Kompas_25feb09_l_27_penyebaran Hiv-aids Di Banten Semakin Liar

  • Uploaded by: lp3y.org
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kompas_25feb09_l_27_penyebaran Hiv-aids Di Banten Semakin Liar as PDF for free.

More details

  • Words: 865
  • Pages: 3
Kompas.Com

Page 1 of 3

Print

Send

Close

Penyebaran HIV/AIDS di Banten Semakin Liar Rabu, 25 Februari 2009 | 01:07 WIB

Kematian seorang anak perempuan berusia di bawah lima tahun di Cilegon, Banten, menjadi fakta bahwa virus HIV/AIDS bukan lagi milik orang dewasa saja. Semua bisa tertular, bukan hanya wanita penjaja seks, tetapi juga pelanggannya, pengguna narkoba jarum suntik, bahkan suami atau istri, serta anak-anak mereka yang tak bersalah. Bocah perempuan itu meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah Cilegon hari Rabu lalu. Dia meninggal dalam usia masih sangat muda, satu tahun sembilan bulan. Virus HIV/AIDS telah menggempur sistem kekebalan tubuh sang bayi sehingga tubuhnya tak mampu menahan serangan penyakit radang paru-paru akut. Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Banten mencatat, kematian itu merupakan kematian ketiga anak balita karena mengidap HIV/AIDS di Banten. Sebelumnya pada 2007-2008, seorang anak balita asal Kasemen, Kota Serang, dan seorang anak balita di Cilegon meninggal dunia. Selain itu, jumlah anak balita pengidap HIV/AIDS di Banten sudah mencapai 11 orang (tiga di antaranya sudah meninggal). Mereka tersebar di Kota Serang, Cilegon, Tangerang, serta Kabupaten Pandeglang dan Tangerang. Umumnya para anak balita itu mengidap HIV/AIDS karena lahir dari seorang ibu. Sementara tidak semua ibu positif HIV/AIDS karena ulahnya sendiri. Kebanyakan mereka tertular dari suami mereka yang sudah lebih dahulu terkena HIV/AIDS. Selanjutnya, para suami atau kepala keluarga bisa saja tertular dari wanita pekerja seks komersial (PSK) atau karena kebiasaannya menggunakan narkoba jarum suntik. Seperti MLM Penyebaran virus AIDS terlihat semakin ”liar”, termasuk di Banten. Seperti jaringan pemasaran multilevel marketing (MLM), begitulah HIV/AIDS menyebar. Sebut saja S, pengidap HIV/AIDS yang meninggal akhir tahun 2008. Dia mengidap HIV/AIDS karena kebiasaannya menggunakan jarum suntik. Selain teman sesama pengguna narkoba, S menularkan HIV/AIDS kepada tiga orang istri, serta satu orang kekasih yang belum sempat dinikahinya. Penyakit itu pun kemudian menular kepada beberapa anak yang lahir dari istri-istri S. Gambaran betapa liar virus itu menyebar bisa dilihat dari aktivitas seorang PSK yang positif HIV/AIDS di Merak. Dalam satu hari, seorang PSK bisa melayani 2-6 pelanggan tanpa menggunakan pengaman—karena terlambat tahu jika dia positif mengidap HIV/AIDS. Artinya dalam satu hari akan ada 2-6 pengidap HIV/AIDS baru karena tertular dari PSK. Belum lagi bila 2-6 pelanggan itu berhubungan dengan istri atau pasangan resmi mereka. Jumlah warga yang tertular HIV/AIDS bisa bertambah lagi menjadi 4-12 orang. Apalagi bila pasangan resmi itu memiliki anak, jumlah pengidap bertambah menjadi 6-36 orang. Jumlah tersebut akan bertambah banyak dalam kurun waktu satu tahun. Jika dalam satu tahun seorang PSK memiliki

http://cetak.kompas.com/printnews/xml/2009/02/25/01070930/Penyebaran.HIVAIDS.di.Bante ... 2/25/2009

