Kiamat for Dummies Sebuah email "aneh" berhuruf dan berbahasa arab mendarat di mailbox saya. Kirain pesan dari Osama bin Ladin :). Ternyata isinya soal fenomena alamiah yang lagi-lagi diklaim sebagai tandatanda mendekatnya kiamat. Cerita klasik sebenarnya, tapi anehnya masih ada saja yang mau percaya dengan omong kosong macam begini dan lantas memforwardkan kesana-kemari.
Sepintas email ini kelihatan seperti artikel ilmiah populer, dengan mengutip sebuah situs astronomi yang membahas tentang gerak retrograd Mars. Konyolnya, peristiwa ini lantas "dipelesetkan" dengan pernyataan bahwa gerak rotasi Mars telah berubah, sehingga di Mars Matahari akan terbit dari arah barat dan terbenam di timur. Lelucon yang tidak lucu ini berlanjut lagi dengan kesimpulan bahwa hal serupa akan terjadi pada setiap planet di tata surya, dan ketika kelak Bumi kita mendapat giliran, maka itu artinya kiamat sudah sangat dekat! Astronomi adalah salah satu subjek favorit saya, jadi tidak sulit bagi saya untuk melihat kekeliruan pada isi email tersebut. Tapi kali ini saya tidak kepingin menulis soal astronomi, gerak retrograd, orbit planet dan sebagainya itu. Saya mau menulis soal kiamat saja. Terus terang saya sedih membaca banyak sekali isu yg menghubungkan peristiwa alamiah biasa dengan kiamat. Dulu kita pernah heboh dengan terjadinya dua gerhana di bulan Ramadhan yang juga dianggap sebagai tanda-tanda kiamat, sekarang soal ini. Kapan-kapan entah apa lagi. Sebagai seorang Muslim, tentu saya sepenuhnya beriman terhadap hari akhir. Tapi mereka-reka gejala alam ini-itu sebagai alamat datangnya kiamat, bagi saya adalah "praktek" yang lebih banyak mudharat ketimbang manfaatnya. Sudah berapa kali kita melihat peristiwa alamiah biasa yang lantas ditafsirkan sebagai pertanda munculnya Dajjal, isyarat tentang turunnya Imam Mahdi, dan sejenisnya. Ujung-ujungnya cuma penyebaran isu yang membuat resah masyarakat awam. Lebih dari setahun lalu, saya juga pernah menulis hal yang berkaitan dengan kiamat di sini. Semenjak tulisan itu terindeks di mesin-mesin pencari, statistik situs ini tak henti-hentinya mencatat kunjungan dengan keyword semacam "tanda-tanda kiamat", "imam mahdi", "dajjal", dan sebangsanya. Seperti tidak ada topik lain yang lebih bermanfaat saja. :( Bayangkan, berapa banyak waktu yang terbuang, pikiran yang tercurah, dan tenaga yang dikerahkan gara-gara isu soal kiamat selama ini. Di toko-toko buku, kita melihat ada puluhan judul buku yang mengusung tema semacam huru-hara akhir jaman, tanda-tanda kiamat, perang akhir jaman, dan sejenisnya. Masing-masing seperti berlomba menyajikan kisah-kisah ganjil dan meyakinkan pembaca untuk bersiap-siap karena kiamat sudah teramat dekat. Makin banyak saja "pakar" tentang perkiamatan di sekeliling kita. Mungkin kapan-kapan akan muncul buku-buku dengan judul semacam "The Complete Idiot's Guide for Kiamat", atau "Kiamat for Dummies" :) *canda!*.
