PENDEKATAN KLARIFIKASI DALAM PENDIDIKAN NILAI Oleh : Khairuddin YM A. Pendahuluan Moral dan moralitas dua perpaduan istilah yang tidak bisa dipisahkan dalam ranah kehidupan dan pendidikan di dunia. Yang pertama mengandung arti ajaran yang baik dan yang buruk yang diterima secara umum mengenai perbuatan, sikap kewajiban dan lainnya, moral juga sinonim dengan akhlak, budi pekerti dan susila.”1 Sementara moralitas mengandung makna segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau adab sopan santun.”2 Dua istilah ini menurut permasalahan merupakan main strem dan tujuan akhir dari upaya pendidikan nilai yang diajarkan di sekolah-sekolah, meskipun diakui bahwa pendidikan nilai merupakan bagian yang tidak pernah 100 % diajarkan pada muridnya disebabkan berbagai kendalanya, pendidikan nilai hanyalah bagian kecil dari kurikulum yang tersembunyi ( hidden curriculum ) sebagaimana dikatakan oleh Jack R. Frankel: “ However, values also are part of the hidden curriculum ( bagaimanapun nilai-nilai merupakan bagian dari kurikulum yang tersembunyi}3 Implikasinya, nilai-nilai hanya difahami sebatas pemahaman kognitif an sich yang bersifat indoktrinal yang semu, sehingga tidak heran jika banyak sekali pemahaman yang keliru atau salah dalam memahami nilai-nilai yang diajarkan kepada anak didik. Sekolah sebagai second link dalam pendidikan, sadar atau tidak sadar telah berupaya membuat beberapa pendekatan dalam pendidikan nilai, seperti pendekatan penanaman nilai, pendekatan perkembangan kognitif, pendekatan analisis nilai, 1
. TIM Penyusun, Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed. 3 ( Jakarta : Balai Pustaka, 2002) h. 754 2 . Ibid, h. 755 3 . Jack R. Frankel, How To Teach About Values : an Analytic Approach, ( San Fransisco USA : Prentice Hall, 1977), h. 2
1
pendekatan klarifikasi nilai dan pendekatan pembelajaran berbuat, tetapi ketidaksigapan dan ketidak siapan dalam mengusai hakikat pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran nilai menjadi boomerang dan masalah tersendiri ada gap diantara das sein dan das sollen.”4 Makalah ini akan maencoba membahas tentang pendekatan klarifikasi nilai dalam pendidikan nilai. B. Pengertian Pendekatan Klarifikasi Dalam Pendidikan Nilai Sebelum membahas tentang pendekatan klarifkasi, marilah kita coba meraba apa makna pendekatan dan klarifikasi itu sendiri. Pendekatan bermakna : “ usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti atau metode untuk mencapai pegertian tentang masalah penelitian, ancangan.”5 Klarifikasi bermakna pejernihan, penjelasan dan pengembalian kepada yang sebenarnya.6 pendekatan pendidikan nilai dianggap sebagai cara menyikapi atau sudut pandang yang menjadi dasar atau source dalam merekayasa pembelajaran nilai berlangsung dalam layak, benar dan sesuai dengan tujuan dari pendidikan nasional.”7 Starting point dari klarifikasi nilai adalah pandangan bahwa generasi muda dewasa ini hidup dalam satu dunia yang baru complicated yang dibuat rancu oleh berbagai perspektif nilai yang terefleksi dalam kehidupan religi, politik, kode moral ataupun idiologi-idiologi yang berkembang di masyarakat yang didukung oleh materi yang heterogen dan individu yang dihubungkan dengan nilai itu sendiri.8
4
. Zubedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat: Upaya Menawarkan Solusi terhadap berbagai Problem Sosial, ( Yogyakarta : Pustaka belajar, 2005), h. 12-28 5 . TIM Penyusun, Kamus Pusat Bahasa...., h. 247 6 . Ibid, h. 574 7 . A. Kosasih Djahiri, Menelusuri Dunia Efektif : Pendidikan Nilai Dan Moral, ( Bandung :: Laboratorium Pengajaran PMP IKIP Bandung, 1996) h. 53 8 . Cheppy HC, Pendidikan Moral dalam Beberapa Pendekatan, ( Jakarta : Proyek Pengembangan LPTK Dirjen Dikti Depdikbud, 1988), h. 179
