Dukuh Jetis 6. Melakukan penyuluhan berdasarkan masalah ksehatan lansia di Dukuh Jetis 7. Melakukan pengobatan terhadap lansia yang bermasalah 8. Memberikan contoh makanan sehat bai lansia B.PELAKSANAAN 1. Waktu pelaksanaan : Senin, 26 juli 2004 pukul 09.00-selesai WIB 2. Tempat : Rumah Bp.Sandi (RT 02) 3. Bentuk kegiatan : 1. Peresmian Posyandu Lansia : 

Pembukaan



Sambutan Bapak Luah Desa Tirtoadi



Sambutan Kepala Puskesmas Mlati II



Peresmian Posyandu Lansia



Penutup

2. Pelaksanaan Posyandu lansia: o

Meja I : pendaftaran

o

Meja II : pengukuran tinggi dan berat badan

o

Meja III : pengukuran tekanan darah, pemeriksaan Hb, Pemeriksaan urine.



Meja IV : pencatatan KMS



Meja V : Pegobatan, penyuluhan, pemberian makanan tambahan

4. Pelaksana Kelompok III B mahasiswa tahap profesi Program Studi Ilmu Keperawatan FK UGM yang sedang melakukan kegiatan Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat.

Penanggung Jawab : Widaryati Sekretaris : Ayu Khuzaimah Kurniawati Sie Acara : Reni Mareta Siswoyo Sie Humas dan transportasi : Wika Rispudyani Rosefa Sie Perlengkapan : Priyo Prabowo dan kader Dekorasi dan Dokumentasi: Reny Yuliaspiani Sie konsumsi : Dwi Wulan Minarsih Rahayu Widayanti Penanggung jawab sistem 5 meja : Meja I : Dwi Wulan Minarsih Kader Meja II : Ayu Khuzaimah K. Kader Meja III: Zuzun Nazila Mahasiswa analis Kader

Meja IV: Mekar Dwi Anggraeni

Kader Meja V : Priyo Prabowo Petugas Puskesmas Kader

C.RENCANA ANGGARAN 1. Pemasukan 1. K3M PSIK FK UGM Rp 100.000,2. Donatur/Masyarakat Rp 100.000,2. Pengeluaran 1. 2. Pemeriksaan Hb Rp 200.000,3. Pemeriksaan Protein Urine Rp 100.000,4. Pemeriksaan Reduksi Urine Rp 100.000,Rp 850.000,-

D.PENUTUP Demikian proposal ini kami susun, dan kami mengharapkan dukungan serta kerjasama dari semua pihak demi kelancaran kegiatan tersebut. Yogyakarta, 15 Juli 2004

Ketua Kelompok

SATUAN ACARA PELATIHAN KADER KESEHATAN POSYANDU LANSIA DI PEDUKUHAN JETIS, TIRTOADI, MLATI, SLEMAN, YOGYAKARTA

Pokok Bahasan : Penyegaran dan Pelatihan Kader Kesehatan Sub Pokok Bahasan : 1. Konsep posyandu lansia dan kader posyandu lansia 2. Konsep proses menua 3. Pengukuran tanda-tanda vital 4. Cara pengisian KMS 5. Sistem Pelaporan 6. Gizi pada lansia

Sasaran : Warga Dusun Jetis yang potensial untuk menjadi kader Target : 20 Calon Kader Posyandu Lansia Waktu : 14.00 – selesai Hari/Tanggal : Rabu dan Sabtu,14 dan 17 April 2004 Tempat : Rumah Kepala Dusun Jetis Latar Belakang Tujuan Instruksional Umum

Setelah mendapatkan pelatihan diharapkan pengetahuan dan ketrampilan kader kesehatan posyandu lansia di Dusun Jetis akan meningkat. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mendapatkan pelatihan selama 2 hari diharapkan kader kesehatan posyandu lansia di Dusun Jetis dapat : 1. Melakukan pengukuran tanda-tanda vital 2. Melakukan pengukuran status gizi (IMT) 3. Melakukan pengisian KMS dan buku register 4. Memahami konsep posyandu lansia dan kader posyandu lansia 5. Memahami proses menua 6. Memahami gizi pada lansia. Metode Ceramah, diskusi, demonstrasi dan simulasi. Media Buku rangkuman materi, alat peraga (tensimeter, metline, KMS, buku register, timbangan), OHP, flip chart. Isi Materi 1. Konsep posyandu lansia dan kader posyandu lansia 2. Konsep proses menua 3. Pengukuran tanda-tanda vital 4. Cara pengisian KMS 5. Sistem Pelaporan 6. Gizi pada lansia Pembagian

No

Kegiatan

1.