Alih-alih berkutat dan menyibukkan diri dengan isu dan kisah seputar akhir jaman, adalah lebih baik apabila waktu, tenaga, dan ilmu yang kita miliki dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat. Kita dilahirkan ke dunia bukan untuk menunggu kiamat, atau mereka-reka kapan kiamat akan datang. Biarlah soal kiamat tetap menjadi urusanNya. Posted by Dhani at 18:56 Permalink | Comments
(1)
SATURDAY, FEBRUARY 19, 2005
Main-Main dengan Tensor Pada perkalian vektor dan skalar kita tahu hasilnya adalah vektor, dengan arah tergantung dari skalarnya + atau -, misal C=kA: jika +k maka C searah A, jika -k maka C berlawanan dengan A (magnitudo C mungkin berubah). Tapi bagimana dengan gaya gesek: fges=uN, dimana u adalah sebuah koefisien, N adalah gaya tekan yg tegak lurus bidang namun fges hasilnya adalah vektor gaya dengan arah sejajar bidang bukan lagi tegak lurus seperti N? Apakah ini tidak konsisten atau bagaimana? Kekeliruannya terletak pada koefisien gesek yang sebenarnya bukan besaran skalar, tetapi besaran tensor. Koefisien gesek adalah contoh yang baik tentang besaran tensor, yang salah satu cirinya, dapat mengubah arah dari gaya normal yang tegak lurus bidang menjadi gaya gesek yang berlawanan dengan arah gerakan. Menarik bukan ? Ngomong-ngomong, tensor itu suatu objek geometri yang bertransformasi secara linear dibawah transformasi koordinat. Pernyataan ini paling mudah dilihat jika kita menggunakan notasi indeks untuk tensor. Indeks ini tidak harus dianalogikan dengan koordinat Cartesian, namun *sembarang* sistem koordinat/ruang (istilah kerennya adalah "manifold"). Nah, metrik tensor adalah tensor yang menggambarkan sifat fundamental sistem koordinat / ruang / manifold, atau apa saja dengan cara mendefinisikan skalar produk dua vektor dalam ruang tersebut. Dari metrik bisa diturunkan affine connection (Christoffel symbol) yang mendeskripsikan turunan dalam koordinat umum, dan curvature tensor (Riemann tensor). So, kalau ada yang pernah mencoba menurunkan persamaan fisika (entah gerak gaya sentral atau Laplacian dalam elektrodinamika) dalam koordinat non-Cartesian (polar/bola) dan tidak dapat bentuk yang benar, itu karena umumnya faktor affine connection ini dilupakan. Posted by Dhani at 11:43 Permalink | Comments
(0)
SUNDAY, FEBRUARY 13, 2005
Quantum Diaries Bagaimana kalau para fisikawan menulis blog? Boleh dilihat di blog Quantum Diaries. Sekitar 30-40 an fisikawan dari berbagai bidang/eksperimen/lab: Fermilab, CERN Geneva, SLAC Stanford, NIKHEF Amsterdam, INFN, TRIUMF Canada, D0, CDF, ATLAS, DESY Hamburg, KEK Japan, JINR Dubna. Berbagai negara: Canada, China, France, Germany, Italy, Japan, Netherlands, Russia, Switzerland, Venezuela; Berbagai bahasa: English, French, German, Dutch, Chinese, Japanese, Russian, Spanish, Italian; Semuanya akan membagikan pengalaman sehari-hari mereka selama tahun 2005 yang telah ditetapkan sebagai Tahun Fisika Internasional oleh PBB. Apa yang dibeberkan di blog-blog para fisikawan ini, benar-benar menggambarkan kehidupan sehari-hari para fisikawan. Tentang bagaimana mereka menikmati pekerjaan mereka, bagaimana mereka memiliki keluarga dan melewatkan waktu luang, bagaimana mereka bekerja sama dalam kolaborasi, tentang bagaimana mereka mengaku tidak sepenuhnya pintar dan kadang masih banyak membuat kesalahan konyol, dan lain sebagainya. Blog ini sebenarnya tidak semata-mata tentang fisika; ini tentang bagaimana menjadi fisikawan. Disini kita bisa melihat "wajah-wajah" para fisikawan, dalam artian representasi dari kegiatan mereka sehari-hari diluar bidangnya. Profil para "blogger" fisikawan ini menunjukkan keragaman dalam banyak hal. Mereka bicara dalam delapan bahasa, dan berasal dari sembilan negara. Diluar laboratorium, mereka adalah musisi jazz, seorang ayah atau ibu, astronom amatir, fotografer, bahkan atelet. Saat menekuni pekerjaannya, mereka adalah pemimpin proyek, mahasiswa pasca sarjana, atau eksperimentalis. Highly recomended untuk melihat bagaimana para fisikawan itu bekerja. Sepintas blog ini mengingatkan saya akan bukunya Richard Feynman yang terkenal itu (Sure You're Joking Mr.
