Kenapa Waktu Imsak Dan Buka Puasa Tiap Hari Berubah

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kenapa Waktu Imsak Dan Buka Puasa Tiap Hari Berubah as PDF for free.

More details

  • Words: 662
  • Pages: 2
Kenapa waktu Imsak dan Buka Puasa tiap hari berubah ? Selama ini masyarakat Islam berpendapat dan memang menghayati bahwa Shalat Maghrib serta berbuka puasa harus dilakukan di waktu Surya sempurna terbenam di horizon barat menurut pandangan dari negeri kediaman sendiri, begitu pula Shalat Fajar, Zuhur, 'Ashar dan 'Isya pada waktu tertentu menurut pandangan tersebut. Jelasnya, semua waktu ibadah itu dilaksanakan menurut keadaan status Surya dipandang dari daerah kediaman sendiri-sendiri, maka terdapatlah perbedaan waktu permulaan setiap Shalat antara negeri-negeri yang berdekatan, misalnya antara kota yang terletak di garis ekuator dan kota yang berjarak 100 km. ke selatan atau ke utaranya. Tersebab hal demikian, disusunlah jadwal Shalat untuk pedoman setiap hari, begitu pula selama bulan Ramadhan bagi penentuan waktu imsak dan berbuka puasa. Susunan jadwal waktu itu kemudian dicetak berbentuk tabel khusus atau juga dimuatkan dalam lembaran kalender setiap tahun yang keadaannya lebih banyak bersifat komersil daripada religious. Tetapi sayangnya, karena penyusunan jadwal itu tidak terkoordinir dan kadang-kadang juga dilakukan oleh orang yang bukan sebenarnya ahli, maka waktu-waktu Shalat yang tercantum pada suatu tabel tampak berbeda dari yang termuat pada tabel lain untuk hari yang sama. Perbedaan waktu demikian yang pada dasarnya wajar berlaku karena sukarnya menentukan waktu yang sesungguhnya tepat dan karena dasar ilmu perhitungan untuk itu juga berbeda, tetapi akibat yang timbul sangat merugikan jika dipandang dari segi dakwah Islamiah bahkan juga dari segi ukhuwah Islamiah. Perbedaan jadwal Shalat dalam tabel-tabel yang disebarkan pada masyarakat ramai tentu saja membuat anggota masyarakat tersebut kebingungan, lalu memaksanya melakukan pilihan tabel mana yang harus diikuti. Hal ini menyebabkan adanya golongan pro dan kontra lalu mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing sembari merendahkan kelompok lain. Akhirnya terbukalah jurang yang memisah di antara orang-orang Islam sendiri yang seharusnya bersatu padu dalam pendirian dan penghayatan. Dari catatan perkembangan sejarah semenjak abad ketujuh Masehi dapat diketahui bahwa masyarakat Islam senantiasa menentukan waktu Shalat dan Puasa berdasarkan terbit dan terbenamnya Surya dipandang dari daerah kediaman masing-masing. Pada pokoknya hal ini dilakukan menurut pengertian yang mereka peroleh dari Ayat 2/187 dan atas kepatuhan melaksanakan ibadah menurut contoh-contoh yang berlaku tanpa penganalisaan lebih teliti pada ketentuan ALLAH yang termuat pada Ayat Suci lainnya dalam Alquran. Condongnya Surya ke arah selatan atau ke utara dari daerah ekuator sebagai dinyatakan oleh Ayat 16/40 dan 21/31 adalah disebabkan lenggang Bumi ke utara dan ke selatan garis ekliptik sewaktu mengorbit keliling Surya. Maka untuk menentukan waktu Shalat yang lima kali sehari, begitupun untuk menentukan waktu imsak dan berbuka puasa, hendaklah dipakai Waktu yang ditimbulkan rotasi Bumi sendiri atau Standard Time seperti pada zaman Purbakala sebelum topan Nuh, bukan waktu yang dirubah oleh adanya pergantian musim. Kota Oslo terletak pada 11� garis bujur dan 60� lintang utara dimana Surya tampak terbit dan terbenam pada jam yang senantiasa berbeda sepanjang tahun. Kalau kebetulan orang berpuasa di sana pada tanggal 20 Juni maka dia harus mulai imsak pada kira-kira jam 01.20 malam karena waktu itulah fajar di sana tampak terbit di ufuk timur, dan berbuka puasa atau Shalat Maghrib pada jam 21.27 malam karena ketika itulah Surya terbenam di barat. Jadi orang itu hanya dapat makan minum selama 3 jam kurang yaitu dari jam 21.27 sampai dengan jam 01.20. Hal ini sangat menyusahkan hidupnya, maka tradisi mengenai jadwal Shalat selama ini nyata tidak praktis di Oslo karena didasarkan atas terbit dan terbenamnya Surya tampak di sana.

Dari sebab itu, pemakaian jadwal Shalat dan waktu puasa berdasarkan terbit dan terbenamnya Surya dipandang dari daerah kediaman sebagaimana berlaku menurut tradisi nyata sekali tidak praktis dan tidak adil, tetapi hendaklah didasarkan atas waktu daerah ekuator pada garis bujur yang sama di utara dan di selatan permukaan Bumi sesuai dengan maksud Ayat 2/143 dan 2/187, begitupun menurut Ayat 36/37 dan 36/40. Jadi, penduduk Oslo tadi jika berpuasa pada tanggal 20 Juni haruslah memulai imsak dan Shalat Fajar pada jam 04.45 walaupun hari itu Surya terbit di timur pada jam 02.35, dan dia harus berbuka puasa dan Shalat Maghrib pada jam 18.01 sekalipun Surya terbenam di barat pada jam 21.27. Selengkapnya klik di bawah: http://myquran.org/forum/index.php/topic,28107.0.html

Related Documents