Pendahuluan

Respon Kader

Waktu 5 Menit

1. Mengucapkan salam

Membalas salam

2. Menjelaskan tujuan Mendengarkan dan mencatat 3. Apersepsi

2.

Menjawab

Penyampaian materi

60 Menit

1. Konsep posyandu lansia dan kader posyandu 2. Konsep proses menua

Mendengarkan, memperhatikan, dan mencatat

3. Gizi pada lansia Mendengarkan, memperhatikan, dan mencatat

60 Menit

3.

Demonstrasi

Memperhatikan

60 Menit

1. Pengukuran tanda-tanda vital 2. Pengukuran status gizi (IMT) 3. Cara pengisian KMS 4. Sistem Pelaporan

4.

Simulasi

Melakukan

60

Menit 1. Pengukuran tanda-tanda vital 2. Pengukuran status gizi (IMT) 3. Cara pengisian KMS 4. Sistem Pelaporan

5.

Penutup

15 Menit

1. Diskusi

Mengajukan pertanyaan

2. Kesimpulan 3. Salam

Menyimak Membalas salam

Setting Tempat Duduk membentuk huruf U Metode Evaluasi: 1. Simulasi: a. Pengukuran tanda-tanda vital b. Pengukuran status gizi (IMT) c. Cara pengisian KMS e. Sistem Pelaporan 2. Diskusi kelompok dengan pertanyaan:

1. Konsep posyandu lansia dan kader posyandu 2. Konsep proses menua 3. Gizi pada lansia Susunan Acara Pelaksanaan Posyandu Lansia Rabu, 14 April 2004 14.00 – 14.05 Pembukaan 14.05 – 14.25 Sambutan Kepala Puskesmas Kepala Desa 14.25 – 15.30 Konsep posyandu lansia dan kader posyandu lansia Konsep proses menua 15.30 – 15.45 Istirahat 15.45 – 16.30 Gizi pada lansia 16.30 – 16.40 Penutup

Sabtu, 17April 2004 14.00 – 15.30 Cara pengisian KMS lansia Sistem pelaporan

15.30 – 15.45 Istirahat 15.45 – 16.30 Pengukuran tanda-tanda vital 16.30 – 16.40 Istirahat 16.40 – 17.00 Simulasi 17.00 – 17.10 Penutup

Pengorganisasian 1. Penanggungjawab : Ayu Khuzaimah K. 2. Sekretaris : Widaryati 3. Pembawa Acara : 4. Moderator : 5. Penyaji : Mahasiswa Puskesmas 6. Fasilitator : 7. Observer : 8. Konsumsi : 9. Perlengkapan : LAPORAN PELAKSANAAN PENYEGARAN DAN PELATIHAN KADER KESEHATAN DUSUN JETIS

Waktu Hari Rabu dan Sabtu, 14 dan 17 April 2004, Pukul 14.00 – 17.00 WIB Tempat Rumah Kepala Dusun Jetis Sasaran dan Target 20 Kader posyandu lansia Dusun Jetis. Pelaksana 1. Penyaji o

Dr. Mafilindati Nuraini 

Iradati



Dwi Haryana



Pratiwi

2. Pendemonstrasi

Acara Hari Rabu, 14 April 2004 14.00 – 14.05 Pembukaan 14.05 – 14.25 Sambutan Kepala Puskesmas Kepala Desa