Feynnman). Cuma bedanya, tulisan-tulisan ini dipublikasikan secara online dan dibuat secara keroyokan :). Sayang, saya cuma ngerti bahasa Inggris, jadinya banyak hal dari blog ini yang terpaksa terlewatkan. Btw, kalau baru-baru ini seorang yang dianggap "pakar", atau "pemerhati" IT Indonesia (sudah pada tahu kan?) sempat membuat pernyataan yang memojokkan komunitas blogger Indonesia (misalnya dengan menganggap kegiatan blogging sebagai "norak", atau cuma sekedar "tren sesaat", atau bahkan -- dengan kalimat yang rada panjang: "pertanggungjawabannya masih terbatas dan sumber penulisannya tidak bisa ditentukan"), mungkin dia belum pernah baca blog yang serius seperti Quantum Diaries ini. Jadi, harap dimaklumi sajalah ;). Posted by Dhani at 12:51 Permalink | Comments
(0)
THURSDAY, FEBRUARY 03, 2005
Lagi-Lagi Gempa! Gempa bumi kembali melanda wilayah negara kita. Setelah Alor, Nabire, dan Aceh, lantas disusul gempa yang lebih kecil di Palu, maka semalam pulau lombok (NTB) yang mendapat giliran. Kekuatan gempa sekitar 5.5 skala richter, episentrum gempa ada di selat Lombok (selat antara pulau Bali dan Lombok). Getarannya terasa sampai pulau Bali dan Sumbawa. Kenapa sih akhir-akhir ini gempa sering terjadi? Apa ini tanda-tanda kalau kiamat sudah dekat? Well guys, dari segi geologi, letak negara kita ini memang sama sekali tidak strategis, tidak menguntungkan, dan tidak menjanjikan kehidupan yang tenang bagi warganya. Coba lihat peta ini:
Ada tiga lempeng benua ("plate"), masing-masing lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik, yang kesemuanya bertemu di wilayah Indonesia. Tidak semua negara "seberuntung" kita lho. Lantas apa hubungannya dengan gempa bumi? Jawabannya ada di gambar berikut:
Yang ditandai dengan titik-titik berwarna hijau itu adalah zona gempa bumi dangkal; titik coklat menandai zona gempa bumi dalam; sementara segitiga merah adalah gunung berapi. Kelihatan kalau titik-titik ini terkonsentrasi di daerah sepanjang pertemuan lempeng benua. So, jangan cepatcepat mengeluh kalau Tuhan sedang marah-marah setiap kali bumi bergoncang. Itu memang alamiah koq :(. Soal bagaimana pertemuan lempeng benua bisa mengundang "kehadiran" gempa bumi, rasanya sudah sering dibahas di mana-mana, jadi tidak perlu diulangi lagi disini. Tapi, sepertinya ada yang "kelupaan" disitu ;). Perhatikan segitiga-segitiga berwarna merah di sepanjang peta. Kelihatan kan, kalau Indonesia dikelilingi oleh begitu banyak gunung berapi? Dalam diskusi di milis Fisika Indonesia (fisika_indonesia at yahoogroups.com) beberapa hari lalu, terungkap bahwa aktifnya lempeng tektonik Asia-Australia ditahun-tahun terakhir ini perlu diwaspadai. Rangkaian pegunungan Bukit Barisan hingga pesisir selatan Jawa-Bali-Lombok akhirnya juga akan terpengaruh aktivitas vulkanismenya. Rangkaian pegunungan (api) tersebut cepat atau lambat akan dipengaruhi oleh tumbukan tektonik dibawahnya yang memberikan tekanan besar pada celah-celah vulkanis diatasnya. Salah satu titik merah itu, ada di selat Sunda. Itulah gunung Krakatau. Gunung api -- yang letusannya tahun 1883 tercatat sebagai yang paling dahsyat dalam jaman modern -- ini sebenarnya masih aktif. Kalau Krakatau sampai meletus, tsunami yang sangat dahsyat akan terjadi dan lebih besar dari bencana yang telah berlangsung di Aceh. Jakarta dan kota-kota pesisir di sebelah baratnya, juga Tanjung Karang di Lampung, akan disapu habis. Kalau itu benar-benar terjadi, hmmm ... alamat bencana luar biasa, baik dari segi korban jiwa maupun ekonomi. Mungkin Indonesia bakalan bangkrut. Kalau dilihat dari peta Topografi skala 1:25.000 keluaran Bakosurtanal, pada jarak bibir pantai hingga radius 10-15 km kearah daratan dipesisir utara Jakarta hingga ke Merak elevasi rata-rata adalah sekitar 4-5 meter. Artinya bila ada gelombang ombak standing wave/tsunami setinggi 5-6 m (setinggi gelombang di Aceh), misalnya karena Krakatau meledak, bisa dibayangkan berapa besar kehancuran yang akan terjadi. Pada letusan 1883, konon ketinggian gelombang hingga setinggi 20 m (setinggi pohon Kelapa). Kalau ketinggian ombak sebesar tahun 1883, akibatnya akan lebih mengerikan lagi. Jakarta dan kota-kota di pesisir utara Jawa Barat yang dekat dengan pengaruh Krakatau harus waspada. Pemerintah ada baiknya mulai membuat peta-peta mitigasi dan mekanismenya untuk daerahdaerah tersebut. Selama ini skenario mitigasi baru dipersiapkan utk daerah-daerah sekitar gunung api saja. Btw, geologi bukanlah bidang saya. Catatan ini saya tulis cuma dalam kapasitas sebagai "pemerhati" yang prihatin :).