2
Pendekatan klarifikasi nilai ( values clarification approach) pertama kali digunakan oleh Raths, Harmin dan Simon dengan bukunya Values and Teaching mereka menyatakan ada tiga proses dimana nilai-nilai dapat ditemukan yang melalui, Choosing ( memilih ). Prizing ( menilai ) dan Acting ( aplikasi ) tahun 1966.9 kemudian diperbahaui lagi pada tahun 1975 menjadi : Thinking ( berfikir ), Feelingf ( Perasaan), Choosing ( memilih ), Communicating ( komunikasi ), acting ( aplikasi ).10 Pendekatan klarifikasi nilai
( values clarification approach) memberi
penekanan pada usaha membantu peserta didik dalam mengkaji perasaan dan perbuatan sendiri, untuk meningkatkan kepada mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Pendekatan ini dinilai efektif untuk pendidikan di alam demokrasi.11 Pendekatan klarifikasi nilai ( values clarification approach) menurut Nurul Zuriah yaitu :
pendekatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri dan nilai-nilai orang lain. Selain itu, pendekatan ini juga membantu peseta didik untuk mampu mengkomunikasikan secara jujur dan terbuka tentang nilai-nilai mereka sendiri kepada orang lain dan membantu peserta didik dalam menggunakan kemampuan berfikir rasional dan emosional dalam menilai perasaan, nilai dan tingkah laku mereka sendiri.12 Formulasi
klarifikasi
nilai
memperkenalkan
pandangan
megenai
pengembangan keputusan-keputusan kita dalam hubungannya dengan konteks sosial. Senada dengan itu James Shaver dan william Stomg menyatakan : “The 9
. Jack R. Frankel, How To Teach…, h. 32 . Barry Chazan, Contemporary Approaches to Moral Education, The Hebrew University of Jerussalem, ( New York & London : Teachers College Columbia University, 1985). 48 11 . Zubedi, Pendidikan Berbasis…, h. 23 12 . Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, ( Jakarta PT. Bumi Angkasa, 2007 ), h. 74-75 10
3
values clarification approach centers on the valuing process. It si cocerned with technique for stimulating students to think about and clarify their own values” (pendekatan klarifikasi nilai memfokuskan pada aspek penilaian didukung dengan berbagai teknik untuk menstimulasi siswa dan berfikir tentang nilai dan menemukan nilai-nilai yang ada daam diri mereka.”13 Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini ada tiga : Pertama, membantu peseta didik untuk menyadarkan dan mengidentifikasi nilai-nilai meeka sendiri serta nilai orang lain; Kedua, membantu peserta didik supaya mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan oang lain, berhubungan dengan nilai-nilainya sendii; Ketiga, membentu peserta didik supaya mereka mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berprilaku rasional, dan pola tingkah laku mereka sendiri.”14 Dengan pendekatan klarifikasi nilai peserta didik diajarkan tentang ethical relativsm dan bagaimana manusia mengembangkan setiap nilainya sendiri, guru ditantang mampu membuat konflik nilai (values conflict).15 yang dirancang sedemikian rupa- sehingga peserta didik mampu menemukan nilai sendiri.16 Sebagai pendekatan yang lebih populer maka pendekatan klarifikasi nilai lebih mudah dipahami, hal ini karena pendekatan ini menghadirkan kenyataan dan alasan dalam membenarkan sebuah nilai yang dibangun oleh seseorang, hal ini menggunakan sumber-sumber buku relevan, filmstrip, latihan-latihan dan juga workshop yang bertujuan mempermudah pemahaman mereka terhadap nilai.”17
