Ksu

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ksu as PDF for free.

More details

  • Words: 508
  • Pages: 2
Jakarta, Kompas - Industri pengolahan susu mulai membatasi pembelian susu segar domestik. Sistem ”kuota” pembelian diterapkan demi memburu bahan baku susu impor yang harganya lebih murah dengan mengabaikan kelangsungan hidup usaha ternak sapi perah dalam negeri. Ketua Umum Dewan Persusuan Nasional Teguh Boediyana, Jumat (23/1) di Jakarta, mengungkapkan, sistem kuota pembelian susu segar domestik diterapkan dengan cara menaikkan kualitas susu yang akan mereka beli secara sepihak. Akibatnya, banyak susu peternak yang nantinya tidak terserap industri pengolah susu (IPS). Menurut Teguh, ketika harga bahan baku susu dalam bentuk susu bubuk skim dan butter fat di pasar internasional naik tajam, produsen susu berebut membeli susu peternak lokal. Koperasi susu di Indonesia dibuat kesal oleh ulah IPS yang berebut menampung susu kualitas rendah yang ditolak koperasi, karena langkah IPS dinilai tidak mendidik peternak untuk menghasilkan susu kualitas bagus. Sekarang, ketika harga susu internasional tinggi, standar kualitas susu segar dalam negeri dinaikkan, padahal peternak belum siap. Ketua Asosiasi Peternak Sapi Perah Jawa Tengah Agus Warsito mengatakan, mulai 5 Januari 2009 produsen susu PT Indomilk menurunkan harga pembelian susu Rp 200 per kilogram (kg). Selanjutnya, pada 2 Februari, peternak sudah disurati bahwa harga beli susu diturunkan lagi Rp 100 per kg. ”Harga ditekan, tetapi kualitas harus ditingkatkan,” ujarnya. Agus mengungkapkan, saat harga susu internasional naik tinggi, susu segar dengan kandungan total solid (TS) 10-10,5 persen diterima IPS. Sekarang mereka tidak mau menerima susu dengan kandungan TS di bawah 11 persen. Begitu pula susu dengan kandungan protein kurang dari 25 persen tidak diterima. Sebelumnya, susu segar dengan kandungan TS 21-23 persen diterima. Para peternak berharap pemerintah mencarikan solusi terkait menurunnya harga beli susu domestik. Kalau tidak, upaya para pemangku kepentingan di bidang persusuan nasional yang ingin menggenjot produksi susu domestik demi menekan impor bahan baku susu akan sia-sia. Ketua Umum Gabungan Koperasi Susu Indonesia Dedi Setiadi mengungkapkan, selain di Jawa Tengah, penurunan harga beli susu segar juga terjadi di Jawa Barat. Produsen susu Frisian Flag akan menurunkan harga pembelian susu Rp 100-Rp 150 per kg, sedangkan PT Danone menawar dari Rp 3.400 per kg menjadi Rp 2.800. ”Indonesia sedang menunggu ketergantungan susu sepenuhnya pada impor,” katanya. Harus mandiri

Menanggapi situasi yang dihadapi pemasok susu segar, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Departemen Perindustrian Fauzi Azis mengemukakan, sudah saatnya peternak sapi perah menciptakan kemandirian produksi hingga pengembangan pasar. Fauzi mengungkapkan hal itu saat menyalurkan bantuan alat pasteurisasi, coolstorage, dan coolbox ke Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari, Sumedang, Jawa Barat, kemarin. Menurut Fauzi, kemandirian peternak sapi perah harus mulai diciptakan. Industri berbasis agro harus dirancang secara integrasi mulai dari cara beternak, melengkapi peralatan, hingga mengembangkan pasar tersendiri. Fauzi mencontohkan, KSU Tandangsari memiliki kapasitas produksi 30 ton per hari. Dari produksi sebanyak ini, koperasi mampu memasok ke IPS sebanyak dua tangki berkapasitas masing-masing 8.000 liter per hari. Sebagai pembina, Depperin kini mengarahkan peternak sapi perah agar mengembangkan pasar tersendiri. Untuk itu, peternak semestinya bisa mengembangkan susu yang sudah diproses pasteurisasi. Dari produksi itu, sekitar 300 liter per hari bisa diarahkan untuk dikonsumsi pelajar di desa atau kota terdekat, sedangkan masyarakat umum bisa dipasok 200 liter per hari.(mas/osa)

Related Documents

Ksu
June 2020 3
Ksu Caver.docx
October 2019 3
Draft Ksu Bmj
June 2020 1