14.25 – 15.30 Konsep posyandu lansia dan kader posyandu lansia Konsep proses menua 15.30 – 15.45 Istirahat 15.45 – 16.30 Gizi pada lansia 16.30 – 16.40 Penutup Sabtu, 17 April 2004 14.00 – 15.30 Cara pengisian KMS lansia Sistem pelaporan 15.30 – 15.45 Istirahat 15.45 – 16.30 Pengukuran tanda-tanda vital 16.30 – 16.40 Istirahat 16.40 – 17.00 Simulasi 17.00 – 17.10 Penutup Evaluasi 1. Proses pelatihan berjalan lancar dengan peserta dari kader posyandu lansia sebanyak 7 orang dan kader posyandu balita sebanyak 7 orang. 2. Fasilitas pendukung misalnya OHP, alat-alat perlengkapan Posyandu Balita dan Lansia kurang mencukupi. 3. Waktu pemberian materi yang tidak cukup dikarenakan banyaknya materi yang akan diberikan. Daftar hadir

Terlampir Foto Terlampir

LAPORAN PELAKSANAAN DAN PERESMIAN POSYANDU LANSIA DAN BALITA DUSUN SENDARI Waktu Rabu, 21 April 04, pukul : 11.00 – 14.00 WIB Tempat Rumah Kepala Dusun Sendari Sasaran dan Target Semua lansia dan Balita Dusun Sendari Pelaksana Posyandu lansia 

Meja I : Ibu A. Darmodjo/ Puji Lestari, S.Kep



Meja II : Ibu Saliyem / Masri Daeng Taha, S.Kep



Meja III : Ibu Wari Asdakun / Ibu Siti Sundari



Meja IV : Ibu Sumarni / Ibu Sriyati



Meja V : Puskesmas / Minem, S.Kep



PMT : Ibu Sri Hartini Ibu Sumiati

Lili Suryani, S.Kep Posyandu Balita 

Meja I : Ibu Kusnadi / Deka Oktovida, S.Kep



Meja II : Ibu Sumatimah



Meja III : Ibu Sri Wahyu Murwaningsih



Meja IV : Ibu Tri Mulani / Amir Nuryanto, S.Kep



Meja V : Puskesmas / Dwi Yogyo, S.Kep



PMT : Ibu Nursyahbaniah

Ibu Ani Suparni Emulyani, S.Kep Acara Posyandu Balita : 

Pendaftaran



Penimbangan balita



Pemberian PMT



Imunisasi dan penyuluhan kesehatan

Posyandu Lansia : 

Pendaftaran



Penimbangan dan pengukuran tinggi badan



Pengukuran tekanan darah



Pengobatan dan penyuluhan kesehatan



Pemberian PMT

Evaluasi 1. Kegiatan Posyandu lansia dan balita berjalan lancar.

2. Lansia yang hadir adalah 64 orang dan balita 45 orang. 3. Keterampilan kader pada meja pendaftaran, penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan sudah cukup baik, tapi keterampilan kader untuk pengukuran tekanan darah dan penyuluhan kesehatan masih perlu ditingkatkan. 4. Pemberian makanan tambahan balita dari puskesmas sasarannya adalah untuk balita umur 6-11 bulan, namun semua minta. Daftar Hadir Terlampir Foto Terlampir TEORI LANSIA

Konsep Teori Lansia Batasan Lansia Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi: 1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. 2. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun 3. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun 4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

Proses Menua Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah. Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan: 1. Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial, 2. Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, 3. Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan yangmenuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh MunandarAshar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu: 1. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain, 2. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya, 3. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah, 4. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan 5. Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan – kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya. Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992) Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah: 1. Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya. 2. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi 3. Selalu mengingat kembali masa lalu 4. Selalu khawatir karena pengangguran, 5. Kurang ada motivasi, 6. Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan 7. Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja,

menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.

Teori Proses Menua 1. Teori – teori biologi 1. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory) Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel) 2. Pemakaian dan rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak) 3. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory) Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. 4. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory) Sistem imune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkab kerusakan organ tubuh. 5. Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. 6. Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi. 7. Teori rantai silang Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi. 8. Teori program Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.