13 . James P. Shaver dan William Strong, Facing Value Decisions Rationale-Building For Teachers, (New York : Teachers College, 1982) h. 135 14 . Zubedi, Pendidikan Berbasis…, h. 24 15 . James P. Shaver dan William Strong, Facing Value…h. 32-33 16 . Zubedi, Pendidikan Berbasis…, h.24 17 . Barry Chazan, Cotemporary … h. 45
4
Zubaedi dalam bukunya menyatakan bahwa pendekatan klarifikasi nilai bisa menggunakan dialog, menulis, diskusi dalam kelompok besar dan juga kecil,18 portopolio19 dan yang lain-lain yang lebih menekankan pada aspek nilai sesungguhnya ( true value ). Dalam aflikasinya terdapat tujuh langkah yang menjadi prinsip klarifikasi nilai, yaitu: (1) nilai harus dipilih secara bebas, (2) nilai dipilih harus berbagai alternatif, (3) memilih nilai sesudah dipertimbangkan akibat-akibat dari plihan, (4) nilai harus diwujudkan dihadapan umum, (5) nilai adalah kaidah hidup, (6) nilai harus selalu dipelihara, dan (7) berani mengemukakan nilai di depan orang lain.”20 Ketujuh langkah klarifikasi ini sangat mencerminkan keutuhan dimensi pendidikan yang produktif dan efesien. Langkah pertama sampai ketiga termasuk dimensi kognitif ( menekankan kemampuan rasional ). Keempat dan kelima mencerminkan dimensi efektif (penghargaan dan rasa bangga), langkah keenam da ketujuh mencermikan dimensi psikomotorik (tindakan konkrit yang terus menrus dan terpola). Pendekatan ini memberi penekanan pada nilai yang sesungguhnya dimiliki oleh seseorang. Bagi penganut pendekatan ini, nilai bersifat subjektif, ditentukan oleh seseorang berdasarkan kepada berbagai latar belakang pengalamannya sendiri, tidak ditentukan oleh faktor luar, seperti agama, masyarakat dan sebagainya. Oleh karena itu pengaut pendekatan ini isi nilai tidak terlalu penting. Hal yang sangat penting di dalam program pendidikan adalah megembangkan keterampilan siswa 18
. Zubedi, Pendidikan Berbasis…,24 . Arif Mangkoesapoetra. Model Pembelajaran Portopolio: Sebuah Tinjaun Kritis, www. Artikel. Us/Art05-15.Html: Menurut ERIC Digest (2000), “ Potfolios are used in varios professions together typical…; art students assamble a portfolio for a art clas…”,Portofolio merupakan hasil kumpulan karya siswa sebagai hasil belajarnya. Portofolio, selain sangat bermanfaat dalam memberikan gambaran mengenai sikap da minat siswa terhadap pelajaran yang diberikan, juga dapat menunjukkan pencapaian atau peningkatan yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran. 20 Zubedi, Pendidikan Berbasis…,25-26 19
5
dalam melakukan proses menilai. Sejalan dengan pandangan tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Elias (1989), bahwa bagi penganut pendekatan ini, guru bukan sebagai pengajar nilai, melainka sebagai role model dan pendorong. Peranan guru adalah mendorong siswa dengan petanyaan-pertanyaan yang relevan untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan proses menilai.21 Ada tiga proses klarifikasi menurut pendekatan ini. Dalam tiga proses tersebut terdapat tujuh sub proses sebagai berikut : Pertama : memilih:(1) dengan bebas, (2) dari bagian alternatif (3) Setelah mengadakan pertimbangan tentang berbagai akibatnya. Kedua : menghargai : (1) masa bahagia atau gembira dengan pilihannya, (2) mau mengakui pilihannya itu di depan umum, Ketiga : bertindak : (1) berbuat sesuatu sesuai dengan pilihannya, (2) diulang-ulang sebagai suatu pola tingkah laku dalam hidup.22 Selajutnya ada 5 proses setelah penyempurnaan dari tujuh sub diatas. 1. Fikiran -
