keranda mimpi dering bel di mimpiku ini� mengungkap keabadaianku suara-suara malam yang terhenyak� menyekap rintihan resahmu digairahku� jeritan suara suaramu itu� menyentak tidur panjangku� redam�redam� recah�! semua ingatan yang kau taburkan� tunggu aku pagi dalam drama hidup yang kurentangkan cumbu aku pagi dalam rintik kematian rindu�kekalku� aku tak bisa hentikan dimana arah ketika kulitku meleleh seperti minyak oli yang melumeri roda-roda mesin pemutar bumi ini tak seperti mimpi yang selama ini kujalani tetapi aku menari dan menyanyi tidak menyumpah aku malah tidak serakah membaca hening seolah kematian yang terencana habislah semua ketakutan keningku bersimbah darah menyentuh tanah mengucap doa terbanglah aku terbanglah aku seperti lalat-lalat yang berlarian dalam pandang benci seorang nenek aku khawatir pada diri yang menjadi daging sebab tulang tak lagi menjadi dewa biarlah aku ketakutan sendiri dalam bising malam dan berenang dalam simbahan darah sebab sekali lagi ini tak seperti mimpi hening pagi dimalam purnama membawa hasrat kedalam gairah yang tak terelakan ke musim kawin di swarga mandiloka mandi dalam lautan susu yang kuminum sebagian lalu kumuntahkan sebagian aku tertawa sebab aku tak lagi bunuh diri tetapi menjadi sepi sepi ini keabadian aku menanti kembali dalam hening pagi dimalam purnama aku tidak mati aku tidak mati tetapi sepi�
sekali lagi kukatakan bahwa dosa telah tiada