2. Teori kejiwaan sosial 1. Aktivitas atau kegiatan (activity theory) - Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. - Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. - Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia

2. Kepribadian berlanjut (continuity theory) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki. 3. Teori pembebasan (disengagement theory) Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni : 1. kehilangan peran 2. hambatan kontak sosial 3. berkurangnya kontak komitmen Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain: (Setiabudhi, T. 1999 : 40-42) 1) Permasalahan umum a) Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan. b) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati. c) Lahirnya kelompok masyarakat industri. d) Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia. e) Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

2) Permasalahan khusus : a) Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial. b) Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia. c) Rendahnya produktifitas kerja lansia. d) Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat. e) Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik. f) Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan 1. Hereditas atau ketuaan genetik 2. Nutrisi atau makanan 3. Status kesehatan 4. Pengalaman hidup 5. Lingkungan 6. Stres Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia 1. Perubahan fisik Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim organ tubuh, diantaranya sistim pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastro intestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.

2. Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental : 1. Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa. 2. Kesehatan umum 3. Tingkat pendidikan 4. Keturunan (hereditas) 5. Lingkungan 6. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian. 7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan. 8. Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili. 9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep dir.

3. Perubahan spiritual Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)

Penyakit Yang Sering Dijumpai Pada Lansia Menurut the National Old People’s Welfare Council , dikemukakan 12 macam penyakit lansia, yaitu : 1. Depresi mental 2. Gangguan pendengaran

3. Bronkhitis kronis 4. Gangguan pada tungkai/sikap berjalan. 5. Gangguan pada koksa / sendi pangul 6. Anemia 7. Demensia

Konsep Penyakit Katarak

Definisi Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long, 1996)

Etiologi 1. Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis 2. Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau benda – benda radioaktif. 3. Penyakit mata seperti uveitis. 4. Penyakit sistemis seperti DM. 5. Defek kongenital

Patofisiologi Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan atara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lens melebihi jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.

Macam – macam Katarak 1. katarak kongenital Adalah katarak sebagian pada lensa yang sdah idapatkan pada waktu lahir. Jenisnya adalah: 1. Katarak lamelar atau zonular. 2. Katarak polaris posterior. 3. Katarak polaris anterior 4. Katarak inti (katarak nuklear) 5. Katarak sutural 2. Katarak juvenil Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir. 3. Katarak senil Adalah kekeruhan lensa ang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa macam yaitu: 1. katarak nuklear Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa 2. Katarak kortikal Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa 3. Katarak kupliform Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal.

Katarak senil dapat dibagi atas stadium: 1. katarak insipiens Katarak yang tidak teratur seperti bercak – bercak yang membentuk gerigi dengandasar di perifer dan daerah jernih di antaranya. 2. katarak imatur Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapt bagian- bagian yang jernih pada lensa. 3. katarak matur Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama – sama hasil desintegritas melalui kapsul. 4. katarak hipermatur Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa. 4. Katarak komplikasi Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau penyakit umum. 5. Katarak traumatik Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.

Kosep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Katarak Pengkajian

1. Data Subyektif 1. Nyeri 2. Mual 3. Diaporesis 4. Riwayat jatuh sebelumnya 5. Pengetahuan tentang regimen terapeutik 6. Sistem pendukung, lingkungan rumah. 2. Data obyektif 1. Perubahan tanda – tanda vital 2. Respon yang azim terhadap nyeri 3. Tanda – tanda infeksi: 

Kemerahan



Edema



Infeksi konjungtiva (pembuluh darah konjungtiva menonjol)



Drainase pada kelopak mata dan bulu mata



Zat purulen



Peningaktan suhu tubuh



Nilai laboratorium: peningkatan SDP, perubahan SDP, hasil pemeriksaan kultur sesitivitas abnormal.

4. Ketajaman penglihatan masing – masing mata. 5. Cara berjalan, riwayat jatuh sebelumnya. 6. Kemungkinan penghalang lingkungan seperti; 

kaki kursi, perabot yang rendah



Tiang infus



Tempat sampah



Sandal

7. Kesiapan dan kemampuan untuk belajar dan menyerap informasi.

Perumusan Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh 2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan perentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh. 3. Resiko tinggi terhadap cidera b/d keterbatasan penglihatan, berada di lingkungan yang asing dan keterbatasan mobilitas dan perubahan kedalaman persepsi karena pelindung mata. 4. Resiko tinggi terhadap infektif penatalaksanaan regimen terapeutik b/d kurang aktivitas yang diijinkan, obat – obatan, komplikasi dan perawatan lanjutan.