berfikir dalam tingkatan yang bermacam berfikir krits pemikiran moral dalam tingkatan yang lebih tinggi pandangan berbeda dan berfikir kreatif
2. Perasaan -
menghargai, hadiah merasakan dirinya sendiri lebih baik sadar akan perasaan tetentu
3. Memilih -
memili 2 hal mempertimbangkan akibatnya pencapaian perencanaan bebas
21
. www. Depdiknas.goid/jurnal/26/pendekatan Pendidikan. Teuku _Ramli. Pendekatan-Pendekatan Pendidikan Nilai Dan Implementasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti. 22 . www. Depdiknas.goid/jurnal/26/pendekatan Pendidikan. Teuku _Ramli. Pendekatan-Pendekatan Pendidikan Nilai Dan Implementasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti
6
4. Komunikasi -
kemampuan mengirim pesan yang baik perasaan mendalam, membawa kerangka yang lain dari reference ( surat ) pemecahan masalah
5. Acting/ aplikasi -
mengulang-ulang tetap aplikasi degan segenap kemampuan dimana berada.23
Untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam melakukan proses menilai tersebut, telah merumuskan juga empat pedoman sebagai kunci penting sebagai berikut : (1) Tumpuan perhatian diberikan pada kehidupan. Maksudnya adalah berusaha untuk mengarahkan tumpuan perhatian pada berbagai aspek kehidupan mereka sendiri, supaya mereka dapat mengidentifikasi hal-hal yang mereka nilai, (2) penerimaan sesuai dengan apa adanya. Maksudnya, ketika kita memberikan perhatian pada klarifikasi nilai, kita perlu menerima posisi oang lain tanpa pertimbangan, sesuai dengan apa adanya, (3) Stimulus untuk bertindak lebih lanjut. Artinya kita perlu lebih banyak berbuat sebagai refleksi nilai, daripada sekedar menerma, (4) Pengembangan kemampuan perseorangan. Artinya dengan pendekatan inibukan hanya mengembangkan keterampilan karifikasi nilai, tetapi juga mendapat tuntunan untuk berpikir dan berbuat lanjut.24 Sedangkan kelemahannya sama halnya dengan pendekatan perkembangan kognitif karena menampilkan bias Budaya Barat. Dalam pendekatan ini, kriteria bena salah sangat relatif, karena sangat mementingkan nilai perseorangan. Seperti dikemukakan oleh Banks, pendidikan nilai menurut pendekatan ini tidak memiliki
23 24
. Barry Chazan, Contemporary…48 . Zubedi, Pendidikan Berbasis…,27
7
suatu tujuan tetentu berkaitan dengan nilai. Sebab, bagi penganut pendekatan in, menentukan sejumlah nlai untuk siswa adalah tidak wajar dan tidak etis.25 Sistem pendidikan menurut pendekatan ini tidak lagi berfungsi membentuk moral, dan karakter peseta didik, sebaliknya peserta didik didorog untuk tumbuh dan berkembang kebebasannya dalam mengenalkan bahwa tidak ada jawaban yang benar dan salah dalam kehidupan selama hati nurani menyatakan benar-akibat peserta didik tidak mampu membedakan baik dan benar karena setiap orang mempunyai pendapat sendiri-sendiri tentang baik dan benar. Disamping itu karena pendekatan ini sangat humanis tentu akan merusak otoritas agama dan otoritas orang-orang tua terhadap anak yang selanjutnya akan dapat meninggalkan demokralisasi atas sebuah bangsa.26 Dalam kajian tersebut dibahas delapan pendekatan pendidikan nilai berdasarkan kepada berbagai literatur dalam bidang psikologi, sosiologi, filosofi, dan pendidikan yang berhubungan dengan nilai. Namun, para
selanjutnya
pendidik
dan
berdasarkan
kepada
alasan-alasan
praktis
hasil dalam
pembahasan
dengan
penggunaannya
di
