Kompas.Com
Page 1 of 2
Print
Send
Close
Dana Paceklik Belum Menolong Selasa, 17 Februari 2009 | 23:49 WIB
Tegal, Kompas - Sejumlah pemerintah kabupaten dan kota akan menyalurkan dana paceklik untuk menolong perekonomian nelayan yang terpuruk akibat cuaca ekstrem yang mengganggu pelayaran mereka. Langkah serupa akan diambil koperasi unit desa nelayan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, untuk menyalurkan dana paceklik yang sejak awal telah disisihkan 0,15 persen dari hasil pelelangan ikan nelayan. Namun, bahkan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Syamsul Ma’arif mengemukakan DKP tidak memiliki dana khusus untuk membantu nelayan di tengah cuaca buruk dan gelombang tinggi berkepanjangan. Dulu, DKP memiliki alokasi dana bencana untuk nelayan, tetapi dana itu dihapus sejak tahun 2008. ”DKP tidak punya dana untuk membantu nelayan dalam kondisi bencana seperti sekarang. Bantuan bencana sudah jadi kewenangan Departemen Sosial,” ujar Ma’arif. Hal senada diakui Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Pemerintah Kabupaten Jember, dan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo yang belum bisa memberikan solusi terhadap nasib nelayan. Bantuan pada masa paceklik hanya bersifat meringankan beban. ”Saya turut merasakan kesulitan mereka untuk bertahan hidup. Namun, mencari solusinya sulit. Biaya untuk penyediaan sarana melaut sangat besar,” kata Bibit di Semarang. Wakil Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Cabang Cilacap Indon Cahyono menilai, musim barat tahun ini dianggap cuacanya paling buruk selama beberapa tahun terakhir sehingga 33.000 nelayan yang berpenghasilan rata-rata Rp 50.000 per hari menganggur. Menurut Bibit, Pemerintah Provinsi Jateng telah membagikan bantuan 190 ton beras untuk nelayan pantai utara Jateng. Wali Kota Tegal Adi Winarso mengatakan, Pemerintah Kota Tegal akan menyalurkan dana paceklik Rp 30 juta. Bantuan akan diberikan melalui himpunan nelayan setempat dan penggunaannya diserahkan kepada lembaga tersebut. ”Bantuan seperti ini diberikan tiap tahun,” ujarnya. Ketua Badan Pengawas Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Mina Kota Tegal Tambari Gustam mengatakan, hingga saat ini baru sekitar 70 persen kapal yang mulai dijalankan karena angin di laut masih kencang. Itu pun sebagian mengalami kerusakan mesin sehingga terpaksa bersandar di pulau-pulau terdekat. Ahmad Hadadi, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jabar, Selasa (17/2), mengatakan, untuk mengatasi paceklik yang berulang setiap tahun, nelayan didorong mengembangkan usaha lain, seperti budidaya udang dan bandeng. ”Kami menyiapkan bantuan benih bandeng bagi nelayan yang berminat menjadi pembudidaya bandeng atau jenis ikan lain,” ujarnya. Sayangnya, menurut Hadadi, dana paceklik tidak dinikmati sebagian nelayan kecil karena mereka tak tergabung dalam KUD nelayan.
http://cetak.kompas.com/printnews/xml/2009/02/17/23492873/Dana.Paceklik.Belum.Menolong ... 2/18/2009
Kompas.Com
Page 2 of 2
Kajidin, Ketua Serikat Nelayan Tradisional Indonesia di Indramayu, mengatakan, para nelayan itu kesulitan masuk menjadi anggota KUD karena mereka tak bisa selalu menjual ikannya ke tempat pelelangan ikan, seperti yang disyaratkan KUD. Sebagian nelayan terikat pada tengkulak sehingga mereka harus menjual ikan kepada tengkulak. Soal lain, para nelayan umumnya juga tak bisa lepas dari tengkulak karena menyangkut kebutuhan modal. Sulit Pemkab Banyuwangi dan Jember juga menyatakan belum bisa memberikan solusi. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi Hary Cahyo Purnomo serta Kepala Bidang Produksi Perikanan Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Jember HM Saleh di tempat terpisah mengemukakan, sepanjang pantai selatan Jember-Banyuwangi, sejak sepekan terakhir nelayan tidak berpenghasilan karena tak berani melaut. Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemkab Jember HM Farouq mengatakan, tahun ini tak ada program padat karya seperti tahun lalu. ”Dulu ada karena paceklik berkepanjangan,” kata HM Farouq. Di Cilacap dan Kebumen, Jateng, lebih dari 80 persen nelayan juga tak bisa melaut sehingga perekonomian nelayan tersendat, bahkan rugi jutaan rupiah.(AHA/SIR/WIE/HAN/UTI/ SUP/MDN/NIT/LKT)
aha;sir;wie;han;uti; sup;mdn;nit;lkt
Dapatkan artikel ini di URL: http://entertainment.kompas.com/read/xml/2009/02/17/23492873/Dana.Paceklik.Belum.Menolong
http://cetak.kompas.com/printnews/xml/2009/02/17/23492873/Dana.Paceklik.Belum.Menolong ... 2/18/2009