Perencanaan 1. Nyeri akut 1. Tujuan: nyeri teratasi 2. Kriteria hasil: klien melaporkan penurunan nyeri progresif dan penghilangan nyeri setelah intervensi. 3. Intervensi: 

Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif.

Rasional: Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi. 

Jelaskan bahwa nyeri dapat akan terjadi sampai beberapa jam setelah pembedahan.

Rasional: Nyeri post op dapat terjadi sampai 6 jam post op. 

Lakukan tindakan penghilanagn nyeri non invasif atau non farmakologik, seperti berikut;



Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah – ubah antara berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak dioperasi.



Distraksi



Latihan relaksasi

Rasional: beberapa tindakan penghilang nyeri non invasif adalah tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat dalam usaha meningkatkan kenyamanan pada klien. 

Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan aalgesik yang diresepkan.

Rasional: Analgesik mambantu dalam menekan respon nyeri dan menimbulkan kenyamanan pada klien. 

Beritahu doker jika nyeri tidak hilang setelah ½ jam pemberian obat, jika nyeri disertai mual atau jika anda memperhatikan drainase pada pelindung mata.

Rasional: Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra okuli (TIO) atau komplikasi lain.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi 1. Tujuan: infeksi tidak terjadi. 2. Kriteria hasil: klien akan menunjukkan penyembuhan insisi tanpa gejala infeksi. 3. Intervensi: 

Tingkatkan penyembuhan luka:



Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupancairan yang adekuat.



Instruksikan klien untuk tetap menutup mata sampai hari pertama setelah operasi atau sampai diberitahukan

Rasional: Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan



Gunakan teknik aseptik untuk meneteskan tetes mata:



Cuci tangan sebelum memulai



Pegang alat penetes agak jauh dari mata



Ketika meneteskan, hindari kontak antara ata, tetesan dan alat penetes.

Ajarkan teknik ini kepada klien dan anggota keluarganya. Rasional: Teknik aseptik meminimialkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi resiko infeksi. 

Kaji tanda dan gejala infeksi:



Kemerahan, edema pada kelopak mata



Infeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol)



Drainase pada kelopak mata dan bulu mata



Materi purulen pada bilik anterior (antara korm\nea dan iris)



Peningkatan suhu



Nilai laboratorium abnormal (mis. Peningkatan SDP, hasil kultur dan sensitivitas positif)

Rasional: Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi. 

Lakukan tindakan untuk mencegah ketegangan pada jahtan (misal anjurkan klien menggunakan kacamata protektif dan pelindung mata pada siang hari dan pelindung mata pada malam hari).

Rasional: Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan interupsi menciptakan jalan masuk untuk mikroorganisme. 

Beritahu dokter tentang semua drainase yang terlihat mencurigakan.

Rasional: Drainase abnormal memerlukan evaluasi medis dan kemungkinan memulai penanganan farmakologi.

3. Resiko tinggi terhadap cidera 1. Tujuan: Cidera tidak terjadi. 2. Kriteria hasil: Klien tidak mengalami cidera atau trauma jaringan selama dirawat. 3. Intervesi: 

Orientasikan klien pada lingkungan ketika tiba.

Rasional: Pengenalan klien dengan lingkungan membantu mengurangi kecelakaan. 

Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan kemungkinan bahaya.



Singkirkan penghalang dari jalur berjalan.



Singkrkan sedotan dari baki.



Pastikan pintu dan laci tetap tertutup atau terbuka secara sempurna.

Rasonal: Kehilangan atau gangguan penglihatan atau menggunakan pelindung mata juga apat mempengaruhi resiko cidera yang berasal dari gangguan ketajaman dan kedalaman persepsi. 

Tinggikan pengaman tempat tidur. Letakkan benda dimana klien dapat melihat dan meraihnya tanpa klien menjangkau terlalu jauh.

Rasional: Tinakan ini dapat membantu mengurangi resiko terjatuh. 

Bantu klien dan keluarga mengevaluasi lingkungan rumah untuk kemungkinan bahaya.



karpet yang tersingkap.



Kabel listrik yang terpapar.



Perabot yang rendah



Binatang peliharaan



Tangga

Rasional: Perlunya untuk empertahankan lingkungan yang aman dilanjutkan setelah pulang.

4. Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik 1. Tujuan: Inefektif penatalaksanaan regimen tidak terjadi. 2. Kriteria hasil: Berkaitan dengan rencana pemulangan rujuk pada rencana pemulangan. 3. Intervensi: 

Diskusikan aktifitas yang diperbolehkan setelah pembedahan.



Membaca



Menonton televisi



Memasak



Melakukan pekerjaan rumah tangga yang ringan



Mandi siram atau mandi di bak mandi.

Rasional: Memulai diskusi dengan menguraikan aktifitas yang diperbolehkan daripada pembatasan memfokuskan klien pada aspek positif penyembuhan daripada aspek negatifnya. 

Pertegas pembatasan aktifitas yang disebutkan dokter yang mungkin termasuk menghindari aktifitas berikut:



Berbaring pada sisi yang dioperasi



Membungkuk melewati pinggang



Mengangkat benda yang beratnya melebihi 10 kg.



Mandi



Mengedan selama defekasi.

Rasional: Pembatasan diperlukan utnuk menguangi gerakan mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler. Pembatasan yang spesifik tergantung pada beberapa faktor, termasuk sifat dan luasnya pembedahan, preferensi dokter, umur serta status kesehatan klien secara keseluruhan. Pemahaman klein tentang alasan untuk pembatasan ini dapat mendorong kepatuhan klien. 

Tekankan pentingnya tidak mengusap mata atau menggosok mata dan menjaga balutan serta pelindung protektif tetap pada tempatnya sampai hari pertama setelah operasi.

Rasional: Mengusap atau menggosok mata dapat merusak integritas jahitan dan memebrikan jalan masuk untk mikroorganisme. Menjaga mata tertutup mengurangi resiko kontaminasi oleh mikroorganisme di udara. 

Jelaskan informasi berikut untuk tetap setiap obat – obatan yang diresepkan.



Nama, tujuan dan kerja obat.



Jadwal, dosis (jumlah dan waktu)



Teknik pemberian



Instruksi atau kewaspadaan khusus

Rasional: Memberikan informasi yang akurat sebelum pulang dapat meningkatkan kepatuhan dengan regimen pengobatan dan membantu mencegah kesalahan dalam pemberian obat. 

Instruksikan klien dan keluarga untuk melaporkan tanda dan gejala berikut:



Kehilangan penglihatan



Nyeri pada mata



Abnormalitas penglihatan (misalnya, kilasan cahaya atau mengeras)



Emerahan, drainase meningkat, suhu meningkat.

Rasional: Melaporkan tanda dan gejala ini lebih awal memungkinkan intervensi yang cepat untuk mencegah atau meminimalkan infeksi, peningkatan tekanan intra okular, perdarahan, terlepasnya retina atau komplikasi lain. 

Instruksikan untuk menjaga hygiene mata (membuang drainase yang mengeras dengan menyeka kelopak mata yang terpejam menggunakan bola kapas yang dielmbabakan dengan larutan irigasi mata).

Rasional: Sekresi dapat melekat pada kelopak mata dan blu mata. Pembuangan sekresi dapat memberikan kenyamanan dan mengurangi resiko infeksi dengan mneghilangkan sumber mikroorganisme. 

Tekankan pentingnya perawatan lanjutan yang adekuat, dengan adwal yang ditentukan oleh ahli bedah. Klien harus mengetahui tanggal dan waktu jadwal perjanjian pertamanya sebelum pulang.

Rasional: Perawatan lanjutan memberikan kemungkinan penyembuhan dan memngkinkan deteksi dini komplikasi. 

Sediakan instruksi tertulis pada waktu klien pulang.

Rasional: Instruksi tertulis memberikan klien dan keluarga sumber informasi yang dapat merekam rujuk jika diperlukan. Pelaksanaan Disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan serta keadaan umum klien. Evaluasi Disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menggunakan metode SOAP.

More Documents from "darlis arya"

Lansia.docx
June 2020 3
November 2019 5
3293-6538-1-sm.pdf
June 2020 5
Application Status (2)
August 2019 55
S-alatoptik
April 2020 44