lapangan, pendekatan-pendekatan tersebut telah diringkas menjadi lima (Superka,et.al.1976).Lima pendekatan tersebut adalah:(1) Pendekatan penanaman nilai (inculcationapproach), (2) Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), (3) Pendekatan analisis nilai (values analysis pproach),(4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarificatio approach), dan (5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach).27 C. Konsep Tentang Nilai dan Pembelajaran
25
. www. Depdiknas.goid/jurnal/26/pendekatan Pendidikan. Teuku _Ramli. Pendekatan-Pendekatan Pendidikan Nilai Dan Implementasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti. 26 . Zubedi, Pendidikan Berbasis…,27-28 27 . www. Depdiknas.goid/jurnal/26/pendekatan Pendidikan. Teuku _Ramli. Pendekatan-Pendekatan Pendidikan Nilai Dan Implementasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti
8
Konsep tentang nilai adalah telah dibahas pada makalah sebelumnya. Nilai maksudnya adalah harga yang diberikan oleh seseorang atau sekelompok oang terhadap sesuatu ( material, immaterial, personal, kondisional) atau menjadi jati diri dari sesuatu.28 Nilai merupakan hal yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyeangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan, singkatnya sesuatu yang baik. Dengan demikian nilai merupakan kualitas yang mencakup bidang yang sangat luas dalam konsep ini adalah moral, etika dan budi pekerti karena nilai berkaitan dengan gerak gerik atau tingkah laku manusia yang diperhatikan sebagai tujuan hidupnya. Secara dinamis, nilai dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan diinternalisasikan oleh individu serta diterima sebagai milik bersama dalam kelompoknya. Kesimpulannya nilai memiliki konsekuensi yang sangat mendasar terlebih lagi nilai tentang keilmuan dan teknologi. Pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendidik peserta didik, dalam defenisi ini terkandung makna bahwa dalam pembelajaran tersebut ada kegata memilih, menetapkan dan mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan dalam kondisi tetentu. Kemudian pembelajaran juga mengandung makna sebagai pola umum perbuatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar yang menjadi kerangka acuan untuk pemahaman yang lebh baik.
D. Tujuan Pendekatan Klarifikasi Nilai 28
. A. Kosasih Djahiri, Menelusur Dunia Afektif Pendidikan Nilai dan Moral, (Bandung: Lab. Pengajaran PMP IKIP, 1996), h. 18
9
Klarifikasi Nilai didukung dengan proses nilai, dibandingkan yang berhubungan dengan nilai yang mendasari sebagai hal terpenting terhadap nilainilai. Menuut possi ini, menilai pendidikan tentang poses nila terhadap anak yang bukan pergantian nilai peserta didik. Ada juga yang berpendapat tentang mengakui ada pebedaan nilai dan menilai. Bagaimana perhatian mereka ada hubungan asimilasi yang terdahulu terhadap perkembangan sekarang. Kita juga tidak bisa memberikan nilai terhadap anak didik secara mutlak akan tetap kita bisa memberi anak itu yang lebih baik. Kita juga dapat memberikan sistem dengan menggunakan nilai terhadap diri sendiri ( peseta didik ). Ada 2 alasan utama dari pendekatan ini mengenai klarifikasi nilai antara nilai dan menilai. 1. Seperti yang telah terjadi, para penganut bahwa nilai-nilai terhadap perubahan terus menerus, dan di mana nilai spesifik yang lain kita juga bisa gunakan untuk mengajar sekarang dan juga masa akan datang. 2. Mereka percaya pendekata ini dapat menyiapkan paenddikan nila yang sesuai terhadap anak-anak, itu adalah orang-orang yang tidak mampu mengatasai/ memecahkan permasalahan nilai mereka masing-masing. Tujuan dalam pendekatan ini menurut : 1. Hers Miller Fielding ( 1980:75-76 ) adalah 2. Shaver & Strong ( 1982 : 136 ) adalah E. Posedur/ Langkah-langkah dalam Pembelajaran Dalam pendekatan ini Lawrience Kohlberg mengadakan penelitian lebih lanjut dan menemukan suatu perbandingan terhadap pendekatan ini. Kemudian Simon Sydney mengutarakan bahwa Kohlberg adalah seorang peneliti klarifikasi