Kompas.Com

Page 2 of 3

100 pelanggan, akan ada minimal 200 orang yang tertular HIV/AIDS. Itu belum ditambah dengan jumlah anak yang lahir, atau orang lain yang berhubungan dengan mereka. Data KPA Banten menyebutkan, hingga akhir tahun lalu terdapat 130 PSK dan 3.890 penasun dengan HIV/AIDS di Banten. Dari jumlah itu diketahui 430 pelanggan PSK dan 70 pasangan pelanggan yang tertular HIV/AIDS. Selain itu didapati 560 pasangan penasun yang terkena HIV/AIDS. Jumlah kasus HIV/AIDS di Banten terus bertambah setiap tahun. Bahkan, hingga Februari 2009, jumlah pengidap di Banten mencapai 1.413 orang, terdiri dari 1.184 HIV dan 229 AIDS. Jumlah itu bertambah 142 orang dari temuan hingga akhir 2008, yang baru mencapai 1.271 orang. Dengan kata lain, dalam dua bulan saja terdapat 142 temuan baru pengidap HIV/AIDS. Sejak 1998 sudah ada 51 pengidap HIV/AIDS di Banten yang meninggal dunia. Fakta tersebut mengantarkan Banten menjadi provinsi dengan jumlah pengidap HIV/AIDS terbanyak ke-5 di Indonesia pada tahun 2009. Padahal, tahun 2008 Banten di posisi ke-7 dan 2007 masih di peringkat ke-8. Bahkan, tahun 2006, Banten masih berada di posisi ke-22. Tak terjangkau Sementara itu, pengidap HIV/AIDS terbanyak di Banten berasal dari kalangan pengguna narkoba. KPA Banten mencatat, sekitar 59 persen pengidap HIV/AIDS di Banten adalah penasun. Sedangkan pasangan atau suami-istri penasun menyumbang 8 persen kasus HIV/AIDS di Banten. Pengidap HIV/AIDS dari kalangan PSK hanya sekitar 2 persen. Angka itu berbanding terbalik dengan pelanggan PSK yang mencapai 7 persen. Umumnya pengidap HIV/AIDS di Banten berasal dari kalangan kurang mampu. Namun, banyak pula temuan kasus HIV/AIDS pada masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. ”Pengidap yang tingkat ekonominya menengah ke atas biasanya dirawat di rumah sakit-rumah sakit yang bonafide. Sedangkan pengidap yang kurang mampu sering terkendala masalah pembiayaan,” kata Arif Mulyawan, Program Officer KPAD Banten. Keterbatasan dana membuat para pengidap HIV/AIDS kesulitan menjangkau akses kesehatan. Tidak mengherankan bila banyak pengidap HIV/AIDS terlambat mendapat perawatan medis, seperti anak balita perempuan yang meninggal pekan lalu. Selain itu, banyak pengidap HIV/AIDS yang kesulitan mendapatkan perawatan medis karena tidak terdaftar sebagai anggota Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Saat ini sekitar 70 persen pengidap HIV/AIDS dari kalangan kurang mampu belum memiliki Jamkesmas. Tahun ini, Pemerintah Provinsi Banten mengalokasikan dana hingga Rp 5 miliar untuk penanggulangan HIV/AIDS. ”Dana itu di antaranya untuk membeli dua alat CD4 (cluster of differentiation 4), untuk mengetahui sistem kekebalan tubuh,” kata Dadang, Sekretaris Dinas Kesehatan Banten. Namun, tidak ada yang bisa menjamin Pemprov Banten akan konsisten mengalokasikan dana untuk penanggulangan HIV/AIDS. Karena itulah, menurut Arif, diperlukan sebuah aturan yang mengikat seperti Peraturan Daerah (Perda) Kesehatan. Perda itu diharapkan akan mengatur berapa anggaran untuk bidang kesehatan yang harus dialokasikan

http://cetak.kompas.com/printnews/xml/2009/02/25/01070930/Penyebaran.HIVAIDS.di.Bante ... 2/25/2009

Kompas.Com

Page 3 of 3

Pemprov Banten. (Anita Yossihara)

anita yossihara

Dapatkan artikel ini di URL: http://entertainment.kompas.com/read/xml/2009/02/25/01070930/Penyebaran.HIVAIDS.di.Banten.Semakin.Liar

http://cetak.kompas.com/printnews/xml/2009/02/25/01070930/Penyebaran.HIVAIDS.di.Bante ... 2/25/2009

Related Documents

Banten
May 2020 19
Liar
November 2019 26
Nawawi Banten
May 2020 25
Bi Liar
November 2019 22