10
nilai terhadap guru yang tidak memiliki karakter. Simon membedakan antara meeka yang mempunyai kaitan dengan penelitiannya yang menarik dan nyata secara akademisnya. Ada tiga kategori utama dalam pendekatan ini yang terpenting yaitu Pertama : Strategi, dialog, yang mengacu kepada suatu tanggapan. Peran guru juga dilatih untuk menggunakan proses nilai itu, taggapan ini memiliki 10 kualitas. 1. mengkritik, memberi nilai, mengevaluasi 2. menaruh tanggung jawab terhadap siswa untuk mempertimbangkan prilaku dan gagasannya sendiri. 3. memberikan rangsangan terhadap anak didik tetapi tidak dengan cara paksa, agar peserta didik tidak salah dalam mengambil keputusan. 4. merangsang anak didik ke arah yang meyakinkan 5. tidak maengambil keuntungan atau tujuan lain. 6. tidak selalu melakukan diskusi yang tidak berhubungan dengan praktek nilai, harus terarah dan tertentu. 7. mengklarfikas tanggapan-tanggapan dari perorangan 8. mampu bereaksi terhadap segala yang dilakukan di kelas 9. tanggapan klarifikasi melihat situasi jika tidak ada ” jawaban yang benar ”. 10. mereka bukan mesin perumus.29 Kedua : banyaknya aktifitas menulis dan menganut klarifikasi nilai mengusulkan bahwa adanya hubungan atau kaitan dengan tugas-tugas yang sama sebagai strategi dialog dan klarifikasi penguraian pendapat, kecuali pendapat itu ditulis dalam bentuk laporan.
29
. Barry Chazan, Contemporary…63
11
Ketiga : Kegiatan kelompok lebih baik dan langsung difokuskan ke dalam diskusi kelompok dan proses kelompok membentuk tugas individu yang lebih memfokuskan kerja terhadap perkembangan nilai tersebut, aktivitas ini meliputi : 1. Gambar tanpa teks/ keterangan 2. Pertanyaan yang mendasar terhadap pengaruh perkembangan nilai peserta didik 3. Cerita-cerita lucu 4. Pemandangan dari gambar hidup .30 Aktivitas ini digunakan dalam berbagai cara kebenaran dalam kelompok besar maupun kecil. Kategori ini menggunakan saana pendidikan itu sendiri dalam peniaian peserta didik tersebut. F. Tugas Peran Pendidik Peran didik dalam pendekatan ini adalah sebagai pengembangan bagi anak didik terhadap pengembangan kemampuan dasar yang memiliki nilai. Pendekatan klarifkasi nilai bagi guru bukan saja hanya sekedar datang mengajar atau menjadi model tentang prilaku yang diinginkan, tetapi lebih kepada tekhnis pengembangan yang serangkai dengan teknis tentang kecakapan juga. Sebagai seorang guru harus memiliki nilai dalam prilaku dan juga gaya hidup yang sesuai dalam aktifitasnya mengajar, pendekatan ini menuntut guru untuk kenetralan terhadap bantahan yang berkaitan dengan nilai-nilai terhadap peserta didik sesuai dengan tempat di mana aktivitas mengajarnya. Kenetralan maksudnya tidak berarti bahwa guru harus tidak memelihara nilai-nilai tersebut, akan tetapi guru lebih memiliki dan menguasai dasar-dasar pendidikan nilai terhadap pekembangan nilai anak didik. 30
. Barry Chazan, Contemporary…21
12
Oleh sebab itu, menurut Durkheim, guru dipandang bukan sebagai contoh masyarakat atau juga model, lebih lanjut dikatakan Kohlberg seorang guru juga cerminan bagai peserta didik. Kemudian Wilson Rather yang berpendapat tentang klarifikasi nilai, guru dalam pendekatan ini, yaitu seorang guru juga sebagai salah satu terapi moral atau sebagai fasilitator yang siap membantu peserta didiknya, agar peserta didik tesebut bisa dengan mudah berkembang.31 G. Kritik Terhadap Pendekatan Klarifikasi Nilai Pendidikan nilai, moral dan etika merupakan hidden curiculum yang secara integral terkait dengan hampir semua mata paelajaran sekolah. Keberhasilan menanamkan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai tersebut tergantung dari peranan pendidik (guru) yang mendukung sistem penyelenggaraan pendidikan sekolah dan sejauhmana komitmen masyarakat dan pemerintah dalam memberikan teladan kepada anak-anak. Pendekatan klaifikasi sebagai sebuah pendekatan dalam pembelajaran mencoba menawarkan pemahaman anak untuk mencari nilai kebenaran dalam sesuatu yang dianggapnya penting dengan pola choosing, prizing dan acting pada tahun 1966 yang kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1975 menjadi Thinking, Feeling, Choosing, Communicatig, dan Acting. Bagi seorang guru yang menguasai pendekatan ini dituntut untuk menciptakan sebuah konflik nilai yang diseting sedemikian rupa sehingga anak diajak untuk berdialog dan menganalisa dalam menemukan nilai-nilai yang ada dalam konflik ini.
31
. Barry Chazan, Contemporary…61
13
Hal yang menarik dalam pendekatan ini adalah menumbuhkan kemampuan dalam diri anak didik untuk melakukan kegiatan bebas dan terarah sesuai dengan prosedur dan system yang digunakan. Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan yang lebih populer, dan lebih mudah serta layak untuk dikaji secara mendalam sehingga dekadensi moral bisa diminimalisir. Ikon kebangkitan bangsa kita terletak pada generasi muda yang sekolah. Tapi apapun pendekatan yang dilakukan akan terasa paradoxial jika lingkungan keluarga dan masyaakat tidak mendukung. Demikian makalah ini yang bisa saya hadirkan dan disusun, saya manyadari bahwa makalah ini jauh dari sebuah kriteria ilmiah, hal ini karena kekurangtauan dan kelemahan saya dalam mencari dan menemukan literatur terkait. Maka dari saran dan tegur sapa membangun sangat saya harapkan demi menunjang ke arah yang lebih baik. Wallahu a’lam bishshawab.
DAFTAR PUSTAKA
14
Arif Mangkoesapoetra. Model Pembelajaran Portopolio: Sebuah Tinjaun Kritis, www. Artikel. Us/Art05-15.Html: Menurut ERIC Digest (2000), A. Kosasih Djahiri, Menelusuri Dunia Efektif : Pendidikan Nilai Dan Moral, ( Bandung : Laboratorium Pengajaran PMP IKIP Bandung, 1996 Barry Chazan, Cotemporary Approaches to Moral Education, Analyzing Alternative Theoritis ( New York :Teacher Collage Press, 1985) Cheppy HC, Pendidikan Moral dalam Beberapa Pendekatan, ( Jakarta : Proyek Pengembangan LPTK Dirjen Dikti Depdikbud, 1988 Jack R. Frankel, How To Teach About Values : an Analytic Approach, ( San Fransisco USA : Prentice Hall, 1977), James P. Shaver dan William Strong, Facing Value Decisions Rationale-Building For Teachers, (New York : Teachers College, 1982) Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, ( Jakarta PT. Bumi Angkasa, 2007 ), TIM Penyusun, Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed. 3 ( Jakarta : Balai Pustaka, 2002) Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2006), www. Depdiknas.goid/jurnal/26/pendekatan Pendidikan. Teuku _Ramli. PendekatanPendekatan Pendidikan Nilai Dan Implementasi Dalam Pendidikan Budi Pekerti. Zubedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat: Upaya Menawarkan Solusi Terhadap Berbagai Problem Sosial, ( Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2005),
15